Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kualitas hidup adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal yang penting
yang mungkin terjadi dalam hidupnya (Universitas Toronto 2002). Secara awam, kualitas
hidup berkaitan dengan pencapaian manusia yang ideal sesuai dengan yang diinginkan
(Diener dan Suh, dalam kahneman, diener & Schwarz, 1999). Kualitas hidup menekankan
tentang pentingnya persepsi subjektif seseorang dalam memfungsikan kemampuan
mereka sendiri dan membandingkannya dengan standar kemampuan internal yang mereka
miliki agar dapat mewujudkan sesuatu menjadi lebih ideal dan sesuai dengan apa yang
mereka inginkan (Cella & Tulsky, dalam Dimsdale, 1995).
Di dalam bidang kesehatan dan aktivitas pencegahan penyakit, kualitas hidup
dijadikan sebagai aspek untuk menggambarkan kondisi kesehatan (Wilson dkk dalam
Dimsdale,1995). Menurut WHOQOL (dalam Power, 2003) kualitas hidup didefinisikan
sebagai persepsi individu mengenai posisi individu hidup dalam konteks budaya dan
sistem nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar
yang ditetapkan dan perhatian seseorang. mempertimbangkan konteks sosial dan konteks
lingkungan dalam mengukur kualitas hidup selain kesehatan fisik dan psikologis. Hays
(1992) menyatakan bahwa kualitas hidup dapat disimpulkan 2 bagian yaitu kesehatan
fisik dan kesehatan mental.
Kanker adalah pertumbuhan sel tidak normal (yaitu: tumbuh sangat cepat tidak
terkontrol dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke jaringan tubuh normal dan
menekan jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh (Diananda, 2007).
Dari tahun ke tahun peringkat penyakit kanker sebagai penyebab kematian di banyak
negara semakin mengkhawatirkan. Diperkirakan kematian akibat kanker mencapai 4,3
juta per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di negara berkembang. Penderita baru
diperkirakan 5,9 juta per tahun dan 3,0 juta ditemukan di negara berkembang. Menurut
data WHO, setiap tahun ada 6,25 juta penderita kanker dan dalam dekade terakhir ada 9
juta manusia mati karena kanker dan pada Tahun 2030 akan terjadi lonjakan penderita
kanker di Indonesia sampai tujuh kali lipat. Jumlah penderita kanker yang meninggal juga
kian memperhatinkan.

1|Page
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kualitias hidup ?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup ?
3. Bagaimana cara untuk mengukur kualitas hidup ?

C. TUJUAN
1. Memahami pengertian kualitas hidup
2. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
3. Mempelajari cara mengukur kualitas hidup

2|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kualitas hidup


1. Pengertian Kualitas Hidup
Kualitas hidup sulit didefenisikan karena mencakup banyak keadaan mulai dari
kehidupan fisik dan kemampuan kognitif untuk menentukan kepuasan suatu
hubungan, pendidikan yang diminati dan kecukupan pendapatan yang dibutuhkan
sebagai dasar biologis (Trbojevic,1998).
Menurut WHOQOL (dalam Power, 2003) kualitas hidup didefinisikan sebagai
persepsi individu mengenai posisi individu hidup dalam konteks budaya dan system
nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar yang
ditetapkan dan perhatian seseorang. Dalam defenisi ini WHO juga
mempertimbangkan adanya konteks sosial dan konteks lingkungan dalam mengukur
kualitas hidup selain kesehatan fisik dan psikologis. Dalam hal ini peneliti
menyimpulkan bahwa kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai kondisi
kehidupannya saat ini yang mencakup aspek kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis,
hubungan sosial dan lingkungan.
2. Pengukuran Kualitas Hidup
Berdasarkan konsep WHOQOL-BREF kualitas hidup dapat diukur dari aspek
kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial dan lingkungan Power
dalam Lopez dan Snyder, 2004, dalam (Noftri, 2009).
Dimensi kesehatan fisik terdiri dari aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada
obat-obatan dan bantuan medis, energi dan kelelahan, mobilitas, sakit dan
ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, dan kapasitas kerja. Aktivitas sehari-hari yaitu
menggambarkan kesulitan dan kemudahan yang dirasakan individu pada saat
melakukan kegiatan sehari-hari. Ketergantungan pada obat-obatan dan bantuan medis
yaitu menggambarkan seberapa besar kecenderungan individu dalam menggunakan
obat-obatan atau bantuan medis lainnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Energi
dan kelelahan yaitu menggambarkan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh individu
dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya. Mobilitas yaitu menggambarkan tingkat
perpindahan yang mampu dilakukan oleh individu dengan mudah dan cepat. Tidur
dan istirahat yaitu menggambarkan kualitas tidur dan istirahat yang dimiliki oleh

3|Page
individu, dan kapasitas kerja yaitu menggambarkan kemampuan yang dimiliki oleh
individu (Power dalam Lopez dan Snyder, 2004).
Dimensi kesejahteraan psikologi terdiri dari body image dan apprearance,
perasaan negatif, perasaan positif, self- estem dan berpikir, belajar, memori,
konsentrasi. body image dan apprearance yaitu menggambarkan bagaimana individu
memandang keadaan tubuh serta penampilannya. Perasaan negatif yaitu
menggambarkan adanya perasaan yang tidak menyenangkan yang dimiliki oleh
individu. Perasaan positif yaitu menggambarkan perasaan menyenangkan yang
dimiliki oleh individu. Self- estem yaitu menggambarkan bagaimana individu menilai
atau menggambarkan dirinya sendiri. Berpikir, belajar, memori dan motivasi yaitu
menggambarkan keadaan kognitif individu yang memungkinkan untuk
berkonsentrasi, belajar, dan menjalankan fungsi kognitif lainnya (Power dalam Lopez
dan Snyder, 2004).
Dimensi hubungan sosial terdiri dari relasi personal, dukungan sosial, dan
aktivitas seksual. Relasi personal yaitu menggambarkan hubungan individu dengan
orang lain. Dukungan sosial yaitu menggambarkan adanaya bantuan yang didapatkan
oleh individu yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Aktivitas seksual yaitu
menggambarkan kegiatan seksual yang dilakukan individu (Power dalam Lopez dan
Snyder, 2004).
Dimensi lingkungan terdiri dari sumber finansial, freedom, physical safety dan
security, perawatan kesehatan dan perawatan sosial, lingkungan rumah, kesempatan
untuk mendapatkan barbagai informasi baru dan keterampilan, partisipasi dan
kesempatan untuk melakukan rekreasi, lingkungan fisik, dan transportasi. Sumber
finansial yaitu menggambarkan keadaan keuangan individu. freedom, physical safety
dan security yaitu menggambarkan tingkat keamanan individu yang dapat
mempengaruhi kebebasan dirinya. Perawatan kesehatan dan perawatan sosial yaitu
menggambarkan ketersediaan layanan kesehatan dan perlindungan sosial yang dapat
diperoleh individu. Lingkungan rumah yaitu menggambarkan keadaan tempat tinggal
individu. Kesempatan untuk mendapatkan informasi baru dan keterampilan yaitu
menggambarkan ada atau tidaknya kesempatan bagi individu untuk memperoleh hal-
hal baru yang berguna bagi individu. Partisipasi dan kesempatan untuk melakukan
rekreasi yaitu menggambarkan sejauhmana individu memiliki kesempatan dan dapat
bergabung untuk berkreasi dan menikmati waktu luang. Lingkungan fisik yaitu
menggambarkan keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal individu seperti keadaan

4|Page
air, saluran udara, iklim, polusi. Transportasi yaitu menggambarkan sarana kendaraan
yang dapat dijangkau oleh individu (Sekarwiri, 2008).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh WHOQOL (dalam Power, 2003),
persepsi individu mengenai kualitas hidupnya dipengaruhi oleh konteks budaya dan
sistem nilai dimana individu tinggal. Hal ini juga sesuai dengan apa yang dikatakan
Fadda dan Jiron (1999) bahwa kualitas hidup bervariasi antara individu yang
tinggal di kota/ wilayah satu dengan yang lain bergantung pada konteks budaya,
sistem, dan berbagai kondisi yang berlaku pada wilayah tersebut. Menurut para
peneliti, faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah:
1) Gender atau Jenis Kelamin
Moons, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa gender adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Ryff dan Singer (1998)
dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa secara umum, kesejahteraan laki-laki
dan perempuan tidak jauh berbeda, namun perempuan lebih banyak terkait
dengan aspek hubungan yang bersifat positif sedangkan kesejahteraan tinggi
pada pria lebih terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik.
2) Usia
Moons, dkk (2004) dan Dalkey (2002) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa
usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Ryff dan Singer (1998) dalam Papalia, dkk
(2007) individu dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang lebih tinggi pada
usia dewasa madya. Penelitian yang dilakukan oleh Rugerri, dkk (2001)
menemukan adanya kontribusi dari faktor usia tua terhadap kualitas hidup
subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Wagner, Abbot, & Lett (2004)
menemukan adanya perbedaan yang terkait dengan usia dalam aspek-aspek
kehidupan yang penting bagi individu.
3) Pendidikan
Moons, dkk (2004) dan Baxter (1998) mengatakan bahwa tingkat pendidikan
adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup subjektif.
Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, dkk (2007) dalam (Noftri, 2009)
menemukan adanya pengaruh positif dari pendidikan terhadap kualitas hidup
subjektif namun tidak banyak.

5|Page
4) Pekerjaan
Moons, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa terdapat perbedaan
kualitas hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang
bekerja, penduduk yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan
penduduk yang tidak mampu bekerja (atau memiliki disablity tertentu). Wahl,
dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) menemukan bahwa status pekerjaan
berhubungan dengan kualitas hidup baik pada pria maupun wanita.
5) Status pernikahan
Moons, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa terdapat perbedaan
kualitas hidup antara individu yang tidak menikah, individu bercerai ataupun
janda, dan individu yang menikah atau kohabitasi. Zapf et al (1987) dalam Lee
(1998) menemukan bahwa status pernikahan merupakan prediktor terbaik dari
kualitas hidup secara keseluruhan. Penelitian empiris di Amerika secara umum
menunjukkan bahwa individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih
tinggi daripada individu yang tidak menikah, bercerai, ataupun janda/duda
akibat pasangan meninggal Glenn dan Weaver (1981) dalam dalam (Noftri,
2009).
Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahl, dkk (2004)
dalam (Noftri, 2009) menemukan bahwa baik pada pria maupun wanita,
individu dengan status menikah atau kohabitasi memiliki kualitas hidup yang
lebih tinggi.
6) Penghasilan
Baxter, dkk (1998) dan Dalkey (2002) dalam (Noftri, 2009) menemukan adanya
pengaruh dari faktor demografi berupa penghasilan dengan kualitas hidup yang
dihayati secara subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, Asgharpour,
Safa, dan Kermani (2007) juga menemukan adanya kontribusi yang lumayan dari
faktor penghasilan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak.
7) Hubungan dengan orang lain
Baxter, dkk (1998) dalam (Noftri, 2009) menemukan adanya pengaruh dari faktor
demografi berupa faktor jaringan sosial dengan kualitas hidup yang dihayati
secara subjektif. Kahneman, Diener, & Schwarz (1999) dalam (Noftri, 2009)
mengatakan bahwa pada saat kebutuhan akan hubungan dekat dengan orang lain
terpenuhi, baik melalui hubungan pertemanan yang saling mendukung maupun
melalui pernikahan, manusia akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik baik

6|Page
secara fisik maupun emosional. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani,
Asgharpour, Safa, dan Kermani (2007) juga menemukan bahwa faktor hubungan
dengan orang lain memiliki kontribusi yang cukup besar dalam menjelaskan
kualitas hidup subjektif.

7|Page
BAB III
STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Studi Kasus
Kualitas hidup merupakan salah satu acuan keberhasilan dari upaya pengobatan termasuk
kemoterapi pada pasien kanker. Pasien kanker yang menjalani kemoterapi dapat mengalami
perubahan pada kualitas hidupnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kualitas hidup
pasien kanker serviks dengan menggunakan kuesioner EQ-5D sebelum dan setelah
mendapatkan kemoterapi. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental bersifat
analitik menurut perspektif pasien dengan teknik pengumpulan data secara prospektif.
Subjek penelitian adalah pasien kanker serviks rawat inap kelas 3 yang memenuhi kriteria
inklusi.
1. Pendahuluan Kasus
Seseorang yang menderita kanker serviks pada umumnya mengalami penurunan pada
kualitas hidup. Hal ini telah dibuktikan berdasarkan penelitian di Italia yang
menunjukkan bahwa terjadi penurunan nilai health utilities secara signifikan pada
penderita kanker serviks dibandingkan kelompok kontrol (orang sehat).3 Pemberian
kemoterapi juga dapat mengakibatkan perubahan pada status fungsional pasien kanker
akibat efek samping yang ditimbulkan. Efek samping tersebut berdampak pada
penurunan kualitas hidup pasien kanker serviks sebagaimana dapat dilihat pada hasil
penelitian di Bali. Pemberian kemoterapi berdampak pada penurunan skor kualitas hidup
berdasarkan pengukuran menggunakan kuesioner SF-12.
Salah satu cara mengukur kualitas hidup yaitu dengan menggunakan kuesioner
EQ‑5D (EuroQoL five dimensions questionnaire). Kuesioner EQ-5D saat ini merupakan
alat pengukuran yang paling banyak dikenal dan paling umum digunakan dalam
mengukur status kesehatan secara umum, serta telah berlaku secara internasional.5–7
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Tiongkok, kuesioner EQ-5D merupakan salah
satu dari 11 jenis instrumen yang dinyatakan valid untuk mengukur kualitas hidup
penderita.
2. Metode Penelitian
Metode Penelitian ini merupakan penelitian non‑eksperimental bersifat analitik menurut
perspektif pasien dengan melakukan observasi lapangan untuk memperoleh data kualitas
hidup pasien kanker serviks. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung. Data yang digunakan adalah data pasien pada periode Juni–Desember 2015.
Subjek penelitian adalah pasien penderita kanker serviks rawat inap RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung kelas perawatan 3 karena jumlah pasien pada kelas perawatan
ini diperkirakan cukup banyak. Pasien yang dilibatkan adalah yang memenuhi kriteria
8|Page
inklusi. Kriteria inklusi meliputi pasien dengan diagnosis utama kanker serviks dengan
atau tanpa penyakit penyerta, pasien dengan kriteria stadium kanker yang mendapatkan
pilihan terapi dengan kemoterapi baik untuk tujuan kuratif, kontrol, paliatif atau dalam
bentuk kombinasi dengan terapi lain, dan sudah selesai menjalani satu siklus
kemoterapi. Kriteria eksklusi meliputi pasien rujukan rumah sakit lain, pasien waktu
pulang meninggal dunia dan status pasien “keluar” atas permintaan sendiri (APS),
sehingga pasien tidak sepenuhnya menjalani perawatan yang diberikan rumah sakit.
Data kualitas hidup diperoleh dengan metode wawancara terhadap pasien yang
ditemui sebelum dan setelah menjalani kemoterapi. Kualitas hidup pasien diukur dengan
menggunakan kuesioner EQ‑5D‑3L versi bahasa Indonesia. 11 Pasien yang telah
menyatakan bersedia untuk ikut sebagai responden penelitian selanjutnya diberikan
penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner. Pengukuran kualitas hidup dilakukan
oleh satu orang peneliti pada saat sebelum dan setelah kemoterapi.
Sebelum dilakukan penelitian dengan kuesioner EQ-5D (bagian utility dan
EQ‑5D VAS), terlebih dahulu dilakukan uji validasi dan reliabilitas. Uji validasi
dilakukan pada 20 responden. Responden pada uji validitas merupakan subjek yang
berbeda dengan subjek percobaan, namun memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang
sama dan dilakukan di tempat yang sama. Berdasarkan uji validasi dan reliabilitas,
diperoleh hasil bahwa kuesioner ini valid. Hal ini disebabkan karena nilai r hitung untuk
semua pertanyaan dalam kuesioner lebih besar dari r tabel (>0,444). Berdasarkan uji
reliabilitas, diperoleh nilai reliabilitas yaitu sebesar 0,89. Reliabilitas dikatakan baik jika
bernilai >0,80.16. Penelitian dilakukan setelah diperoleh rekomendasi berupa ethical
approval dari Komite Etik Penelitian Medis dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada dengan nomor: KE/FK/426/EC.
Pengumpulan data pasien dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari pasien
(pasien telah menandatangani lembar persetujuan pasien atau informed consent).
3. Hasil
Pada penelitian ini terdapat 43 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Data demografi
pasien yang dilibatkan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 1. Berdasarkan hasil
wawancara terhadap pasien dengan menggunakan kuesioner EQ-5D bagian pertama,
diperoleh data persentase respon pasien terhadap tiap dimensi permasalahan berdasarkan
kuesioner tersebut sebagaimana tercantum pada Tabel 2. Selain itu, diperoleh pula nilai
indeks kondisi kesehatan (utility) berdasarkan stadium sebagaimana tercantum pada
Tabel 3. Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner EQ-5D bagian
kedua, diperoleh nilai EQ-5D VAS berdasarkan stadium sebagaimana tercantum pada
Tabel 4.

9|Page
4. Pembahasan

Tabel 1 memuat data demografi pasien yang dilibatkan dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelusuran pada pasien, diperoleh data usia, stadium kanker, tingkat
pendidikan dan komorbid. Tingkat pendidikan pasien sebagian besar adalah lulusan SD
(41,86%), sehingga dalam pengisian kuesioner tersebut sebagian besar pasien harus
didampingi. Sebanyak 79,07% pasien menderita satu komorbid yaitu anemia. Hal ini
sejalan dengan penelitian pada pasien kanker di Inggris.
Berdasarkan data pada Tabel 2, penderita kanker serviks mengalami masalah
yang dirasakan sebelum menjalani kemoterapi, baik pada tingkat sedang (BS) maupun
berat (BB). Masalah (jumlah BS dan BB) tertinggi yang dirasakan adalah kemampuan
berjalan/ bergerak dan kesakitan/tidak nyaman yang masing-masing dirasakan oleh
86,05% dan 86,04% pasien. Pasien pun merasakan masalah pada rasa cemas dan
kegiatan yang biasa dilakukan, masing-masing mencapai 76,74% dan 62,79% dari
seluruh pasien. Masalah yang dirasakan paling sedikit adalah perawatan diri. Masalah
perawatan diri ini hanya dirasakan oleh 25,58% pasien, dengan kata lain sebelum

10 | P a g e
kemoterapi sebagian besar pasien masih mampu untuk melakukan perawatan diri secara
mandiri.
Sebagai perbandingan, hasil penelitian di RSUP Dr. Sardjito yang melibatkan 87
pasien menunjukkan bahwa sebelum kemoterapi, masalah tertinggi yang dirasakan
adalah rasa kesakitan/tidak nyaman, yaitu sekitar 67,8% dari keseluruhan pasien.
Permasalahan berupa rasa cemas dirasakan oleh 57,5% pasien. Sementara itu, sebagian
besar pasien merasa tidak bermasalah pada kegiatan yang biasa dilakukan, kemampuan
berjalan, dan kemampuan merawat diri.
Persentase pasien yang merasakan masalah (jumlah BS dan BB) pada
kemampuan berjalan atau bergerak setelah kemoterapi mengalami peningkatan dari
86,5% menjadi 88,3%. Hal ini pun terjadi pada kegiatan harian. Terjadi peningkatan
persentase pasien yang merasakan masalah (jumlah BS dan pada kegiatan harian yaitu
saat sebelum kemoterapi sebesar 62,79% menjadi 64,42% setelah kemoterapi. Sebagai
perbandingan, dengan menggunakan kuesioner yang sama, telah dilakukan penelitian
pada pasien kanker di Korea Selatan. Diperoleh hasil bahwa kemampuan
berjalan/bergerak pasien setelah kemoterapi mengalami perbaikan secara signifikan
namun kemampuan melakukan aktivitas harian menurun secara bermakna.

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa persentase pasien yang merasakan


masalah (jumlah BS dan BB) dalam perawatan diri saat sebelum kemoterapi sama
dengan setelah kemoterapi yakni sebesar 25,58%. Sebagai perbandingan, penelitian di
Korea Selatan menunjukkan bahwa setelah kemoterapi, persentase pasien yang
merasakan masalah pada kemampuan perawatan diri mengalami peningkatan setelah
menjalani kemoterapi. Perbedaan hasil ini dikarenakan penggunaan beberapa obat
sebagai penanganan efek samping selama menjalani kemoterapi.

11 | P a g e
Rasa kesakitan selain merupakan gejala dari kanker serviks juga merupakan efek
samping dari kemoterapi. Dengan demikian, setelah mendapatkan kemoterapi, secara
teoritis kesakitan yang dirasakan pasien akan meningkat. Hal yang berbeda ditunjukkan
pada hasil pengamatan ini. Berdasarkan hasil pengamatan ini, rasa kesakitan cenderung
mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari menurunnya persentase pasien yang
merasakan rasa kesakitan sebagai masalah (jumlah BS dan BB) yaitu dari 86,04% pada
saat sebelum kemoterapi dan setelah kemoterapi menjadi 81,40%. Penurunan rasa sakit
ini disebabkan penggunaan obat‑obat untuk mengatasi rasa sakit. Penurunan masalah ini
juga dapat disebabkan pelayanan yang baik selama perawatan, sebagaimana teramati
pada penelitian di Yunani.
Kecemasan dapat ditimbulkan akibat efek kemoterapi. Masalah kecemasan pada
pasien mula-mula tinggi karena pasien membayangkan hal-hal buruk sebagai akibat
kemoterapi. Namun setelah mendapatkan kemoterapi ternyata tidak seburuk yang diduga.
Hal ini terlihat dari menurunnya persentase pasien yang merasakan kecemasan sebagai
masalah (jumlah BS dan BB) yaitu 76,74% pada saat sebelum kemoterapi dan setelah
kemoterapi menurun menjadi 55,81%. Penurunan kecemasan juga dapat terjadi karena
pelayanan yang baik selama perawatan seperti yang dilaporkan hasil penelitian di Yunani
dan Inggris. Adanya edukasi yang baik terhadap pasien maupun keluarganya sebelum
terapi juga turut berperan dalam menurunkan kecemasan. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian di Turki.
Baik sebelum maupun setelah kemoterapi, tampak bahwa sebagian besar pasien
tidak merasakan perawatan diri sebagai suatu masalah. Berdasarkan hasil penelitian ini,
diperoleh data bahwa masalah dalam perawatan diri pada sebelum kemoterapi dan
setelah kemoterapi hanya dirasakan oleh 25,58% pasien. Dengan demikian, sebagian
besar pasien mampu tetap mandiri dalam perawatan diri baik sebelum maupun setelah
kemoterapi selama satu siklus.
Berdasarkan data pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa nilai utility penderita kanker
serviks relatif rendah. Hal ini menunjukkan adanya kehilangan health utilities setelah
seseorang

12 | P a g e
13 | P a g e
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi individu hidup
dalam konteks budaya dan system nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan
tujuan, harapan, standar yang ditetapkan dan perhatian seseorang. kualitas hidup dapat
diukur dari aspek kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial dan
lingkungan.

14 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

4. Suwendar,. Evaluasi Kualitas Hidup dengan Kuesioner EQ-5D pada Pasien Kanker
Serviks Rawat Inap Sebelum dan Setelah Kemoterapi, Bandung.
5. EuroQol. Title of measure: EuroQoL, EQ-5D. Tersedia dari: http://www.euroqol.org
6. Universitas of Toronto. (2002). Qol Consepts. Universitas of Toronto dibuka pada
website http://www.utoronto.com
7. Power.(2003).Gambaran kualitas. dibuka pada website lontar.ui.ac.id
8. Sihombing. M & Sirait.A.M.(2007).Angka Ketahanan Hidup Penderita Kanker
Penderita Kanker Ovarium di rs Dr. Cipto Mangunkusomo dibuka pada website
http://indonesiadigitaljournalis.org/index.phpidnmed.articel
9. WHOQOL Group.(1998). Deveploment of The World Health Organization: Quality of
life Assesment. Psychcological Medicine.
10. WHOQOL Group.(1998). Development of the world health organization WHOQOL-
BREF Quality of life Assesment. Psychcological Medicine. Dibuka pada website
http://www.who.int/mentalhealth/evidence/whoqolpd
11. Diananda, Rama. (2009). Mengenal Seluk Beluk Kanker. Jogjakarta: Penerbit Katahati
12. Jong. W. (2004). Kanker, Apakah Itu?. Jakarta: Arcan
13. O’Connel.R (2004). Issue in the Meansurement of health Quality of life.
14. Center for health program Evaluasi dibuka pada website
http://www.rodoconnorassooc.com/issue_in_meansurment_of_qua.ht
15. Manik, C.B. (2008) kualitas hidup wanita dengan kanker Organ Reproduksi di RSUP.
H. Adam Malik Medan
16. Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Pt.
Rineka Cipta

15 | P a g e
LAMPIRAN

KUESIONER

Silahkan dijawab pertanyaan di bawah ini dengan cara melingkari dan mengisi jawaban yang
telah disediakan.

Apakah jenis kelamin anda? PRIA / WANITA

Kapan tanggal lahir anda ? ___/___/___ (tanggal/bulan/tahun)

Apa pendidikan terakhir anda? 1.Tidak mendapat pendidikan formal sama sekali

2.Sekolah dasar (SD)

3. Sekolah menengah pertengahan (SMP)

4. Sekolah menengah atas (SMA)

5. Perguruan tinggi

Status pernikahan anda? Belum menikah

Menikah

Bercerai

Janda/duda karena pasangan meninggal

Apa perkerjaan anda? 1. Pensiunan

2. PNS

3. Pegawai swasta

4. Lainnya :

Apakah anda menderita penyakit tekanan darah tinggi ? YA / TIDAK

Jika YA, berapakah tekanan darah anda?_______________________________________

Apakah anda menderita penyakit kencing manis? YA / TIDAK

Jika YA, berapakah BB dan TB anda?_________________________________________

Apakah anda menderita penyakit nyeri sendi? YA / TIDAK

Apakah anda mengkonsumsi obat tekanan darah tinggi secara rutin? YA / TIDAK

Jika YA, berapa macam jenis obat yang anda konsumsi?___________________________

Apakah anda mengkonsumsi obat kencing manis secara rutin ? YA / TIDAK

16 | P a g e
Jika YA, berapa macam jenis obat yang anda konsumsi?___________________________

Apakah anda mengkonsumsi obat nyeri sendi secara rutin? YA / TIDAK

Jika YA, berapa macam jenis obat yang anda konsumsi?___________________________

Apakah anda merasa ada gangguan kesehatan atau tidak pada diri anda? YA / TIDAK

Keterangan parameter penyakit kronis :

0  tidak terdapat penyakit kronis

1  ringan

2-3  berat

17 | P a g e
KUESIONER EQ-5D

Jawab pernyataan dibawah ini dengan memberi tanda (√) yang menggambarkan status
kesehatan anda di saat ini.

Pergerakan
Saya tidak bermasalah untuk berjalan keliling
Saya ada masalah untuk berjalan keliling
Saya hanya terbaring di kasur
Mengurus diri
Saya tidak bermasalah untuk mengurus diri sendiri
Saya bermasalah untuk membersihkan dan memakai pakaian sendiri
Saya tidak dapat sama sekali dalam membersihkan dan memakai
pakaian sendiri
Aktivitas harian
Saya tidak bermasalah menjalankan aktivitas harian
Saya bermasalah menjalankan aktivitas harian
Saya tidak dapat menjalankan akivitas harian sama sekali
Nyeri/sakit
Saya tidak ada keluhan nyeri atau sakit
Saya ada keluhan nyeri atau sakit yang sedang
Saya ada keluhan nyeri atau sakit yang hebat
Gelisah / Cemas / Sedih
Saya tidak gelisah maupun depresi
Saya mengalami gelisah/depresi yang sedang
Saya mengalami gelisah/depresi yang berat

18 | P a g e
Pilihlah dan lingkari angka yang terdapat pada gambar di bawah ini, yang menggambarkan
kondisi kesehatan anda menurut apa yang anda rasakan pada saat ini.

Tingkat kesehatan buruk Tingkat kesehatan


baik

19 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai