Anda di halaman 1dari 14

dr.

Sani Rachman's House

Konsep hidup sederhana nan mulia yaitu beramal, berilmu dan beriman..

Kolitis Ulseratif : Deskripsi Singkat

November 12, 2009

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kolon


Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki yang terbentang
dari sekum sampai canalis ani. Usus besar dibagi menjadi sekum, colon (ascenden, tranversum,
descenden, sigmoid) dan rektum. Pada sekum terdapat katup illeosekal dan appendik yang melekat
pada ujung sekum. Sekum menempati 2/3 atau 3 inchi pertama dari usus besar. Katup illeosekal
mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum.
Colon dibagi menjadi colon ascenden, tranversum, desenden dan sigmoid. Colon sigmoid mulai dari
krista iliaka dan berbentuk lekukan seperti huruf S. Usus bear memilki 4 lapisan seperti juga pada
usus lainnya. Akan tetapi ada beberapa gambaran khas pada usus besar. Lapisan otot longitudinal
usus besar tidak sempurna tetapi berkumpul dalam 3 pita yang dinamakan taenia colli. Taenia
bersatu pada sigmoid distal menjadi satu lapisan otot longitudinal yang lengkap. Panjang taenia lebih
pendek dari pada usus kecil, hal ini menyebabkan usus tertarik dan berkerut membentuk kantong-
kantong kecil yang disebut haustra. Lapisan mukosa usus besar jauh lebih tebal daripada lapisan
mukosa usus halus dan tidak mengandung villi atau rugae. Krista lieberkuhn (kelenjar intestinal)
terletak lebih dlam dan mempunyai lebih banyak sel goblet daripada usus halus.
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan sesuai dengan suplai darah yang
diterima. Arteri mesenterika superior memvaskularisasi belahan bagian kanan (sekum, kolon
ascenden, dan 2/3 proksimal kolon tranversum), dan arteri mesenterika inferior untuk belahan
bagian kiri (1/3 distal kolon tranversum, kolon descenden, sigmoid, dan bagian proksimal rektum).
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan inferior, dan
vena hemoroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati.
Persyarafan usus besar disuplai oleh sistem syaraf otonom dengan pengecualian m. sfingter ani
eksterna berada dibawah kontrol volunter. Serabut syaraf parasimpatis berjalan melalui syaraf vagus
kebagian tengan kolon tranversum, dan syaraf pelvikus yang berasal dari daerah sakral memsuplai
bagian distal. Serabut simpatis meninggalkan medula spinalis melalui syaraf splangnikus untuk
mencapai kolon. Peransangan simpatis menyebabkan hambatan sekresi, kontraksi, dan
perangsangan sfingter rektum, edangkan perangsangan parasimpatis mempunyai efek yang
berlawanan.
Usus besar mempunyai fungsi yang berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi yang paling
penting adalah mengabsorbsi air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian
kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir untuk menampung masa feses yang sudah
dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kapasitas absorbsi usus besar adalah sekitar 2000ml per hari,
bila jumlah ini dilampaui maka akan terjadi diare.
Sedikit pencernaan yang terjadi di usus besar, terutama diakibatkan oleh bakteri dan bukan karena
kerja enzim. Usus besar mensekresi mukus alkali yang tidak mengandung enzim yang berfungsi
untuk melumasi dan melindungi mukosa.
Pada umumnya pegerakan usus besar adalah lambat, dan gerakan yang khas adalah gerakan
mengaduk haustra, dimana haustra teregang dan dari waktu- ke waktu otot sirkuler akan
berkontraksi untuk mengosongkannya. Pergerakan ini menyebabka isi usus bergerak bolak- balik dan
meremas- remas sehingga memberi cukup waktu untuk absorbsi.
Rektum dan anus merupakan tempat penyakit yang sering ditemukan pada manusia misalnya
inkontinensia alvi bisa disebakan oleh kerusakan otot sfingter atau kerusakan medula spinalis dan
daerah anorektal sering menjadi tempat abses dan fistula.

2.2 Definisi
Kolitis ulseratif adalah penyakit kronis dimana usus besar atau kolon mengalami inflamasi dan
ulserasi menghasilkan keadaan diare berdarah, nyeri perut, dan demam.
Kolitis ulseratif dikarakteristikkan dengan eksaserbasi dan remisi yang intermiten dari gejala.
Serangan pertama dari penyakit ini masih mempunyai diagnosis banding yang luas (tabel 1) sehingga
untuk menegakkan diagnosisnya dilakukan dengan penapisan berbagai penyebab lain (terutama
penyebab infeksi) dan dengan pemeriksaan sigmoidoskopi atau kolonoskopi dengan biopsi.
Serangan pertama kolitis ulseratif mempunyai gejala prodromal yang lebih lama daripada penyakit
infeksi akut. Bukti pendukung diagnosis kolitis ulseratif adalah ketidak terlibatan usus kecil.

Tabel 1.
Penyakit infeksi
Acute bacterial colitis ( acute self limited colitis)
Campylobacter
Salmonella
Shigella
Yersinia
Eschericia coli 0157: H7
Antibiotic associated diarrhea
Amebic Colitis
Immunocompromised Host
Cytomegalovirus
Herpes simplex virus
Neisseria gonorrhoeae
Blastocystis hominis
Chlamydia
Penyakit non infeksi
Crohn’s colitis
Ischemic colitis
Radiation colitis
Collagenous or microscopic colitis

2.3 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi kolon yag terkena penyakit ini diklasifikasikan sebagai:
Proktitis dan proktosigmoiditis (50%), mengenai lokasi rectum dan sigmoid
left-sided colitis (30%), mengenai lokasi kolon desenden (fleksura splenika)
extensive colitis (20%), mengenai lokasi kolon keseluruhan

Berdasarkan derajat keparahannya penyakit ini diklasifikasikan sebagai colitis ulseratif ringan,
sedang, dan berat (table 2), dengan menggunakan parameter frekuensi defekasi (per hari), pulsus
(denyut/menit), hematokrit (%), penurunan berat badan (%), temperature (°C/°F), LED (mm/h), dan
albumin (g/dl).
2.4 Etiologi
Penyebab pasti dari penyakit ini masih belum juga diketahui. Teori tentang apa penyebab kolitis
ulseratif sangat banyak, tetapi tidak satupun dapat membuktikan secara pas. Penelitian-penelitian
telah dilakukan dan membuktikan adanya kemungkinan lebih dari satu penyebab dan efek kumulasi
dari penyebab tersebut adalah akar dari keadaan patologis. Penyebabnya meliputi herediter, faktor
genetik, faktor lingkungan, atau gangguan sistem imun. Secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik.

Faktor ekstrinsik
1.Diet: asupan makanan cepat saji dan gula telah dihubungkan pada banyak penelitian dengan
kemungkinan menderita kolitis ulseratif.
2.Infeksi: beberapa peneliti menyatakan bahwa kolitis ulseratif dapat berhubungan dengan
beberapa infeksi saluran cerna yang disebabkan oleh mikroorganisme E. Coli. Satu teori menjelaskan
bahwa virus measles yang belum dibersihkan dari tubuh dengan tuntas dapat menyebabkan
inflamasi kronik ringan dari mukosa usus.
3.Obat-obatan: penelitian juga menunjukkan hubungan antara asupan oral pil kontrasepsi dan kolitis
ulseratif dapat menyebabkan pasien menderita serangan apalagi jika mengkonsumsi antibiotik dan
NSAIDs.

Hal yang terpenting adalah meskipun banyak dari orang yang memakan diet buruk atau mempunyai
infeksi E. Coli belum pasti akan menderita kolitis Ulseratif sehinga dapat disimpulkan bahwa masih
ada sesuatu yang membuat seseorang menjadi lebih rentan

Faktor intrinsik
1.Gangguan sistem imun: beberapa ahli percaya bahwa adanya defek pada sistem imun seseorang
berperan dalam terjadinya inflamasi dinding usus. Gangguan ini ada 2 jenis:
a.Alergi: beberapa penelitian menunjukan bahwa kolitis ulseratif adalah bentuk respon alergi
terhadap makanan atau adanya mikroorganisme di usus
b.Autoimun: penelitian terbaru menunjukkan bahwa kolitis ulseatif dapat merupakan suatu bentuk
penyakit autoimun dimana sistem pertahanan tubuh menyerang organ dan jaringan tubuh sendiri.
Diantaranya adalah usus besar.
2.Genetik: penelitian terbaru menujukkan bahwa faktor genetik dapat meningkatkan kecenderungan
untuk menderita kolitis ulseratif.
3.Faktor herediter: adanya anggota keluarga yang menderita kolitis ulseratif akan meningkatkan
resiko anggota keluarga lain untuk menderita penyakit serupa.
4.Psikosomatik: pikiran berperan penting dalam menjaga kondisi sehat atau sakit dari tubuh. Setiap
stres emosional mempunyai efek yang merugikan sistem imun sehingga dapat menyebabkan
penyakit kronik seperti kolitis ulseratif. Terdapat fakta bahwa banyak pasien kolitis ulseratif
mengalami situasi stres berat dikehidupannya.

2.5 Patofisiologi
Kolitis ulseratif merupakan penyakit primer yang didapatkan pada kolon, yang merupakan perluasan
dari rektum. Kelainan pada rektum yang menyebar kebagian kolon yang lain dengan gambaran
mukosa yang normal tidak dijumpai. Kelainan ini akan behenti pada daerah ileosekal, namun pada
keadaan yang berat kelainan dapat tejadi pada ileum terminalis dan appendiks. Pada daerah
ileosekal akan terjadi kerusakan sfingter dan terjadi inkompetensi. Panjang kolon akan menjadi 2/3
normal, pemendekan ini disebakan terjadinya kelainan muskkuler terutama pada koln distaldan
rektum. Terjadinya striktur tidak selalu didaptkan pada penyakit ini, melaikan dapat terjadi hipertrofi
lokal lapisan muskularis yang akan berakibat stenosis yang reversibel
Lesi patologik awal hanya terbatas pada lapisan mukosa, berupa pembentukan abses pada kriptus,
yang jelas berbeda dengan lesi pada penyakit crohn yang menyerang seluruh tebal dinding usus.
Pada permulaan penyakit, timbul edema dan kongesti mukosa. Edema dapat menyebabkan
kerapuhan hebat sehingga terjadi perdarahan pada trauma yang hanya ringan, seperti gesekan
ringan pada permukaan.
Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah menembus dinding kriptus dan
menyear dalam lapisan submukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa kemudian
terlepas menyisakan daerah yang tidak bermukosa (tukak). Tukak mula- mula tersebar dan dangkal,
tetapi pada stadium yang lebih lanjut, permukaan mukosa yang hilang menjadi lebih luas sekali
sehingga menyebabkan banyak kehilangan jaringan, protein dan darah.

2.6 Manifestasi Klinis


Tanda utama ialah perdarahan dari rektum dan diare bercampur darah, nanah, dan lendir. Biasanya
disertai tenesmus dan kadang inkontinensia alvi. Biasanya penderita mengalami demam, mual,
muntah, dan penurunan berat badan.
Terdapat tiga tipe klinis kolitis ulseratif yang sering terjadi, yan dikaitkan dengan seringnya gejala.
Kolitis ulseratif akut fulminan ditandai dengan awitan mendadak dan disertai pembentukan
terowongan dan pengelupasan mukosa, menyebabkan keilangan banyak darah dan mukus. Jenis
kolitis ini terjadi pada sekitar 10% penderita. Prognosisnya jelek dan sering terjadi komplikasi
megakolon toksik.
Sebagian besar penderita kolitis ulseratif merupakan jenis yang intermiten (rekuren). Timbulnya
kecenderungan selama- berbulan- bulan sampai bertahun- tahun. Bentuk ringan penyakit ditandai
oleh serangan singkat yang terjadi dengan interval berbulan-bulan sampai bertahun-tahun dan
berlangsung selama 1-3 bulan. Mungkin hanya terdapat sedikit atau tidak ada demam atau gejala-
gejala konstitusional, dan biasanya hanya kolon bagian distal yang terkena. Demam atau gejala
sistemik dapat timbul pada bentuk yang lebih berat dan serangan dapat erlangsung selama 3-4
bulan, kadang- kadang digolongkan sebagai tipe kronik kontinyu, penderita dibandingan dengan tipe
intermiten, kolon yang terkena cenderung lebih luas dan lebih sering terjadi komplikasi terus
menerus diare setelah serangan permulaan.
Pada kolitis ulseratif ringan, diare mungkin ringan dengan perdarahan ringan dan intermitten. Pada
penyakit yang berat defekasi dapat lebih dari 6 kali seharidisertai banyak darah dan mukus.
Kehilangan banyak darah dan mukus yang kronik dapat mengakibatkan anemia dan
hipoproteinemia. Nyeri kolik hebat ditemukan pada abdomen bagian bawah dan sedikit mereda
setelah defekasi. Sangat sedikit kematian yang disebabkan penyakit ini tapi dapat menimbulkan
cacat ringan atau berat.
Komplikasi sistemik antara lain berupa pyoderma dan arthropaty. Pada kolitis ulseratif juga terdapat
berbagai manifestasi diluar kolon.
Manifestasi kolitis diluar kolon:
1.Sistemik
laju endap darah tinggi
anemia feripriva
gangguan gizi: malnutrisi, gangguan pertumbuhan dan penurunan berat badan
2.Kulit dan mukosa (agak jarang)
eritema nodusum
eritema multiforme
pioderma gangrenosa
dematitis pustulosa
stomatistis aftosa
3.Uveitis dan iritis
4.kelainan orthopedik
arthralgia
arthritis
spondilitis ankilopoetika
5.kelainan hepato-pankreato-bilier
perikolangitis
sirosis hati
kolangitis sklerosans intrahepatik
kolelitiasis
karsinoma saluran empedu
insufisiensi pankreas

Pada pemeriksaan perut kadang di dapat nyeri tekan dan pada colok dubur mungkin terasa nyeri
karena adanya fisura.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Tidak ada pemeriksaan atau test khas. Pada rektosigmoidoskopi akan tampak gambaran radang, dan
pemeriksaan laboratorium di dapat adanya anemia, leukositosis, dan peninggian laju endap darah.
Pemeriksaan pencitraan kolon dapat terlihat kelainan mukosa dan hilangnya haustra. Pemeriksaan
radiologi dengan barium pada kolon membantu menentukan luas perubahan pada kolon yang lebih
proksimal, tetapi sebaiknya tidak dilakukan pada saat terjadi serangan akut, karena dapat
mempercepat terjadinya megakolontoksik dan perforasi. Kolonoskopi dan biopsi dapat seringkali
membantu membedakan kolitis ulseratif dan kolitis granulomatosa. Biopsi mukosa untuk tingkat
berat ringannya kelainan, menyingkirkan adnya lesi lain dan deteksi terhadap karsinoma, menilai
hasil pengobatan serta dalam rangka penelitian terhadap penyakit ini. Kolonoskopi dilakukan dengan
hati- hati karena dinding kolon sangat tipis.

2.8 Komplikasi
Komplikasi koitis ulseratif dapat bersifat lokal ataupun sistemik. Fistula, fisura dan abses rektal tidak
sering seperti pada colitis granulomatosa. Kadang- kadang terbentuk fistula rektovagina, dan
beberapa penderita dapat mengalami penyempitan lumen usus akibat fibrosis yang umumnya lebih
ringan.
Salah satu komplikai yang lebih berat adalah dilatasi toksik atau megakolon, dimana terjadi paralisis
fungsi motorik kolon tranversum disertai dilatasi cepat segmen usus tersebut. Megakolon toksik
paling sering menyertai pankolitis, mortalitas sekitar 30% dan perforasi usus sering terjadi.
Pengobatan untuk komplikasi ini adalah kolektomi darurat.
Komplikasi lain yang cukup bermakna adalah karsinoma kolon, dimana frekuensinya semakin
meningkat pada penderita yang telah menderita lebih dari 10 tahun pertama penyakit, mungkin hal
ini mencerminkan tingginya angka pankolitik pada anak.
Perkembangan karsinoma kolon yang terdapat dala pola penyakit radang usus menunjukkan
perbedaan penting jika dibandinkan dengan karsinoma yang berkembang pada populasi nonkolitik.
Secara klinis banyak tanda peringatan dini dari neoplasma yaitu perdarahan rektum, perubahan pola
buang air besar) akan menyulitkan interpretasi pola kolitis. Pada pasien kolitis distribusi pada kolon
lebih besar dari pada pasien nonkolitis. Pada pasien non kolitis sebagian esar karsinoma pada bagian
rekosigmoid, yang dapat dicapai dengan sigmoidoskopi. Pada pasien kolitis, tumor seringkali
multiple, datar dan menginfiltrasi dan tampaknya memilki tingkat keganasan yang lebih tinggi.
Komplikasi sistemik yang terjadi sangat beragam, dan sukar dihubungkan secara kausal terhadap
penyakit kolon. Komplikasi ini berupa pioderma gangrenosa, episkleritis, uveitis, skleritis, dan
spondilitis anilosa. Gangguan fungsi hati sering terjadi pada kolitis ulseratif dan sirosis
hatimerupakan komplikasi yang sudah dapat diterima. Adanya komplikasi sistemik berat dapat
menjadi indikasi pembedahan pada kolitis ulseratif, bahkan bila gejala- gejala kolon adalah ringan
sekalipun.

2.9 Tata Laksananya


Ada dua tujuan dari terapi yaitu: (1) menghentikan serangan akut dan simptomatik (tabel 3) dan (2)
mencegah serangan kambuhan.

Menghentikan serangan akut dan simptomatik


1.Asam 5- aminosalisilat
Asam 5- minosalisilat atau yang dikenal sebagai sulfasalazine menjadi obat pilihan utama dalam
pengobatan kolitis ulseratif yang ringan sampai sedang. Sedikit penelitian yang menerangkan adanya
obat baru yang lebih baik dari sulfasalazine dalam mengontrol inflamasi. 20 dari 30% pasien
mengalami intoleansi terhadap sulafasalazine atau dapat dikatakan alergi terhadap obat ini.

2.Kortikosteroid
Prednison dengan dosis 40- 60 mg/ hari secara oral terbukti dapat menyembuhkan 75- 90% pasien
dengan kolitis ulseratif. Seperti pada penyakit crohn, pengunaan kortikosteroid jangka panjang tidak
dianjurkan. Pasien yang diterapi dengan kortikosteroid harus diterapi berbarengan dengan asam 5-
aminosalisilat untuk mendapatkan keuntungan obat tersebut yaitu ”steroid sparing effect”. Setelah
terlihat adanya perbaikan, maka kortikosteroid di turunkan dngan cara ”tappering off” dalam jangka
waktu 6-8 minggu.
Pasien yang tidak responsif terhadap asam 5-aminosalisilat, kemudan diterapi dengan
hidrocortisone enema (100mg) satu sampai dua kali sehari. Kortikosteroid foam dan suppositoria
dapat digunakan untuk pengobatan ulseratif proktitis. Tetapi absorbsi sistemik yang signifikan
preparat tersebut dapat menyebabkan Cushing’s sindrome yang cepat.

3.Obat imunosupresant
Ada bukti yang mendukung keuntungan penggunaan analog purin, 6-mercaptopurine dan
azathioprine untuk terapi kolitis ulseratif. Penggunaan imunosupresant diindikasikan jika pasien
tidak respon atau ketergantungan terhadap kortikosteroid. Masih dimungkinkan untuk penggunaan
6-mercaptopurin dalam tahap awal penyakit pada beberapa pasien, tetapi penggunaannya jangan
menunda keempatan untuk operasi pada kolitis yang ekstensif yang juga beresiko untuk menderita
kanker. Penggunaan cyclosporin pada terapi kolitis ulseratif yang refrakter terhadap kortikosteroid
intravena dapat dicoba. Pada kelompok pasien ini cyclosporin intravena tampaknya menginduksi
remisi cepat pada lebih 80% pasien. Toksisitas berkaitan dengan cyclosporin berupa kejang,
hipertensi, nefrotoksik, dan juga resiko infeksi. Adanya efek samping tersebut harus
dipertimbangkan untuk penggunaan jangka lama pada pasien yang gagal dengan terapi 6-
mercaptopurin. Penggunaan methotrexate pada terapi kolitis ulseratif yang refrakter juga dapat
dicoba. Hal yang terpenting adalah penggunaan obat imunosupresant harus dipikirkan kemanjuran
dan toksisitasnya dibandingkan dengan outcome operasi.

4.Pembedahan
Secara umum indikasi terapi pembedahan adalah klitis ulseratif disertai perforasi, perdarahan hebat,
displasia atau kanker, dan tidak respon terhadap 7-10 hari terapi kortikosteroid ataupun cyclosporin.
Peran proktokolektomi pada pasien dengan penakit ekstensif yang lama masih kontroversial. Di
masa lalu operasi standar untuk kolitis ulseratif adalah proctokolectomy baik disertai dengan
ileostomy (Brooke) atau teknik yang lebih sulit continent ileostomy (Koch). Pada 15 tahun terakhir
ilmu pembedahan modern telah menggantikan prosedur proctokolectomy sebelumnya. Prosedur ini
adalah abdominal colectomi yang dilakukan dengan membuat anastomosis antara kantong (pouch)
distal ileum dengan rektum distal (cuff). Biasanya diverting ileostomy dilakukan juga untuk
memungkinkan pouch dan anastomosis menyembuh dalam beberapa bulan. Operasi ini disebut
ileoanal pullthrough atau ileal pouch-anal anastomosis. Modifikasi terbaru dari operasi ini dilakukan
dengan rectal mucosectomy dimana anastomosis dari ileal pouch ke rectum distal mendekati bagian
atas linea dentate (1-4 cm). anastomosis ileal pouch-distal rectum ini lebih mudah dikerjakan
terkadang tanpa harus dilakukan lagi diverting ileostomy. Komplikai yang sering terjadi pasca operasi
adalah pouchitis yang ditandai dengan frekuensi defekasi yang meningkat, urgensi, kram, dan
malaise. Hal tersebut berhubungan dengan adanya stasis dalam puoch. Gejala berespon baik
terhadap metronidazol.

Table 3.
Kolitis distal
Proktitis
Mesalamine supositoria, 500 mg per rectum 2x1, atau
Hydrocortisone foam, 90 mg per rectum per hari, atau
Hydrocortisone supositoria, 100 mg per rectum per hari
Proktosigmoiditis
Mesalamine enema, 4 g per rektum per hari, atau
Hydrocortison enema, 100 mg per rektum per hari
Kolitis ekstensif
Ringan sampai berat
Sulfasalazine, 1.5-3 g oral 2x1, atau
Mesalamine tablet (lepas lambat), 2.4-4.8 g/hari, atau
Jika tanpa respon tambahkan prednison, 40-60 mg/hari (taper 5 mg/minggu)
Berat
Methylprednisolone, 48-60 mg IV per hari

Mencegah kekambuhan
Pasien yang gagal mencapai remisi harus diprogramkan untuk terapi rumatan dengan 5-asam
aminosalisilat (Asacol, 800 mg-2.4 g/hari). Untuk penyakit yang ekstensif, sulfasalazine (1 g oral 2x1)
atau olsalazine (500 mg atau 1 g 2x1) dapat digunakan. Pasien dengan lesi terbatas dapat diterapi
dengan preparat rektal setiap 3 hari sekali. Dosis optimal untuk semua pasien harus
diindividualisasikan.

2.10 Diagnosis Banding


Selain yang tercantum dalam tabel 1 yang harus dipikirkan adalah karsinoma kolon, divertikulitis,
demam typoid, Crohn’s disease, tuberkulosis usus dan amubiasis. Biopsi dan pemeriksaan biakan
perlu untuk menyingkirkan penyakit lain dan menentukan diagnosis.

2.11 Prognosis
Kolitis ulceratif adalah penyakit seumur hidup dikarakteristikkan dengan eksaserbasi dan remisi.
Untuk sebagian besar pasien penyakit dapat dikontrol dengan terapi obat-obatan tanpa operasi.
Sebagian besar tidak memerlukan rawat inap. Manajemen yang tepat, sebagian besar pasien dapat
membuat hidup lebih produktif.

DAFTAR PUSTAKA

A. Price. S, Wilson. L. M, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Buku 1. cetakan 1. 1995.
EGC, Jakarta.

Anonim. The Merck Manual of Medical Information, 2nd ed. 2003. Merck & Co Inc. USA.

Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 4. Cetakan pertama 2000. EGC, Jakarta.

Longmore, M, Wilkinson, I. B, Rajagopalan, S. Oxford Handbook of Clincal Medicine, 6th ed. 2004.
Oxford University Press, USA.

McQuaid, K. R, Alimentary Tract in Current Medical Diagnosis & Treatment, 44th ed. 2005. Mc Graw-
Hill companies.

Purwono, H. Referat Kolitis Ulseratif. 2005. FK UII bagian Ilmu Penyakit Dalam.

interna

Comments

1.
trias saftariSeptember 5, 2010 at 9:23 PM

Alhamdulillah...
semoga blok antum bisa berguna bagi banyak orang.. :)

REPLY

2.
SRSNovember 14, 2010 at 11:40 AM

Amien.. syukrn jzklh..

REPLY

3.
vihelSeptember 4, 2015 at 12:05 PM

Assalammualaikum wr.wb
Apakah pada penyakit ini pola makan dan makanan juga harus dijaga? Mungkin ada semacam
pantangan atau yang lainnya. Mohon infonya, terimakasih. Salam
REPLY

4.
Sudarjanto NoorsaidMay 31, 2016 at 12:38 PM

Assalamu'alaikum wr wb,
Untuk yg diagnosanya ulserative colitis a/r rectosigmoid, terapi medikamentosa, saat ini diberikan
obat salofalk 500 mg, minum 3x2 / hari dan methylprednisoline 4 mg, minum 1x1 pagi hari, terapi ini
sdh jln dua bulan, skrng klu BAB msh ada darah, bgmn ya dokter penjelasannya, terimakasih
sblmnya, darjanto bd

REPLY

5.
Sudarjanto NoorsaidMay 31, 2016 at 12:40 PM

Assalamu'alaikum wr wb,
Untuk yg diagnosanya ulserative colitis a/r rectosigmoid, terapi medikamentosa, saat ini diberikan
obat salofalk 500 mg, minum 3x2 / hari dan methylprednisoline 4 mg, minum 1x1 pagi hari, terapi ini
sdh jln dua bulan, skrng klu BAB msh ada darah, bgmn ya dokter penjelasannya, terimakasih
sblmnya, darjanto bd

REPLY

6.
Dokter spesialis KelaminApril 17, 2017 at 3:22 PM

Kutil kelamin atau kondiloma ialah salah wahid masalah seksual yg mampu menyebar. factor ini
disebabkan lantaran kelamin yaitu masalah yg disebabkan oleh human papillomavirus (HPV).

Penularan berasal urusan ini berlangsung lewat kontak virus lewat kulit dgn kulit disaat gerakan
seksual berlangsung. satu orang mewarisi persoalan ini jikalau didalam kegiatan seksual termasuk
salah satunya telah dijalari kesulitan kelamin ini.

lantaran permasalahan ini merambat, sehingga keluhan ini amat rentan sosor siapa saja saja. Faktor-
faktor yg membangun urusan tertulis yakni lakukan jalinan seksual tidak dengan pengaman,
melaksanakan pertalian seksual dgn seorang yg tak terang riwayat seksualnya seperti apa, apakah ia
gemar gonta ubah pasangan atau tak, dan pun telah laksanakan gerakan seksual sejak umur cukup
umur. Penularan berasal bab kelamin ini lagi berlangsung lewat seks toys yg telah tertular virus
kelamin.

Bila pertanyaan masih belum sanggup terpecahkan serta-merta menghubungi dokter spesialis Klinik
apollo pada wawancara lebih lanjut di Hotline No. (021)-62303060.

Pengobatan kulup di klinik | Biaya obat kulup

Solusi sembuhkan Ejakulasi dini sampai tuntas | Klinik sunat Apollo jakarta pusat
Konsultasi dokter spesialis | Free Chat

REPLY

7.
Dokter spesialis KelaminMay 9, 2017 at 3:52 PM

Herpes labialis atau cold sores yakni bengkak yg di tandai dgn timbulnya ketimbis yg disertai
bersama rasa nyeri buat narasi atau bidang lain awal ucapan, di sebabkan oleh virus Herpes Simplex
kategori 1 ( HSV-1).

komando dan pertanda Herpes Labialis :

rata-rata unjuk pada 4 step, adalah :

step 1 : ada rasa geli, gatal atau sensasi terbakar di kurang lebih firman atau belalai tatkala 1-2 hri.
Ada yg disertai demam serta pembengkakan kelenjar getah bersih di leher dan ada yg tidak.

step 2 : unjuk titik-titik berkualitas air, dekat wujud satu atau bersinambung seperti tandan, amat
sering disertai rasa nyeri.

step 3 : titik-titik berkualitas air bakal tamam menempa timbil yg basah. terhadap step ini virus bakal
gampang sekali merambat buat orang.

step 4 : bisul sejak mulai mengering dan sembuh.

umumnya awal munculnya step 1 hingga step 4 butuh ketika selagi 2-3 minggu.

diwaktu persoalan ini sehat, virus Herpes simplex tidaklah penyap malahan mengendap di sel-sel
saraf, menjauh bersumber system daya tahan, maka kepada keadaan tertentu virus ini bisa unjuk
sedang ke tekstur kulit dan menjelmakan bengkak ulang.

nanah ujian umumnya dipicu oleh :

- Sengatan surya buat bibir


- Demam
- Flu/pilek
- iklim dingin
- Alergi makanan
- luka di mulut
- Pengobatan gigi
- Stress
- terlampaui lelah

bagi sebahagian agung pasien, abses kuis Herpes Simplex tipe-1 kemungkinan cuma memunculkan
singkat kesukaran nyeri, melainkan faktor ini sanggup berakibat fatal kepada :
- pasien kelainan system daya tahan contohnya( AIDS)
- pesakit yg menjalani kemoterapi
- pesakit yg menjalani terapi penyinaran
- pesakit yg menjalani pencangkokan sumsum tulang.

terhadap beberapa orang termuat, ketimbis terungkap di perkataan yg bertakaran agung dapat
menggelisahi makan dan penyebaran virus ke otak mampu berakibat fatal.

Andrologi | bagaimana mengatasi kulup panjang

Apakah sunat sakit | Metode sunat modesn terkini

hubungi Dokter | Chatting gratis

REPLY

8.
Rizky SetiadiNovember 5, 2017 at 4:24 PM

Bagaimana mengobati kencing nanah tanpa obat?

Mengobati kencing nanah tanpa obat mungkin sangat kecil kemungkinan yang bisa dilakukan
dengan cara ini. Karena jika anda menderita penyakit maka anda harus melakukan pemeriksaan dan
pengobatan dengan dokter yang tentunya akan diberikan obat yang sesuai dengan penyebabnya.
Apa yang anda rasakan jika anda terkena atau terinfeksi penyakit menular seksual ini?

1. Stress, Malu, Takut di Kucilkan


2. Putus asa
3. Malu untuk melakukan pemeriksaan dengan dokter

"Jika anda merasakan gejala atau tanda2 kencing nanah, jangan merasa malu untuk melakukan
pemeriksaan. segera lakukan pengobatan secepat mungkin untuk membantu anda agar terhindar
dari infeksi penyakit lain yang dapat di timbulkan dari penyakit kencing nanah."
Silahkan konsultasikan keluhan yang anda rasakan pada kami. Klinik apollo merupakan salah satu
klinik sepesialis kulit dan klamin terbaik di jakata. Ditunjang tekhnologi modern serta dokter yang
sudah berpengalaman dibidangnya, kami dapat membantu memberikan solusi untuk keluhan
penyakit kelamin yang anda rasakan.

Kunjungi halaman facebook kami di : Klinik Spesialis Kelamin Apollo

Kulup panjang | Kulup bermasalah tidak usah mau sunat

Ejakulasi dini bisa sembuh | Sunat dewasa di klinik apollo

Chat | Klini chat

REPLY
Post a Comment

Popular posts from this blog

Appendicitis Akut dan Appendicitis Infiltrat

November 12, 2009

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. PENGERTIAN

Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut
yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan,
tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10-30 tahun (Kapita Selekta 2000)

Appendiks terletak di ileocaecum, pertemuan di 3 tinea (Tinea libera, tinea colica, dan tinea
omentum). Bentuk tabung panjang 7-10 cm, diameter 0,7 cm. Memiliki beberapa jenis posisi yaitu:
1.Ileocecal
2.Antecaecal
3.Retrocaecal
4.Hepatica
5.Pelvica
Vaskularisasi dari appendiks: a. Appendicularis, cabang dari a. Iliocaecalis, cabang dari A. Mesentrika
superior. Inervasinya simpatis berasal dari N. Thoracalis 10 sedangkan parasimpatis : N. Vagus
(C.10)
Apendiks memiliki topografi yaitu pangkal appendiks terletak pada titik Mc Burney.
Garis Monroe : Garis antara umbilicus dengan SIAS dekstra
Titik Mc Burney : 1/3 bagian dari SIAS dekstra pada garis Monroe
Titik Lanz : 1/6 b…

READ MORE

Cedera Kepala

October 29, 2009

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI
Menurut Dawodu (2002) dan Sutantoro (2003), cedera kepala adalah trauma yang mengenai calvaria
dan atau basis cranii serta organ-organ di dalamnya, dimana kerusakan tersebut bersifat non-
degeneratif / non-kongenital, yang disebabkan oleh gaya mekanik dari luar sehingga timbul
gangguan fisik, kognitif maupun sosial serta berhubungan dengan atau tanpa penurunan tingkat
kesadaran.

2.2. PATOFISIOLOGI
Fungsi otak sangat bergantung pada tersedianya oksigen dan glukosa. Meskipun otak hanya seberat
2 % dari berat badan orang dewasa, ia menerima 20 % dari curah jantung. Sebagian besar yakni 80 %
dari glukosa dan oksigen tersebut dikonsumsi oleh substansi kelabu.
Cedera kepala yang terjadi langsung akibat trauma disebut cedera primer. Proses lanjutan yang
sering terjadi adalah gangguan suplai untuk sel yaitu oksigen dan nutrien, terutama glukosa.
Kekurangan oksigen dapat terjadi karena berkurangnya oksigenasi darah akibat kegagalan fungsi
paru, atau karena aliran …

READ MORE

Hernia : Definisi Hingga Penatalaksanaan

October 29, 2009

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Hernia adalah penonjolan jaringan atau organ suatu rongga melalui defek atau bagian lemah (lokus
minoris) yang normalnya tidak dapat dilewati, keluar ke bawah kulit atau masuk rongga lainnya yang
terjadi secara kongenital atau akuisita.(1, 3, 4, 5, 6)

2.2. Anatomi
Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian
terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus transversus abdominis. Di medial bawah,
di atas tuberkulum pubikum, dikanal dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari
aponeurosis muskulus oblikus eksternus. Atapnya ialah aponeurosis muskulus oblikus eksternus dan
didasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma pada pria, dan ligamentum
rotundum pada wanita. (1,3)

Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga
peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika i…

READ MORE

Powered by Blogger

Theme images by Veronica Olson

SANI SOLEMAN

VISIT PROFILE

Blog Arsip

Labels
Report Abuse

Komentar

Teman

Follow this blog

Translate

Anda mungkin juga menyukai