Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN SISTEM IMUN

A. DEFINISI

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme

yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan

mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini

mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme

akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit,

serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel
organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa.

Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru

agar dapat menginfeksi organism (Bratawidjaja, 2004)

B. ORGAN SISTM IMUN

Semua sel sistem imun berasal dari sumsum tulang. Stem cells

pluripoten berdiferensiasi menjadi limfosit, granulosit, monosit, eritrosit,

dan megakariosit. Defisiensi dan disfungsi stem cells atau berbagai

turunan sel yang berkembang darinya menyebabkan defisiensi imun

dengan beragam ekpresivitas dan keparahan Timus yang berasal dari

kantong faring ketiga dan keempat, berfungsi menghasilkan limfosit T

dan merupakan tempat diferensiasi awal limfosit T.

Getah bening berbentuk kacang kecil disepanjang perjalanan

limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, aksila,

selangkangan dan daerah para-aorta. Pengetahuan tentang situs kelenjar

getah bening yang penting dalam pemeriksaan fisik pasien (Aryulina,

2007).
C. FUNGSI SISTEM IMUN

Sistem Imun adalah satu sistem terpenting yang terus menerus

melakukan tugas dan kegiatan dan tidak pernah melalaikan tugas-nya

adalah sistem kekebalan tubuh. Sistem ini melindungi tubuh sepanjang

waktu dari semua jenis penyerang yang berpotensi menimbulkan penyakit

pada tubuh kita. Ia bekerja bagi tubuh bagaikan pasukan tempur yang

mempunyai persenjataan lengkap.

Setiap sistem, organ, atau kelompok sel di dalam tubuh mewakili

keseluruhan di dalam suatu pembagian kerja yang sempurna. Setiap

kegagalan dalam sistem akan menghancurkan tatanan ini. Sistem imun

sangat sangat diperlukan bagi tubuh kita. Sistem imun adalah sekumpulan

sel, jaringan, dan organ yang terdiri atas (Akib, 2007) :

1. Pertahanan lini pertama tubuh

Merupakan bagian yang dapat dilihat oleh tubuh dan berada pada

permukaan tubuh manusia sepeti kulit, air mata, air liur, bulu hidung,

keringat, cairan mukosa, rambut.

2. Pertahanan lini kedua tubuh

Merupakan bagian yang tidak dapat dilihat seperti timuss, limpa,

sistem limfatik, sumsum tulang, sel darah putih/leukosit, antibody dan

hormone

Semua bagian sistem imun ini bekerja sama dalam melawan

masuknya virus, bakteri, jamur, cacing, dan parasit lain yang memasuki

tubuh melalui kulit, hidung, mulut, atau bagian tubuh lain. Fungsi dari

sistem imun antara lain:

1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit dengan

menghancurkan dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi


asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke

dalam tubuh

2. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak untuk perbaikan

jaringan

3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.

Dan sasaran utama yaitu bakteri pantogen dan virus. Leukosit

merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag dan sel

mast.

D. FISIOLOGIS

1. Imunitas bawaan dan didapat

Organisme hidup memperlihatkan dua tingkat respon terhadap

invasi eksternal. Sistem imun bawaan (innate) alami dan sistem adaptif

yang bersifat didapat. Imunitas bawaan terdapat sejak lahir, cepat

dimobilisasi dan aktivitasnya bersifat non-spesifik. Permukaan kulit

berfungsi sebagai lini pertahanan pertama sistem imun bawaan,

sementara enzim, jalur sistem komplemen alternatif, protein fase-akut,

sel NK, dan sitokin membentuk lapisan pertahanan tambahan.

Sistem imun adaptif ditandai oleh spesifisitas terhadap benda

asing dan ingatan imunologis yang memungkinkan terjadinya respon

yang lebih intensif terhadap pertemuan berikutnya dengan benda yang

sama atau terkait erat. Introduksi suatu rangsangan ke sistem imun

adaptif memicu suatu rangkaian kompleks proses yang menyebabkan

pengaktifan limfosit.

2. Antigen (Imunogen)

Zat asing yang dapat memicu respons imun disebut antigen

atau imunogen. Imunogenisitas mengisyaratkan bahwa zat tersebut


memeiliki kemampuan untuk bereaksi dengan produk-produk sistem

imun adaptif. Sebagian besar antigen merupakan protein, meskipun

karbohidrat murni juga dapat berlaku sebagai antigen.

Masuknya zat melalui mukosa (saluan napas atau cerna)

merangsang pembentukan antibodi lokal. Antigen larut diangkut ke

jaringan limfe regional melalui pembuluh limfe aferen sementara

antigen lainnya diangkut oleh sel dendritik fagositik.

Organ limfoid perifer regional dan limpa adalah tempat bagi

respon imun utama terhadap antigen oleh limfosit dan sel penyaji

antigen (antigen presening cell, APC).

3. Respon imun

Respon imun terhadap antigen dalam darah biasanya dimulai

di limpa, sedangkan respon jaringan terhadap mikroorganisme terjadi

dikelenjar limfe lokal. Antigen yang dijumpai melalui rute inhalasi

atau ingesti mengaktifkan sel-sel dijaringan limfoid terkait mukosa.

E. ETIOLOGI GANGGUAN SISTEM IMUN

1. Sistem kekebalan tubuh yang kurang aktif dapat menyebabkan (Mader,

2010) :

a. Immune deficiency conditions adalah kelompok besar penyakit

sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari berbagai macam penyakit

yang menekan sistem imun. Seringkali penyebab immune

deficiency conditions didasari oleh penyakit kronis. Gejala-gejala

dari immune deficiency conditions adalah sama dengan penyakit

yang mendasarinya.

b. SCID (Severe Combined Immunodeficiency) adalah gangguan

sistem imun yang diturunkan. Penyebab SCID adalah serangkaian


kelainan genetik, terutama dari kromosom X. Beberapa jenis

infeksi yang berulang umum terjadi pada orang yang menderita

SCID. Selain itu, penderita juga rentan terhadap meningitis,

pneumonia, campak, cacar air. Penyakit sistem imun SCID pada

anak akan mulai terlihat dalam 3 bulan pertama kelahiran.

c. HIV/AIDS adalah masalah kegagalan sistem imun yang serius.

Merupakan penyebab terbanyak kematian. AIDS akan terjadi pada

tahap akhir dari perkembangan HIV. Kesehatan klien akan

memburuk secraa perlahan. AIDS akan membuat penderita rentan

pilek dan flu dan yang serius seperti pneumonia dan kanker.

2. Sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif bisa menyebabkan:

a. Alergi (yang disebabkan oleh jenis makanan, obat-obatan, sengatan

serangga atau zat tertentu) bisa didefinisikan sebagai respon sistem

kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap zat yang umumnya

tidak berbahaya. Ada banyak alergen. Dalam banyak kasus, ada

lebih dari satu alergen yang merangsang reaksi alergi. Gejala alergi

yang sering merupakan masalah ringan.

b. Anafilaksis adalah bentuk alergi yang serius dan ekstrim. Alergen

dari makanan, obat-obatan atau gigitan serangga, bisa memicu dan

menyebabkan serangkaian gejala fisik yang tidak menyenangkan.

Ruam gatal, tenggorokan bengkak dan penurunan tekanan darah

merupakan gejala umum anafilaksis.

c. Asma adalah gangguan paru-paru kronis yang disebabkan

peradangan pada saliran udara. Alergen, iritasi atau bahkan

stimulan seperti aktivitas fisik dapat memicu peradangan. Gejala

asma meliputi mengi, batuk, sesak napas, sesak dada.


d. Penyakit autoimun adalah sekelompok gangguan sistem imun. Sel-

sel sistem imun salah menafsirkan sinyal. Dan mulai menyerang

sel-sel tubuh itu sendiri

3. Gangguan sistem kekebalan tubuh lainnya:

a. Chediak Higashi Syndrome.

b. Common Immunodeficiency Variable.

c. Hay Fever

d. Hives

e. HTLV (Human T-lymphotropic Virus Type 1)

f. Hyper-IgE Syndrome (Hyperimmunoglobulin E Syndrome).

g. Hyper-IgM Syndrome (Hyperimunoglobulin M Syndrome).

h. Primary Immune Deficiency.

i. Selective IgA Defisiensi (Selective Immunoglobulin A Defisiensi)

j. Alergi Kulit.

k. XLA (X-Linked Agammaglobulinemia).

F. PATOFISIOLOGI

Menurut (Rifai, 2011) patofisiologi yang dapat menyebabkan gangguan

sistem imun yaitu:

1. Usia

Frekuensi dan intensitas infeksi akan meningkat pada orang

yang berusia lanjut dan peningkatan ini disebabkan oleh penurunan

untuk bereaksi secara memadai terhadap mikroorganisme yang

menginfeksinya. Produksi dan fungsi limfosit Tdan B dapat terganggu

kemungkinan penyabab lain adalah akibat penurunan antibodi untuk

membedakan diri sendiri dan bukan diri sendiri. Penurunan fungsi

sistem organ yang berkaitan dengan pertambahan usia juga turut


menimbulkan gangguan imunitas. Penurunan sekresi serta motilitas

lambung memungkinkan flora normal intestinal untuk berploriferasi

dan menimbulkan infeksi sehingga terjadi gastroenteritis dan diare.

2. Gender

Kemampuan hormon-hormon seks untuk memodulasi imunitas

telah diketahui dengan baik. Ada bukti yang menunjukkan bahwa

estrogen memodulasi aktifitas limfosit T (khususnya sel-sel supresor)

sementara androgen berfungsi untuk mempertahankan produksi

interleukin dan aktifitas sel supresor. Efek hormon seks tidak begitu

menonjol, estrogen akan memgaktifkan populasi sel B yang berkaitan

dengan autoimun yang mengekspresikan marker CD5 (marker

antigenic pada sel B). Estrogen cenderung menggalakkan imunitas

sementara androgen bersifat imunosupresif. Umumnya penyakit

autoimun lebih sering ditemui pada wanita dari pada pria.

3. Nutrisi

Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi

imun yang optimal. Gangguan imun dikarenakan oleh defisiensi

protein kalori dapat terjadi akibat kekurangan vitamin yang diperlukan

untuk mensintesis DNA dan protein. Vitamin juga membantu dalam

pengaturan poliferasi sel dan maturasi sel-sel imun. Kelebihan atau

kekurangan unsur-unsur renik (tembaga, besi, mangan, selenium atau

zink) dalam makanan umumnya akan mensupresi fungsi imun. Asam-

asam lemak merupakan unsur pembangun (building blocks) yang

membentuk komponen structural membrane sel. Lipid merupakan

prekursir vitamin A,D,E, dan K disamping prekursir kolesterol. Jika


kelebihan maupun kekurangan asam lemak ternyata akan mensupresi

fungsi imun.

4. Faktor-faktor psikoneuro imunologik

Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi

terhadap neurotransmitter serta hormon-hormon endokrin.Limfosit

dapat memproduksi dan mengsekresikan ACTH serta senyawa-

senyawa yang mirip endokrin.

Neuron dalam otak, khususnya dalam hipotalamus, dapat

mengenali prostaglandin, interferon dan interleukin di samping

histamine dan serotonin yang dilepaskan selama proses inflamasi.

Sebagaimana sistem biologi lainnya yang berfungsi untuk kepentingan

homoestasis, sistem imun di integrasikan dengan berbagai proses

psikofisiologik lainnya dan diatur serta dimodulasikan oleh otak.

5. Kelainan organ yang lain

Keadaan seperti luka bakar atau cedera lain, infeksi dan kanker

dapat turut mengubah fungsi sistem imun. Luka bakar yang luas atau

faktor-faktor lainnya menyebabkan gangguan integritas kulit dan akan

mengganggu garis pertama pertahanan tubuh hilangnya serum dalam

jumlah yang besar pada luka bakar akan menimbulkan deplesi protein

tubuh yang esensial, termasuk immunoglobulin. Stresor fisiologi dan

psilkologik yang disertai dengan stress karena pembedahan atau cidera

kan menstimulasi pelepasan kortisol serum juga turut menyebabkan

supresi respon imun yang normal

Keadaan sakit yang kronis dapat turut mengganggu sistem imun

melalui sejumlah cara. Kegagalan ginjal berkaitan dengan defisiensi

limfosit yang beredar. Fungsi imun untuk pertahanan tubuh dapat


berubah karena asidosis dan toksin uremik. Peningkatan insidensi

infeksi pada diabetes juga berkaitan dengan isufisiensi vaskuler,

neuropati dan pengendalian kadar glukosa darah yang buruk. Infeksi

saluran nafas yang rekuren berkaitan dengan penyakit paru obstruksi

menahun sebagai akibat dari berubahnya fungsi inspirasi dan ekspirasi

dan tidak efektifnya pembersihan saluran nafas

6. Penyakit kanker

Imunosekresi turut menyebabkan terjadinya penyakit kanker.

Namun, penyakit kanker sendiri bersifat imunosupresif. Tumor yang

besar dapat melepaskan antigen ke dalam darah, antigen ini akan

mengikat antibodi yang beredar dan mencegah antibodi tersebut agar

tidak menyerang sel-sel tumor. Lebih lanjut, sel-sel tumor dapat

memiliki faktor penghambat yang khusus yang menyalut sel-sel tumor

dan mencegah pengahancurannya oleh limposit T killer. Dalam

stadium awal pertumbuhan tumor, tubuh tidak mampu mengenali

antigen tumor sebagai unsur yang asing dan selanjutnya tidak mampu

memulai distruksi sel-sel yang maligna tersebut. Kanker darah seperti

leukemia dan limpoma berkaitan dengan berubahnya produksi serta

fungsi sel darah putih dan limposit

7. Obat—obatan

Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan yang

dikehendaki maupun yang tidak dikehendaki pada fungsi sistem imun.

Ada empat klasifikasi obat utama yang memiliki potensi untuk

menyebabkan imunosupresi: antibiotic, kortikostreoid, obat-obat anti-

inflamasi nonsteroid (NSAID Nonsteroidal anti inflamatori drugs) dan

preparat sitotoksik.
8. Radiasi

Terapi radiasi dapat digunakan dalam pengobatan penyakit

kanker atau pencegahan rejeksi allograft. Radiasi akan

menghancurkan limfosit dan menurunkan populasi sel yang diperlukan

untuk menggantikannya. Ukuran atau luas daerah yang akan disinari

menentukan taraf imunosupresi. Radiasi seluruh tubuh dan dapat

mengakibatkan imunosupresi total pada orang yang menerimannya.

9. Genetik

Interaksi antara sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas

genetik. Secara genetik respons imun manusia dapat dibagi atas

responder baik, cukup, dan rendah terhadap antigen tertentu. Ia dapat

memberikan respons rendah terhadap antigen tertentu, tetapi terhadap

antigen lain tinggi sehingga mungkin ditemukan keberhasilan

vaksinasi yang tidak 100%. Faktor genetik dalam respons imun dapat

berperan melalui gen yang berada pada kompleks MHC dengan non

MHC.

10. Kehamilan

Salah satunya yaitu Infeksi. Beberapa infeksi yang terjadi secara

kebetulan selama kehamilan dapat menyebabkan cacat sejak lahir.

Campak jerman (rubella) bisa menyebabkan cacat sejak lahir,

terutama sekali pada jantung dan bagian dalam mata. Infeksi

cytomegalovirus bisa melewati plasenta dan merusak hati dan otak

janin.

Listeriosis, infeksi bakteri, juga bisa membahayakan janin.

Infeksi bakteri pada vagina (seperti bakteri vaginosis) selama

kehamilan bisa menyebabkan persalinan sebelum waktunya atau


membran yang berisi janin gugur sebelum waktunya. Pengobatan pada

infeksi dengan antibiotik bisa mengurangi kemungkinan masalah-

masalah ini.

G. MANIFESTASI KLINIS

1. Tanda :

a. Sebagian besar bayi yang sehat mengalami infeksi saluran

pernafasan sebanyak 6 kali atau lebih dalam 1 tahun, terutama jika

terlular oleh anak lain. Sebaliknya, bayi dengan gangguan sistem

imun, biasanya menderita infeksi bakteri berat yang menetap,

berulang atau menyebabkan komplikasi. Misalnya infeksi sinus,

infeksi telinga menahun dan bronkitis kronis yang biasanya terjadi

setelah demam dan sakit tenggorokan. Bronkitis bisa berkembang

menjadi pneumonia.

b. Kulit dan selaput lendir yang melapisi mulut, mata dan alat

kelamin sangat peka terhadap infeksi.

c. Thrush merupakan suatu infeksi jamur dimulut disertai luka

dimulut dan peradangan gusi, bisa merupakan pertanda awal dari

adanya gangguan sistem kekebalan.

d. Peradangan mata (konjungtivitis) , rambut rontok, eksim yang berat

dan pelebaran kapiler dibawah kulit merupakan pertanda dari

penyakit immunodefisiensi.

e. Infeksi pada saluran pencernaan bisa menyebabkan diare

pembentukan gas yang berlenihan dan penuruna berat badan.

2. Tanda defisiensi imun kombinasi yang berat

a. Sering terjadi infeksi virus atau jamur dibandingkan bakteri.

b. Diare kronik umum terjadi sering disebut gastroenteritis.


c. Infeksi respiratorius dan oral thrush umum terjadi.

d. Tejadi Failure to thrive tanpa adanya infeksi.

e. Limfopenia ditemui pada hampir semua bayi.

3. Gejala klinis penyakit imunodefisiensi

a. Gejala yang biasa dijumpai

Infeksi saluran nafas atas brulang infeksi bakteri yang berat.

Penyembuhan inkomplit antar episode infeksi, atau respon

pengobatan ini komplit.

b. Gejala yang sering dijumpai

1) Gagal tumbuh atau retardasi tumbuh.

2) Jarang ditemukan kelenjar atau tonsil yang membesar.

3) Infeksi oleh mikroorganisme yang tidak lazim.

4) Lesi kulit (Rash, ketombe, pioderma, abses nekrotik/noma,

alopesia, eksim, teleangiektasi, warts yang hebat).

5) Oral thrush yang tidak menyembuh dengan pengobatan.

6) Diare dan Mal abrsopsi.

7) Pneumonia atau bronkitis berulang.

8) Penyakit autoimun.

9) Kelainan helatologis (anemia aplastik, anemia hemolitik,

neutropenia, trombositopenia)

c. Gejala yang jarang dijumpai

1) Berat Badan Turun.

2) Demam.

3) Peridontitis.

4) Limfadenopati.

5) Hepatosplenomegali.
6) Penyakit virus yang berat.

7) Artritis atau artralgia.

8) Ensefalitis kronik.

9) Meningitis berulang.

10) Hepatitis kronik (virus atau autoimun).

11) Bronkiektasis.

12) Infeksi saluran kemih.

13) Granuloma

14) Keganasan limfoid

H. RESPON IMUNOLOGI

Respon imun adalah respon tubuh berupa suatu aturan kejadian

yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen. Respons

ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel

makrofag, sel limfosit, komplemen dan sitokin yang saling berinteraksi

secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme

pertahan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik (Akib, dkk.,

2010).

1. Tahapan Respon Sistem Imun

a. Deteksi dan mengenali benda asing

b. Komunikasi dengan sel lain untuk merespon

c. Rekruitmen bantuan dan koordinasi respon

d. Destruksi atau supresi penginvasi

2. Fungsi respons imun

a. Pertahanan (Defense): terhadap benda asing/mikroba

b. Homeostasis: eliminasi sel tak berguna/debris


c. Pengawasan (Surveillance): bertugas untuk waspada dan mengenal

adanya perubahan-perubahan dan secara cepat membuang sel-sel

yang abnormal tersebut

I. JENIS-JENIS RESPON SISTEM IMUN

1. Respon Imun Non Spesifik ( Innate Immunity)

Respon imun non spesifik (innate immunity) merupakan

imunitas alamiah yang telah ada sejak lahir. Imunitas ini tidak

ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam

antigen, jadi bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen

tertentu (Kresno, 2003).

Respon imun non spesifik terdiri dari:

a. Pertahanan fisik/mekanik

Kulit, selaput lendir , silia saluran pernafasan, batuk, bersin akan

mencegah masuknya berbagai kuman pantogen kedalam tubuh.

Kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar dan selaput lendir yang

rusak oleh asap rokok akan meninggikan resiko infeksi.

b. Pertahanan biokimia

Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus

kulit, kel kulit, telinga, spermin dalam semen, mengandung bahan

yang berperan dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi. asam

HCL dalam cairan lambung , lisozim dalam keringat, ludah , air

mata dan air susu dapat melindungi tubuh terhadap berbagai

kuman gram positif dengan menghancurkan dinding selnya. Air

susu ibu juga mengandung laktoferin dan asam neuraminik yang

mempunyai sifat antibacterial terhadap E. Coli dan Staphylococcus.


c. Pertahanan Humoral

Berbagai bahan dalam sirkulasi berperan pada pertahanan tubuh

secara humoral.

Bahan-bahan tersebut adalah:

1) Komplemen

Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif

bakteri dan parasit karena:

a) Komplemen dapat menghancurkan sel membrane bakteri

b) Merupakan faktor krmotaktik yang mengarahkan makofag

ke tempat bakteri

c) Komponen komlemen lainnya yang mengendap pada

permukaan bakteri memudahkan makrofag untuk mengnal

dan memfagositosis.

2) Interferon

Interferon adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh

berbagai sel manusia yang mengandung nukleus dan

dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi virus. Interferon

mempunyai sifat anti virus dengan jalan menginduksi sel-sel

sekitar sel yang terinfeksi virus sehingga menjadi resisten

terhadap virus.

3) C-Reactive Protein (CRP)

Peranan CPR adalah sbagai opsonim dan dapat

mengaktifkan komplemen. CRP dibentuk oleh badan pada saat

infeksi. CRP merupakan protein yang kadarnya cepat

meningkat (100 x atau lebih) setelah infeksi atau inflamasi

akut. CRP berperanan pada imunitas non spesifik, karena


dengan bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai molekul yang

terdapat pada banyak bakteri dan jamur.

d. Pertahanan seluler

Fagosit/makrofag dan sel NK berperanan dalam sistem imun non

spesifik seluller

1) Fagosit

Dalam kerjanya sel fagosit juga berinteraksi dengan

komplemen dan sistem imun spesifik. Penghancuran kuman

terjadi dalam beberapa tingakt sebagai berikut: Kemotaksis,

menangkap, memakan (fagosistosis), membunuh dan

mencerna. Kemotaksis adalah gerakan fagosit ketempat infekis

sebagai respon terhadap berbagai factor sperti produk bakteri

dan factor biokimiawi yang dilepas pada aktivasi komplemen.

2) Natural Killer Cell (sel NK)

Sel NK dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau

sel neoplasma dan interveron meempunyai pengaruh dalam

mempercepat pematangan dan efeksitolitik sel NK.

2. Respon imun spesifik

Respon imun spesifik merupakan mekanisme pertahanan yang

ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, karena itu tidak dapat

berperan terhadap antigen jenis lain. Imun spesifik mampu mengenali

kembali antigen yang pernah dijumpainya (memiliki Memory), sehingga

paparan berikutnya akan meningkatkan efektifitas mekanisme

pertahanan tubuh (Kresno, 2003).

Respon imun spesifik ada 2 yaitu :


a. Respon imun spesifik humoral

Yang berperanan dalam sistem imun humoral adalah limfosit B

atau sel B. sel B ditemukan didalam serum. Funsi utama antibody

ini ialah untuk pertahanan tehadap infeksi virus, bakteri

(ekstraseluler), dan dapat menetralkan toksinnya

b. Sistem imun spesifik selular

Yang berperanan dalam sistem imun spesifik seluler adalah

limfosit T atau sel T. Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas

beberapa sel subset yang mempunyai fungsi berlainan. Fungsi

utama sel imun spesifik adalah untuk pertahanan terhadap bakteri

yang hidup intraselular, virus, jamur, parasit, dan keganasan.

Imunitas spesifik dapat terjadi sebagai berikut:

1) Alamiah

a) Pasif

Imunitas buatan pasif dilakukan dengan memberikan

serum, antibody, antitoksin misalnya pada tetanus, difteri,

gangrengas, gigitan ular dan difesiensi imun atau

pemberian sel yang sudah disensitisasi pada tuberkolosis dan hepar.

b) Aktif

Imunitas buatan aktif dapat ditimbulkan dengan vaksinasi

melalui pemberian toksoid tetanus, antigen mikroorganisme

baik yang mati maupun yang hidup


DAFTAR PUSTAKA

Akib, Arwin AP, dkk., 2007. Buku Ajar Alergi Imunologi Anak, Edisi 2. Jakarta:
IDAI
Anonim. nd. Reaksi Antigen-Antibodi dan Prinsip Pengobatan. Dikutip dari
http://directory.umm.ac.id/Data%20Elmu/pdf/minggu_4._baru.pdf.
Diakses pada tanggal 18 November 2018
Aryulina dkk. 2007. Biologi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Erlangga (Esis)
Bratawidjaja KG. 2004. Immunologi Dasar 6th. Jakarta: Balai Penerbit FKUI 317,
32-90, 92-105, 128-150, 171-19.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/tutinfik/material/dasardasarimunobiologi.pd
f diakses pada tanggal 18 November 2018
Judarwanto, Widodo. 2012. Reaksi Hipersensitivitas. Jakarta: Children Allergy
Online Clinic
Kresno, S. 2003. Ilmu Dasar Onkologi. Jakarta: PT Quparada Makuda Perkasa
Mader, SS. 2010. Human Biology, sixth edition. USA: The McGraw-Hill
Companies, Inc
Rifai, Muhaimin. 2011. Konsep Imunologi. Universitas Brawijaya. [Online],
http://muhaiminrifai.lecture.ub.ac.id/files/2011/01/BABI.-
KonsepImunologi.pdf. Diakes pada 18 November 2018

Anda mungkin juga menyukai