Anda di halaman 1dari 34

Rangkaian switch pada DC dan AC menggunakan SCR

Laporan Praktikum

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Elektronika Analog
yang diampu oleh:
Dandhi Kuswardhana, S.Pd, MT.

Disusun oleh:

Khaesa Ananda Putri 1600986


Rizki Rachmat Fauzi 1606251
Mochamad Rizal Bachtiar 1606464
Muhamad Zein Revolusi 1608203

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2018
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
A. JUDUL…..................................................................................................................1
B. TUJUAN..................................................................................................................1
C. Daftar Komponen dan Alat.......................................................................................1
D. KajianTeori…............................................................................................................2

1. SCR(Silicon Controlled Rectifier).........................................................................2


2. Tansformator.........................................................................................................7
3. AVO Meter...........................................................................................................8
4. Osiloskop.............................................................................................................12
5. DC Supply ..........................................................................................................13
6. Resistor dan Kapasitor.........................................................................................16

E. Prosedur Praktek.....................................................................................................22
F. Hasil Praktek..........................................................................................................24
G. Analisa....................................................................................................................25
H. Kesimpulan.............................................................................................................30
LAMPIRAN…..............................................................................................................31
REFERENSI.................................................................................................................32
A. Judul
Rangkaian switch pada DC dan AC menggunakan SCR
B. Tujuan

Setelah melakukan praktikum eksperimen ini, diharapkan mahasiswa dapat :

1. Merencanakan rangkaian kendali tegangan DC menggunakan SCR


2. Merencanakan rangkaian kendali tegangan bolak-balik satu fasa menggunakan SCR
3. Mengidentifikasi bentuk gelombang tegangan beban, gate SCR dan emitor katoda

C. Daftar Alat dan Komponen

Alat :

1. AVO Meter

2. Osiloskop

3. 2 Set Probe

4. Power Supplay DC

5. Transformator

Komponen :

Resistor : 100 Ω 2 buah


Variable Resistor : 50 KΩ 1 buah

Lampu 1 buah
Switch 1 buah
SCR C106 1 buah

1
D. Kajian Teori

1. SCR(Silicon Controlled Rectifier)

Silicon Controlled Rectifier (SCR) merupakan alat semikonduktor empat lapis (PNPN) yang
menggunakan tiga kaki yaitu anoda (anode), katoda (cathode), dan gerbang (gate) – dalam
operasinya. SCR adalah salah satu thyristor yang paling sering digunakan dan dapat
melakukan penyaklaran untuk arus yang besar.

Gambar 1 Bentuk fisik SCR

SCR dapat dikategorikan menurut jumlah arus yang dapat beroperasi, yaitu SCR arus rendah
dan SCR arus tinggi. SCR arus rendah dapat bekerja dengan arus anoda kurang dari 1 A
sedangkan SCR arus tinggi dapat menangani arus beban sampai ribuan ampere.

Gambar 2 Konstruksi dan simbol SCR

Simbol skematis untuk SCR mirip dengan simbol penyearah dioda dan diperlihatkan pada
Gambar 2. Pada kenyataannya, SCR mirip dengan dioda karena SCR menghantarkan hanya
pada satu arah. SCR harus diberi bias maju dari anoda ke katoda untuk konduksi arus. Tidak
seperti pada dioda, ujung gerbang yang digunakan berfungsi untuk menghidupkan alat.

2
Operasi SCR
Operasi SCR sama dengan operasi dioda standar kecuali bahwa SCR memerlukan tegangan
positif pada gerbang untuk menghidupkan saklar. Gerbang SCR dihubungkan dengan basis
transistor internal, dan untuk itu diperlukan setidaknya 0,7 V untuk memicu SCR. Tegangan
ini disebut sebagai tegangan pemicu gerbang (gate trigger voltage). Biasanya pabrik pembuat
SCR memberikan data arus masukan minimum yang dibutuhkan untuk menghidupkan SCR.
Lembar data menyebutkan arus ini sebagai arus pemicu gerbang (gate trigger current).
Sebagai contoh lembar data 2N4441 memberikan tegangan dan arus pemicu :
VGT = 0,75 V
IGT = 10 mA
Hal ini berarti sumber yang menggerakkan gerbang 2N4441 harus mencatu 10 mA pada
tegangan 0,75 V untuk mengunci SCR.

Gambar 3 SCR yang dioperasikan dari sumber DC

Skema rangkaian penghubungan SCR yang dioperasikan dari sumber DC diperlihatkan pada
Gambar 3. Anoda terhubung sehingga positif terhadap katoda (bias maju). Penutupan
sebentar tombol tekan (push button) PB1 memberikan pengaruh positif tegangan terbatas
pada gerbang SCR, yang men-switch ON rangkaian anoda-katoda, atau pada konduksi,
kemudian menghidupkan lampu.Rangkaian anoda-katoda akan terhubung ON hanya satu
arah. Hal ini terjadi hanya apabila anoda positif terhadap katoda dan tegangan positif
diberikan kepada gerbang Ketika SCR ON, SCR akan tetap ON, bahkan sesudah tegangan
gerbang dilepas. Satu-satunya cara mematikan SCR adalah penekanan tombol tekan PB2
sebentar, yang akan mengurangi arus anoda-katoda sampai nol atau dengan melepaskan
tegangan sumber dari rangkaian anoda-katoda.

SCR dapat digunakan untuk penghubungan arus pada beban yang dihubungkan pada sumber
AC. Karena SCR adalah penyearah, maka hanya dapat menghantarkan setengah dari
gelombang input AC. Oleh karena itu, output maksimum yang diberikan adalah 50%;
bentuknya adalah bentuk gelombang DC yang berdenyut setengah gelombang.

3
Gambar 4 SCR yang dioperasikan dari sumber AC

Skema penghubungan rangkaian SCR yang dioperasikan dari sumber AC diperlihatkan oleh
Gambar 4. Rangkaian anoda-katoda hanya dapat di switch ON selama setengah siklus dan
jika anoda adalah positif (diberi bias maju). Dengan tombol tekan PB1 terbuka, arus gerbang
tidak mengalir sehingga rangkaian anoda-katoda bertahan OFF. Dengan menekan tombol
tekan PB1 dan terus-menerus tertutup, menyebabkan rangkaian gerbang-katoda dan anoda-
katoda diberi bias maju pada waktu yang sama. Prosedur arus searah berdenyut setengah
gelombang melewati depan lampu. Ketika tombol tekan PB1 dilepaskan, arus anoda-katoda
secara otomatis menutup OFF ketika tegangan AC turun ke nol pada gelombang sinus.

Gambar 5 Aplikasi SCR sebagai kontrol output suplai daya pada motor DC

Ketika SCR dihubungkan pada sumber tegangan AC, SCR dapat juga digunakan untuk
merubah atau mengatur jumlah daya yang diberikan pada beban. Pada dasarnya SCR
melakukan fungsi yang sama seperti rheostat, tetapi SCR jauh lebih efisien. Gambar 5
menggambarkan penggunaan SCR untuk mengatur dan menyearahkan suplai daya pada
motor DC dari sumber AC.

4
Gambar 6 Aplikasi SCR untuk start lunak motor AC induksi 3 fase

Rangkaian SCR dari Gambar 6 dapat digunakan untuk “start lunak” dari motor induksi
3 fase. Dua SCR dihubungkan secara terbalik paralel untuk memperoleh kontrol gelombang
penuh. Dalam tema hubungan ini, SCR pertama mengontrol tegangan apabila tegangan
positif dengan bentuk gelombang sinus dan SCR yang lain mengontrol tegangan apabila
tegangan negatif. Kontrol arus dan percepatan dicapai dengan pemberian trigger dan
penyelaan SCR pada waktu yang berbeda selama setengah siklus. Jika pulsa gerbang
diberikan awal pada setengah siklus, maka outputnya tinggi. Jika pulsa gerbang diberikan
terlambat pada setengah siklus, hanya sebagian kecil dari bentuk gelombang dilewatkan dan
mengakibatkan outputnya rendah.

Aplikasi SCR
Pada aplikasinya, SCR tepat digunakan sebagai saklar solid-state, namun tidak dapat
memperkuat sinyal seperti halnya transistor. SCR juga banyak digunakan untuk mengatur dan
menyearahkan suplai daya pada motor DC dari sumber AC, pemanas, AC, melindungi beban
yang mahal (diproteksi) terhadap kelebihan tegangan yang berasal dari catu daya, digunakan
untuk “start lunak” dari motor induksi 3 fase dan pemanas induksi. Sebagian besar SCR
mempunyai perlengkapan untuk penyerapan berbagai jenis panas untuk mendisipasi panas
internal dalam pengoperasiannya.

 Aplikasi SCR pada saklar solid state

Solid state relay berfungsi sama seperti halnya relay mekanik, dengan solid state relay kita
dapat mengendalikan beban AC maupun DC daya besar dengan sinyal logika TTL.
Rangkaian solid state relay terdiri dari 2 jenis, yaitu solid state relay DC dan solid state relay

5
AC. Pada gambar rangkaian dibawah merupakan skema dari rangkaian solid state relay yang
digunakan untuk jaringan AC 220V dengan daya maksimum 500 watt. Rangkaian solid state
relay ini dibangun menggunakan TRIAC BT136 sebagai saklar beban dan optocopler
MOC3021 sebagai isolator. Solid state relay pada gambar rangkaian dibawah dapat
digunakan untuk mengendalikan beban AC dengan konsumsi daya maksimal 500 watt.
Daya maksimum rangkaian solid state relay ini ditentukan oleh kapasitas menglirkan arus
oleh TRIAC Q1 BT136. Untuk membuat rangkaian solid state relay dapat dilihat gambar
rangkaian dan komponen yang digunakan sebagai berikut.

Rangkaian solid state relay pada gambar diatas dapat digunakan untuk mengendalikan beban
dengan tegangan kerja AC dari 24 volt hingga 220 volt. Rangkaian solid state relay ini
dikendalikan dengan sinyal logika tinggi TTL 2 – 5 volt DC yang diberikan ke jalur input
solid state relay. Untuk meningkatkan daya atau kemampuan arus solid state relay ini dapat
dilkukan dengan mengganti TRIAC Q1 BT136 dengan TRIAC yang memiliki kapasitas arus
yang lebih besar. TRIAC Q1 BT136 pada rangkaian solid state relay diatas harus dilengkapi
dengan pendingin (heatsink) untuk meredam panas yang dihasilkan TRIAC pada saat
mengalirkan arus ke beban.

APLIKASI THYRISTOR UNTUK PENGATUR TEGANGAN AC/DC


Berkembangnya teknologi elektronika daya, khususnya dengan adanya penemuan Thyristor,
maka pemanfaatan konverter dan inverter merupakan sebuah solusi pemutakhiran pengendali
kelistrikan, misalnya dalam pengaturan tegangan ac / dc yang mudah, luwes, praktis, dan
ekonomis.
Thyristor khususnya SCR (silicon controlled rectifier) memiliki 3 buah elektroda: anoda (A),
katoda (K), dan gate (G) merupakan piranti elektronik yang banyak diterapkan pada
rangkaian elektronika daya. Di dalam konverter arus bolak-balik thyristor merupakan
komponen utama, melalui pengendalian sinyal picu (trigger), maka besarnya sudut
konduk (conduction angle) dan sudut picu (firing delay angle) dapat diatur.
Rangkaian dasar: SCR, beban (RL), dan sumber tegangan (Us) diperlihatkan pada gambar
1.a), sedangkan gambar 1.b) memperlihatkan bahwa pada sudut konduk SCR = 1200 maka
sudut picu = 600 (interval 1800 adalah sudut konduk+ sudut picu)

6
2. TRANSFORMATOR
Transformator atau sering disingkat dengan istilah Trafo adalah suatu alat listrik yang
dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Maksud dari pengubahan taraf
tersebut diantaranya seperti menurunkan Tegangan AC dari 220 V AC ke 12 VAC ataupun
menaikkan Tegangan dari 110 V AC ke 220 V AC. Transformator atau Trafo ini bekerja
berdasarkan prinsip Induksi Elektromagnet dan hanya dapat bekerja pada tegangan yang
berarus bolak balik (AC).Transformator (Trafo) memegang peranan yang sangat penting
dalam pendistribusian tenaga listrik. Transformator menaikan listrik yang berasal dari
pembangkit listrik PLN hingga ratusan kilo Volt untuk di distribusikan, dan kemudian
Transformator lainnya menurunkan tegangan listrik tersebut ke tegangan yang diperlukan
oleh setiap rumah tangga maupun perkantoran yang pada umumnya menggunakan Tegangan
AC 220 Volt.

Bentuk dan Simbol Transformator (Trafo)


Berikut ini adalah gambar bentuk dan simbol Transformator :

Sebuah Transformator yang sederhana pada dasarnya terdiri dari 2 lilitan atau kumparan
kawat yang terisolasi yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Pada kebanyakan
Transformator, kumparan kawat terisolasi ini dililitkan pada sebuah besi yang dinamakan
dengan Inti Besi (Core). Ketika kumparan primer dialiri arus AC (bolak-balik) maka akan
menimbulkan medan magnet atau fluks magnetik disekitarnya. Kekuatan Medan magnet
(densitas Fluks Magnet) tersebut dipengaruhi oleh besarnya arus listrik yang dialirinya.
Semakin besar arus listriknya semakin besar pula medan magnetnya. Fluktuasi medan magnet
yang terjadi di sekitar kumparan pertama (primer) akan menginduksi GGL (Gaya Gerak
Listrik) dalam kumparan kedua (sekunder) dan akan terjadi pelimpahan daya dari kumparan
primer ke kumparan sekunder. Dengan demikian, terjadilah pengubahan taraf tegangan listrik
baik dari tegangan rendah menjadi tegangan yang lebih tinggi maupun dari tegangan tinggi
menjadi tegangan yang rendah.

Sedangkan Inti besi pada Transformator atau Trafo pada umumnya adalah kumpulan
lempengan-lempengan besi tipis yang terisolasi dan ditempel berlapis-lapis dengan
kegunaanya untuk mempermudah jalannya Fluks Magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik
kumparan serta untuk mengurangi suhu panas yang ditimbulkan.

7
Beberapa bentuk lempengan besi yang membentuk Inti Transformator tersebut diantaranya
seperti :

 E – I Lamination
 E – E Lamination
 L – L Lamination
 U – I Lamination

Dibawah ini adalah Fluks pada Transformator :

Rasio lilitan pada kumparan sekunder terhadap kumparan primer menentukan rasio tegangan
pada kedua kumparan tersebut. Sebagai contoh, 1 lilitan pada kumparan primer dan 10 lilitan
pada kumparan sekunder akan menghasilkan tegangan 10 kali lipat dari tegangan input pada
kumparan primer. Jenis Transformator ini biasanya disebut dengan Transformator Step Up.
Sebaliknya, jika terdapat 10 lilitan pada kumparan primer dan 1 lilitan pada kumparan
sekunder, maka tegangan yang dihasilkan oleh Kumparan Sekunder adalah 1/10 dari
tegangan input pada Kumparan Primer. Transformator jenis ini disebut dengan Transformator
Step Down.

3. AVO Meter

Avometer berasal dari kata ”AVO” dan ”meter”. Pada huruf ‘A’ artinya ampere,
untuk mengukur arus listrik. Pada huruf ‘V’ artinya voltase, untuk mengukur voltase atau
tegangan. Sedangkan pada huruf ‘O’ artinya ohm, untuk mengukur ohm atau hambatan.
Terakhir, yaitu meter atau satuan dari ukuran. AVO Meter sering disebut dengan Multimeter
atau Multitester. Secara umum, pengertian dari AVO meter adalah suatu alat untuk mengukur
arus, tegangan, baik tegangan bolak-balik (AC) maupun tegangan searah (DC) dan hambatan
listrik. AVO meter sangat penting fungsinya dalam setiap pekerjaan elektronika karena dapat

8
membantu menyelesaikan pekerjaan dengan mudah dan cepat, Tetapi sebelum
mempergunakannya, pemakai harus mengenal terlebih dahulu jenis-jenis AVO meter dan
bagaimana cara menggunakannya agar tidak terjadi kesalahan dalam pemakaiannya dan akan
menyebabkan rusaknya AVO meter tersebut.
Berdasarkan prinsip kerjanya, ada dua jenis AVO meter, yaitu AVO meter analog
(menggunakan jarum putar / moving coil) dan AVO meter digital (menggunakan display
digital). Kedua jenis ini berbeda satu dengan lainnya, tetapi ada beberapa kesamaan dalam
hal operasionalnya. Misalnya sumber tenaga yang dibutuhkan berupa baterai DC dan probe
atau kabel penyidik warna merah dan hitam. Pada AVO meter digital, hasil pengukuran dapat
terbaca langsung berupa angka-angka (digit), sedangkan AVO meter analog tampilannya
menggunakan pergerakan jarum untuk menunjukkan skala. Sehingga untuk memperoleh hasil
ukur, harus dibaca berdasarkan range atau divisi. AVO meter analog lebih umum digunakan
karena harganya lebih murah dari pada jenis AVO meter digital.
Terdapat dua macam AVO meter, yaitu :
1. AVO Meter Analog

AVO Meter analog menggunakan jarum sebagai penunjuk skala. Untuk memperoleh
hasil pengukuran, maka harus dibaca berdasarkan range atau divisi. Keakuratan hasil
pengukuran dari AVO Meter analog ini dibatasi oleh lebar dari skala pointer, getaran dari
pointer, keakuratan pencetakan gandar, kalibrasi nol, jumlah rentang skala. Dalam
pengukuran menggunakan AVO Meter Analog, kesalahan pengukuran dapat terjadi akibat
kesalahan dalam pengamatan (paralax).
Keterangan :
a. Meter Korektor, berguna untuk menyetel jarum AVO meter ke arah nol, saat AVO
meter akan dipergunakan dengan cara memutar sekrupnya ke kanan atau ke kiri
dengan menggunakan obeng pipih kecil.
b. Range Selector Switch adalah saklar yang dapat diputar sesuai dengan kemampuan
batas ukur yang dipergunakan yang berfungsi untuk memilih posisi pengukuran dan
batas ukurannya. Saklar putar (range selector switch) ini merupakan kunci utama bila
kita menggunakan AVO meter. AVO meter biasanya terdiri dari empat posisi
pengukuran, yaitu :
 Posisi (Ohm) berarti AVO Meter berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri
dari tiga batas ukur : x1; x10; dan K.

9
 Posisi ACV (Volt AC) berarti AVO Meter berfungsi sebagai voltmeter AC
yang terdiri dari lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.
 Posisi DCV (Volt DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai voltmeter DC
yang terdiri dari lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.
 Posisi DC mA (miliampere DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai
miliamperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur, yaitu: 0,25; 25; dan 500.

Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe AVO meter yang satu dengan yang lain batas
ukurannya belum tentu sama.
2. AVO Meter Digital
AVO meter digital atau sering juga disebut sebagai digital multitester sama
merupakan jenis multimeter yang talah menggunakan display digital sebagai penampil hasil
ukurnya. Hasil ukur yang ditampilkan pada multitester digital merupakan hasil yang telah
sesuai, sehingga tidak perlu dilakukan lagi perhitungan antara hasil ukur dan batas ukur.

Keterangan :
a. Range Selector Switch adalah saklar yang dapat diputar sesuai dengan kemampuan
batas ukur yang dipergunakan yang berfungsi untuk memilih posisi pengukuran dan
batas ukurannya. Saklar putar (range selector switch) ini merupakan kunci utama bila
kita menggunakan AVO meter. AVO meter biasanya terdiri dari empat posisi
pengukuran, yaitu :
 Posisi (Ohm) berarti AVO Meter berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri
dari tiga batas ukur : x1; x10; dan K.
 Posisi ACV (Volt AC) berarti AVO Meter berfungsi sebagai voltmeter AC
yang terdiri dari lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.
 Posisi DCV (Volt DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai voltmeter DC
yang terdiri dari lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.
 Posisi DC mA (miliampere DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai
miliamperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur, yaitu: 0,25; 25; dan 500.

Fungsi Avometer

Fungsi ukur yang dimiliki setiap avometer terdapat beberapa macam tergantung tipe
dan merk avometer. Akan tetapi pada umumnya setiap multimeter atau multitester memiliki 3

10
fungsi ukur utama yaitu sebagai alat ukur arus, tegangan dan resistansi. Berikut adalah
beberapa fungsi ukur yang ada pada avometer.
1. Ampere Meter

Ampere meter adalah salah satu fungsi ukur pada avometer yang berfungsi untuk
mengukur arus listrik. Pada avometer pada umumnya terdiri dari 2 jenis ampere meter yaitu
ampere meter DC dan amper meter AC. Pada avometer analog dan digital pada fungsi
ampere meter ini saklar selektor berfungsi sebagai batas ukur maksimum, oleh karena itu arus
yang akan diukur harus diprediksikan dibawah batas ukur avometer yang digunakan. Hal ini
bertujuan untuk menghindari kerusakan pada multimeter.
2. Volt Meter

Volt meter merupakan fungsi ukur untuk mengetahui level tegangan listrik. Sama
halnya dengan fungsi avometer sebagai ampere meter. Pada fungsi volt meter ini saklar
selektor yang ada pada avometer baik digital maupun analog berfungsi sebagai batas ukur
maksimum, oleh karena itu harus diprediksikan level tegangan yang akan diukur harus
dibawah nilai batas ukur yang dipilih.
3. Ohm Meter

Ohm meter merupakan salah satu fungsi avometer yang berfungsi untuk mengetahui
nilai resistansi suatu resistor atau komponen elektronika yang memiliki unsur resistansi. Pada
fungsi ohm meter ini untuk avometer analog saklar selektor berfungsi sebagai multiplier
sedangkan pada avometer digital saklar selektor berfungsi sebagai bats ukur maksimum suatu
resistansi yang dapat dihitung oleh avometer tersebut.
4. Hfe Meter

Hfe Meter tidak selalu terdapat pada setiap avometer, fungsi Hfe meter ini digunakan
untuk mengetahui nilai faktor penguatan transistor. Pada fungsi ini pada umumnya avometer
yang memiliki fungsi Hfe meter dapat diguanakan untuk mengukur faktor penguatan
transistor tipe NPN dan PNP.
5. Kapasitansi Meter

Kapasitansi meter merupakan fungsi yang tidak selalu terdapat pada setiap avometer.
Fungsi kapasitansi meter ini berguna untuk mengetahui nilai kapastansi suatu kapasitor. Pada
multi meter analog yang telah memiliki fungsi kapasitansi meter saklar selektor pada fungsi
ini berfungsi sebagai multiplier atau faktor pengali dari nilai yang ditunjukan oleh jarum

11
meter. Sedangkan pada avometer digital dengan fungsi kapasitansi meter maka saklar
selektor berfungsi sebagai batas ukur maksimum.
6. Frekuensi Meter

Frekuensi meter hanya terdapat pada tipe avometer digital tertentu. Fungsi frekuensi
meter ini digunakan untuk mengetahui frekuensi suatu sinyal atau isyarat pada suatu
rangkaian elektronika.

3. OSILOSKOP

Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik. Ada
beberapa jenis osiloskop berbasis komputer, dan telah diimplementasikan, salah satu jenis
osiloskop digital berbasis komputer menggunakan sound card yang dikendalikan di bawah
sistem operasi Linux.Perangkat keras maupun perangkat lunak yang mengendalikannya telah
diuji fungsi dan kebenarannya, dan sudah dapat berfungsi dengan baik dan benar.
Perangkat keras memiliki kemampuan menerima frekuensi masukan sampai 4 MHz,
namun karena memanfaatkan sound card stereo CMI 8738, frekuensi masukan hanya
mencapai 20 kHz sesuai kemampuan sound card menerima frekuensi pada mode stereo
dengan resolusi 16-bit. Perangkat lunak pengendali diimplementasikan menggunakan
program bantu GCC (GNU Compiler Collections) pada Linux, dan dengan memanfaatkan
pengolah grafik X-Window, program ini sudah dapat menampilkan grafik dari sinyal yang
diukur sebagaimana tampilan pada osiloskop dual trace.
Perangkat keras memiliki kemampuan menerima frekuensi masukan sampai 4 MHz,
namun karena memanfaatkan sound card stereo CMI 8738, frekuensi masukan hanya
mencapai 20 kHz sesuai kemampuan sound card menerima frekuensi pada mode stereo
dengan resolusi 16-bit. Perangkat lunak pengendali diimplementasikan menggunakan
program bantu GCC (GNU Compiler Collections) pada Linux, dan dengan memanfaatkan
pengolah grafik X-Window, program ini sudah dapat menampilkan grafik dari sinyal yang
diukur sebagaimana tampilan pada osiloskop dual trace.
Ada dua tipe osiloskop yaitu osiloskop analog dan osiloskop digital, Osiloskop analog
menggunakan tegangan yang diukur untuk menggerakkan berkas electron dalam tabung
sesuai bentuk gambar yang diukur. Pada layar osiloskop langsung ditampilkan bentuk
gelombang tersebut. Osiloskop tipe waktu nyata analog (ART) menggambar bentuk-bentuk
gelombang listrik dengan melalui gerakan pancaran elektron (electron beam) dalam sebuah
tabung sinar katoda (CRT -cathode ray tube) dari kiri ke kanan. Osiloskop analog pada

12
prinsipnya memiliki keunggulan seperti; harganya relatif lebih murah daripada osiloskop
digital, sifatnya yang realtime dan pengaturannya yang mudah dilakukan karena tidak ada
tundaan antara gelombang yang sedang dilihat dengan peragaan di layar, serta mampu
meragakan bentuk yang lebih baik seperti yang diharapkan untuk melihat gelombang-
gelombang yang kompleks, misalnya sinyal video di TV dan sinyal RF yang dimodulasi
amplitudo. Keterbatasanya adalah tidak dapat menangkap bagian gelombang sebelum
terjadinya event picu serta adanya kedipan (flicker) pada layar untuk gelombang yang
frekuensinya rendah (sekitar 10-20 Hz). Keterbatasan osiloskop analog tersebut dapat diatasi
oleh osiloskop digital. Sedangkan Osiloskop digital mencuplik bentuk gelombang yang
diukur dan dengan menggunakan ADC (Analog to Digital Converter) untuk mengubah
besaran tegangan yang dicuplik menjadi besaran digital.Dalam osiloskop digital, gelombang
yang akan ditampilkan lebih dulu disampling (dicuplik) dan didigitalisasikan. Osiloskop
kemudian menyimpan nilai-nilai tegangan ini bersama sama dengan skala waktu
gelombangnya di memori. Pada prinsipnya, osiloskop digital hanya mencuplik dan
menyimpan demikian banyak nilai dan kemudian berhenti. Ia mengulang proses ini lagi dan
lagi sampai dihentikan. Beberapa DSO memungkinkan untuk memilih jumlah cuplikan yang
disimpan dalam memori per akuisisi (pengambilan) gelombang yang akan diukur.
Osiloskop digital memberikan kemampuan ekstensif, kemudahan tugas-tugas akuisisi
gelombang dan pengukurannya. Penyimpanan gelombang membantu para insinyur dan
teknisi dapat menangkap danmenganalisa aktivitas sinyal yang penting. Jika kemampuan
teknik pemicuannya tinggi secara efisien dapat menemukan adanya keanehan atau kondisi-
kondisi khusus dari gelombang yang sedang diukur.
4. DC Supply

Power Supply atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Catu Daya adalah suatu alat
listrik yang dapat menyediakan energi listrik untuk perangkat listrik ataupun elektronika
lainnya. Pada dasarnya Power Supply atau Catu daya ini memerlukan sumber energi listrik
yang kemudian mengubahnya menjadi energi listrik yang dibutuhkan oleh perangkat
elektronika lainnya. Oleh karena itu, Power Supply kadang-kadang disebut juga dengan
istilah Electric Power Converter.

Pada umumnya Power Supply dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok besar,


yakni berdasarkan Fungsinya, berdasarkan Bentuk Mekanikalnya dan juga berdasarkan
Metode Konversinya. Berikut ini merupakan penjelasan singkat mengenai ketiga kelompok
tersebut :

13
1. Power Supply Berdasarkan Fungsi (Functional)

Berdasarkan fungsinya, Power supply dapat dibedakan menjadi Regulated Power Supply,
Unregulated Power Supply dan Adjustable Power Supply.

 Regulated Power Supply adalah Power Supply yang dapat menjaga kestabilan
tegangan dan arus listrik meskipun terdapat perubahaan atau variasi pada beban atau
sumber listrik (Tegangan dan Arus Input).
 Unregulated Power Supply adalah Power Supply tegangan ataupun arus listriknya
dapat berubah ketika beban berubah atau sumber listriknya mengalami perubahan.
 Adjustable Power Supply adalah Power Supply yang tegangan atau Arusnya dapat
diatur sesuai kebutuhan dengan menggunakan Knob Mekanik. Terdapat 2 jenis
Adjustable Power Supply yaitu Regulated Adjustable Power Supply dan Unregulated
Adjustable Power Supply.

4. Power Supply Berdasarkan Bentuknya

Untuk peralatan Elektronika seperti Televisi, Monitor Komputer, Komputer Desktop


maupun DVD Player, Power Supply biasanya ditempatkan di dalam atau menyatu ke dalam
perangkat-perangkat tersebut sehingga kita sebagai konsumen tidak dapat melihatnya secara
langsung. Jadi hanya sebuah kabel listrik yang dapat kita lihat dari luar. Power Supply ini
disebut dengan Power Supply Internal (Built in). Namun ada juga Power Supply yang berdiri
sendiri (stand alone) dan berada diluar perangkat elektronika yang kita gunakan seperti
Charger Handphone dan Adaptor Laptop. Ada juga Power Supply stand alone yang
bentuknya besar dan dapat disetel tegangannya sesuai dengan kebutuhan kita.

3. Power Supply Berdasarkan Metode Konversinya

Berdasarkan Metode Konversinya, Power supply dapat dibedakan menjadi Power Supply
Linier yang mengkonversi tegangan listrik secara langsung dari Inputnya dan Power Supply
Switching yang harus mengkonversi tegangan input ke pulsa AC atau DC terlebih dahulu.

Jenis-jenis Power Supply

Selain pengklasifikasian diatas, Power Supply juga dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,
diantaranya adalah DC Power Supply, AC Power Supply, Switch Mode Power Supply,
Programmable Power Supply, Uninterruptible Power Supply, High Voltage Power Supply.
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai jenis-jenis Power Supply.

14
s Power Supply.

1. DC Power Supply

DC Power Supply adalah pencatu daya yang menyediakan tegangan maupun arus listrik
dalam bentuk DC (Direct Current) dan memiliki Polaritas yang tetap yaitu Positif dan Negatif
untuk bebannya. Terdapat 2 jenis DC Supply yaitu :

a. AC to DC Power Supply

AC to DC Power Supply, yaitu DC Power Supply yang mengubah sumber tegangan listrik
AC menjadi tegangan DC yang dibutuhkan oleh peralatan Elektronika. AC to DC Power
Supply pada umumnya memiliki sebuah Transformator yang menurunkan tegangan, Dioda
sebagai Penyearah dan Kapasitor sebagai Penyaring (Filter).

b. Linear Regulator

Linear Regulator berfungsi untuk mengubah tegangan DC yang berfluktuasi menjadi konstan
(stabil) dan biasanya menurunkan tegangan DC Input.

2. AC Power Supply

AC Power Supply adalah Power Supply yang mengubah suatu taraf tegangan AC ke taraf
tegangan lainnya. Contohnya AC Power Supply yang menurunkan tegangan AC 220V ke
110V untuk peralatan yang membutuhkan tegangan 110VAC. Atau sebaliknya dari tegangan
AC 110V ke 220V.

3. Switch-Mode Power Supply

Switch-Mode Power Supply (SMPS) adalah jenis Power Supply yang langsung
menyearahkan (rectify) dan menyaring (filter) tegangan Input AC untuk mendapatkan
tegangan DC. Tegangan DC tersebut kemudian di-switch ON dan OFF pada frekuensi tinggi

15
dengan sirkuit frekuensi tinggi sehingga menghasilkan arus AC yang dapat melewati
Transformator Frekuensi Tinggi.

4. Programmable Power Supply

Programmable Power Supply adalah jenis power supply yang pengoperasiannya dapat
dikendalikan oleh Remote Control melalui antarmuka (interface) Input Analog maupun
digital seperti RS232 dan GPIB.

5. Uninterruptible Power Supply (UPS)

Uninterruptible Power Supply atau sering disebut dengan UPS adalah Power Supply yang
memiliki 2 sumber listrik yaitu arus listrik yang langsung berasal dari tegangan input AC dan
Baterai yang terdapat didalamnya. Saat listrik normal, tegangan Input akan secara simultan
mengisi Baterai dan menyediakan arus listrik untuk beban (peralatan listrik). Tetapi jika
terjadi kegagalan pada sumber tegangan AC seperti matinya listrik, maka Baterai akan
mengambil alih untuk menyediakan Tegangan untuk peralatan listrik/elektronika yang
bersangkutan.

6. High Voltage Power Supply

High Voltage Power Supply adalah power supply yang dapat menghasilkan Tegangan tinggi
hingga ratusan bahkan ribuan volt. High Voltage Power Supply biasanya digunakan pada
mesin X-ray ataupun alat-alat yang memerlukan tegangan tinggi.

5. RESISTOR DAN KAPASITOR

Resistor dapat didefinisikan sebuah perangkat untuk mengontrol atau membatasi


aliran arus,maka kita dapat mengatakan bahwa parameter utama resistor adalah resistensi,
yang diukur pada besaran Ohm (Ω). Resistor bekerja dan diukur dalam watt (W), yang
merupakan jumlah daya resistor.
Hal ini juga penting untuk dicatat bahwa resistor tidak hanya digunakan untuk membatasi
arus, mereka juga dapat digunakan sebagai pembagi tegangan untuk menghasilkan tegangan
sangat tepat dari tegangan lebih besar. Beberapa sensor didasarkan pada resistensi yang
bervariasi tergantung pada stres ringan, suhu atau geser, seperti LDRs (resistor bergantung
cahaya), termistor (suhu resistor tergantung) atau pengukur regangan.

Resistor variabel adalah sebuah komponen yang mempunyai karakteristik seperti


resistor namun nilainya tidak tetap (variabel) dan bisa diubah selama pemakaian. Perubahan
nilai resistor ini karena diubah oleh sesuatu dari luar misalnya diputar atau digeser.

16
Perubahan nilai dari resistor variabel biasanya dimanfaatkan untuk mengatur sesuatu yang
sifatnya tidak tetap dan bergantung dari kondisi penerapan rangkaian.
Ada beberapa jenis resistor variabel seperti trimmer potensiometer (trimpot), slide
potensiometer (slidepot) dan rotary potensiometer (potensio). Masing-masing jenis resistor
variabel ini memiliki kegunaan dan penerapan yang berbeda-beda.
Berikut ini beberapa penggunaan resistor variabel yang umum pada aplikasi sehari-hari :

1. Volume Control
2. Tone Control (Bass, Middle dan Treble)
3. Pengaturan tegangan dan arus
4. Pengaturan ukuran layar pada televisi analog
5. Setting referensi tegangan atau sinyal
6. Kontrol parameter alat seperti cahaya, kecepatan, frekuensi dan sebagainya.

Simbol Resistor Variabel

Resistor variabel pada umumnya digambarkan menyerupai simbol resistor dengan tanda
panah ditengahnya. Karena kebanyakan resistor variabel berkaki tiga maka panah yang
berada ditengah merupakan kaki ketiga yang berada ditengah dengan nilai resistansi yang
berubah-ubah terhadap kaki pinggir. Perubahan nilai resistor ini tergantung pada posisi kaki
tengah terhadap kaki pinggir.

Berikut ini simbol dari resistor variabel yang umum dipakai :

Bentuk Fisik Resistor variabel

Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa ada tiga jenis resistor variabel yang umum
dipakai dalam rangkaian elektronika yaitu trimpot, slidepot dan rotary pot. Masing-masing
dari resistor variabel ini memiliki bentuk yang berbeda terkait dengan jenisnya. Seperti
misalnya trimpot ditandai dengan tempat mirip kepala skrup untuk keperluan trim dengan
obeng dan rotary potensio yang memiliki handle untuk memutar serta slidepot yang memiliki
tuas untuk menggeser.

Berikut ini beberapa contoh bentuk fisik dari resistor variabel:

Nilai Resistor Variabel

Nilai resistansi antara kaki pinggir merupakan nilai yang tertera pada body resistor variabel.
Misalnya tertulis nilai 10kΩ maka besarnya resistansi antara kaki pinggir selalu tetap sebesar
10kΩ. Kemudian nilai resistansi antara kaki tengah dengan kaki pinggir berubah (variabel)
sesuai dengan posisi kaki tengah terhadap kaki pinggir.

Jika posisi potensio berana pada kiri penuh maka besarnya resistansi kaki tengah dengan kaki
sebelah kiri sama dengan nol dan besarnya resistansi kaki tengah dengan kakai sebelah kanan
sebesar 10kΩ. Dan sebaliknya saat posisi kanan penuh maka besarnya resistansi kaki tengah
dengan kaki sebelah kanan sama dengan nol dan besarnya resistansi kaki tengah dengan kaki
sebelah kiri sebesar 10kΩ.

17
Trimmer Potensiometer

Sering disingkat dengan trimpot. Adalah jenis resistor variabel yang diputar dengan obeng.
Area putar dari trimpot berupa lekukan berbentuk tanda plus atau minus seperti pada kepala
skrup. Penggunaan trimpot dikhususkan untuk pengaturan yang bersifat tetap dan tidak sering
diubah selama pemakaaian terutama oleh pengguna.

Contoh bentuk fisik trimpot


Contoh penggunaan trimpot adalah pada pengaturan tinggi dan lebar layar televisi pada
jaman dulu (sebelum ada mode service). Contoh penggunaan lain dari trimpot adalah pada
pengaturan tegangan B+ pada power supply SMPS. Pengaturan-pengaturan ini bersifat tetap
dan biasanya dilakukan pada saat proses pembuatan atau proses perbaikan saja. Jadi trimpot
terletak didalam pesawat televisi dan tidak bisa diakses oleh pengguna secara mudah.

Rotary Potensiometer

Sering disebut dengan potensio saja. Adalah resistor variabel yang nilainya diubah dengan
cara diputar melalui handle. Biasanya handle ini diputar oleh tangan manusia dengan
perantara knop potensio. Penggunaan rotary potensio biasanya pada pengaturan yang bersifat
dinamis dan berubah selama pemakaian.

Contoh bentuk fisik rotary potensio


Contoh penggunaan potensio yang paling umum adalah pengaturan volume dan pengaturan
nada bass, middle dan treble pada audio amplifier. Perubahan nilai resistansi pada potensio
dimanfaatkan untuk mengatur level dari tiap-tiap pengaturan secara dinamis oleh pengguna.

18
Contoh aplikasi rotary potensio pada rangkaian volume

Slide Potensiometer

Sering disebut dengan potensio geser. Adalah resistor variabel yang nilainya diubah dengan
cera digeser tuasnya. Seperti potentiometer rotary, potensiometer geser ini juga dibuat untuk
bisa diakses secara mudah oleh pengguna. Dengan potensio geser kita bisa mengatur pada
posisi yang lebih pas dibanding potensio rotary karena arah geraknya yang digeser.

Contoh bentuk fisik slide potensio


Contoh penggunaan potensio geser yang umum dijumpai adalah pada rangkaian pengatur
nada multi band yang disebut dengan equalizer. Setiap channel pada equalizer diatur dengan
menggunakan satu buah potensio geser. Sebagai contoh penerapan potensio geser pada
gambar dibawah ini adalah pada rangkaian equalizer 5 channel.

Contoh aplikasi slide potensio pada rangkaian equalizer

19
Kapasitor
Kapasitor adalah komponen elektronika yang mempunyai kemampuan menyimpan
electron-elektron selama waktu yang tidak tertentu. Kapasitor berbeda dengan akumulator
dalam menyimpan muatan listrik terutama tidak terjadi perubahan kimia pada bahan
kapasitor, besarnya kapasitansi dari sebuah kapasitor dinyatakan dalam farad. Pengertian lain
Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan dan melepaskan muatan
listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu
bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum,
keramik, gelas, elektrolit dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik,
maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan
pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi.
Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan
negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang
non-konduktif. Muatan elektrik ini “tersimpan” selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung
kakinya. Kemampuan untuk menyimpan muatan listrik pada kapasitor disebuat dengan
kapasitansi atau kapasitas.

Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat


menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1 coulomb = 6.25
x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah kapasitor akan
memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat memuat muatan
elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus dapat ditulis:
Q = CV
Dimana :
Q = muatan elektron dalam C (coulombs)
C = nilai kapasitansi dalam F (farads)
V = besar tegangan dalam V (volt)

Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan mengetahui luas area plat
metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal dielektrik) dan konstanta (k) bahan
dielektrik. Dengan rumusan dapat ditulis sebagai berikut:
C = (8.85 x 10-12) (k A/t)
Berikut adalah tabel contoh konstanta (k) dari beberapa bahan dielektrik yang
disederhanakan :
20
Udara vakum k =1
Aluminium oksida k =8
Keramik k = 100 – 1000
Gelas k =8
Polyethylene k =3
Prinsip Pembentukan Kapasitor
Jika dua buah plat atau lebih yang berhadapan dan dibatasi oleh isolasi, kemudian plat
tersebut dialiri listrik maka akan terbentuk kondensato (isolasi yang menjadi batas kedua plat
tersebut dinamakan dielektrikum).
Bahan dielektrikum yang digunakan berbeda-beda sehingga penamaan kapasitor
berdasarkan bahan dielektrikum. Luas plat yang berhadapan bahan dielektrikum dan jarak
kedua plat mempengaruhi nilai kapasitansinya.
Pada suatu rangkaian yang tidak terjadi kapasitor liar. Sifat yang demikian itu disebutkan
kapasitansi parasitic. Penyebabnya adalah adanya komponen-komponen yang berdekatan
pada jalur penghantar listrik yang berdekatan dan gulungan-gulungan kawat yang berdekatan.
Gambar diatas menunjukan bahwa ada dua buah plat yang dibatasi udara. Jarak kedua plat
dinyatakan sebagai d dan tegangan listrik yang masuk.

Besaran Kapasitansi
Kapasitas dari sebuah kapasitor adalah perbandingan antara banyaknya muatan listrik dengan
tegangan kapasitor.
C=Q/V
Jika dihitung dengan rumus C= 0,0885 D/d.
Maka kapasitasnya dalam satuan piko farad D = luas bidang plat yang saling berhadapan dan
saling mempengaruhi dalam satuan cm2. d = jarak antara plat dalam satuan cm. Bila tegangan
antara plat 1 volt dan besarnya muatan listrik pada plat 1 coulomb, maka kemampuan
menyimpan listriknya disebut 1 farad.Dalam kenyataannya kapasitor dibuat dengan satuan
dibawah 1 farad. Kebanyakan kapasitor elektrolit dibuat mulai dari 1 mikrofarad sampai
beberapa milifarad.
Jenis-jenis kapasitor sesuai bahan dan konstruksinya Kapasitor seperti juga resistor nilai
kapasitansinya ada yang dibuat tetap dan ada yang variabel. Kapasitor dielektrikum udara,
kapasitansinya berubah dari nilai maksimum ke minimum. Kapasitor variabel sering
21
Kapasitor variabel sering kita jumpai pada rangkaian pesawat penerima radio dibagian penala
dan osilator. Agar perubahan kapasitansi di dua bagian tersebut serempak maka digunakan
kapasitor variabel ganda. Kapasitor variabel ganda adalah dua buah kapasitor variabel dengan
satu pemutar. Berdasarkan dielektrikumnya kapasitor dibagi menjadi beberapa jenis, antara
lain:

 kapasitor keramik
 kapasitor film
 kapasitor elektrolit
 kapasitor tantalum
 kapasitor kertas

Perdasarkan polaritas kutup pada elektroda kapsitor dapat dibedakan dalam 2 jenis yaitu :
Kapasitor Non-Polar, kapasitor yang tidak memiliki polaritas pada kedua elektroda
dan tidak perlu dibedakan kaki elektrodanya dalam pesangannya pada rangkaian elektronika.
Kapasitor Bi-Polar, yaitu kapasitor yang memiliki polaritas positif dan negatif pada
elektrodanya, sehingga perlu diperhatikan pesangannya pada rangkaian elektronika dan tidak
boleh terbalik.
Kapasitor elektrolit dan kapasitor tantalum adalah kapasitor yang mempunyai kutub atau
polar, sering disebut juga dengan nama kapasitor polar. Kapasitor film terdiri dari beberapa
jenis yaitu polyester film, poly propylene film atau polysterene film.

E. Prosedur Praktikum
1. Sebelum memasuki laboratorium gunakan baju praktik dan sepatu.
2. Sebelum memulai kegiatan praktikum alangkah baiknya berdoa terlebih dahulu
3. Siapkan alat, bahan dan instrumen yang akan digunakan pada kegiatan praktikum
4. Pada prakikum ini terdapat 2 percobaan yaitu percobaan dan pembacaan gelombang
pada rangkaian switch pada DC ke AC dan DC ke DC menggunakan SCR.

Praktikum rangkaian Rangkaian switch pada rangkaian AC dan DC


menggunakan
SCR.

1. Siapkan alat, bahan dan instrumen percobaan


2. Cek kondisi alat, bahan dan instrumen sebelum digunakan. Agar kita mengetahui
terlebih dahulu apabila terjadi error.

22
3. Pasang/susun rangkaianpada papan percobaan rangkaian seperti gambar dibawah

4. Pastikan rangkaian sudah sesuai dengan gambar (skema) agar tidak terjadi
Short circuit.
5. Secara perlaha naikan tegangan yang mengalir pada gate dengan mengatur potensio
sampai lampu menyala (on), kemudian ukur Ist (xmm2) dan Il (xmm1).
6.Tampilkan tegangan jatuh pada lampu dengan menggunakan osiloskop (perhatikan
gelombang yang terjadi).
7. Buka saklar, perhatikan apa yang terjadi pada lampu.
8. Selanjutnya, rangkai rangkaian dibawah dengan langkah diatas (1-7).

9. Catat hasil pengukuran tersebut.

23
F. Hasil Praktikum
Hasil Praktikum

Langkah 1
Gambar Rangkaian
Langkah 2
Naikkan tegangan yang mengalir pada gate dengan mengatur potensio
sampai lampu menyala.
Ist (DC to Pada langkah praktikum, kami mengukur besar Ist. Setelah
DC) diukur besar nilai Ist yaitu 0,06mA

Ist = 0,06mA
IL Setelah mengukur Ist, kami mengukur besar nilai IL. Pada
praktikum kali ini, kami mengukur besar nilai IL secara 2x
yaitu dengan menggunakan LED (DC) dan menggunakan
Lampu (AC).

IL dengan LED (DC) = 0,97mA


IL dengan Lampu (AC) = 0,79mA

Langkah 3

Tampilkan tegangan jatuh pada lampu menggunakan osiloskop

Tegangan
Jatuh
(DC to AC)

34,8 Vpp

24
Tegangan DC to DC = Searah, maka hanya garis lurus (0V)
Jatuh
(DC to DC)
Langkah 4

Buka saklar, kemudian perhatikan apa yang terjadi pada lampu.

Lampu Pada praktikum ini setelah kami membuka saklar maka yang
(DC to AC) terjadi pada lampu yaitu lampu mati.

LED Pada praktikum ini setelah kami membuka saklar maka yang
(DC to DC) terjadi pada LED yaitu terus menyala.

Tabel 1 Hasil Praktikum

F. Analisa
Analisa Perhitungan

Langkah 1
Gambar Rangkaian
Langkah 2
Naikkan tegangan yang mengalir pada gate dengan mengatur potensio
sampai lampu menyala.
Ist (DC to Tercantum pad data sheet, bahwa arus gate atau triggrt
AC) current (dalam kondisi ideal) adalah 200uA = 0,2mA

Ist = 0,2mA
Ist (DC to Tercantum pad data sheet, bahwa arus gate atau triggrt
DC) current (dalam kondisi ideal) adalah 200uA = 0,2mA

Ist = 0,2mA
IL (DC to Estimasi besar hambatan lampu.
AC) R=

R= =1800Ω

25
Maka menggunakan besar tegangan setengah gelombang
karena SCR (dalam kondisi ideal), besar I yang mengalir
pada lampu
= = 66,67mA

IL dengan Lampu (AC) = 66,67mA

IL (DC to IL =
DC) , ,
IL = = 14,6mA

IL dengan LED (DC) = 14,6mA

Langkah 3

Tampilkan tegangan jatuh pada lampu menggunakan osiloskop

Tegangan Tegangan jatuh pada lampu pada kondisi ideal akan


Jatuh (DC setengahnya dengan tegangan input AC (karena SCR
to AC) berperan sebagai dioda) sehingga 12VAC = 33,9Vpp

Tegangan 4,5V
Jatuh (DC
to DC)
Langkah 4

Buka saklar, kemudian perhatikan apa yang terjadi pada lampu.

Lampu Pada praktikum ini setelah kami membuka saklar maka yang
(DC to AC) terjadi pada lampu yaitu lampu mati.

LED (DC Pada praktikum ini setelah kami membuka saklar maka yang
to DC) terjadi pada LED yaitu LED tetap menyala.

Tabel 2 Hasil Perhitungan

26
Hasil Simulasi

Langkah 1
Gambar Rangkaian
Langkah 2
Naikkan tegangan yang mengalir pada gate dengan mengatur potensio sampai
lampu menyala.

Ist (DC to Pada simulasi menggunakan Ni multisim, kami mengukur


AC) besar Ist. Setelah diukur besar nilai Ist yaitu 1.987mA.

Ist AC = 1.987mA
IL (DC to Setelah mengukur Ist, kami mengukur besar nilai IL. Pada
AC) praktikum kali ini, kami mengukur besar nilai IL secara 2x
yaitu dengan menggunakan LED (DC) dan menggunakan
Lampu (AC). Pada hasil simulasi besar IL AC yaitu
141.035mA.

IL dengan Lampu (AC) = 141.035mA

27
Ist (DC to Pada simulasi menggunakan Ni multisim, kami mengukur
DC) besar Ist. Setelah diukur besar nilai Ist yaitu 1.715mA.

Ist DC = 1.715mA
IL (DC to Setelah mengukur Ist, kami mengukur besar nilai IL. Pada
DC) praktikum kali ini, kami mengukur besar nilai IL secara 2x
yaitu dengan menggunakan LED (DC) dan menggunakan
Lampu (AC). Pada hasil simulasi besar IL DC yaitu
6.574mA.

IL dengan LED (DC) = 6.574mA

Langkah 3

Tampilkam tegangan jatuh pada lampu menggunakan osiloskop

Tegangan
Jatuh (DC to
AC)

67,8 Vpp

28
Tegangan
Jatuh (DC to
DC)

0V
Langkah 4

Buka saklar, kemudian perhatikan apa yang terjadi pada lampu.

Lampu Pada praktikum ini setelah kami membuka saklar maka yang
terjadi pada lampu yaitu lampu mati.

LED Pada praktikum ini setelah kami membuka saklar maka yang
terjadi pada LED yaitu terus menyala.

Tabel 3 Hasil Simulasi

29
Perbandingan antara Hasil Praktikum, Analisa Perhitungan dan Simulasi
Tegangan Tegangan
IL (DC IL (DC to Jatuh Jatuh LED
Rvariabel Ist Lampu
to DC) AC) (DC to (DC to
AC) DC)
Praktikum 1,9Ω 0,06mA 0,97mA 0,79mA 34,8Vpp 0Vpp Mati Nyala

Perhitungan 1kΩ 0,2mA 14,6mA 66,67mA 33,9Vpp 4,5 Vpp Mati Nyala

Simulasi 1kΩ 1.987mA 6.574mA 141.035mA 67,8Vpp 0Vpp Mati Nyala

Tabel 4 Hasil Perbandingan

Analisa : Hasil praktikum, perhitungan, dan simulasi untuk nilai R adapun perbedaan yang sedikit
terdapat pada saat praktikum yang di sebabkan oleh toleransi pada komponen-komponen elektronika.
Sementara untuk tegangan saat di beri arus DC nilai yang keluar hanya terdapat pada saat perhitungan
sementara saat praktikum dan simulasi nilai tidak keluar. Karena perhitungan dan simulasi merupakan
kondisi ideal dari suatu rangkaian . Analisis mengenai perbedaan antara perhitungan dan pengukuran
dikemukakan dalam suatu jurnal yang berjudul Experimental Errors and Uncertainty yang di tulis
oleh Carlson G.A yang menyatakan bahwa tidak ada suatu besaran fisik yang bisa diukur dengan
kepastian yang sempurna, pasti akan selalu ada error tersebut sekecil mungkin.

Adapun saat arus DC pada gate tidak bisa mengendalikan AC dikarenakan SCR tidak bisa switch.
Bisa terlihat pada tabel di atas.

G. Kesimpulan
Dari data di atas, kita dapat mengetahui karakteristik kerja dari SCR. Yaitu dengan mengatur
tegangan di naikan secara perlahan maka menyebabkan pemutusan pada Rangkaian tersebut dan
nilai Arusnya terbaca.SCR akan menghantar jika pada terminal gate diberi pemicuan yang berupa
arus dengan tegangan positip dan SCR akan tetap on bila arus yang mengalir pada SCR lebih besar
dari arus. Lalu pada rangkaian tersebut sumber DC pada gate tidak bisa mengendalikan AC pada
SCR. Karena SCR tidak bisa switch.

30
LAMPIRAN

31
REFERENSI
 http://putra1998.blogspot.co.id/2015/02/aplikasi-thyristor-dan-scr.html
 http://elektronika-dasar.web.id/definisi-kapasitor/
 http://www.hoo-tronik.com/2012/12/pengenalan-resistor-dan-hambatan-arusnya.html
 http://www.geocities.ws/nerdi/multimeter_atau_avo_meter.html
 http://bagi-ilmu-elektronika.blogspot.co.id/2015/04/teori-transistor-jenis-simbol-
fungsi-dan-karakteristik.html
 http://teknikelektronika.com/pengertian-power-supply-jenis-catu-daya/
 Albert Paul, Malvino. Prinsip-Prinsip Elektronika Jilid 1 & 2, Edisi Pertama, Penerbit:
Salemba teknika, Jakarta 2003
 http://www.nulis-ilmu.com/2015/05/mengenal-komponen-resistor-variabel.html
 http://alaananasir.blogspot.co.id/2013/06/laporan-praktikumrelay-scrtriac.html

32

Anda mungkin juga menyukai