B. TEORI DASAR
Menurut Wikipedia : Alat tenun adalah alat atau mesin untuk menenun
benang menjadi tekstil (kain). Alat tenun terdiri dari alat tenun tradisional,
alat tenun bukan mesin yang dipakai untuk menenun dengan tangan
manusia, serta alat tenun mesin yang dilengkapi motor penggerak.
Menurut ukurannya, alat tenun tradisional dan alat tenun bukan mesin
yang berukuran kecil dipakai untuk menenun sambil duduk, sementara alat
tenun berukuran besar digunakan untuk menenun sambil berdiri. Orang
Mesir kuno dan orang Cina kuno sudah mengenal alat tenun bukan mesin
sejak 4000 SM. Fungsi dasar alat tenun sebagai tempat memasang benang-
benang lungsin agar benang pakan dapat diselipkan di sela-sela benang
lungsin untuk dijadikan kain. Bentuk dan mekanisme alat tenun dapat
berbeda-beda, namun fungsi dasarnya tetap sama.
Alat menenun sendiri dibagi berdasarkan 3 jenis yaitu : atm, atbm, dan alat
tenun gedogan. Pada alat tenun atm sendiri prinsip kerjanya hampir sama
dengan alat tenun bukan mesin hanya saja dibedakan menurut daya
menenun serta alat untuk meletakan gun atau kamranya. Biasanya pada
atbm gun atau Kamran diikat pada sebuah injakan dan rol atau alat lainya
sehingga mulut lusi akan terbentuk ketika injakan tersebut dipinjak. Akan
1
tetapi prinsip kerja tersebut diubah oleh alat tenun atm menggunakan
poros sebagai sumber gerakan utama guna menyonsong 3 gerakan pokok
pertenunan. Alat atm sendiri sekarang telah berkembang dan memilki
beberapa keunggulan dari atm atm sebelumnya. Atm sendiri dibedakan
menjadi 2 berdasarkan lusi dan pakan. Berdasarkan lusi atm yang dapat
dipakai meliputi : cam, jacquard,dobby,crank. Yang semuanya dibedakan
menurut fungsi dan kesukaran anyaman. Sedangkan jika berdasarkan
pakan alat lusi yang membentuk kain dibagi menjadi beberapa yaitu :
shuttle dan shutteles. ATM (Alat Tenun Mesin) adalah alat tenun dalam
prosese pengerjaannya menggunakan motor penggerak listrik. ATM ini
biasanya proses pengerjaanya terbilang sangatlah cepat. ATM bahan
penyusunnya terbuat dari logam sehingga lebih stabil dan tahan
lama.Proses pengerjaan yang cepat dan terbuat dari bahan logam, hal ini
yang mepengaruhi harga dari ATM (Alat Tenun Mesin) sangatlah mahal.
Gerakan pokok pertenunan pada ATM tidak jauh berbeada dengan ATBM,
hanya saja disini terdapat penambahan gerakan yaitu : Gerakan
Otomatisasi antara lain :
Pergantian teropong (shuttle change)
Pergantian palet ( cop change)
Otomatisasi lusi putus
Otomatisasi pakan putus
Otomatisasi sisir lepas
Otomatisasi sisir tetap
2
D. Langkah Kerja
1. Memperhatikan penjelasan dosen mengenai ATM dan bagian – bagiannya
secara keseluruhan
2. Mencari fungsi masing – masing bagian ATM
E. Data Percobaan
Percobaan yang dilakukan adalah melakukan pengindentifikasian dari alat
tenun mesin shuttel merk toyoda dan menggambar gearing diagram
a. Indentifikasi alat tenun mesin shuttle toyoda bagian bagianya
1. Rangka mesin
Rangka mesin adalah badan utama yang menyokong bagian-
bagian lainnya atau tempat dipasangnya bagian mesin yang lain. Tiap-
tiap mesin tenun biasanya terdiri dari dua buah rangka samping
(rangka kiri dan rangka kanan) kedua rangka tersebut dihubungkan
dengan rangka penghubung masing-masing ; rangka penghubung
depan bawah, rangka penghubung belakang bawah, rangka
penghubung tengah atas, rangka penghubung depan atas (balok
dada).
2. Poros Utama
Fungsi utama poros engkol atau poros utama adalah untuk
menggerakkan lade mundur maju, dengan kata lain untuk penggerak
proses pengetekan. Disamping itu juga sebagai sumber gerakan dari
gerakan-gerakan keseluruhan mesin tenun. Misalnya gerakkan
pemukulan teropong, gerakan pembukaan mulut lusi, dan lainnya.
3. Poros Pukulan
Fungsi utama poros pukulan adalah untuk memukul teropong
didalam laci sehingga dapat meluncur ke kiri dan ke kanan. Untuk
keperluan ini maka kedua ujung daripada poros harus dilengkapi
dengan serangkaian alat pemukul. Perbandingan putaran antara poros
utama dengan poros pukulan 2 : 1. Hal ini dibuat demikian karena satu
kali putaran poros pemukul terjadi dua pukulan yaitu ke kiri dan ke
3
kanan atau sebaliknya sedangkan satu kali putaran poros utama terjadi
satu kali pengetekan. Maka agar gerakan itu seimbang yaitu satu kali
peluncuran pakan dan satu kali pengetekan dibuat perbandingan
antara poros utama dan poros pemukul sebesar 2 : 1
Laci
Jalur tempata peluncuran teropong
kaki lade
Sisir tenun
5. Gun dengan bagian pembentuk mulut lusi.
Fungsi gun adalah untuk mengatur benang-benang lusi helai per helai
sesuai dengan jumlah lusi dan rencana tenunnya dan untuk menaik
atau menurunkan benang lusi sesuai dengan rencana tenun.
7. Mata Gun
Yaitu bagian dari gun yang biasanya berada ditengahnya, yang
berfungsi untuk menahan benang-benang lusi pada saat
pengangkatan kamran untuk membentuk mulut lusi.
8. Sisir Tenun
Fungsi dari sisir tenun antara lain untuk merapatkan benag pakan yang
telah diluncurkan, mengatur lebar kain dan mengatur tetal lusi. Sisir
tenun ini akan selalu berada pada lade.
4
Boom kain untuk menggulung kain yang dihasilkan.
10. Motor
Yaitu bagian utama mesin tenun yang berfungsi sebagai penggerak
dari mesin tenun itu sendiri. Pemindahan gerakannya dengan
menggunakan pully
11. Kopling
Berfungsi untuk mengoperasikan mesin tenun yaitu dengan cara
mendorongnya ke sebelah kiri (mesin jalan).
b. Gearing Diagram
Poros Pukulan
Poros Engkol
5
F. DISKUSI
Pada Praktikum Pengenalan Alat Tenun Mesin. Praktikan belum
menemukan kesulitan berarti yang mengharuskan praktikan menuis secara
ilmiah dan membuktikan secara sains. Akan tetapi pada praktikum ini
praktikan telah mengindentifikasi alat tenun mesin yang dari segi
visualitas juga berbeda dengan alat tenun bukan mesin. Dan alat tenun
mesin shuttle memiliki kekurangan yaitu mesin berisik dan resiko terkena
peluru loncat juga ada. Namun kelebihanya yaitu kain yang dihasilkan
oleh alat tenun mesin shuttle ini memiliki kerapatan dan kekuatan yang
cukup disbanding shutteless
G. KESIMPULAN
ATM adalah alat tenun yang penggunaannya menggunkan motor
pengeerak listrik
ATM merupakan alat tenun yang sangat cepat dalam proses
pertenunan
Bagian – bagian ATM adalah
1. Rangka mesin
2. Poros Utama
3. Poros Pukulan
4. Lade dan bagiannya
5. Gun dengan bagian pembentuk mulut lusi.
6. Rol Penggulung lusi dan Pengulung kain
7. Mata Gun
8. Sisir Tenun
9. Boom Lusi untuk menggulung benang-benang lusi.
10. Motor
11. Kopling
12. Gandar Belakang
13. Balok Dada
14. Picker dan Batang Pemukul (stick)
15. Roda Gigi Pick
6
BAB II
7
an. Perlu dicatat di sini bahwa, Water jet tidak digunakan sebagai
alat tenun jet udara di pabrik tenun. Mesin tenun jet udara dan
mesin jet air dapat menenun dengan cepat. Ini juga menyediakan
peletakan warna yang berbeda dalam arah pakan. Ini membantu
menghasilkan kain berkualitas seragam dan lebih tinggi. Water jet
loom sendiri penyisipan benang pakanya melalu suatu media air
yang mengsiklurasikan daya sehingga pakan dapat disisipkan
kedalam benang lusi, namun penggunaan mesin water jet loom ini
membutuhkan alat penggering ( drying mesin ) karena kain yang
dihasilkan dalam kondisi basah. Berikut merupakan keunggulan
mesin tenun water jet :
1. Lebih sedikit menggunakan daya dari mesin lain
2. Cocok untuk produksi kain sintetik
3. Meniptakan lebih sedikit ruang dari pada rapier dan projitlle
4. Untuk penyisipan benang pakanya bisa lebih banyak
disbanding air jet loom normalnya (6000 ppm)
Dalam hal alat tenun jet udara, kinerja penyisipan pakan yang lebih
tinggi terjadi.
Konsumsi daya yang lebih sedikit dalam alat tenun jet udara.
Dibutuhkan penyisipan pakan multi-warna hingga delapan.
Air jet tenun memberikan produksi lebih tinggi daripada yang
lain.
Kain ringan dan sedang telah diproduksi di sini. Di sini lebar
kain adalah 190 cm.
Keuntungan dari Air Jet Loom:
Dalam hal alat tenun jet udara, tingkat kebisingan lebih
rendah dari alat tenun dan rudal Rapier.
Biasanya, lebar standar alat tenun jet udara adalah 190
cm
Penampilan penyisipan pakan terlalu banyak di sini
(biasanya 600 pm).
Kekurangan Air Jet Loom:
Patah pick atau miss pick telah terjadi karena tekanan
udara berlebih dari nosel utama.
Dalam hal alat tenun jet udara, tumpukan dan gesper
ujung benang yang terbentuk karena hambatan
udara.
Double pick dapat terjadi di air jet loom.
Tenunan benang pakan sepanjang arah pakan
dibentuk karena variasi tekanan udara.
9
B. Rapier Loom
Mesin tenun rapier adalah suatu alat tenun dimana peluncuran benang
pakan ke dalam mulut lusi dengan menggunakan suatu bilah tipis yang
di digerakan secara positip dan mempunyai kait atau jepitan pada
ujung bilah tipis benang tersebut.
Rapier tenun adalah alat tenun tenun yang tidak beraturan di mana
benang pengisi dibawa melalui lenan benang lungsin ke sisi lain dari
alat tenun dengan jari seperti pembawa yang disebut rapier. Seperti
dalam alat tenun proyektil, paket benang stasioner digunakan untuk
memasok benang pakan dalam mesin rapier. Salah satu ujung rapier,
batang atau pita baja, membawa benang pakan. Ujung lain rapier
terhubung ke sistem kontrol. Rapier bergerak melintasi lebar kain,
membawa benang pakan melewati gudang ke sisi yang berlawanan.
Rapier kemudian ditarik kembali, meninggalkan pengisian baru di
tempatnya.
10
C. Projetctille loom
Mesin tenun projectile adalah mesin tenun dengan peluncuran pakan
menggunakan projectile. Projectile berbentuk seperti peluru dan
terbuat dari logam dengan panjang 89 mm. Pada salah satu ujung
projectile terdapat penjepit ( gripper ) yang berfungsi menjepit ujung
benang pakan, sehingga dapat dibawa oleh projectile yang diluncurkan
ke dalam mulut lusi. Dalam prosesnya mesin tenun projectile juga
menggunakan 5 gerakan pokok, sama dengan mesin tenun yang lain.
Adapun gerakannya adalah sebagai berikut :
12
D. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
Hook
Alat Tulis
Stopwatch
b. Bahan
-
E. LANGKAH KERJA
a. Indentifikasi mesin tenun
Mendengarkan intruksi dosen
Mencatat dan mengindentifikasi komponen
b. Menenun anyaman kepper selama 30 menit dimesin rapier
Melihat kartu tenun yang tersedia
Mencocokan pada layar display
Melihat data kain yang telah ditenun oleh kelompok
sebelumnya
Menjalankan mesin dengan menekan tombol push button
berwarna hijau pada sisi kiri mesin atau disamping layar
display
Menyetel stopwatch selama 30 menit
Menyambung benang ketika terjadi putus lusi maupun
pakan
Menekan tombol off apabila selesai menenun selama 30
menit
Dan catatat hasil produksi lalu membandingkan dengan
litelatur yang ada
F. PERCOBAAN
Indentifikasi mesin Rapier dan air jet lomm
a. Air Jet loom
Pada dasarnya Mesin tenun Air Jet Loom sama dengan mesin
shuttle, namun pergerakan benang pakan tidak lagi menggunakan
13
teropong yang dipukul kekiri dan kekanan secara terus menerus,
tetapi menggunakan udara bertekanan tinggi sebagai media
pembawa pakan. Udara diatur tekanannya sedemikian rupa melalu
pengatur tekanan udara/angin ( regulator ), kemudian disemprotkan
melalui nozzle bersama benang pakan menyisip ke benang lusi ke
kiri dan kanan sampai pada pinggiran kain, angin yang ada tidak
ditembakkan secara terus menerus , tetapi diatur secara elektronik
valve saat terjadi penyisipan benang pakannya.Besar kecilnya
tekanan angin diatur sesuai ketentuan agar didapat suatu
keseimbangan antara benang pakan sampai ke ujung kain, tetapi
tidak merusak atau memutuskan benang pakan tersebut
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemrosesan mesin air jet
loom adalah
Keterangan pada LED
Putih = elektrik
Merah = lusi
Kuning = pakan
Hijau = Normal
Dropper
1 dropper diisi 1 helai benang
Jika benang lebih tebal maka dropper yang digunakan pun berbeda
dan relnya pun berbeda
Jika LED merah menyala, maka ada permasalahan pada bagian
benang lusi, umumnya ada benang lusi yang putus. Semua itu
ditandai dengan dropper yang jatuh dan menempel pada rel,
sehingga menyebabkan arus listrik pada rel dan menyebabkan LED
menyala
Sensor Optik = mendeteksi material
Optik Panjang = mendeteksi limbah
Optik Pendek = sensor normal
Pada proses Inching berguna untuk pergantian mulut lusi (salah
satunya)
14
Kompresor
Motor Utama ( Radiator ) Tabung ( Penampung ) Filter
( Penyaringan ) Pipa untuk disalurkan ke mesin yang keadaan
anginnya bersih Mesin
Sistem Pneumatic
Pneu = Angin
Matic = Otomatis
Untuk mengatur naiknya gun pada cam, harus diganti semua cam
nya , sedangkan dobby tidak
RPM = 598 / 600 , bisa sampai 2000
Tegangan benang lusi = 2,83
Namun pada umumnya adalah 2,5
Peluncuran Pakan menggunakan angin , nozzle dan subnozzle
Kendala
1. Sering terjadi benang lusi putus, dikarenakan beberapa hal salah
satunya tidak sesuainya urutan benang per helai dengan droppernya
sehingga bergesekan dengan benang lainnya
2. Penyambungan benang harus menggunakan teknik khusus agar
simpul tidak terlalu besar, karena hal itu dapat menyebabkan
benang lusi putus dengan simpulnya tidak lancar masuk terhadap
mata gun
3. Terjadinya putus lusi di leno/beam
4. Putus pada benang pakan
b. Rapier loom
Pada pengindentifikasian komponen mesin rapier loom ini.
Prktikan menemukan system sensor memakai sensor friksi
dimana sensor ini bekerja untuk proses peluncuran benang
pakan untuk menunjukan pakan masih tersedia atau tidak pada
cones. Prinsip kerja dari mesin rapier ini adalah serah terima
benang yang digerakan atau dilangsungkan oleh dua tongkat
yang serah dan tongkat yang terima. Motor yang tersedia pada
mesin rapier ini sangat banyak untuk mengefeesiensikan
15
gerakan namun ada satu motor sebagai pusat gerakan letaknya
sebelah kiri dari mesin motor ini dinamakan SUPER MOTOR
(SUMO). Berikut hal hal yang harus diperhatikan :
Keterangan pada LED
Putih = Elektrik
Merah = lusi
Kuning = pakan
Hijau = normal
Benang leno adalah benang pengikat pinggir kain
Weste adalah alat yang memegang ujung benang
ILC adalah pengaturan gun
Cara memasang benang pakan :
Masukkan ke LED, prawender dimatikan ketika
memasukkan benang pakan masuk ke wep filter (untuk
mendeteksi benang pakan), saller selector (memberi benang
pakan) dan (untuk mengatur warna benang)
Color Selector adalah pengaturan warna
Fix adalah tetal pakan
Peluncuran pakan menggunakan tongkat rapier
Kendala :
Benang lusi putus karena tidak sesuai dengan urutan
benang per helai dengan dropper sehingga bergesekan
dengan benang lainnya
Penyambungan memiliki simpul yang besar sehingga
tidak bisa masuk ke mata gun
Kecepatan Rpm 250 bisa sampai 700, jika benang
dalam beam tidak banyak menyilang
G. DISKUSI
Dalam Praktikum Pengindentifikasian mesin tenun shutteles loom dan
juga menenun isi anyaman keper selama 30 menit pada mesin rapier
loom, banyak factor yang menyebabkan praktikan kesulitan.
1. Dalam praktikum pengindentifikasian praktikan diminta
memahami fungsi dan mekanisme kerja dari mesin tenun dalam
mesin tenun air jet loom sangat diperhatikan tekanan udara yang
keluar pada noozle karena bilasanya tidak diperhatikan maka
peluncuran benang pakan akan mengalami masalah. Masalahnya
ialah pakan tidak akan sampai ke tepi lebar benang lusi karena
tekanan dan kecepatan tidak terpenuhi. Hubungan tekana dan
kecepatan dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝐹
𝑃= …1
𝐴
𝐹 = 𝑚 𝑥 𝑎…2
𝑣
𝑎 = …3
𝑡
𝑣
𝑚𝑥𝑡
𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑃 = …4
𝐴
𝑘𝑔
𝑝= …5
𝑚𝑥𝑠(𝑘𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎𝑡)
Terbukti dengan rumus diatas bahwa kecepatan berbanding lurus
dengan tekanan namun rumus diatas juga harus memperhatikan
luas permukaan. Semakin kecil luas permukaan fluida dan semakin
cepat kecepatan maka tekanan pun akan semakin besar. Hal ini bisa
17
diapilikasikan tekanan dan kecepatan penyemprotan udara pada
pakan yang akan disisipkan.
H. KESIMPULAN
Didapat data praktikum dan parameter pengindentifikasi mesin tenun :
AIR JET LOOM
Keterangan pada LED
Putih = elektrik
Merah = lusi
Kuning = pakan
Hijau = Normal
Dropper
1 dropper diisi 1 helai benang
Jika benang lebih tebal maka dropper yang digunakan pun berbeda
dan relnya pun berbeda
Jika LED merah menyala, maka ada permasalahan pada bagian
benang lusi, umumnya ada benang lusi yang putus. Semua itu
18
ditandai dengan dropper yang jatuh dan menempel pada rel,
sehingga menyebabkan arus listrik pada rel dan menyebabkan LED
menyala
Sensor Optik = mendeteksi material
Optik Panjang = mendeteksi limbah
Optik Pendek = sensor normal
Pada proses Inching berguna untuk pergantian mulut lusi (salah
satunya)
Kompresor
Motor Utama ( Radiator ) Tabung ( Penampung ) Filter
( Penyaringan ) Pipa untuk disalurkan ke mesin yang keadaan
anginnya bersih Mesin
Sistem Pneumatic
Pneu = Angin
Matic = Otomatis
Untuk mengatur naiknya gun pada cam, harus diganti semua cam
nya , sedangkan dobby tidak
RPM = 598 / 600 , bisa sampai 2000
Tegangan benang lusi = 2,83
Namun pada umumnya adalah 2,5
Peluncuran Pakan menggunakan angin , nozzle dan subnozzle
RAPIER LOOM
Keterangan pada LED
Putih = Elektrik
Merah = lusi
Kuning = pakan
Hijau = normal
Benang leno adalah benang pengikat pinggir kain
Weste adalah alat yang memegang ujung benang
ILC adalah pengaturan gun
Cara memasang benang pakan :
19
Masukkan ke LED, prawender dimatikan ketika
memasukkan benang pakan masuk ke wep filter (untuk
mendeteksi benang pakan), saller selector (memberi benang
pakan) dan (untuk mengatur warna benang)
Color Selector adalah pengaturan warna
Fix adalah tetal pakan
Peluncuran pakan menggunakan tongkat rapier
Kendala :
Benang lusi putus karena tidak sesuai dengan urutan
benang per helai dengan dropper sehingga bergesekan
dengan benang lainnya
Penyambungan memiliki simpul yang besar sehingga
tidak bisa masuk ke mata gun
Kecepatan Rpm 250 bisa sampai 700, jika benang
dalam beam tidak banyak menyilang
MENENUN ANYAMAN KEPPER DI RAPIER
Data kelompok sebelumnya : 20 meter
Litelatur menenun selama 30 menit : 6,5 meter
Kain yang berhasil ditenun selama 30 menit : 3 meter
Terjadi putus benang : 4 kali
Durasi rata rata waktu penyambungan : 6 menit
Effesiensi produksi kain : 46 %
20
BAB 3
21
c. Beating up
Proses merapatkan silangan ke ujung kain agar silangan tersebut
dapat membentuk suatu anyaman dan dapat menjadi kain yang
kokoh.
Timming diagram adalah diagram gerakan gerakan yang ada pada
proses pertenunan yang didasari oleh gerakan poros utama atau
poros engkol
C. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
Penggaris
Meteran
Catatan
b. Bahan
-
D. LANGKAH KERJA
Mengikuti intruksi yang diberikan dosen
Mencatat timming diagram gerakan pertenunan
E. HASIL PERCOBAAN
A. Shedding Motion
Gerakan membagi benang benang lusi ditarik sebagian keatas dan
sebagian kebawah oleh gerakan kamran naik turun, sehingga
terjadi pembukaan mulut lusi untuk memberi ruang ketika terjadi
peluncuran benang pakan Mulut Lusi : adalah ruangan yang
terbentuk karena adanya benang lusi naik/turun/diam pada
tempatnya terhadap ujung kain.
Jenis Mulut lusi :
a. Mulut lusi naik
b. Mulut Lusi Turun
c. Mulut Lusi naik turun
B. PICKING MOTION
Peluncuran teropong dilakukan dengan pertolongan sebuah picker
yang dibantu oleh katup pengerem didalam kotak teropong,
menjadikan picker berpungsi mendorong teropong agar meluncur
dan menangkap teropong kembali dari sisi lain pada kedudukan
tepat untuk diluncurkan lagi. Dorongan oleh picker ini terjadi
akibat suatu alat yang disebut kayu pemukul. Kayu pemukul ini
ada yang terletak diatas dan berayun secara horizontal dan ada
yang terletak dibawah kotak teropong yang berayun dalam lade.
Sistem peluncuran teropong terjadi atas beberapa macam pukulan
yaitu:
A. Pukulan atas
Sebuah eksentrik pada poros pukulan mempunyai bagian
bentuk hidung berputar dan memukul rol konis pada stang tegak.
Pukulan hidung eksentrik ini menjadikan putaran stang tegak
dengan kecepatan tinggi , sehingga stang tegak yang menumpuk
diatas dudukan dan pada bagian kepala memegang kayu pemukul
23
membawa picker mendorong teropong.Dengan kedudukan
eksentrik pemukul pada sudut 1800 dari eksentik kanan maka
peluncuran teropong bolak balik dapat dijalankan.
Alat peluncuran teropong dengan pukulan atas
dipergunakan pada mesin tenun dengan putaran tinggi pada
pertenunan ringan dan sedang dengan anyaman polos, juga dapat
digunakan pada mesin-mesin tenun dengan pergantian bak
teropong.
24
Cara untuk dapat mengatur kekerasan pukulan diantaranya:
a. memperpendek sabuk pemukul
b. Menempatkan hidung pemukul yang lebih tinggi
c. Penyetelan lebih dekat dengan stang tegak.
d. Menyetel kayu pemukul kearah dalam mesin
e. Penggunaan kayu pemukul yang lebih panjang.
Mempercepat gerakan picker
Untuk mempercepat gerakan picker dapat diperoleh dengan:
Melekukan hidung pemukul
Mempertinggi jumlah putaran mesin tenun
Mengurangi pengereman teropong
Membuat agar terjadinya pukulan lebih lambat
Menyetel rol konis lebih rendah
26
Langkah-langkah dalam praktikum penyetelan pukulan ini
adalah antara lain:
Penyetelan picking time :
Menempatkan Poros Utama pada kedudukan 5-10 derajat
sebelum Titik Mati Bawah.
Mengukur jarak sisir tenun ke ujung balok dada 23, – 23,5 cm
Menempatkan rol pemukul atau picking roll dalam keadaan
menyentuh picking nose bagian belakang.
Penyetelan picking stroke :
Pada kondisi 2c putar poros utama sampai rol pemukul berada
di puncak hidung pemukul.
Tentukan langkah picker sesuai dengan tabel.
Lakukan penyetelan Picking Time dan Picking Stroke untuk
sisi yang lainya.
Periksa kembali PT dan PS.
Jalankan Mesin
Picking Stroke
Picking stroke
27
Picking Stroke merupakan penyetelan jarak yang ditempuh saat
picking stick dipukul yang akan menentukan jarak antara ujung
kain dengan sisir tenun saat shuttle didorongkan untuk melewati
mulut lusi. Picking stroke juga mempunyai diagram table untuk
menentukan jarak antara sisir tenun dengan ujung kain
Read 46” 52” 56” 60” 65” 70”
Space
Handle 254 267 273 267 273 279
Side mm mm mm mm mm mm
Change 241 254 260 254 260 267
Side mm mm mm mm mm mm
Semakin jauh jarak penyetelan dari picking Stroke maka sisir tenun
akan semakin jauh pula jaraknya begitu sebaliknya. Dan ini akan
berakibat cacat pada kain karna nantinya berkaitan dengan proses
pengetakan yang kurang maksimal
Mekanisme Picking Motion Lebih Lanjut
a
c b
Pada saat picking roll menyentuh picking nose maka akan terjadi
picker memukul teropong yang terhubung pada bagian atas mesin
shuttle tersebut. Namun gerakan picking motion juga harus
memperhatikan timming diagramnya berikut timming diagram
picking motion.
28
0
TMD = 00
Peluncuran pakan = 80- 1100
Teropong Melewati Mulut Lussi = 2300
Shuttel sampai laci sebelah = 2700
C. Beating UP
29
Timming diagram shedding motion dan beating up
TMD/ 00
240-270 = Beating Up
5-10 sesduah TMA = Shedding Motion
30
F. DISKUSI
Pada praktikum indentifikasi tiga gerakan pokok pertenunan ini telah
dipelajari mengenai prinsip dasar geraka gerakan pokok pertenunan
diantaranya shedding motion,picking motion dan juga beating up.
Dalam praktikum hal yang paling sulit adalah pada saat proses
menyetel picking stroke karena jarak yang dikira pas antara sisir tenun
dan ujung kain sering kai dirasa terlalu jauh dan terlalu dekat hal ini
disebabkan oleh gerakan dari picking roll dan juga sentuhan picking
nose kurang pas. Selanjutnya hal yang suit lainya adalah saat
penginndetifikasian titik mati yang menunjukan gerakan itu masing
masig beropasi hal ini ditenggarai terlalu banyak para praktikan yang
lalu lalang disekitar mesin dan menyebabkan proses pengindetifikasian
belum berjalan lancer. Gerakan pokok pertenunan dipengaruhi
langsung oleh kecepatan dan gerakan poros utama atu engkol sehingga
apabila terjadi kecepatan menngkat maka intesitas dari gerakan ini juga
akan meninggakat
G. KESIMPULAN
Didapat data dari praktikum diatas yaitu :
Timming diagram shedding motion = 5 – 10 Sesudah titik mati atas
Picking motion = 90-110
Beating Up = 240-270
Semuanya dalam satuan derajat
Selanjutnya dalam picking motion juga harus diatur mengenai picking
strokenya karena jarak antara sisir tenun dan juga ujung kain serta
kecepatan teropong itu melucur akan sangat menentukan berapa tetal
pakan yang akan diperoleh suatu kain yang diproduksi. Lebih lanjt hal
ini akan berdampak pada kualitas kain yang diproduksi bila mana
gerakan gerakanini mengalami gangguan .
31
BAB 4
GERAKAN SEKUNDER
B. TEORI DASAR
Gerakan sekunder merupakan gerakan tambahan yang juga penying
pada saat proses pertenunan berlangsung. Gerakan ini ditransmisikan
bukan langsung dari poros utama namun melalui media penyalur
lainya. Dalam pertenunan ada 2 gerakan sekunder diantaranya :
a. Penguluran lusi
adalah untuk mengulurkan benang lusi di pertenunan pada tingkat
yang telah ditentukan. Negatif let-off adalah mekanisme untuk
mengendalikan rotasi pada beam lusi untuk proses merajut atau
mesin pembentuk kain lainnya di mana beam ditarik oleh lusi
terhadap gaya reggang yang diterapkan pada beam lusi.
Beam lusi diikat oleh rantai. Satu ujung rantai tetap pada frame m / c
sedangkan ujung yang lain terhubung ke tuas berat, yang diputar dan
titik tumpu beban dapat dipindahkan di sepanjang panjang tuas berat.
mengulur benang lusi sesuai yang diperlukan, sehingga didapatkan
tegangan lusi yang konstan, baik pada saat mulut lusi sedang terbuka
maupun pada saat mulut lusi sedang tertutup.Tegangan lusi yang
konstan dimulai sejak benang lusi dalam alat tenun sampai dengan
benang lusi dalam alat itu habis dengan tidak melakukan perubahan-
perubahan peralatan secara manual, tetapi dengan bekerja secara
otomatis.
32
Tegangan yang ada pada benang lusi tersebut atau pada saat proses
pertenunan berlangsung, pada dasarnya adalah tergantung dari jenis
bahan ,jenis anyaman, nomor benang, tetal lusi dan tetal pakan yang
semuanya itu akan berpengaruh terhadap sistem penguluran lusi.
Jenis jeniss pengguluran lusi dibagi menjadi dua :
1. Positif ( shutteless)
2. Negatif ( shuttle)
Pada penguluran negative ini banyak sisitem penguluran berdasarkan
pengereman. Namu yang kita pelajari adalah jenis penguluran
dengan pengereman rantai :
Pengereman dengan rantai banyak dipergunakan untuk kain berat
semacam kain linen dan jute. Biasanya rantai dibelit 1,5 diatas
cakram rem dan ditempatkan diatas mesin tenun seperti halnya
dengan pengerem dengan tali biasanya dari besi dan ditempatkan
dalam bantalan yang lebar. Dengan alat pengerem dengan rantai ,
tegangan lusi dapat diambil besar.
Penguluran positif
Penguluraan positif ini sumber gerakanya berasal dari motor yang
berada pada sebelah kanan beam lusi yang khusus menggerakan
beam lusi untuk keperluan penguluran benang lusi, system
penguluran ini bekerja pada saat setiap peluncuran benang pakan
terjadi tidak memperdulikan penyisipan benang pakannya berhasil
atau tidak dan system pengeremanya telah dilakukan secara
otomatis artinya setiap kali tegangan pada proses pertenun berubah
33
maka penguluran benang lusi terjadi untuk menormalkan tegangan
yang ada. Selain itu poros utama yang terhubung dengan super
motor atau sumo juga terhubung dengan gerakan penguluran
benang lusi pada beam agar gerakan sinkron sewaktu sheding
motion dan penguluran benang lusi terjadi.
b. Penggulungan kain
Kain yang telah ditenun perlu digulung diatas mesin tenun
tersebut. Alat penggulungan kain dapat dibedakan sebagai berikut
:
1. Regulator Penggulungan Kain Positif
Alat ini adalah yang bekerja terus menggulung kain sekalipun
tidak ada pakan yang diluncurkan.
2. Regulator Penggulungan Kain Negatif
Alat ini hanya bekerja kalau ada pakan yang diluncurkan.
3. Regulator Kompensasi
Regulator ini baru bekerja bilamana panjang kain tertentu telah
ditenun. Susunan pakan dalam hal ini juga akan menjadi rapat
dan regulator ini dipakai dalam pertenunan sutera.
Gambar A Gambar B
Gambar diatas adalah penampang pakan pada kain yang merapat
dan tidak merapat.Gambar A memperlihatkan hasil penggulungan
regulator positif dengan susunan benang pakan tidak rata.Ada
yang besar ada yang kecil, sehingga kainnya ada yang rapat dan
ada yang jarang. Jarak antara titik tengah masing-masing pakan
sama, maka apabila ada pakan yang terlewat (tidak diluncurkan)
akan menyebabkan jalur pada kain. Jadi pengatur positif ini
dipakai pada kain dengan pakan yang rata seperti katun, rayon,
combed yarn dan kain-kain yang agak kurang tetalnya.
34
Susunan pakan pada kain hasil regulator negatif, gambar B, tiap
pakan mengambil tempat masing-masing sebagaimana besarnya
diameter. Bilamana ada pakan terlewat, regulator ini tidak bekerja.
Jadi jarak antara pakan itu adalah sama dan pada kain yang
keras/tetap yang satu mengisi lainnya. Inilah pengaturan yang
baik pada pakan yang tidak rata. Mungkin jumlah oakan tiap
satuan panjang tidak sama. Hal ini tentu saja tidak menjadi soal
untuk kain yang rata. Garis-garis keper tidak merupakan garis
lurus pada anyaman itu.
35
electronic goniometer) dan dikendalikan melewati ring penyetel
yang tertutup. Ini menjamin sinkronisasi dari mesin tenun dengan
penguluran lusi dan penggulungan kain (berjalan dalam seri – seri/
rangkaian atau rentetan): Praktisnya pengendali (controller) dapat
mengetahui pada saat apapun posisi yang pasti dari alat – alat
yang bermacam – macam.
Sensor posisi atau elemen beban (load cell) mengsinyalir tension
pada roller yang terpasang pada gandar dada dan mengijinkan
untuk mengatur kecepatan penguluran sehingga tegangan
menjadi benar – benar konstan dari awal sampai akhir proses
pertenunan. Selanjutnya posisi penguluran lusi dan penggulungan
kain selama tahap awal yang krisis dapat diatur jalannya sesuai
material yang sedang diproses, untuk menanggulangi garis – garis
pada kain.Juga kerataan pakan dapat bervaiasi tanpa adanya
batasan dan ada juda kemungkinan untuk memodifikasi tegangan
lusi karena adanya penyetelan yang sederhana.
E. DATA PERCOBAAN
a. Penguluran Lusi
a. System negative
Cara kerja system negative sumber gerakanya dari motor
ditransmisikan ke poros utama selanjutnya poros utama yang
terhubung dengan lade akan mentransmisikan ketika
36
penguluran dilakukan ke rachet akan bergerak memutarkan roda
gigi payung 1 lalu menghubungkan roda gigi payung 2 dan ke
roda gigi cacing dan memutarkan roda gigi tambahan sehingga
beam dapat diputar.
b. System positif
Penguluraan positif ini sumber gerakanya berasal dari motor
yang berada pada sebelah kanan beam lusi yang khusus
menggerakan beam lusi untuk keperluan penguluran benang
lusi, system penguluran ini bekerja pada saat setiap peluncuran
benang pakan terjadi tidak memperdulikan penyisipan benang
pakannya berhasil atau tidak dan system pengeremanya telah
dilakukan secara otomatis artinya setiap kali tegangan pada
proses pertenun berubah maka penguluran benang lusi terjadi
untuk menormalkan tegangan yang ada. Selain itu poros utama
yang terhubung dengan super motor atau sumo juga terhubung
dengan gerakan penguluran benang lusi pada beam agar
gerakan sinkron sewaktu sheding motion dan penguluran
benang lusi terjadi.
- Gearing diagram penguluran negative
Beam Lusi
motor
37
b. Penggulungan kain
- Gearing diagram
a. Rachet
b. Rachet
Pinion
d. change
c. change
pinion
well
f. coumpound
pinion
e. Coumpound
wheel
Taking-off Roll
g. Taking
wheel
Roll
a = 24T
b = 32 T
c = 54 T
d = 25 T
e = 89 T
f = 15 T
g = 96 T
Keliling Parut = 17,72 inchi
38
- PICK-SPACING
𝟏 𝟑𝟕 𝟐𝟓 𝟏𝟓
𝑷−𝒔= 𝒙 𝒙 𝒙 𝒙 𝟏𝟕, 𝟕𝟐" = 𝟏, 𝟏𝟖𝟖/𝒄𝒘
𝟐𝟒 𝑪 𝟖𝟗 𝟗𝟔
- Pick/inchi
𝑐𝑤 54
𝑝. 𝑝. 𝑖 = 1,188 = 1,188 = 45,45 ℎ𝑙/′’
F. DISKUSI
Telah dilaksanakan praktikum penguluran benang lusi dan
penggulungan kain. dimana dalam praktikum ini praktikan
menemukan beberapa factor yang harus diperhatikan :
1. Dalam penguluran benang lusi negative pada mesin shuttle
ditemukan bahwasanya system pengereman memakai rantai ini
didasari oleh tegangan yang dibutuhkan oleh benang lusi pada
saat proses pertenunan. Lebih kanjut roda gigi rachet juga
sangat berperan penting pada gerakan ini fatal akibatnya
apabila roda gigi rachet mengalami kerusakan yang nantinya
akan mengakibatkan tegangan berubah ubah dan system
pengereman tidak maksimal lagi
2. Dalam penggulungan kain harus diperhatikan keberadaan gigi
pada roda gigi rachet karna satu putaran roda gigi rachet sangat
berkaitan erat dengan pergerakan beam kain. apabila modul gigi
tertutupi kotoran maka akibatnya roda gigi tidak bisa berputar
dan benangakan menumouk tetal pakan akan naik. Dan apabila
modul gigi ompong maka kain akan mengalami cacat.
39
G. KESIMPULAN
Telah didapat data dari praktikum diatas
Penguluran benang lusi dibedakan menjadi dua :
Penguluran positif
Pengluruan negative
Yang dibedakan lagi berdasarkan system pengeremannya
Penggulungan kain
Pick spacing = 1,880/cw
p.p.i = 45,45 hl/’’
penggulungan kain harus benar benar memperhatikan keadaan
modul gigi apabila gigi tertutupi oleh debu maka tetal pakan akan
mnumpuk dan apabila modul gigi ompong maka kain akan cacat
40
BAB 5
DAFTAR PUSTAKA
1. Talinov zebua kevin. 2016.’’laporan penggulungan kain dan
pengguluran lusi’’. Dikutip pada 1-12-2018
2. Talinov zebua kevin. 2016.’’Picking and beating’’. Dikutip pada 1-12-
2018
3. Kiron islam mizrul. 2012. Left off mechanism.
http://textilelearner.blogspot.com/2012/02/negative-let-off-
mechanism.html. Diakses pada 1-12-2018.
4. Kiron islam mizrul. 2012. Beating up.
http://textilelearner.blogspot.com/2012/02/beat-up-mechanism-study-
on-beating-up.html. Diakses pada 1 -12-3018
5. Kiron islam mizrul.2012.
http://textilelearner.blogspot.com/2011/06/take-up-motion-let-off-
motion-secondary_5888.html. Diakses pada 1-12-2018
6. Pram teddy. 2012. Praktek teknologi tenun modern.
http://teddypram.blogspot.com/2011/02/praktek-teknologi-pertenunan-
modern.html. Diakses pada 1-12-2018
7. ________.2016.tekstil capter water jet loom.
https://textilechapter.blogspot.com/2016/11/water-jet-loom-definition-
features-advantage-disadvantages.html. Diakses pada 1-12-2018
41