Anda di halaman 1dari 5

V.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan
Adapun data pengamatan praktikum mengenai Desain Akuisisi yang berupa
Peta Topografi Gunung Rajabasa, Lampung Selatan yang telah dilakukan
desain akuisisi dengan metode Magnetik telah terlampir di dalam lampiran.

B. Pembahasan
Dalam kegiatan pertambangan sumber daya, terdapat tahapan eksplorasi
sebelum dilakukan kegiatan eksploitasi sumber daya. Pada kegiatan eksplorasi,
terdapat kegiatan pengambilan data ataupun pengukuran data lapangan yang
disebut akuisisi data. Akuisisi data (pengukuran data lapangan) kemagnetan
bumi dalam eksplorasi geomagnetik dapat dilakukan di darat (land-magnetic),
laut (marine-magnetic) maupun di udara (aeromagnetic). Pemilihan teknik
akuisisi tersebut dilakukan berdasarkan kebutuhan data yang diperlukan.
Secara umum akuisisi aeromagnetic diperuntukkan untuk wilayah yang luas
(regional) dimana tidak efektif dan efisien jika dilakukan dengan menerapkan
akuisisi land-magnetic atau marine-magnetic. Demikian pula untuk pemilihan
teknik akuisisi kemagnetan bumi lainnya berupa land-magnetic dan marine-
magnetic.

Eksplorasi geomagnetik merupakan salah satu jenis eksplorasi dalam bidang


geofisika yang menggunakan besaran fisis fisika untuk mendapatkan data yang
nantinya dapat diolah guna menemukan hal tertentu yang dicari seperti dalam
aplikasi geothermal, mineral atau untuk hal yang lainnya. Pada praktikum ini,
telah dilakukan praktikum mengenai desain akuisisi. Desain akuisisi sendiri
merupakan tahapan awal dalam melakukan suatu eksplorasi geofisika. Tidak
hanya digunakan untuk eksplorasi geomagnetik namun juga dalam metode
eksplorasi lain seperti gaya berat, seismik, geolistrik dan metode lain. Tujuan
dari desain akuisisi ini adalah untuk melihat rencana akuisisi, dapat pula
membedakan teknik akuisisi menggunakan metode geomagnetik, mendesain
obyek akuisisi yang akan dilakukan, serta dapat mengestimasi biaya akuisisi
berdasarkan teknik dan sistem akuisisi yang akan ditentukan. Adapun beberapa
sistem akuisisi menggunakan tipe-tipe akuisisi kemagnetan bumi berdasarkan
posisi titik-titik akuisisi yang dapat dibedakan menjadi akuisisi dengan sistem
grid, akuisisi dengan sistem lintasan (Line) serta sistem akuisisi dengan
menggunakan sistem random atau acak.
8

Dalam mendesain akuisisi suatu area survei, terdapat beberapa hal yang harus
dilakukan dengan tahapan yang terstruktur. Seperti penentuan area survei,
survei lapangan terlebih dahulu, menentukan area yang akan diakuisisi
menggunakan metode geomagnetik, menentukan teknik akuisisi seperti teknik
akuisisi di darat (land-magnetic), laut (marine-magnetic) maupun di udara
(aeromagnetic), menentukan tipe akuisisi, membuat dan menentukan letak titik
ukur, dan yang terakhir adalah membuat rancangan anggaran belanja atau RAB
akuisisi lapangan. Semua tahapan ini haruslah dilakukan secara tersturktur agar
didapatkan hasil rencana survei yang sebenarnya dan sesuai dengan tujuan
kegiatan survei agar kegiatan survei dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Sebelum melakukan rangkaian kegiatan desain akuisisi seperti prosedur kerja


diatas, praktikan telah dibagi kelompok terlebih dahulu dan kelompok kami
akan mendesain akuisisi peta dengan nama K2 (Gambar 1) yang teridentifikasi
sebagai peta topografi daerah Gunung Rajabasa, Lampung Selatan dengan
tugas mengidentifikasi dan melakukan desain survey area pengamatan prospek
mineral seluas 100 km2 di wilayah Gunung Rajabasa, Lampung Selatan. Dari
peta ini dapat diperoleh informasi bahwasannya area ukur terletak di daerah
dengan topografi bergelombang hingga beberapa wilayah yang curam di area
survei dan terletak di daerah gunung atau perbukitan kawasan Rajabasa,
Lampung Selatan. Dengan melakukan identifikasi topografi ini, kami dapat
menyimpulkan untuk menggunakan teknik akuisisi dengan sistem random
yakni teknik akuisisi eksplorasi geomagnetik yang dilakukan di wilayah yang
luas dan atau variasi topografi yang curam, sehingga berdasarkan pengamatan
praktikan teknik akuisisi dengan sistem random sesuai dengan wilayah survei
Gunung Rajabasa. Selain itu, berdasarkan kontur topografinya yang dapat
diidentifikasikan sebagai area dengan topografi bergelombang yang cukup
curam, maka kami memilih tipe akuisisi random. Hal ini didasarkan pada
ketidakmungkinan untuk menggunakan tipe lain seperti sistem grid maupun
sistem akuisisi line karena topografi yang bergelombang secara otomatis
medan yang akan ditempuh juga sulit untuk dicapai serta agar kegiatan survei
pada wilayah Gunung Rajabasa dapat berjalan efektif dan efisien.

Berdasarkan data pada peta topografi yang diperoleh dan hasil desain akuisisi
yang telah di buat, maka kita dapat melihat titik-titik pengukuran yang telah
ditentukan sebanyak 49 buah (termasuk 2 base). Sebelum kita membuat desain
akuisisi pada daerah pengukuran, kita akan terlebih dahulu melakukan studi
literatur mengenai penelitian geomagnetik yang telah dilakukan di daerah
tersebut, kemudian mempelajari kondisi geologi daerah pengukuran dan
kondisi sosial (tata letak perumahan) daerah pengukuran sehingga dapat
memudahkan kita dalam membuat desain akuisisi dan membuat rincian
anggaran biaya pada eksplorasi ini. Kondisi sosial diperhitungkan karena
9

survei geomagnetik daratan tidak boleh dekat dengan objek metal seperti rel
kereta api, mobil, jalan, rumah, dan sebagainya, yang dapat mengganggu
medan magnetik lokal. Untuk alasan yang sama, operator magnetometer tidak
boleh membawa objek metal.

Selain itu, langkah kerja lain yang dilakukan pada survei ini yaitu dengan
survei lapangan secara langsung untuk dapat mengetahui keadaan sebenarnya
di lapangan ukur. Setelah ditentukan teknik dan tipe akuisisi, langkah
berikutnya adalah melakukan cek kondisi di lapangan apakah pernah
ditemukan mineral, manifestasi tertentu atau tidak, jika pernah ditemukan
mineral tertentu di permukaan, maka dapat ditandai area tersebut. Dalam hal
ini, kami melakukan cek kondisi lapangan melalui berbagai sumber hingga
didapatkan beberapa area survei yang diidentifikasi mengandung berbagai
mineral, pendugaan kami ialah pada wilayah survei tersebut mengandung
mineral emas. Setelah hal tersebut dilakukan, maka menggunakan software
global mapper, dilakukan ploting peta kontur mentah hingga memiliki
koordinat UTM dan disimpan dalam format tif. Langkah selanjutnya adalah
membuka peta yang telah memiliki koordinat dalam software surfer 10 untuk
menentukan letak titik ukur dan luas area ukur.

Selanjutnya dengan mempertimbangkan jarak antar titik ukur dengan korelasi


topografi, dilakukan penentuan letak titik ukur secara langsung ditandai dengan
simbol (Gambar terdapat didalam Lampiran). Setelah dilakukan hal tersebut,
langkah berikutnya ialah melakukan digitasi ke semua titik ukur untuk
mendapatkan koordinat longitudinal dan latitudinalnya. Kemudian, koordinat
ini digunakan dalam software mapsource dengan memasukan waypoints
sejumlah titik ukur dengan koordinat yang sebelumnya didapat. Langkah
berikutnya ialah dilakukan viewing pada aplikasi google earth untuk mengecek
kembali apakah titik ukur berada di area semestinya atau tidak, karena
seringkali titik ukur berada ditengah jalan raya, sungai, ataupun dalam rumah
warga. Maka dari itu, apabila teidentifikasi beberapa titik ukur yang masuk
dalam zona tidak netral tersebut, dilakukan penggeseran titik ukur dengan jarak
geser yang kondisional. Setelah itu, dilakukan pembuatan Rancangan anggaran
belanja (RAB) desain akuisisinya.

Adapun kondisi geologi wilayah Gunung Rajabasa, Lampung Selatan yang


terdiri dari batuan pra-tersier dan batuan gunung api muda, tuff dan andesit.
Pada lokasi pengukuran ini pun terdapat tiga buah lokasi sesar yang kemudian
pengukuran banyak di fokuskan di sekitaran sesar sebagai indikasi adanya
potensi panas bumi di Gunung Rajabasa. Pengukuran ini dilakukan dengan
menggunakan sistem random dengan teknik akuisisi land-magnetic,
banyaknya titik pengukuran berjumlah 49 titik dengan jarak 0,5 km sehingga
10

jarak antar titik semakin rapat dan pada medan yang terjal dan 1 sampai 2 km
pada medan yang landai. Pengukuran dibagi menjadi 3 wilayah pengukuran
untuk mengefisiensi biaya dan waktu, pengukuran di bagi menjadi 3 tim pada
dua wilayah pengukuran dengan 2 base (1 base tiap lokasi pengukuran). Titik
pengukuran pada wilayah sekitaran sesar di buat lebih rapat untuk memperoleh
data yang mencukupi untuk melihat adanya potensi reservoir panas bumi
ataupun mineralisasi di bawah permukaan, dan titik pengukuran lainnya
disebar secara merata untuk interpolasi yang mencakup wilayah pengukuran
sehingga kita dapat melihat variasi distribusi (anomaly) yang terdapat di
Gunung Rajabasa.

Dari hasil membuatan desain akuisisi sistem random tersebut, kami dapatkan
sebanyak 49 titik ukur yang tersebar secara random dalam area 100 km2 pada
wilayah Gunung Rajabasa, Lampung Selatan Dengan pertimbangan kondisi
medan di lapangan dan jumlah titik ukur, dilakukan pembuatan rancangan
anggaran belanja (RAB) berdasarkan pada informasi diatas. Setelah praktikan
membuat desain akuisisi dan mengetahui jumlah titik pengukuran serta medan
pengukuran, maka praktikan membuat rincian anggaran biaya eksplorasi
geomagnetik di Gunung Rajabasa, Lampung Selatan. Dalam rincian anggaran
biaya yang dibuat, terdapat estimasi total biaya desain survei sebesar Rp
99.790.000 dengan target waktu adalah 7 hari dan terdiri dari 3 regu survei.
Adapum rincian biaya tersebut yaitu pengukuran ini dilakukan dengan jumlah
orang sebanyak 16 orang yang terdiri dari 1 senior geophysicist (Rp
900.000,00/hari), 3 operator geophysicist (@Rp 400.000,00/hari), 2 senior
geologist (@Rp 900.000,00/hari), 5 orang pekerja lapangan (@Rp
150.000,00/hari) dan 5 orang tim kesehatan (@Rp 250.000,00/hari). Untuk
transportasi dan akomodasi digunakan mobil sebanyak 2 mobil (@Rp
300.000,00/hari), BBM sebesar 76,9 liter/mobil (Rp 1.000.000), sewa
penginapan mobil sebesar Rp 50.000, sewa kendaraan lokal sebesar Rp
200.000 untuk 2 motor, serta sewa rumah sebesar Rp 250.000. Kemudian untuk
alat yang digunakan terdiri dari 1 set Proton Preciession Magnetometer
sebanyak 3 buah (@Rp 800.000,00/hari), peta topografi sebanyak 3 buah (@Rp
200.000), 3 GPS (@Rp 50.000,00/hari), 1 Laptop (Rp 100.000,00/hari),
kompas geologi 3 buah (@Rp 50.000,00/hari), alat tulis sebesar Rp 60.000/3
paket, lembar kerja Rp 35.000/1 rim, serta biaya logistik sebesar Rp8,895.000,
biaya tak terduga sebesar Rp 5.000.000, biaya total untuk perizinan sebesar Rp
800.000, asuransi dan dokumentasi sebesar Rp 2.300.000. Eksplorasi ini
dilakukan selama 7 hari dengan jam kerja 8 jam perhari (07.00-15.00), total
untuk setiap alat harus melakukan pengukuran sebanyak 49 titik dengan
estimasi waktu 60 menit setiap titiknya (sudah termasuk waktu jalan antar titik
pengukuran) dengan memperhitungkan medan yang akan kita hadapi dengan
target maksimal 1 hari kita dapat menyelesaikan 7 titik pengukuran. Setelah
11

semua data telah diperoleh maka kita akan melakukan pengolahan data selama
7 hari yang telah termasuk interpretasi data, dengan biaya keseluruhan Rp
5.000.000 dan dilakukan selama 10 jam/hari, setelah itu akan dilakukan
pembuatan laporan dan presentasi. Pada eksplorasi ini semua anggota tim telah
diasuransi jiwanya, kebutuhannya telah dipenuhi dan siap untuk melakukan
eksplorasi. Dengan adanya desain akuisisi ini kita dapat melaksanakan
eksplorasi dengan efektif dan efisien baik dari segi tim, waktu dan biaya. Dan
pada eksplorasi prospek mineral khususnya emas pada Gunung Rajabasa ini
mengahabiskan biaya sebesar Rp 99.790.000 dengan estimasi waktu 7 hari
pengukuran sekaligus 7 hari pengolahan data, serta jumlah orang sebanyak 16
orang.

Anda mungkin juga menyukai