ABSTRAK
Pada masa transisi program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini masih banyak ditemui permasalahan pada
pelayanan kesehatan kepada keluarga miskin. Untuk itu kita perlu meneliti faktor-faktor yang berpotensi
memicu permasalahan tersebut dan pola hubungan antar faktor-faktornya, sehingga dapat dijadikan landasan
dalam mencari jalan keluar untuk permasalahan tersebut. Penelitian kualitatif deskriptif metode studi
kasus.Teknik pengambilan Sampling yaitu Triangulasi non probability sampling, antara Teknik Purposive,
Teknik Snow Ball dan Teknik Aksidensil. pengumpulan data dengan Wawancara mendalam (Deep Interview),
Observasi lapangan dan Dokumentasi, Pengolahan Data dengan teknik Kondensasi Data. Berdasarkan hasil
penelitian dapat tarik kesimpulan, Kunjungan keluarga miskin di Puskesmas Kedamean sebelum dan setelah
diberlakukan JKN relatif tren positif terus. Sedangkan di Puskesmas Slempit sebelum JKN terjadi tren positif,
namun setelah diberlakukan JKN terjadi tren negatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbagi menjadi faktor-
faktor Internal Keluarga Miskin : Kondisi fisik, ekonomi, sosial, kepemilikan sarana transportasi,
waktu/kesempatan dan kualitas SDM. Faktor-faktor eksternal keluarga miskin : Puskesmas, sistem JKN-PBI,
Puskesmas Pembantu, poskesdes/polindes, rumah sakit, tenaga kesehatan swasta, fasilitas kesehatan swasta,
kondisi infrastruktur, aparatur desa, aparatur kecamatan, kearifan lokal, kebijakan pemerintah daerah dan
peraturan perundang-undangan/regulasi. Pola hubungan antara faktor-faktor eksternal dapat dikelompok-
kelompokkan berdasarkan korelasi/hubungannya dengan faktor internal keluarga miskin membentuk ring1 - 4.
Kata Kunci: faktor-faktor, Pola hubungan, Jaminan Kesehatan Nasional, Puskesmas, Keluarga Miskin
ABSTRACT
On this the transition period of the National Health Insurance program Shceme (NHIS) is still came problems in
health services to poor families. For that we need to examine the factors that could potentially trigger these
problems and patterns of relationships between the factors, so it can be used as a basis to find solutions to these
problems. Descriptive qualitative research case study method. We use Triangulation non-probability sampling,
between purposive, Snow Ball and Aksidentil technique. datum collected with depth Interview, field
observation and documentation, the Data Processed with Condensation Data technique. Based on the research
results can be deduced, poor families visiting in Kedamean's PHC before and after launced of the NHIS relatively
positive trend continues. While at the Slempit's PHC before NHIS occured positive trend, but after the launced
of the NHIS a negative trend occur. Factors affecting split into Poor Families Internal factors: physical
condition, economic, social ownership of the vehicle, time / opportunity and quality of human resources.
External factors of poor families: PHC, system JKN-PBI, PHC helper, poskesdes / village health clinic, hospital,
health personnel private, private health facilities, infrastructure conditions, village apparatus, the districts
apparatus, local knowledge, local government policy and legislation / regulation. The pattern of the relationship
between external factors can be categorized based on the correlation / relationship with the internal factors of
poor families forming Ring1till 4.
Keywords: factors, pattern of relationships, the National Health Insurance, Public Healthcare Center, Poor
Families
PENDAHULUAN Provinsi Jawa Timur pada data PPLS 2011
diketahui secara agregat (total) jumlah
Undang-undang Dasar tahun 1945 pada penduduk miskin sebanyak 1.230.042 KK
pasal 28 H ayat (1) menyatakan bahwa setiap Rumah Tangga Miskin (tanpa klasifikasi).
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, Berdasarkan Peraturan Pemerintah
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkunan Republik Indonesia Nomor 101 tahun 2012
hidup yang baik dan sehat serta berhak tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan
memperoleh pelayanan kesehatan. Selanjutnya Kesehatan pada Pasal 15 dinyatakan bahwa data
dalam Undang-undang nomor 36 tahun 2009 Keluarga Miskin yang digunakan sebagai dasar
tentang kesehatan pada pasal 5 ayat (1) kepesertaan JKN Penerima Bantuan Iuran (JKN-
menyatakan bahwa setiap orang mempunyai PBI) dimana iurannya dibayarkan oleh pemerintah,
hak yang sama dalam memperoleh akses atas adalah PPLS 2011. Tahun 2014 ada 86,4 juta
sumber daya kesehatan. penduduk yang tergolong Penerima Bantuan
Untuk memenuhi hak-hak tersebut maka Iuran.
pemerintah membentuk Badan Penyelenggara Namun ternyata banyak 'mantan'
Jaminan Sosial (BPJS) berasarkan UU No 24 peserta Jamkesmas 2013 yang tidak masuk
Tahun 2011, salah satunya dalam bentuk BPJS sebagai peserta JKN karena tidak masuk di
Kesehatan untuk menyelenggarakan program database BPJS, sementara mereka memiliki kartu
jaminan kesehatan, yang biasa dikenal sebagai dan mereka merasa 'berhak' mendapatkan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pelaksanaan pelayanan kesehatan seperti tahun sebelumnya.
Program JKN dimulai tanggal 1 januari 2014, Jumlah tersebut belum termasuk kepesertaan
dengan target paling sedikit 121,6 juta penduduk total JAMKESDA Jawa Timur yang tidak masuk
dijamin melalui BPJS Kesehatan (peta jalan kuota Jamkesmas 2014 sebesar 707.305 jiwa dan
menuju jaminan kesehatan nasional 2012-2019). pemilik kartu Jamkesmas 2013 yang tidak masuk
Kepesertaannya bersifat wajib bagi database BPJS, serta para penderita Thalasemia,
seluruh rakyat Indonesia. Tetapi bagaimana gelandangan, bayi yang dilahirkan dari orangtua
dengan orang miskin, Scheil-Adlung (2004) pemegang kartu Jamkesmas, penghuni panti
dikutip oleh Suharto (2009:63) menyatakan, milik Pemerintah Provinsi (Pemprov Jatim) dan
“...user fees lead to an exclusion of the poor from any dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
formal medical care and constitute a problem of equity. (PMKS). Belum lagi Para Keluarga MIskin yang
(biaya pengobatan menyebabkan pengecualian sebelumnya dicover melalui APBD pemerintah
orang miskin dari setiap perawatan medis Kabupaten/Kota dengan menggunakan Surat
formal dan merupakan masalah keadilan) .” Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dan Surat
Pada bulan September 2013, jumlah Pernyataan Miskin (SPM).
penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran Pelayanan Kesehatan menggunakan
per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) sistem rujukan berjenjang mulai dari Pelayanan
di Indonesia mencapai 28,55 juta orang (11,47 Kesehatan Tingkat (PKT) Pertama, Kedua dan
persen). Untuk memenuhi kebutuhan penduduk Ketiga, sesuai dengan Peraturan Menteri
miskin ini pemerintah mengeluarkan program Kesehatan Nomor 01 tahun 2012 tentang Sistem
Jaminan Kesehatan pembayaran iurannya Rujukan Kesehatan Perorangan. Apabila masih
dibayarkan negara sebagai Penerima Bantuan membutuhkan penanganan lebih lanjut, PKT
Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya Pertama harus merujuk pasien ke PKT Kedua
disebut PBI Jaminan Kesehatan yang tertuang Rujukan Kab/Kota, dan bila masih membutuhkan
dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 perawatan lebih baik dirujuk ke PKT Ketiga RS
tentang Jaminan Kesehatan. Sedangkan di Rujukan Provinsi.
Thabrany (2003) dalam Suharto BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang
(2009:63) yang menyatakan sekitar 10% orang dibentuk untuk menyelenggarakan program
termiskin dari populasi miskin mengeluarkan Jaminan Kesehatan.
2,3 kali dari total pendapatan bulanan Berdasarkan Peraturan Pemerintah
keluarganya untuk mendapatkan pengobatan Republik Indonesia Nomor 101 tahun 2012
dengan rawat inap. Jadi kita bisa membayangkan tentang penerima bantuan iuran jaminan
jika seandainya ada salah satu anggota keluarga kesehatan. Penerima Bantuan Iuran Jaminan
miskin sakit hingga dirawat inap. Hal itu belum Kesehatan yang selanjutnya disebut PBI Jaminan
terhitung pendapatan yang hilang jika yang sakit Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak
anggota keluarga yang produktif. mampu sebagai peserta program Jaminan
Pada tahun pertama pelaksanaan Kesehatan.
program JKN ini (masa transisi) kemungkinan Berdasarkan PP tersebut yang
masih banyak ditemui permasalahan pada dimaksud dengan Fakir Miskin adalah orang
pelayanan kesehatan, terutama di Fasilitas yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata
menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan pencaharian tetapi tidak mempunyai
kepada masyarakat, diantaranya yaitu Puskesmas. kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang
Dan yang relatif akan merasakan perubahan ini layak bagi kehidupan dirinya dan/atau
adalah keluarga miskin. keluarganya. Dan Orang Tidak Mampu adalah
Untuk itu kita perlu meneliti faktor- orang yang mempunyai sumber mata
faktor yang berpotensi memicu permasalahan pencaharian, gaji atau upah, yang hanya mampu
dalam pemanfaatan program JKN ini pada memenuhi kebutuhan dasar yang layak namun
keluarga miskin dan pola hubungan antar tidak mampu membayar Iuran bagi dirinya dan
faktor-faktor tersebut, sehingga dapat dijadikan keluarganya.
landasan dalam mencari jalan keluar untuk Konferensi Dunia untuk Pembangunan
permasalahan tersebut. Dari uraian diatas maka Sosial dalam Roebiyanto (2011:19), mendenisikan
perumusan masalahnya adalah sebagai berikut : Kemiskinan sebagai:
1. Bagaimana kunjungan keluarga miskin di “rendahnya tingkat pendapatan dan
Puskesmas wilayah Keamatan Kedamean sumber daya produktif yang menjamin
sebelum dan setelah diberlakukan Jaminan kehidupan berkesinambungan; kelaparan
Kesehatan Nasional (JKN) ? dan kekurangan gizi; rendahnya tingkat
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan; keterbatasan dan kurangnya
pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional akses pada pendidikan dan layanan-
(JKN) oleh keluarga miskin di wilayah layanan pokok lainnya; kondisi tak wajar
Kecamatan Kedamean ? akibat penyakit yang terus meningkat;
3. Bagaimana pola hubungan antara faktor- kehidupan bergelandang dan tempat
faktor tersebut ? tinggal yang tidak memadai; lingkungan
yang tidak aman, serta diskriminasi dan
TINJAUAN PUSTAKA keterasingan sosial; dan dicirikan juga oleh
rendahnya tingkat partisipasi dalam proses
Pada Peraturan Presiden Nomor 12 pengambilan keputusan dan dalam kehidupan
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan sipil, sosial dan budaya”.
didefinisikan beberapa istilah terkait Jaminan Roesminingsih (2005:6-7) menyatakan
Kesehatan Nasional (JKN). Diantaranya Jaminan dalam memahami kemiskinan seharusnya
Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan melihat interkoneksi multi faktor seperti
kesehatan agar peserta memperoleh manfaat ekonomi, sosial dan politik dalam suatu peta
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan analisa. Kasus yang memarjinalkan kaum miskin
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan di pedesaan termasuk juga di perkotaan tidak
yang diberikan kepada setiap orang yang telah dapat dipisahkan dari sistem politik, ekonomi
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh dan sosial dimana kaum miskin itu berada,
pemerintah. Dan Badan Penyelenggara Jaminan karena kemiskinan tidaklah merupakan sisi
Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat yang berdiri sendiri (single faset)
Sedangkan situasi/kondisi politik, adalah Studi Kasus, menurut Stake (1995) dalam
ekonomi dan sosial bersifat dinamis. Sehingga Creswell (2009:20) studi kasus merupakan
kemiskinan dapat didefinikan sebagai penelitian dimana peneliti menggali suatu
keterbatasan dan kurangnya akses pada faktor fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu
ekonomi, sosial dan politik yang bersifat dan kegiatan (program, even, proses, institusi
dinamis. atau kelompok sosial) serta mengumpulkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik informasi secara terinci dan mendalam dengan
Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 menggunakan berbagai prosedur pengumpulan
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan data selama periode tertentu.
Masyarakat, Puskesmas adalah unit pelaksana Penelitian ini dilakukan di Wilayah
teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang Kerja Puskesmas Kedamean, Kabupaten Gresik
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan karena dilatar belakangi antara lain : Kecamatan
kesehatan di suatu wilayah kerja dan penanggungjawab Kedamean merupakan salah satu kecamatan di
penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang wilayah kabupaten Gresik yang berjarak 29 Km
tingkat pertama. dari pusat kota kabupaten, yang berdasarkan
Sejak diperkenalkannya konsep puskesmas data PPLS 2011 memiliki jumlah penduduk
pada tahun 1968, berbagai hasil telah banyak miskin terbanyak ke-2 setelah Kecamatan
dicapai. Angka kematian ibu dan kematian bayi Wringin Anom. Namun dari jumlah total
telah berhasil diturunkan dan sementara itu penduduk 99.436 jiwa (BPS Kabupaten gresik
angka harapan hidup rata-rata bangsa Indonesia 2012) Kecamatan ini secara prosentase memiliki
telah meningkat secara bermakna. Jika pada jumlah Kepala Keluarga (KK) Miskin terbesar
tahun 1995 angka kematian ibu dan angka yaitu 53,96% dan Penyandang Masalah
kematian bayi masing-masing adalah 373/100.000 Kesejahteraan Sosial (PMKS) terbesar di wilayah
kelahiran hidup (SKRT 1995) serta 60/1.000 Kabupaten Gresik, yaitu 4,87% dari jumlah total
kelahiran hidup (Susenas 1995), maka pada penduduk. Serta pada Profil Dinas Kesehatan
tahun 1997 angka kematian ibu turun menjadi Kabupaten Gresik 2010 menunjukkan dari total
334/100.000 kelahiran hidup (SDKI 1997), penduduk miskin tersebut hanya 40,77% yang
sedangkan angka kematian bayi pada tahun 2001 terdaftar sebagai peserta JAMKESMAS, 1,99%
turun menjadi 51/1.000 kelahiran hidup terdaftar sebagai peserta JAMKESDA dan
(Susenas 2001). Sementara itu umur harapan SKTM/SPM .
hidup rata-rata meningkat dari 45 tahun pada Untuk mendapatkan informasi semaksimal
tahun 1970 menjadi 65 tahun pada tahun 2000. mungkin disini kami menggunakan teknik
pengambilan Sampling : Teknik Triangulasi,
METODOLOGI PENELITIAN yaitu kombinasi teknik non probability sampling
yang dikembangkan sugiyono (2011: 218) di
Jenis Penelitian ini merupakan penelitian Kwalitatif, antara lain :
Kualitatif, dimana menurut John W.Creswell 1. Teknik Purposive : yaitu ditentukan secara
(2009:5) menyatakan bahwa Penelitian Kualitatif langsung informannya, yaitu para
merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi stakeholder pengambil kebijakan di wilayah
dan memahami makna yang dianggap berasal Kecamatan Kedamean,
dari masalah sosial atau kemanusiaan, melalui 2. Teknik Snow Ball : yaitu informan yang
proses-proses pengumpulan data yang spesifik didapatkan berdasar informasi dari yang
dari para partisipan, data yang diperoleh sebelumnya telah diwawancarai, yaitu
dianalisis secara induktif dan menafsirkan stakeholder lain di wilayah Kecamatan
makna data. penelitian ini menggunakan Kedamean
Pendekatan Deskriptif, dimana Suharsimi 3. Teknik Aksidensil : yaitu mencari informasi
Arikunto (2010:3) menyatakan bawa penelitian sebanyak mungkin dari setiap orang yang
Deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan ditemui dilokasi penelitian,
untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal Berdasarkan Arikunto (2010:270-275)
lain-lain yang sudah disebutkan sebelumnya, pengumpulan data dapat dilakukan dengan
dan hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan teknik :
Penelitian. Sedangkan metode yang digunakan
Vagina dengan Asam Asetat). Wilayah kerjanya Grafik 2. Grafik Kunjungan Keluarga Miskin
dilalui akses jalan raya provinsi, sehingga relatif Ke Puskesmas Kedamean setelah
lebih mudah menjangkau Rumah sakit rujukan. diberlakukannya JKN/BPJS
Namun Puskesmas kedua ini masih
belum memiliki fasilitas rawat inap, sehingga
jika ada pasien yang membutuhkannya akan
dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan
(FKTL) yang melayani Jamkesmas/JKN yaitu
Rumah Sakit Umum Daerah Ibnu Sinna, Bunder
Gresik yang jaraknya sekitar 20 km dari
Kedamean, atau rawat inap Fasilitas Kesehatan
swasta di wilayah ini, namun dengan membayar
sendiri.
peralatannya maka jenis dan kualitas jam dan kualitas pelayanannya minimal
pelayanan kesehatan akan semakin baik. maka akan sia-sia keberadaannya.
4) Perlengkapan, meliputi perlengkapan d. PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT 2 /
medis (bahan habis pakai) dan nonmedis RUMAH SAKIT
(ATK), karena ketersediaan perlengkapan Yang terdiri dari RSUD Ibnu Sinna dan RS
akan sangat menentukan kelancaran Swasta yang melayani Gakin melalui
tindakan pelayanan kesehatan. program JKN/BPJS. RSUD Ibnu Sinna
5) Obat-obatan, meliputi semua jenis obat- berjarak sekitar 20 km dan dengan
obatan yang dibutuhkan Puskesmas untuk keterbatasan kapasitas yang dimilikinya
pencegahan, pengobatan, rehabilitasi dan sehingga antriannya sangat banyak baik
promosi kesehatan, baik berupa tablet, untuk pelayanan rawat jalan maupun rawat
sirup, injeksi dan lain-lain. inapnya. Selanjutnya baik untuk pasien
6) Petunjuk Teknis (juknis)/Prosedur rawat inap yang pulang maupun rawat jalan
Tetap (protap), merupakan standarisasi pengembilan obatnya (yang ditanggung
dari pelayanan kesehatan di FKTP, JKN/BPJS) hanya dapat dilakukan di
karena akan menjamin kualitas layanan Apotik Mida Farma, depan RSUD Ibnu
dan membantu menyelesaikan jika Sinna.
muncul permasalahan. RS swasta yang menerima JKN terdekat
7) SDM administrasi dan IT, tenaga khusus jaraknyapun lebih dari 10 km dan terletak di
administrasi dan IT untuk kebutuhan wilayah Surabaya. Dengan segala keterbatasan
proses perencanaan, penganggaran, yang dimiliki keluarga miskin akan relatif
administrasi pelayanan, tata usaha dan kesulitan untuk mengaksesnya.
kepegawaian, monitoring dan evaluasi. e. TENAGA KESEHATAN (TENAKES)
Faktor ini juga tak kalah pentingnya SWASTA
dalam mengawal pelayanan di Puskesmas Swasta, yang terdiri dari dokter, mantri,
sehingga dapat menjamin kelancaran perawat dan bidan desa yang membuka
pelayanan kesehatan, apalagi sistem praktek swasta di wilayah Kecamatan
yang digunakan pada JKN adalah sistem Kedamean. Untuk bidan desa masih
entri online. melayani JKN-PBI, namun jam pelayanannya
b. SISTEM JKN-PBI terbatas pada jam kerja. Sedangkan tenakes
yang terdiri dari Sistem pendataan dan swasta yang lainnya tidak melayani JKN-
verifikasi, Sistem Sosialisasi, sistem rujukan, PBI. Dengan segala keterbatasan yang
sistem klaim, Sistem IT JKN/BPJS dan dimiliki keluarga miskin akan relatif
Sistem Komunikasi/koordinasi antar kesulitan jika sakit diluar jam pelayanan
Institusi/lembaga terkait. Faktor ini secara tersebut.
langsung akan relatif mempengaruhi f. FASILITAS KESEHATAN (FASKES)
pemanfaatan JKN oleh keluarga miskin. SWASTA
Semakin sulit/rumit sistem yang digunakan Faskes lain selain Pustu dan Poskesdes yang
akan semakin menurunkan pemanfaatannya ada di wilayah Kecamatan Kedamean cukup
karena keterbatasan-keterbatasan yang banyak namun hingga saat dilakukan
dimiliki oleh keluarga miskin. penelitian ini tidak ada yang menjalin
c. PUSTU/POSKESDES/POLINDES kerjasama dengan BPJS pelaksana program
Merupakan unit pembantu Puskesmas di JKN. Faskes-faskes tersebut levelnya sama
desa-desa, untuk memudahkan dan dengan Puskesmas, sehingga hanya menjadi
mendekatkan pelayanan kesehatan kepada kompetitor dari Faskes milik Pemerintah
masyarakat. Jam pelayanan dan kualitas Daerah (Puskesmas, Pustu dan Poskesdes).
pelayanan yang diberikan akan relatif g. KONDISI INFRASTRUKTUR
mempengaruhi keluarga miskin dalam Kondisi fisik jalan dan jarak relatif antara
memanfaat JKN. Karena keterbatasan- rumah/posisi keluarga miskin dan
keterbatasan yang dimiliki keluarga miskin Puskesmas yang melayani JKN-PBI.
akan sangat terbantu dengan keberadaan Semakin buruk kondisi fisik jalan atau
Pustu/ Poskesdes/Polindes. Namun jika semakin jauh jarak antara rumah keluarga
miskin dan Faskes tersebut akan semakin Gambar 2. Pola Hubungan antara faktor-faktor
menyulitkannya mengakses pelayanan yang mempengaruhi pemanfaatan Jaminan
kesehatan. Apalagi jika ada keterbatasan Kesehatan Nasional (JKN) oleh keluarga miskin
atau ketiadaan angkutan umum untuk di wilayah Kerja Puskesmas Kedamean.
mencapainya.
h. APARATUR DESA
Meliputi jumlah aparatur dan kapasitas
layanan terhadap gakin dalam kaitan dengan
peranan dan dukungan terhadap pelayanan
kesehatan bagi Gakin di wilayahnya masing-
masing, sebagai potensi pendukung/membantu
keluarga miskin untuk mengakses fasilitas
kesehatan yang melayani JKN-PBI sewaktu
dibutuhkan.
i. APARATUR KECAMATAN
Meliputi jumlah aparatur dan kapasitas
layanan terhadap gakin dalam kaitan
Sumber : Olah data penelitian
dengan peranan dan dukungan terhadap
fasilitas pelayanan kesehatan bagi gakin di Dari pola hubungan antar faktor-faktor
wilayahnya masing-masing. eksternal diatas (gambar 2) dapat kita kelompok-
j. KEARIFAN LOKAL kelompokkan berdasarkan korelasi/hubungannya
Peranan dan dukungan kearifan lokal yaitu dengan faktor internal keluarga miskin. Antara
budaya tepo sliro dan tolong menolong lain :
dalam masyarakat desa terhadap anggota a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
masyarakat yang membutuhkan bantuan. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh
Budaya ini akan sangat membantu keluarga keluarga miskin di Puskesmas wilayah
miskin yang sakit sehingga segera mendapatkan Kecamatan Kedamean secara langsung, kita
pertolongan medis di faskes yang melayani sebut faktor-faktor ring 1.
JKN-PBI. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
k. KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH/ Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh
KABUPATEN keluarga miskin di Puskesmas wilayah
terdiri dari kebijakan/regulasi daerah dan Kecamatan Kedamean melalui faktor-faktor
Alokasi anggaran untuk kesehatan keluarga ring 1, kita sebut faktor-faktor ring 2.
miskin, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
(Pemkab) dan Dinas Kesehatan Kabupaten Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh
yang sangat dibutukan untuk penguatan keluarga miskin di Puskesmas wilayah
berbagai sarana dan prasarana penunjang Kecamatan Kedamean melalui faktor-faktor
aksesbilitas keluarga miskin terhadap kuadran 2, kita sebut faktor-faktor ring 3
fasilitas pelayanan kesehatan. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
l. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN/ Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh
REGULASI keluarga miskin di Puskesmas wilayah
Segala Regulasi atau Tata Peraturan Kecamatan Kedamean melalui faktor-faktor
Perundang-undangan yang memayungi kuadran 3, kita sebut faktor-faktor ring 4.
semua kegiatan masyarakat dan institusi/ Berdasarkan pola diatas maka kita
lembaga terkait implementasi Program dapat mengetahui faktor-faktor mana yang
JKN-PBI. harus lebih diperhatikan jika ingin memberi
dampak langsung pada peningkatan pemanfaatan
3. Pola hubungan antara faktor-faktor Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh
Dari berbagai faktor yang di peroleh keluarga miskin di Puskesmas.
dari hasil olah data diatas dapat kita rangkai
menjadi suatu pola, seperti nampak pada
gambar 2 di bawah ini.
Berdasarkan hasil olah data dan Anonimous , 2010b, Profil Dinas Kesehatan
pembahasan diatas dapat kita tarik suatu Kabupaten Gresik 2010, Dinas Kesehatan
kesimpulan, antara lain : Kabupaten Gresik, Gresik
1. Kunjungan keluarga miskin di Puskesmas
Kedamean sebelum dan setelah diberlakukan onimous, 2011, Riset Fasilitas Kesehatan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) relatif Puskesmas, Badan Penelitian dan
stabil dan menunjukkan tren positif terus Pengembangan Kesehatan Kementerian
(kenaikan). Sedangkan di Puskesmas Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Slempit pada saat belum diberlakukan JKN
terjadi tren positif, namun setelah diberlakukan Anonimous, 2012, Peta Jalan Menuju Jaminan
JKN terjadi tren negatif/penurunan. Kesehatan Nasional 2012-2019,
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Kementerian Koordinator Kesejahteraan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh Rakyat, Jakarta.
keluarga miskin di Puskesmas wilayah
Kecamatan Kedamean terbagi menjadi : Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian
- Faktor-faktor Internal Keluarga Miskin : Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi. PT.
Kondisi fisik, ekonomi, sosial, kepemilikan Rineka Cipta. Yogyakarta.
sarana transportasi, waktu/kesempatan
dan kualitas SDM. Badan Pusat Statistik, 2012, Kecamatan
- Faktor-faktor eksternal Keluarga Miskin : Kedamean dalam angka 2012, BPS
Puskesmas, sistem JKN-PBI, pustu, Kabupaten Gresik.
poskesdes/polindes, pkt2/rs, tenaga
kesehatan swasta, fasilitas kesehatan Badan Pusat Statistik, 2014, Berita Resmi Statistik
swasta, kondisi infrastruktur, aparatur No. 06/01/Th. XVII, 2 Januari 2014, Profil
desa, aparatur kecamatan, kearifan lokal, Kemiskinan Di Indonesia September 2013,
kebijakan pemerintah daerah dan diunduh tanggal 10-01-204 pukul 00:14
peraturan perundang-undangan/regulasi WIB
3. Pola hubungan antara faktor-faktor eksternal
dapat dikelompok-kelompokkan berdasarkan Creswell, John W, 2009, Research Design
korelasi/hubungannya dengan faktor internal Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
keluarga miskin membentuk ring1 sampai Mixed, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
dengan ring 4.
Miles, Huberman & Saldana, 1994, Qualitative
SARAN data analysis : a Methods sourcebook, Arizona
1. Revitalisasi Puskesmas sehingga dapat State University, United States of America.
meningkatkan kapasitas, kapabilitas,
kualitas dan kuantitas layanan kesehatan Roebyantho, Haryati, 2011, Dampak Sosial
kepada masyarakat, khususnya untuk Ekonomi Program Penanganan Kemiskinan
keluarga miskin. Melalui KUBE, P3KS, Jakarta,
2. Perbaiki infrastruktur jalan dan sarana
transportasi umum untuk mempermudah Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitati,
mobilitas masyarakat. Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta,
3. Lakukan pendataan secara berkala dan Bandung.
berkelanjutan untuk menjaring keluarga
miskin yang belum tercover JKN-PBI. Suharto, Edi, 2008, Kebijakan Sosial sebagai
4. Perbanyak Faskes dan Tenakes di daerah Kebijakan Publik, Penerbit Alfabeta,
yang bekerja sama dengan BPJS, khususnya Bandung.
untuk faskes yang memiliki sarana rawat
inap, laboratorium, radiologi dan apotik.