Anda di halaman 1dari 43

ProdiKeper

awat
an
Semester03

Sos
iol
ogi
Modul4
Ti
ngkahLak
uSakit
,FaktorSosial
BudayaMempengaruhiKesehatan
MODUL 4

TINGKAH LAKU SAKIT,

FAKTOR SOSIAL BUDAYA MEMPENGARUHI KESEHATAN

Oleh:

Drs. Maswardi, M.Kes

PENDIDIKAN JARAK JAUH PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN

Pusdiklatnakes, Badan PPSDM Kesehatan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

2013
Daftar Isi
DAFTAR ISI ……………………………….………………………..…………….….….….….….…...1

PENDAHULUAN……….…………………………………………………………….….….….….…..3

KEGIATAN BELAJAR 1 :TINGKAH LAKU SAKIT …..………………..……...........................5

Tujuan Pembelajaran Umum………………………………………………….…………………………….5

Tujuan Pembelajaran Khusus…………………………………………………………………………………5

Pokok-pokok Materi………………………………………………………………………………………………6

Uraian Materi……………………………………………………………………………………………………….7

Rangkuman………………………………………………………………………………………………………..14

Tes Formatif……………………………………………………….…………………………………………………15

Tugas Mandiri……………………………………………………………………………………………………..18

KEGIATAN BELAJAR 2 : FAKTOR SOSIAL BUDAYA

MEMPENGARUHI GIZI ………………………….…………………………………………………21

Tujuan Pembelajaran Umum……………………………………………………………………………...21

Tujuan Pembelajaran Khusus……………………………………………………………………………...21

Pokok-pokok Materi……………………………………………………………………………………………21

Uraian Materi………………………………………………………………………………………………………22

Rangkuman…………………………………….……………………………………………………………………27

Tes Formatif…………………………………………………….......................…………………………………28

Tugas Mandiri………………………………..……………………………………………………………………31
KEGIATAN BELAJAR 3 : FAKTOR SOSIAL BUDAYA MEMPENGARUHI

KELUARGA BERENCANA…………………………...............................................................34

Tujuan Pembelajaran Umum………………………………………………………………………………34

Tujuan Pembelajaran Khusus………………………………………………………………………………34

Pokok-pokok Materi……………………………………………………...............………………………….34

Uraian Materi………………………………………………………………………………………………………35

Rangkuman…………………………………………………………………………………………………………40

Tes Formatif…………………………………..……………………………………………………………………41

Tugas Mandiri…………………………………..…………………………………………………………………44

PENUTUP.........……….………………………………………………………………………………47

DAFTAR PUSTAKA

TES AKHIR MODUL………………………………………………………………………………….49

TUGAS AKHIR MANDIRI……………………………………………………..……………………55

KUNCI JAWABAN …………………………………………………………………..……………..56


Pendahuluan
Kesehatan bukan saja dimensi biologis tetapi juga merupakan dimensi psikologis,
dan sosial budaya. Dengan demikian dalam memberikan pelayanan kesehatan, dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada masyarakat yang multi kompleks. Anda harus
memahami tingkah laku sakit, faktor sosial budaya yang mempengaruhi. Modul ini
berjudul “Tingkah Laku Sakit, Faktor Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Kesehatan”.
Modul ini dibagi menjadi tiga kegiatan belajar, yaitu :

1. Tingkah laku sakit

2. Faktor sosial budaya yang mempengaruhi Gizi

3. Faktor sosial budaya yang mempengaruhi Keluarga Berencana (KB)

Setelah mempelajari modul 4 ini diharapkan Anda dapat :

1. Menjelaskan dan memahami tingkah laku sakit, tahapan sakit, dan peranan
sosial sakit.

2. Menjelaskan dan memahami faktor sosial budaya yang mempengaruhi


Gizi masyarakat.

3. Menjelaskan dan memahami faktor sosial budaya yang mempengaruh


Keluarga Berencana (KB).

Proses pembelajaran pada modul ini dapat berjalan lancar apabila Anda mengikuti
langkah-langkah belajar sebagi berikut:

1. Baca dan pahami lebih dahulu materi dalam modul ini.

2. Pelajari terlebih dahulu kegiatan belajar 1 dan kerjakan latihan dan tugas-
tugas yang diberikan.

3. Keberhasilan dalam pembelajaran sangat tergantung kepada kesungguhan


Anda dalam menjalankan latihan. Untuk itu berlatihlah secara mandiri atau
berkelompok dengan teman sejawat.

4. Bila Anda menemukan kesulitan, silahkan hubungi dosen pembimbing


atau fasilitator yang mengajar mata kuliah ini.

3
5. Sebagai tindak lanjut dari penyelesaian Modul ini, mintalah pada dosen
pembimbing atau fasilitator mata kuliah ini untuk mengerjakan Tugas
Akhir Mandiri (TAM) dan Tes Akhir Modul (TAM). Tujuannya adalah untuk
mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan Anda terhadap keseluruhan
materi pembelajaran yang telah Anda pelajari.

Selamat belajar, semoga Anda sukses memahami pengetahuan yang diuraikan


dalam modul 4 ini.
Tingkah Laku Sakit

Kegiatan Belajar I
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus

TUJUAN
Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi kegiatan belajar 1 ini Anda
dapat menjelaskan tentang tingkah laku sakit.

TUJUAN
Pembelajaran Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang :

1. Menjelaskan konsep sakit, penyakit, dan tingkah laku sakit.

2. Menjelaskan tahapan-tahapan sakit.

3. Menjelaskan model peranan sakit.

4. Menjelaskan peranan sosial sakit.

5. Menjelaskan pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku sakit.


Kegiatan Belajar
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus

POKOK
Materi
Pokok-pokok materi yang akan Anda pelajari pada kegiatan belajar 1 ini
adalah :

1. Pengertian sakit, penyakit, dan tingkah laku sakit.

2. Tahapan-tahapan sakit.

3. Model peranan sakit.

4. Peranan sosial sakit.

5. Pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku sakit.


Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan

Uraian Materi
A. Pengertian Sakit

Kesehatan bukan saja merupakan dimensi biologis, tetapi juga


merupakan dimesi sosial, budaya, dan psikologis. Nah, dengan demikian
Anda harus membedakan pengertian penyakit yang menunjukan dimensi
biologis, dan pengertian sakit menunjukan sosial, budaya, atau psikologis.
Apa yang dimaksud dengan penyakit ? menurut Andrew C. Twaddle penyakit
merupakan fenomena objektif yang dapat diukur melalui gejala-gejala sakit
yang ada pada penderita. Sedangkan sakit merupakan fenomena subjektif
dari keadaan tidak sehat yang pada umumnya lebih menjadi pusat perhatian
penderita. Nah, termasuk dalam pengertian ini adalah rasa sakit, lemah,
pusing, atau gejala-gejala lain yang dirasakan tidak enak dan mempengaruhi
aktivitas, sosialnya. Allan Young menyatakan bahwa sakit adalah persepsi dan
pengalaman seseorang yang berhubungan dengan keadaan tubuhnya yang
dirasakan tidak enak. Sebagian masyarakat menyatakan bahwa sakit adalah
keadaan dimana seseorang tidak bisa lagi melakukan pekerjaan, nafsu makan
berkurang, susah tidur, demam, mual, dan lain-lain.

Nah, untuk mengetahui penyebab keluhan pasien; sebagai seorang


perawat, Anda tidak hanya memperhatikan fisik pasien saja, tetapi harus
memperhatikan hubungan pasien dengan orang lain, pekerjaannya, dan
kebudayaannya.

Tingkah laku sakit didefenisikan sebagai cara-cara dimana gejala-


gejala ditanggapi, dievaluasi, dan diperankan oleh individu yang mengalami
sakit, kurang nyaman, atau tanda-tanda lain dari fungsi tubuh yang kurang
baik. (Mechanic, 1961).

B. Tahapan Sakit

Ahli sosiologi memandang perjalanan penyakit melalui berbagai tahap-


tahap yang dapat dibedakan. Apa saja tahapan sakit itu? Menurut Suchman
ada lima tahapan sakit, antara lain :

7
1. Pasien merasakan adanya gejala sakit.

Gejala-gejala seperti tubuh tidak enak, perasaan kurang


sehat, pusing, nyeri, perubahan penampilan atau rasa lemah. Gejala
ini diinterpretasikan dan menimbulkan perasaan takut dan khawatir
karena mungkin merupakan awal sesuatu yang lebih gawat.

2. Dinyatakan sakit dan membutuhkan perawatan profesional.

Pada tahap ini pasien minta nasehat dan perawatan. Pada


mulanya perawatan sendiri di rumah dan meminta rujukan awam
dengan keluarga dan teman-teman dekat. Apabila keluarga dan teman-
teman mendukung pernyataan si penderita, maka ia akan cenderung
untuk memasuki tahapan ketiga.

3. Kontak perawatan medis dan perawatan profesional.

Pada tahap ini orang yang menduga dirinya sakit sudah berada
dalam jalur menjadi pasien; ia mengharapkan diagnosis medikal
dan pengobatan dokter untuk penyembuhannya. Pada masyarakat
tradisional keputusan untuk dirawat lebih lambat karena perundingan
yang melibatkan sejumlah orang dalam keluarga.

Gambar 25. Seorang pasien dalam perawatan dokter

8
4. Tahap pertama ketergantungan pasien.

Keputusan untuk mengalihkan pengawasan kepada dokter,


menerima, dan mengikuti pengobatn yang ditetapkan. Pada tahp ini
seorang pasien yang diharapkan bisa sembuh akan ditangani dan
bereaksi berbeda dengan pasien penyakit kronis. Yang kemungkinan
sembuh tidak memungkinkan. Muncul sikap ambivalen : lega bahwa
kondisinya diketahui dokter dan akan menghasilkan kesembuhan. Dan
keengganan menerima hubungan ketergantungan yang membuat
mereka kehilangan hak-hak atas pengambilan keputusan.

5. Penyembuhan atau rehabilitasi

Rehabilitasi dapat membantu untuk dapat menyesuaikan diri


secara lebih baik. Namun pada hal itu relatif, pasien penyakit kronis
mengetahui bahwa peranan pasien senantiasa menunggunya setiap
saat. Bagi pasien lain tahapan ini adalah Realistik, pada berbagai
masyarakat ada upacara-upacara dan tindakan simbolik yang
mengesahkan bahwa seorang bekas pasien akan melanjutkan peran
normalnya kembali.

C. Model “Parsons” tentang Peranan Sakit

Ahli sosiologi Talcott Parsons memberikan model peranan sakit yang


telah digunakan secara luas oleh para ahli tentang perilaku. Menurut Parsons
sesudah mendapat pengesahan akan haknya untuk menjalankan peran sakit
dan dokter menerimanya sebagai pasien. Pasien memiliki dua hak pokok
atau harapan. Apa hak pokok atau harapan itu ? Hak pokok atau harapan itu
adalah : (a) Dibabaskan dari tanggung jawab peran sosialnya yang biasa, dan
(b) Memperoleh perawatan hingga sembuh.

Disamping dua hak tersebut, menurut Parsons pasien juga memiliki


dua kewajiban atau tanggung jawab, yaitu : (a) Berkewajiban untuk menjadi
sembuh secepat mungkin, dan (b) Mencari bantuan teknis atau pertolongan
dan bekerjasama dengan dokter atau petugas kesehatan untuk mendapat
penyembuhan.
D. Peranan Sosial Sakit

Pada umumnya orang lebih menyukai atau percaya bahwa mereka


lebih menyukai sehat daripada sakit. Semua orang ingin menjadi sehat sudah
merupakan semboyan umum bagi program-program kesehatan. Apa peranan
sosial sakit ? menurut Foster peranan sosial sakit antara lain adalah :

1. Penyakit merupakan pelepasan dari tekanan hidup yang tak


tertahankan.

Apabila seseorang dinyatakan sakit, maka kegagalannya untuk


melakukan fungsi-fungsi normalnya bukanlah kesalahannya dan ia pun
diberikan hak pembebasan dan perawatan. Berhadapan dengan tekanan-
tekanan sosial yang berat, penyakit memberikan suatu penyelesaian
yang sangat menarik. Peranan sakit merupakan sarana pengunduran diri
setengah resmi, membebaskan aktor sosial dan tanggung jawab orang
dewasa dan menyebabkan dirinya dirawat orang lain.

2. Cara untuk menutupi kegagalan yang telah dilakukan seseorang.

Penyakit merupakan salah satu cara untuk menutupi kegagalan.


Sakit berarti suatu ketidakmampuan untuk memenuhi tugas-tugasnya dan
suatu cara untuk menghindar dari tanggung jawab yang diterima. Karena
merasakan kegagalan, orang dapat membenarkan kegagalannya melalui
ketidakmampuannya untuk bertindak sebagai akibat dari penyakitnya.

3. Cara untuk memperoleh perhatian.

Konvensi-konvensi budaya menekankan bahwa orang sakit harus


menerima perhatian khusus : pertanyaan-pertanyaan yang ramah dan
sopan, yangpenuh harapan tentang apa yang dirasakan pasien, makanan
khusus, botol pemanas, bantal yang dirapikan, dan punggung yang digosok.
Bagi orang-orang yang kesepian, yang tidak yakin akan penerimaan orang
lain atas dirinya dan merasa tersisih, penyakit merupakan sarana yang
menarik untuk memperoleh perhatian.
Gambar 26. Seorang pasien menerima karangan bunga dan perhatian dari temannya

4. Rumah sakit digunakan sebagai tempat liburan dan rekreasi.

Bagi sebagian orang rumah sakit digunakan sebagai tempat liburan


dan rekreasi yang menyenangkan. Dalam berbagai kasus seorang pasien
sangat merasa aman dan nyaman tinggal di rumah sakit, bahkan setelah
dokter mengizinkan untuk pulang, ada pasien justru meminta dirawat
beberapa minggu lagi. Mereka mendapat istirahat yang baik, makan tiga
kali sehari, tempat tidur yang rapi, dan perhatian dari perawat dan dokter
yang merawatnya.

5. Sebagai alat pengawasan sosial.

Imigran Mexico yang tinggal di Amerika Serikat pulang kembali


atas permintaan ibu-ibu merekan yang sudah lanjut usia dan sakit-sakitan.
Dan begitu kembali ke desa kebanyakan diantara mereka sulit sekali untuk
pergi lagi. Manipulasi tingkah laku sakit pada masyarakat Amerika oleh
ibu-ibu status janda dan penyakit kronis, dengan harapan anaknya selalu
merawatnya. Orang Israel memperlakukan sakit untuk mendapatkan
fasilitas perumahan dan kesejahteraan.

6. Masyarakat Barat dan non Barat beranggapan bahwa penyakit sebagai


akibat desa yang telah dilakukan. Penyakit dipandang sebagi dosa-dosa
mereka, orang tua, ataupun karib kerabatnya. Ia sakit dan menderita dan
pantas menderita karena telah berdosa (Roemer, 1960).

E. Pengaruh Kebudayaan Terhadap Tingkah Laku Sakit

Cara seseorang untuk mengutarakan sakitnya dan apa yang dilakukan


untuk mengatasinya berbeda antara manusia yang satu dengan manusia
lainnya, dan sangat dipengaruhi oleh latar belakang kebudayaannya.
Perbedaan budaya dalam tingkah laku sakit lebih menonjol daripada
perbedaan ekonomi. Hasil studi Zborowski (1952) menemukan bahwa
orang Yahudi dan Italia lebih emosional dalam respon mereka terhadap
rasa sakit daripada orang Eropa Utara. Dalam kebudayaan Yahudi dan Italia
membolehkan pengungkapan bebas perasaan emosi melalui kata-kata, bunyi,
isyarat. maka mereka merasa bebas berbicara mengenai rasa sakit, mengeluh,
dan menunjukan penderitaannya dengan mengaduh dan menangis. Mereka
tidak merasa malu dengan ekspresi tersebut. Bila kesakitan mereka memang
banyak mengeluh, minta tolong, dan mengharapkan simpati dan bantuan dari
warga kelompoknya dalam lingkungan sosialnya.

Orang-orang tua Amerika cenderung untuk melaporkan rasa sakit


dengan berusaha setenang mungkin. Mereka mengatakan tidak ada gunanya
mengeluh, mengaduh, dan sebagainya, karena hal itu tidak akan menolong
siapapun. Mechanic (1964) melaporkan bahwa umur dan jenis kelamin sangat
mempengaruhi tingkah laku sakit. Anak laki-laki lebih takut sakit daripada anak
wanita dan anak tertua dalam keluarga lebih takut daripada anak-anak lainnya
dalam keluarga. Anderson (1963) menyatakan bahwa wanita lebih banyak
menggunakan fasilitas kesehatan daripada laki-laki, dan tingkat kecelakaan
lebih tinggi pada anak laki-laki daripada anak wanita pada umur yang sama.

Sudirman menyatakan bahwa orang-orang Yahudi mempunyai angka


kematian anak yang rendah dibandingkan kelompok lainnya. Orang-orang
Amerika dari kelas sosial tinggi lebih banyak dan sering merasa dirinya sakit
dan juga lebih sering mencari pertolongan dokter.

12
1. Menyikapi adanya perbedaan pengertian sakit dan penyakit seorang petugas
kesehatan harus memperhatikan beberapa hal : (a) Siapa yang dikatakan sakit
dan siapa yang dikatakan sehat, (b) Proses pengobatan akan mempunyai arti
yang kecil, kecuali apabila petugas kesehatan dapat menjelaskan hubungan
antara gejala sakit dan penyakit dengan cara yang dapat diterima pasien.

2. Lima tahapan sakit : (a) Pasien adanya gejala sakit, (b) Seseorang
dinyatakan sakit dan memerlukan perawatan, (c) Pasien perlu
mendapatkan perawatan profesional, (d) Individu berperan
sebagai pasien, dan (e) Tahap penyembuhan atau Rehabilitasi.

3. Peranan sosial sakit : (a) Memberikan kebebasan dari tekanan


hidup yang tak dapat ditahan, (b) Cara untuk menutupi kegagalan
Rangkuman
yang dilakukan, (c) Untuk mendapatkan perhatian, (d) Rumah
sakit sebagai tempat liburan dan rekreasi, (e) Alat pengawasan
sosial, dan (f) Sakit sebagai akibat dosa yang telah dilakukan.

4. Kebudayaan dan kondisi sosial sangat memegang peranan penting


dalam tingkah laku sakit. Sehingga untuk memahami tingkah
laku sakit pasien, kita harus melihat latar belakang sosial dan
budaya pasien dan tidak hanya melihat keadaan biologi pasien.
Tugas Mandiri
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat dan jelas!

1. Tulislah 5 (lima) tahapan sakit menurut Suchman !

2. Tulislah pengertian tingkah laku sakit menurut Mechanic (1961) !

3. Tulislah masing-masing 2 (dua) hak pokok dan kewajiban atau tanggung


jawab pasien menurut model Parsons !

Pedoman Penilaian Tes Formatif

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang ada
pada bagian akhir dari buku modul ini. Hitunglah jumlah jawaban yang benar dengan
menggunakan rumus di bawah ini, untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda pada
materi kegiatan belajar 1 ini.

Rumus :

18
Umpan Balik

Tingkat penguasaan = jlh jawaban benar X 100%

10
Arti nilai tingkat penguasaan.

90%-100% = Sangat baik

80% - 89% = Baik

70% - 79% = Cukup

<70% = Kurang

Pedoman Penilaian Tugas Mandiri

Soal nomor 1 diberi skor 40

Soal nomor 2 diberi skor 30

Soal nomor 3 diberi skor 30

Total skor adalah : 100

Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, berarti Anda telah
menguasai materi kegiatan 1 ini dengan baik. Teruskanlah ke materi kegiatan belajar 2.
Namun, bila nilai tingkat penguasaan masih kurang dari 80%, pelajarilah kembali materi

19
kegiatan belajar 1, terutama hal-hal yang belum Anda pahami dengan baik. Apabila
Anda kesulitan diskusikan dengan teman-teman atau hubungi dosen pembimbing atau
fasilitator yang mengajar mata kuliah ini.

20
Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi Gizi

Kegiatan Belajar II
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus

TUJUAN
Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi kegiatan belajar 2 ini Anda
dapat menjelaskan tentang faktor sosial budaya yang
mempengaruhi gizi.

TUJUAN
Pembelajaran Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan ten- Saudara, pada kegiatan belajar 2 ini
tang: saudara akan mempelajari tentang
Makanan sebagai fenomena sosial
1. Menjelaskan makanan sebagai
budaya, Peranan makanan, Larangan
fenomena sosial budaya.
atau pantangan terhadap makanan,
2. Menjelaskan peranan makanan Klasifikasi larangan makanan.

3. Menjelaskan larangan/
pantangan terhadap makanan.

4. Menjelaskan klasifikasi larangan


makanan.

21
URAIAN MATERI
A. Sosial Budaya
Yang dimaksud dengan konsep kebudayaan disini termasuk nilai,
sikap, kebiasaan yang dipelajari dan diperoleh sejak kecil. Kebudayaan adalah
suatu rangkaian peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku anggota
masyarakat. Dalam mempelajari kebiasaan makan, perawat harus memahami
karakteristik kebudayaan dan hubungan karakteristik-karakteristik tersebut
yang berguna untuk melakukan perubahan.

Apa karakteristik kebudayaan itu? Menurut Foster ada lima karakteristik


kebudayaan, yaitu (1) Kebudayaan diperoleh dengan cara belajar, (2) Semua
aspek kebudayaan saling berhubungan, (3) Kebudayaan itu berubah secara

Permasalahan malnutrisi di negara-negara berkembang bukan saja


disebabkan oleh karena negara tersebut tidak dapat memproduksi makanan
yang cukup untuk masyarakatnya. Banyak permasalahan malnutrisi disebabkan
oleh adanya kebiasaan, kepercayaan, tabu, yang mencegah manusia untuk
menggunakan makanan yang terbaik di daerahnya.

B. Makanan Sebagai Fenomena Sosial Budaya

Banyak manusia yang walaupun lapar tidak mengkonsumsi bahan


makanan yang bergizi sebagai makanan karena alasan agama, larangan
pantangan, dan kepercayaan. Dengan demikian sebagai petugas kesehatan,
Anda perlu membedakan pengertian gizi dan makanan. Apa bedanya ? Foster
menjelaskan bahwa : Nutrisi adalah konsep biokimia suatu bahan makanan
yang mengandung gizi dan berguna untuk memelihara kesehatan. Sedangkan
makanan dalam konsep kebudayaan adalah pernyataan yang menjelaskan
bahwa bahan ini cocok untuk gizi kita. Jadi, dalam konsep kebudayaan
memasukan unsur, nilai, kepercayaan, sehingga timbullah penggolongan apa
yang dimaksud dengan makanan dan bukan makanan. Hal ini menyebabkan
sulitnya meyakinkan masyarakat untuk merubah kebiasaan makan.

Pada masyarakat Hindu, sapi bukanlah makanan, sedangkan pada


masyarakat yang beragama Islam dan Yahudi, babi bukan merupakan makanan.
Berbagai ragam makanan yang bergizi tetapi tidak dianggap makanan di
Amerika, seperti kuda, kodok, anjing, dan burung kecil. Masyarakat Amerika
juga tidak menyukai terong, hati, otak, dan ginjal.

22
C. Peranan Makanan

Di samping bermanfaat untuk kelangsungan hidup manusia, Apa


peranan makanan ? Makanan juga berperan sebagai alat untuk mengadakan
interaksi sosial, untuk lebih jelasnya peranan makanan adalah sebagai berikut

1. Makanan sebagai pernyataan adanya hubungan sosial.

Apa maksudnya? Nah, pada semua masyarakat, kebiasaan


memberi makanan atau minuman adalah sebagai suatu pernyataan cinta
kasih dan rasa persahabatan. Menerima makanan dari seseorang sama
halnya dengan menerima perasaan yang dinyatakan seseorang. Tidak
memberikan makanan pada seseorang, misalnya Ibu tidak memberikan
makanan kepada anaknya sebagai pernyataan marah. Menolak makanan
yang diberikan seseorang, berarti menolak persahabatan atau cinta kasih.
Pada masyarakat Roma, garam merupakan simbol kekerabatan atau
keramahtamahan.

2. Makanan sebagai pernyataan rasa stress.


Ada kecenderungan pada beberapa masyarakat untuk lebih banyak
makan dari biasanya terutama pada saat mengalami stress. Jadi, sikap
terhadap makanan sebagai refleksi perasaan tertekan atau stress. Dan
orang yang mengalami stress terkadang mengalami peningkatan berat
badan atau kegemukan.
3. Makanan sebagai simbol pernyataan solidaritas kelompok.

Makananberperan sebagai alat untuk memelihara hubungan keluarga. Apa


contohnya ? contohnya pada masyarakat Indonesia sering melakukan acara
makan bersama pada pertemuan-pertemuan keluarga. Hal ini menunjukan
adanya ikatan yang erat dalam keluarga. Makanan juga simbol identitas
suku bangsa. Misalnya “rendang” sebagai identitas suku Minangkabau,
“gudeg” sebagai identitas masyarakat Jawa Tengah, dan “Oncom” sebagai
identitas suku Sunda.

23
Gambar 27. Rendang sebagai identitas orang Minangkabau

4. Makanan sebagai simbol bahasa.

Makanan sebagai simbol bahasa dijumpai pada ungkapan-


ungkapan dalam bahasa Indonesia. Apa contoh ungkapan itu? Dalam
bahasa Indonesia kita mengenal ungkapan “banyak makan asam garam”
yang berarti orang yang berpengalaman. Ungkapan “cabe rawit” (kecil-
kecil cabe rawit) menunjukkan orang yang pandai, atau ungkapan “muka
masam” menunjukan orang yang marah atau kurang senang.

D. Pantangan terhadap makanan

Dalam masyarakat kita mengenal ada makanan yang dipantangkan


atau dilarang. Mengapa ada larangan terhadap makanan ? banyak faktor
yang mendasari pantangan terhadap suatu makanan, misalnya karena tradisi,
kepercayaan, kesehatan, dan magis. Menurut Symons asal dan menyebarnya
larangan makanan adalah :

1. Karena tidak hygienis.

Misalnya pada beberapa masyarakat menolak memakan babi,


anjing, tikus, dengan alasan tidak hygienis. Kepercayaan tentang hygienis
makanan dihubungkan pula dengan faktor ketakutan terhaap kontaminasi
magis dan bakteri.

2. Karena makanan tersebut asing bagi masyarakat.

24
Masyarakat primitif beranggapan bahwa binatang yang tidak
dikenal adalah media bagi roh jahat masuk ke dalam tubuh manusia yang
memakan makanan tersebut.

3. Untuk mencegah musnahnya binatang tertentu yang sangat bermanfaat


bagi manusia. Misalnya orang-orang barat menolak makan kuda, karena
kuda sangat bermanfaat untuk kehidupan manusia.

Gambar 28 . Kuda tidak dianggap makanan oleh masyarakat Amerika

4. Beberapa masyarakat menolak memakan daging binatang yang


dipeliharanya, kecuali pada waktu perang.

5. Adanya kepercayaan bahwa makanan tertentu dapat menimbulkan


ketidaksuburan.

6. Karena religi atau kepercayaan, merupakan dasar larangan terhadap


makanan tertentu. Pada masyarakat beragama Islam babi dan anjing
dilarang , sedangkan bagi orang Hindu sapi bukanlah merupakan bahan
makanan karena kepercayaan.

7. Untuk memelihara atau menyimpan makanan yang paling baik untuk


kelompoknya. Misalnya pada beberapa kelompok masyarakat melarang
memakan makanan tertentu dengan tujuan untuk menyimpan dan
menguasainya.

25
E. Klasifikasi Makanan Larangan

Nah, begitu munculnya larangan atau pantangan terhadap suatu


makanan. Namun di masyarakat dikenal pula larangan makanan yang
diklasifikasikan sebagai berikut : (a) Larangan makanan yang bersifat permanen.
Larangan secara permanen sesuai dengan ajaran agama, (b) sedangkan yang
sementara, misalnya orang yang menderita sakit tipus, setelah menjalani
sebuah operasi, larangan pada saat puber, pada saat hamil, dan pada saat
menyapih, dan (c) Larangan menurut besarnya kelompok, misalnya larangan
menurut jenis kelamin, kelas sosial, dan kelompok-kelompok tertentu dalam
sistem kekerabatan.

Klasifikasi makanan yang paling baik banyak menyebar adalah teori


“Humoral Pathologi” (konsep panas dingin). Teori ini mengatakan bahwa
manusia dapat mempertahankan kesehatannya dengan cara keseimbangan
makanan panas dan dingin, hindari makanan yang terlalu panas dan terlalu
dingin. Yang termasuk makanan panas adalah : gula, susu kerbau, telur,
daging, bawang merah, dan bawang putih. Susu tidak boleh dicampur
dengan telur atau daging karena orang yang mengkonsumsinya akan
merasa panas. Konsumsi makanan yang sifatnya panas secara teratur akan
mengakibatkan badan panas dan cepat marah.

1. Kebiasaan makan suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor sosial


budaya masyarakat. Dengan menyadari pentingnya faktor-faktor sosial
dan budaya yang mempengaruhi gizi masyarakat maka usaha untuk
memperbaiki pola-pola makan harus disesuaikan dengan pola-pola sosial
budaya masyarakat sasaran.

26
Rangkuman
2. Makanan berperan sebagai : (a) Pernyataan adanya hubungan sosial, (b)
Pernyataan rasa stress, (c) Pernyataan solidaritas kelompok, (d) Simbol
bahasa

3. Asal mulanya larangan atau pantangan makanan adalah : (a) Tidak


hygienis, (b) Karena makanan itu asing bagi masyarkat, (c) untuk mencegah
musnahnya binatang tertentu yang bermanfaat bagi manusia, (d) Menolak
memakan binatang yang dipeliharanya, (e) Menimbulkan ketidaksuburan,
(f) Karena Religi dan kepercayaan, dan (g) Untuk menyimpan makanan
yang baik untuk kelompoknya.

4. Klasifikasi larangan makanan yaitu : (a) Larangan makanan yang bersifat


permanen, (b) Larangan bersifat sementara, dan (c) Larangan menurut
besarnya kelompok di masyarakat.

27
Umpan Balik

Rumus :

Tingkat penguasaan = jlh jawaban benar X 100%

10

Arti nilai tingkat penguasaan.

90%-100% = Sangat baik

80% - 89% = Baik

70% - 79% = Cukup

<70% = Kurang

Pedoman Penilaian Tugas Mandiri

Soal nomor 1 diberi skor 40

Soal nomor 2 diberi skor 30

Soal nomor 3 diberi skor 30

32
Total skor adalah : 100

Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, berarti Anda telah
menguasai materi kegiatan 2 ini dengan baik. Teruskanlah ke materi kegiatan belajar 3.
Namun, bila nilai tingkat penguasaan masih kurang dari 80%, pelajarilah kembali materi
kegiatan belajar 2, terutama hal-hal yang belum Anda pahami dengan baik. Apabila
Anda kesulitan diskusikan dengan teman-teman atau hubungi dosen pembimbing atau
fasilitator yang mengajar mata kuliah ini.

33
Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi Keluarga Berencana

Kegiatan Belajar III


Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus

TUJUAN
Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi kegiatan belajar 3 ini Anda
dapat menjelaskan tentang faktor sosial budaya yang
mempengaruhi Keluarga Berencana.

TUJUAN
Pembelajaran Khusus

Setelah menyelesaikan kegiatan bela- Saudara, materi yang akan saudara


jar 3 ini, diharapkan mahasiswa mam- pelajari pada kegiatan belajar 3 adalah
pu menjelaskan tentang: tentang : Makanan sebagai fenome-
na sosial budaya, Peranan makanan,
1. Menjelaskan faktor sosial
Larangan atau pantangan terhadap
budaya yang mempengaruhi
makanan, Klasifikasi larangan makanan.
program keluarga berencana
dari pemberi pelayanan KB.

2. Menjelaskan faktor sosial


budaya yang mempengaruhi
program keluarga berencana
dari masyarakat sebagai sasaran
KB.

34
Uraian Materi
A. PENDAHULUAN

Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menekankan


pada aspek keluarga kecil melalui pengaturan kelahiran. Paradigma baru
keluarga berencana sekarang adalah “ Keluarga berkualitas tahun 2015”.

Keluarga berkualitas ditandai antara lain : keluarga yang maju, mandiri


dan mampu merencanakan dan mengatur proses reproduksinya, sejahtera
lahir dan bathin, serta sanggup mengahadapi tantangan masa depan. Misi
menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai
upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga.

Gambar 29. NKKBS dengan dua anak

Permasalahan yang timbul dalam keluarga berencana merupakan


masalah perubahan sosial budaya, sehingga perlu adanya pendekatan sosial
budaya dalam usaha menyukseskan keluarga berencana. Keberhasilan KB tidak
saja dengan perbaikan teknik kontrasepsi, tetapi harus disertai perubahan
perilaku masyarakat. Perawat harusa mengetahui faktor sosial budaya yang
mempengaruhi KB, baik faktor pendorong maupun faktor penghambat.

Faktor sosial budaya ini dapat dilihat dari segi masyarakat sebagai
sasaran dan dari segi pemberi pelayanan.

B. Faktor sosial Budaya Pemberi Pelayanan KB

1. Lokasi klinik

Lokasi klinik atau tempat pelayanan dapat mempengaruhi program


KB. Lokasi klinik yang bagaimana yang diharapkan? Untuk memudahkan

35
pelayanan perlu dipertimbangkan lokasi yang strategis, kelancaran alat
transportasi, dan dekat keramaian.

2. Petugas KB

Faktor jenis kelamin, umur, dan status perkawinan petugas KB


mempengaruhi keberhasilan program KB. Mengapa demikian? Petugas
kesehatan adalah role mode di masyarakat. Masyarakat cenderung akan
meniru perilaku petugas kesehatan.

3. Waktu pelayanan

Masyarakat sudah menyadari pentingnya KB dan mau mengikuti


program KB, tetapi tidak mempunyai waktu untu mendatangi klinik KB,
dapat menyebabkan mereka gagal mengikuti KB. Solusinya? Waktu
pelayanan KB sebaiknya disesuaikan dengan keinginan masyarakat dan
bukan berdasarkan keinginan petugas.

4. Gejala sampingan

Efek samping yang timbul dari pemakaian alat kontrasepsi, dapat


mengurangi keinginan masyarakat untuk menggunakan alat kontrasepsi.
Apa saja efek samping pemakaian alat kontrasepsi? Efek samping yang
terjadi dapat berupa pendarahan, pusing, kegemukan, dan flek-flek hitam
pada wajah. Banyak kasus drop out KB karena efek samping pemakaian
alat kontrasepsi.

5. Pengetahuan tentang metode kontrasepsi

Masyarakat mengenal cara-cara menjarangkan kehamilan secara


tradisional. Di berbagai daerah dikenal berbagai cara untuk menjarangkan
kehamilan, seperti : (a) Memperpanjang masa menyusui anak, (b) minum
jamu tertentu, (c) Melakukan Coitus Interuptus, dan (d) Pemijatan oleh

36
dukun terhadap Ibu yang baru melahirkan (35 hari setelah melahirkan).
Dengan mengetahui cara-cara penjarangan kehamilan secara tradisional
ini, akan memudahkan petugas menentukan jenis alat kontrasepsi yang
dapat diterima masyarakat.

6. Komunikasi petugas dengan masyarakat

Kurangnya komunikasi dan penyuluhan yang disampaikan petugas


kesehatan kepada masyarakat menyebabkan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang KB sehingga mereka tidak tertarik untuk mengikuti KB.

7. Biaya pelayanan KB

Pada masyarakat yang taraf ekonomi rendah cenderung tidak


mau mengikuti KB karena tidak mempunyai biaya atau mahalnya biaya
pelayanan.

Gambar 30. Macam-macam Alat Kontrasepsi

C. Faktor Sosial Budaya Masyarakat Sebagai Sasaran

Keberhasilan program Keluarga Berencana perlu


mengidentifikasi masalah sosial budaya dari segi pemberi pelayanan.
Apa saja masalah sosial budaya yang mempengaruhi keluarga
berencana dari pemberi pelayanan? Nah, ikutilah paparan berikut :

37
1. Usia Perkawinan Rendah

Tingginya angka kelahiran dipengaruhi oleh usia wanita waktu


menikah. Apa artinya? Semakin muda seseorang wanita memasuki jejanga
perkawinan, semakin panjang masa produktif, berarti semakin panjang
kesempatan untuk melahirkan.

Apa faktor yang menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda? Ada


beberapa faktor penyebab perkawinan usia muda, yaitu :

(a) Keluarga takut anaknya akan menjadi perawan tua. Apa maksudnya?
Anggapan di masyarakat bahwa seorang wanita yang sudah berumur
lanjut belum menikah, maka sulit menemukan jodohnya. Dan hal ini
cenderung mendorong orang tua untuk cepat-cepat menikahkan
anaknya.

(b) Orang tua khawatir atau takut anaknya hamil di luar perkawinan. Untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dari pergaulan bebas. Orang
tua cenderung menikahkan anaknya di usia muda.

(c) Meningkatkan status sosial anak perkawinan. Menikah dengan orang


yang lebih tinggi derajat dan kedudukannya dapat meningkatkan
status sosial anak.

2. Adat perkawinan poligami

Perkawinan poligami tentunya akan menghambat program KB. Apa alasan


poligami? Alasan yang sering digunakan adalah karena tidak mempunyai
anak dari jenis kelamin tertentu (laki-laki ataupun perempuan). Dengan
alasan ini seseorang cenderung menikah lagi.

3. Perceraian

Angka perceraian yang tinggi mengakibatkan fertilitas yang tinggi karena

38
adanya penekanan sosial yang kuat dari pasangan baru untuk mempunyai
anak dalam tahun pertama perkawinan. Hal ini tentunya memberikan
pengaruh yang negatif terhadap program keluarga berencana. Angka
perceraian di berbagai daerqah masih tinggi. Ada anggapan seorang laki-
laki yang berkali-kali kawin dianggap mampu dalam ekonominya. Seorang
janda yang dalam waktu singkat dapat menikah lagi mendapat predikat
janda laris. Anggapan seperti in I mampu mempengaruhi keberhasilan KB.

4. Nilai anak

Sebagian masyarakat dan keluarga sangat mengharapkan


kehadiran anak yang banyak. Nilai anak bagi mereka adalah : (a) Anak
dapat memberikan kebahagiaan kepada orang tua, (b) Anak sebagai
jaminan di hari tua dan membantu ekonomi keluarga, (c) Anak memberikan
keuntungan ekonomi dan rasa aman bagi keluarganya, (d) Adanya
pandangan banyak anak banyak rezeki.

1. Pelaksanaan program Keluarga Berencana sangat dipengaruhi oleh faktor-


faktor sosial budaya. Untuk keberhasilan program ini terutama dalam
usaha memotivasi masyarakat dan memperhatikan aspek-aspek budaya.

39
Rangkuman
2. Faktor sosial budaya yang mempengaruhi KB dan pemberi pelayanan
adalah : (a) Lokasi klinik, (b) Petugas KB, (c) Waktu pelayanan, (d) Gejala
sampingan kontrasepsi, (e) Pengetahuan tentang metode kontrasepsi, (f)
Komunikasi petugas dengan masyarakat, dan (g) Biaya pelayanan.

3. Faktor sosial budaya yang mempengaruhi KB dari masyarakat sebagai


sasaran adalah : (a) Usia perkawinan, (b) Adat perkawinan poligami, (c)
Perceraian, (d) Nilai anak bagi masyarakat.

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!

1. Faktor sosial budaya Keluarga Berencana dapat dilihat dari :

a. Pemberi pelayanan

b. Masyarakat sebagai sasaran

40
TUGAS MANDIRI
Jawablah pertanyaan ini dengan tepat dan jelas !

1. Jelaskan mengapa usia perkawinan rendah mempengaruhi keberhasilan Keluarga


Berencana
2. Jelaskan mengapa perceraian tinggi memberikan pengaruh negatif
terhadap Keluarga Berencana !

3. Gejala sampingan kotrasepsi berpengaruh terhadap Keluarga Berencana .


mengapa ? jelaskan !

4. Lokasi klinik KB berpengaruh terhadap keberhasilan KB. Lokai klinik


bagaimana yang diharapkan ?
Pedoman Penilaian Tes Formatif

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 3 yang ada
pada bagian akhir dari buku modul ini. Hitunglah jumlah jawaban yang benar dengan
menggunakan rumus di bawah ini, untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda pada
materi kegiatan belajar 3 ini.

44
Umpan Balik

Rumus :

Tingkat penguasaan = jlh jawaban benar X 100%

10

Arti nilai tingkat penguasaan.

90%-100% = Sangat baik

80% - 89% = Baik

70% - 79% = Cukup

<70% = Kurang

Pedoman Penilaian Tugas Mandiri

Soal nomor 1 diberi skor 40

Soal nomor 2 diberi skor 30

Soal nomor 3 diberi skor 30

45
Total skor adalah : 100

Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, berarti Anda telah
menguasai materi kegiatan 3 ini dengan baik. Namun, bila nilai tingkat penguasaan masih
kurang dari 80%, pelajarilah kembali materi kegiatan belajar 3, terutama hal-hal yang
belum Anda pahami dengan baik. Apabila Anda kesulitan diskusikan dengan teman-
teman atau hubungi dosen pembimbing atau fasilitator yang mengajar mata kuliah ini.

Selamat Anda telah berhasil menyelesaikan materi pembelajaran yang diuraikan


pada Modul 4 yang berjudul “Tingkah Laku Sakit, Faktor Sosial Budaya yang
Mempengaruhi Kesehatan”. Sebagai tindak lanjut dari penyelesaian Modul 2 ini, Anda

46
Penutup
haruslah mengerjakan Tugas Akhir Mandiri (TAM) dan Tes Akhir Modul (TAM). Tujuannya
adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan Anda terhadap keseluruhan
materi pembelajaran yang telah Anda pelajari.

Secara garis besar, materi pembelajaran yang diuraikan pada Modul 4 ini telah
membahas tentang tingkah laku sakit, faktor sosial budaya yang mempengaruhi gizi, dan
faktor sosial budaya yang mempengaruhi Keluarga Berencana (KB). Pada setiap Kegiatan
Belajar, Anda telah mengerjakan soal-soal tes formatif dan tugas mandiri. Pengalaman
Anda mengerjakan soal-soal tes formatif dan tugas mandiri akan membantu mengerjakan
TAM.

Soal-soal TAM ada pada panitia penyelenggara pendidikan jarak jauh atau dosen
pembimbing mata kuliah. Oleh karena itu, mintalah kesempatan agar Anda diberikan
waktu untuk mengerjakannya. Selamat mengerjakan TAM dan sukses tentunya. Apabila
Anda telah berhasil mengerjakan TAM minimal 80% benar, maka Anda dikatakan telah
menguasai materi pembelajaran yang diuraikan di dalam Modul.

Seandainya jawaban Anda belum mencapai 80% benar, Anda pelajari ulang
Modul 4 ini. Setelah itu mintalah kesempatan untuk mengerjakan TAM yang kedua kali.
Semoga Anda berhasil dan dapat melanjutkan kegiatan pembelajaran selanjutnya untuk
modul yang lain.

Selamat Belajar, semoga berhasil!

Anderson, dan Foster. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia


Press.

Kresno, Sudarti. dkk. 1988. Persepsi Masyarakat Tentang Sehat-Sakit dan Posyandu.
Depok : Universitas Indonesia.

Kresno, Sudarti. dkk. 1998. Sosial Budaya Gizi dan KB. Depok : Universitas Indonesia.

47
Daftar Pustaka
Mechanic, D. 1963. Religion, Religinsty, and Ilness Behavior.

Notoadmojo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineke

Cipta.

Notoadmojo, Soekidjo. 2003. Promosi Kesehatan. Jakarta : Rineke Cipta.

Sudarma, Momon. 2009. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.

Suchman, E. 1965. Social Medical Variatios Among Ethnic Groups, Amer J. Social.

Twaddle, A.C. 1981. Sickness and tha Sickness Carier in the Relevance of Social Science
for medicine.

Zbrowski, M.1952. Culture Components is Respon to pain : Social Issues.

48
Tugas Akhir Mandiri
1. Tulislah 6 (enam) peranan sosial sakit !

2. Tulislah 6 (enam) penyebab munculnya pantangan menurut Symons !

3. Tulislah 4 (empat) peranan sosial makanan !

4. Tulislah 6 (enam) faktor sosial budaya yang mempengaruhi program


Keluarga Berencana dari pemberi pelayanan !

55
Umpan Balik
Koreksilah bersama jawaban Anda dengan sesama mahasiswa dengan
menggunakan kunci jawaban Tes Akhir Modul yang ada pada bagian akhir dari buku
modul ini. Hitunglah jumlah jawaban yang benar dengan menggunakan rumus di bawah
ini, untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda pada materi modul ini.

Rumus :

Tingkat penguasaan = jlh jawaban benar X 100%

20

Arti nilai tingkat penguasaan.

90%-100% = Sangat baik

80% - 89% = Baik

70% - 79% = Cukup

<70% = Kurang

Penilaian Tugas Akhir Mandiri

Soal nomor 1 diberi skor 40

Soal nomor 2 diberi skor 30

60
Soal nomor 3 diberi skor 30

Total skor adalah : 100

Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, berarti Anda telah
menguasai materi modul ini dengan baik. Teruskanlah ke materi kegiatan berikutnya
pada modul yang lain. Namun, bila nilai tingkat penguasaan masih kurang dari 80%,
pelajarilah kembali materi modul ini, terutama hal-hal yang belum Anda pahami dengan
baik. Apabila Anda kesulitan diskusikan dengan teman-teman atau hubungi dosen
pembimbing atau fasilitator yang mengajar mata kuliah ini.

61

Anda mungkin juga menyukai