Peritoneal Dialisis
Peritoneal Dialisis
DIALISIS PERITONEUM
Dialisis perotoneum adalah dialisis yang menggunakan membran peritoneum sebagai sarana
petukaran cairan dialisis; berbeda dengan hemodialisis yang melalui pembuluh darah.Tujuan
dialisis ialah mengeluarkan zat-zat toksik dari tubuh seperti ureum yang tinggi pada GGA atau
GGK, atau racun didalam tubuh dan lain sebagainya.
Indikasi
Dibedakan indikasi klinik dan biokimis
Indikasi Klinik:
Indikasi Biokemis
1. Ureum darah lebi dari 250 mg%. Ureum sendiri tidak sangat toksik, tetapi diperlukan
pemeriksaan ureum secara teratur selama dialisis.
2. Kalium darah lebih dari 8 mEq/L. Peninggian kadar kalium darah lebih dari 8 mEq/L
dapat menimbulkan atetmia jantung yang fatal.
3. Bikarbonat darah kurang dari 12 mEq/L. Kadar bikarbonat darah yang rendah akan
merupakan peluang terjadinya asidosis metabolik. Kadar bikarbonat plasma yang rendah
secara klinik ditunjukan adanya pernafasan yang cepat dan dalam. Kontraindikasi mutlak
pada hakekatnya tidak ada, tetapi harus hati-hati terhadap kemungkinan adanya
peritonitis lokal, fistel atau kolostomi, penyakit abdomen, anastomosis pembuluh darah
besar abdomen, perdarahan yang sukar diatasi.
1. Set untuk dialisis (terdiri dari: Selang/kateter khusus yang telah dilengkapi dengan klem.
Kateter tersebut dimasukan kedalam rongga peritoneum dan bagian sebelah luar salah
satu cabangnya dihubungkan dengan penampung urine (urine bag) atau kantong
plastyikkhusus yang ada skalanya dan cabang yang lain ke botol cairan.
2. Stylet atau bisturi kecil, trokar yang sesuai dengan ukuran kateter, pinset
3. Sarung tangan steril
4. Kasa dan kapas lidi steril
5. Arteri klem 2
6. Spuit 2 cc, 5 cc, 10 cc dan 20 cc
7. Desinfektan: yodium/betadin 10% alkohol 70%
8. Novocain 2%
9. Gunting, plester, pembalut
10. Pengikat tangan atau kaki
11. Bengkok
12. Kertas untuk catatan
13. Tempat pemanas cairan yang harus selalu terisi air panas (khusus bila ada untuk pemanas
cairan yang elektrik).
Persiapan pasien
Bila pasien masih sadar diberitahukan dan diberikan dorongan moril agar pasien tidak takut.
Satu jam sebelum dialisis dilaksanakan kulit pada permukaan perut sampai di daerah simpisis
dibersihkan dengan air dan sabun kemudian sesudahnya dikompres dengan alkohol 70% sampai
dialisis akan di mulai. Beritahukan pasien agar kompres tetap di tempatnya.
Pasien dipasang infus.Kandung kemih dikosongkan.Pasien disuruh berkemih atau dipasang
kateter.Pasang pengikat pada tangan dan kaki (sambil dibujuk dan ikatan jangan terlalu
kencang).
Pelaksanaan Dialisis
Biula terjadi saat pengisian abdomen. Tindakannya selang segera di jepit (diklem), pasien
diubah posisinya misalnya didudukan. Jika tidak ada perbaikan kateter harus diperbaiki
(oleh dokter). Nyeri hebat mendadak mungkin disebabkan ruptur peritoneum.
Bila mengikuti drainase, isi kembali ke ruang abdomen dengan sebagian dialisat.
Penyumbatan drain.
Hipokalsemia; dicegah dengan menambahkan 3,5-4 mEq/L kalsium per liter dialisat.
Hidrasi berlebihan dapat diketahui dengan mengukur berat badan tiap 8 jam. Berat badan pasien
akan turun 0,5-1% setiap hari. Jika meninggi berikan dialisat dextrose 2-7 % atau ke dalam
cairan dialisat ditambahkan cairan dextrose 1,5% dan 7% berganti-ganti atau bersama-sama
dengan perbandingan 1:1.
Hipovolemia dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah dan mengawasi tanda-tanda
renjatan. Jika ada berikan albumin 5% secara intravena atau infus dengan NaCl 0,9%.
Hipokalemia ditentukan dengan cara mengukur kadar kalium darah dan mengawasi perubahan
EKG yang terjadi (gejalanya: perut kembung, nadi lemah).
Infeksi dicurigai bila cairan dialisat yang dikeluarkan keruh atau berwarna.Peritonitis terjadi
biasanya karena kuman gram negatif atau streptococus aures.Berikan antibiotik.
Hiperglikemi terjadi karena absorbsi glukosa dari dialisat. Bila kadar glukosa darah meningkat,
koreksi dengan memberikan insulin dengan dosis yang sesuai.
Hipoproteinemia timbul karena keluarnya protein dalam dialisat.Bila terjadi, tindakannya
diberikan albumin atau plasma.
Pneumoni dan atelektasis diberikan pengobatan baku.
Sindrom disekuilibrium dialisis lebih sering terjadi pada hemodialisis. Dapat terjadi selama
dialisis atau setelah 24 jam pertama yang ditandai oleh gejala kelemahan umum, mengantuk,
bingung. Lebih berat terdapat gejala tegang, hipertensi, berhentinya pernafasan dan denyut
jantung.Diduga patogenesisnyan karena meningginya osmolalitas cairan serebrospinal
dibandingkan dengan cairan eksrtaseluler.Perbedaan osmolalitas menyebabkan masuknya cairan
kedalam otak.Sindrom ini diatasi dengan pemberian glukosa hpertoik secara intravena dan
diharap dapat mengubah perbedaan osmolalitas hingga kembali normal.
Dapat terjadi, hiperglikemih nonketon sebagai akibat pengaruh osmosis glukosa yang
memasuki ruang ekstraseluler selama dialisis yang tidak dimetabolisme secara sempurna pada
saat uremia.Kadar glukosa dapat melampaui 500mg%. Untuk menurunkan kadar tersebut
diperlukan insulin. Jika menggunakan cairan yang 7% dapat terjadi dehidrasi ekstraseluyler dan
deplesi volume pembuluh darah yang menimbulkan renjatan.
Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah resiko terjadi komplikasi dan gagguan rasa aman
dan nyaman.
Risiko komplikasi
Pasien yang dilakukan dialisis adalah pasien yang sakit payah sedangkan dialisis merupakan
tindakan yang penuh resiko dengan berbagai komplikasi.Oleh karena itu pasien yang dilakukan
tindakan dialisis memerlukan pengawasan yang cermat.Untuk ini biasanya diperlukan 1-2 tenaga
khusus yang selalu ada di tempat dialisis.
Adanya berbagai komplikasi dari sakit perut, perut kembung, kejang, renjatan sampai dengan
koma, maka pasien memerlukan pengawasan tanda-tanda pital setiap saat. Tekanan darah diukur
stiap jam, bila perlu lebih sering, oleh karena itu tensi meter dipasang tetap. Juga menghitung
nadi pernapasan serta suhu dilakukan lebih sering sesuai dengan keadaan pasien.Jika terjadi hal-
hal yang tidak semestinya pada pelaksanaan dialisis (yang memasukan dan mengeluarkan cairan
dialisa perawat) setelah dilakukan tindakan sesuai petunjuk dokter pada daftar dialisis supaya
segera menghubungi dokter.Pengawasan tanda-tanda vital dan gangguan yang terjadi selama
dialisis (bila ada) selalu dicatat dalam catatan khusus.Jumlah urine yang sebelum dibuang juga
dicatat.Perhatikan sesuai atau tidak.Obat-obatan diberikan sesuai petunjuk.Dan harus selslu
disediakan obat yang diperlukan sewaktu-waktu.Juga alat untuk EKG. Ureum dikontrol setiap 3
jam/6 jam sesuai petunjuk dokter atau melihat keadaan pasien. Berat badan ditimbang setiap 8
jam. Setelah dialisis selesai, luka ditutup denan kasa steril yang diolesi dengan salep antibiotik,
diplester kemudian pasien dipasang gurita.Selama 24 jam berikutnya, pasien diobservasi terus
karena komplikasi masih mungkin terjadi.
Gangguan rasa aman dan nyaman
Tindakan dialisis tentu merupakan hal yang menakutkan pasien, selain timbul rasa sakit juga
takut melihat alat-alatnya.Biasanya dialisis dilakukan diruangan khusus jika tidak di ICU.Oleh
karena itu jika pasien tidak payah atau koma perlu pendekatan yang baik.Berikan dorongan agar
tidak takut dan jelaskan mengapa perlu dilakukan dialisis.Untuk memberikan rasa aman biasanya
orang tua di izinkan menunggu.Selama dialisis pasien boleh makan dan minum, dan keluarga
boleh membantu memberikannya.Dengan adanya keluarga disisinya dan perhatian dari
perawatnya gangguan rasa aman dan nyaman dapat dikurangi
DAFTAR PUSTAKA
Blake, Wright, Waetchter, Anomalous Formation of the Genito Tract, Edisi VIII, USS. 1970.
diposting oleh Lutfi Parisi