AIR
Kebutuhan akan air didunia dewasa ini terus meningkat. Padahal penyediaan air dari
aliran sungai makin lama makin berkurang sebab kemampuan hutan dan tanah untuk
menahan air hujan semakian berkurang pula. Sementara kuantitas air dari aliran sungai di
daratan terus berkurang, kualitas air di daratan menunjukkan kecenderungan untuk turun.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan turunnya kualitas dan kuantitas air tersebut
adalah :
Dengan menurunnya kualitas dan kuantitas pada lingkungan perairan dapat dikatakan
bahwa lingkungan perairan mengalami kerusakan atau disebut pencemaran. Definisi
pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup No. KEP-02/MENKLH/I/1988 tentang penetapan baku mutu lingkungan adalah:
masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam
air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau
sudah tidak berfungsi lagi dengan peruntukannya (pasal 1). Sedangkan dalam pasal 2
disebutkan, air pada sumber air menurut kegunaan/ peruntukannya digolongkan menjadi:
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air
minum dan keperluan rumah tangga.
3. Golongan C, yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan
dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan listrik negara
1
Telah banyak usaha yang dilakukan untuk menanggulangi masalah lingkungan baik
yang dilakukan secara internasional, regional, dan lokal. Hal ini menunjukkan bahwa
manusia sudah makin sadar akan adanya bahaya yang mengerikan dari kerusakan
lingkungan akibat pencemaran yang semakin parah. Sehingga untuk mengatasi masalah
pencemaran pada lingkungan perairan ada beberapa parameter yang harus diperhatikan
yaitu :
2
dioksida, air, dan ammonia juga dapat dilakukan dengan metode aerasi sampel
air uji pada botol winkler.
Keberadaan kadar oksigen kimia atau COD (Chemical Oxygen Demand) yang
didasarkan atas kenyataan bahwa hampir semua senyawa organik dapat
dioksidasi dengan bantuan oksida terkuat dalam kondisi asam. Selama
penetapan COD, bahan-bahan organik akan diubah menjadi CO2 dan air tanpa
melihat kemampuan asimilasi secara biologis terhadap bahan-bahan tersebut.
Adapun penetapan COD dapat dilakukan dengan metode permanganat atau
metode bikromat.
Keberadaan logam alkali tanah yaitu logan kalsium dan magnesium dalan
bentuk ionnya yang bersenyawa dengan sulfat, klorida, kromat, dan bikromat
dalam lingkungan perairan dapat menyebabkan sifat kesadahan. Metode yang
digunakan untuk mengukur kesadahan adalah dengan titimetri dengan larutan
standar EDTA serta indikator EBT atau Maurexide pada pH tertentu.
Kandungan logam berat dalam perairan dapat berupa besi. Perairan yang yang
mengandung besi bila kontak dengan udara akan menjadi keruh dan terlihat
tidak menyenangkan karena terbentuknya endapan koloid ion besi(III) dalam
air akibat oksidasi yang terjadi. Metode yang digunakan untuk menetapkan
kadar besi yaitu secara spektofotomerti berdasarkan pembentukan senyawa
kompleks besi(II)-1,10-fenantrolin. Pada pembentukan senyawa kompleks ini
biasanya ditambahkan senyawa hidroksilamin hidroklorida sebagai reduktor
yang akan mereduksi ion besi(III) menjadi besi(II). Sedangkan untuk
pengaturan pH ditambahkan senyawa natrium asetat.
Keberadaan Ion sulfat dapat menyebabkan kesadahan air yang berupa
kesadahan tetap dan menyebabkan turunnya kualitas air. Metode yang
digunakan untuk menentukan kadar sulfat yaitu metode turbidimetri dengan alat
spektofotometri sinar tampak. Metode tersebut berdasarkan kenyataan bahwa
BaSO4 cenderung membentuk endapan koloid dengan hadirnya larutan NaCl
dan HCl. BaSO4 mempunyai kelarutan dalam air kira-kira 3 ppm pada
temperatur biasa. Kelarutan ini bertambah dengan adanya asam-asam mineral
karena terbentuk ion hidrogen sulfat.
3
Keberadaan ion nitrit, nitrit merupakan bentuk nitrogen yang teroksidasi, nitrit
biasanya tidak bertahan lama dan merupakan keadaan sementara..Penetapan
nitrit dapat menggunakan metode spektofotometer dengan bantuan asam
sulfanilat, dan 1-naftilamine. Dalam suasana asam, nitrit akan bereaksi dengan
pereaksi nitrit (asamsulfanilat + nafilamin) membentuk senyawa diazo yang
berwarna merah-ungu. Warna yang terjadi diukur menggunakan
spektofotometer.
4
BAB II
TITRIMETRI
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti,
dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di
capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang
spesifik pada berbagai perubahan pH.
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara
zat yang dianalisis dan larutan standar.
Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang
menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.
Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir
titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis
pada suatu senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik ekuivalen ini tidak dapat diamati, karena
itu perlu bantuan senyawa lain yang dapat menunjukkan saat titrasi harus dihentikan.
Senyawa ini dinamakan indicator
5
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara
kimia maupun secara fisika.
4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika.
Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.
Alat-alat yang digunakan pada analisa titrimetri ini adalah sebagai berikut :
1. Alat pengukur volume kuantitatif seperti buret, labu tentukur, dan pipet volume
yang telah di kalibrasi.
2. Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti atau baku primer
dan sekunder dengan kemurnian tinggi.
3. Indikator atau alat lain yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
6
Reduksimetri adalah titrasi redoks dimana larutan baku yang digunakan
bersifat sebagai reduktor. Yang termasuk titrasi reduksimetri adalah :
Iodometri, larutan bakunya : Na2S2O3 . 5H2O
c. Reaksi Pengendapan (presipitasi) Yang terjadi adalah reaksi penggabungan ion
yang menghasilkan endapan/ senyawa yang praktis tidak terionisasi. Yang
termasuk titrasi pengendapan adalah :
Argentometri, larutan bakunya : AgNO3
Merkurimetri, larutan bakunya : Hg(NO3)2/ logam raksa itu sendiri.
d. Reaksi pembentukan kompleks
Titrasi kompleksometri digunakan untuk menetapkan kadar ion-ion alkali dan
alkali tanah/ ion-ion logam. Larutan bakunya : EDTA
7
BAB III
ASIDITAS
Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, asam-asam
lemak, dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada
alkalinitas, karena dua kontributor utamanya adalah CO2 dan H2S merupakan larutan
volatile yang segera hilang dari sample.(Syafila, Mindriany)
Asam kuat seperti H2SO4 dan HCl dalam air dikenal dengan istilah “asam mineral
bebas” (free mineral acid). “Acid Mineral Water” mengandung asam mineral bebas dalam
konsentrasi yang harus diperhitungkan. (Manahan,Stanley).
Reaksi-reaksi yang terjadi :
H+ + OH- → H2O
CO2 + OH- → HCO3-
HCO3- + H+ → H2O + CO2
8
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
PRODI D III ANALIS KESEHATAN
STIKES NASIONAL SURAKARTA
A. Sampel Nomor : 1
B. Kimia Air
Data titrasi kimia air
Vol. Sampel Nama
No Bahan/Zat Vol.Titran (mL) Paraf
(mL) Lar.Standar
1 Asiditas 10,0 NaOH 0,0475N 5,00
2 Asiditas 10,0 NaOH 0,0475N 5,10
3 Asiditas 10,0 NaOH 0,0475N 5,00
Pengenceran Sampel: -
C. Data Pembakuan (Standarisasi)
Prosedur
BM = 126,07
= 3,15175 gr
Val =2
9
Perhitungan Pembakuan
3,15175 𝑋 2
= 0,0500 N
126,07
2. Normalitas/Molaritas St.Sekunder
N1= N H2C2O4.2H2O = 0,0500N
V1 = V H2C2O4.2H2O = 10,0 ml
N2 = N NaOH = ?
V2 = V NaOH = 10,53 ml
N1 X V1=N2 X V2
0,0500X10,0 = N2X10,53
N2= 0,0475 N
10
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
PRODI D III ANALIS KESEHATAN
STIKES NASIONAL SURAKARTA
Sampel no : 1
1. Penetapan Kadar
Asiditas
2. Metode
Alkalimetri
3. Prinsip Penetapan
Penetralan Asam-Basa, sejumlah tertentu sampel air dititrasi pertama-tama oleh standar
NaOH dengan indicator fenolphalein dari tidak berwarna menjadi merah muda pucat.
4. Reaksi Kimia
CO22- + 2NaOH → Na2CO3 + 2H2O
Na2CO3 + CO3 + 2H2O → 2NaHCO3
5. Prosedur Pemeriksaan
a. Pipet 10,0ml sampel air, masukkan dalam Erlenmeyer
b. Tambahkan 1-2 tetes indicator PP (fenolftalein) 1%
c. Titrasi dengan larutan NaOH 0,0475 N dari tidak berwarna hingga berwarna merah
muda konstan
Indikator yang dipakai : PP (fenolftalein) 1 % rentang pH 8.2-10.0
Perubahan Warna : Tidak berwarna menjadi merah muda konstan
6. Data Percobaan
No Bahan/Zat Vol.Sampel (ml) Larutan standar Vol.titran (ml)
7. Perhitungan
Rumus =
1000𝑋 𝑁. 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑋 𝑣𝑜𝑙. 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛
𝑣𝑜𝑙. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
11
1000𝑋 0,0475 𝑋 5,00
= 23,75 mgrek/L
10,0
8. Kadar Rata-Rata
23,75 + 24,225 + 23,75
𝑥=
3
= 23,90833
= 23,91 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝐿
9. Kesimpulan
Dalam sampel no 1 yang diperiksa, kadar Asiditas sampel adalah 23,91 mgrek/L
12
BAB IV
ALKALINITAS
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa menurunkan
pH larutan. Alkalinitas terdiri dari ion-ion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO3-) dan
hidroksida (OH-) yang merupakan buffer terhadap pengaruh pengasaman. Alkalinitas
diperlukan untuk mencegah terjadinya fluktuasi pH yang besar, selain itu juga merupakan
sumber CO2 untuk proses fotosintesis fitoplankton. Nilai alkalinitas akan menurun jika
aktifitas fotosintesis naik, sedangkan ketersediaan CO2 yang dibutuhkan untuk fotosintesis
tidak memadai. Sumber alkalinitas air tambak berasal dari proses difusi CO2 di udara ke
dalam air, proses dekomposisi atau perombakan bahan organik oleh bakteri yang
menghasilkan CO2, juga secara kimiawi dapat dilakukan dengan pengapuran secara merata
di seluruh dasar tambak atau permukaan air .Jenis kapur yang biasa digunakan adalah
CaCO3 (kalsium karbonat), CaMg(CO3)2 (dolomit), CaO (kalsium oksida), atau Ca(OH)2
(kalsium hidroksida). Alkalinitas dinyatakan dalam mg CaCO3/liter air (ppm).
Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung pertumbuhan
alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan :
a. Pengaruh sistem buffer dari alkalinitas;
b. Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organik. Sehingga alkalinitas
diukur sebagai factor kesuburan air.
Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu
menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai
besaran yang menunjukkan kapasitas pem-buffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap
tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan
bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH.
Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/L) kalsium karbonat (CaCO3). Air
dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan
air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas
sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai
alkalinitas diatas 20 ppm (Dewi, 2007).
13
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
PRODI D III ANALIS KESEHATAN
STIKES NASIONAL SURAKARTA
A. Sampel Nomor :1
B. Kimia Air
BM = 286,14
= 3,57675 gr
Val =2
14
Perhitungan Pembakuan
3,57675𝑋 2
= 0,0250 N
286,14
Normalitas/Molaritas St.Sekunder
N1= N Na2CO3.10H2O = 0,0250N
V1 = V Na2CO3.10H2O = 10,0 ml
N2 = N HCl = ?
V2 = V HCl = 10,80 ml
N1 X V1=N2 X V2
0,0250X10,0 = N2X10,80
N2= 0,0231 N
15
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
PRODI D III ANALIS KESEHATAN
STIKES NASIONAL SURAKARTA
Sampel no : 1
1. Penetapan Kadar
Alkalinitas
2. Metode
Asidimetri
3. Prinsip Penetapan
Penetralan Asam-Basa, sejumlah tertentu sampel air dititrasi oleh larutan standar HCl
dengan indicator fenolphalein dari tidak berwarna menjadi merah muda pucat.
Kemudian ditambahkan indicator metil orange kemudian dititrasi kembali dengan
larutan standar HCl dari warna kuningt menjadi jingga
4. Reaksi Kimia
OH- + HCl → H2O + Cl-
CO3 + 2HCl → H2O + CO2 + 2Cl-
HCO3 - + HCl → H2O + CO2 + Cl-
5. Prosedur Pemeriksaan
a. Pipet 10,0ml sampel air, masukkan dalam Erlenmeyer
b. Tambahkan 3 tetes indicator PP (fenolftalein) 1%
c. Titrasi dengan larutan HCl 0,0231 N dari tidak berwarna hingga berwarna merah
muda konstan
d. Tambahkan 3 tetes indicator MO (Metyl Orange)
Indikator yang dipakai : PP (fenolftalein) 1 % rentang pH 8.2-10.0
MO (Metyl Orange) . rentang pH 3.1 – 4.4
Perubahan Warna : Tidak berwarna menjadi merah muda konstan (PP)
Kuning menjadi jingga (MO)
6. Data Percobaan
Vol.Titran (mL)
Vol. Sampel Nama
No Bahan/Zat
(mL) Lar.Standar Terhadap Terhadap
PP 1% MO
1 Alkalinitas 10,0 HCl 0,0231N 3,90 8,20
2 Alkalinitas 10,0 HCl 0,0231N 3,70 7,80
3 Alkalinitas 10,0 HCl 0,0231N 3,70 7,70
16
7. Perhitungan
Rumus =
1000𝑋 𝑁. 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑋 𝑣𝑜𝑙. 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛
𝑣𝑜𝑙. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Terhadap PP 1%
Terhadap MO
8. Kadar Rata-Rata
Terhadap PP
9,009 + 8,547 + 8,547
𝑥=
3
= 8,701
= 8,70 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝐿
Terhadap MO
18,8265 + 17,9025 + 17,6715
𝑥=
3
= 18,1335
= 18,133 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝐿
17
9. Kesimpulan
Dalam sampel no 1 yang diperiksa, kadar Alkalinitas sampel terhadap PP adalah
8,70mgrek/L
Dalam sampel no 1 yang diperiksa kadar Alkalinitas terhadap MO adalah
18,13mgrek/L
18
BAB V
CHLORIDA
Klorida adalah ion dari atom unsur klorin. Klorin sendiri adalah atom dengan muatan
ion negatif yang mudah berikatan dengan unsur lain dengan pelepasan ion klorida
membentuk berbagai ikatan senyawa seperti potasium klorida atau sodium klorida
(garam).Klorin secara alami berbentuk gas yang beracun yang larut oleh air, baik dalam
alam maupun tubuh manusia, umumnya dalam wujud klorida. Kadar klorida dalam tubuh
sekitar 0,15%dari berat total tubuh dan utamanya ditemukan dengan sodium. Kurang dari
15% dari total klorida dalam tubuh berada di dalam sel dengan konsentrasi terbesar terdapat
pada sel darah merah.
Sebagai salah satu elektrolit penting, klorida bekerja sama erat dengan sodium dan
hidrogen (dalam bentuk hidroklorida) menghantarkan cairan tubuh. Dengan demikian
klorida berfungsi sebagai distribusi cairan tubuh serta menjaga keseimbangan kation (ion
positif) dan anion (ion negatif) dalam jaringan tubuh. Klorida mudah diserap di usus kecil
dan disingkirkan juga dengan mudah oleh organ ginjal. Apabila kondisi memerlukan
klorida, ginjal dapat menyimpannya guna menjaga keseimbangan dan regulasi kadar
keasaman tubuh. Klorida bersama potasium juga ditemukan dalam sistem pernafasan
manusia. Berkeringat berlebihan yang bisa membuang potasium tubuh juga ternyata
mengurangi kadar klorida secara signifikan. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya defisiensi
potasium dan klorida secara bersamaan.
Klorida paling mudah ditemukan dalam bentuk garam yang kita konsumsi dari
makanan ataupun tambahan garam waktu kita mengolah makanan. Garam dapur memiliki
kandungan klorida yang sangat tinggi, sekitar 6x lebih besar dari kebutuhan minimal
klorida manusia sudah dicukupi oleh keberadaan garam dalam pola makan normal sehari-
hari.
Khlorida terdapat dalam setiap air minum dan sumber air. Pada umumnya sebagai
garam netalik. Apabila dalam air minum terdapat natrium dan konsentrasi khlorida sebesar
200 mg/L, maka akan menyebabkan rasa air menjadi pahit. Penggunaan zeolit (zat penurun
kesadahan air) didalam sabun dapat menyebabkan khlorida dalam jumlah besar didalam air
limbah.
Khlorida didalam air ada dalam bentuk terikat atau bebas sebagai ion Cl-. Penetapan
khlorida sangat penting untuk penetapan zat organik selain itu kandungan khlorida yang
19
tinggi didalam air dapat menyebabkan rasa asin dan endapan korosif pada peralatan masak
dan dapat merusak pipa-pipa air juga dapat mematikan tanaman. Pada umumnya air
buangan mengandung khlorida lebih tinggi dibandingkan dengan air tanah karena sudah
terkontaminasi, konsentrasi khlorida maksimum menurut SNI 06-6989.22-2004 adalah 300
mg/L ppm. Ketetapan ini hanyalah untuk mencegah perubahan rasa air dan bukan sebagai
pencegah bahaya fisik.
Untuk menghitung kadar khlorida dalam sampel air digunakan metode Mohr dengan
titrasi argentometri. Dalam titrasi argentometri digunakan larutan natrium klorida (NaCl)
sebagai larutan baku primer dan larutan AgNO3 sebagai larutan baku sekundernya. Titrasi
ini didasarkan pada pengendapan yang terbentuk antara ion Cl- dengan Ag+, sehingga
menghasilkan perubahan warna dari warna kuning menjadi merah bata.
20
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
PRODI D III ANALIS KESEHATAN
STIKES NASIONAL SURAKARTA
A. Sampel Nomor :1
B. Kimia Air
BM = 58,44
= 0,5844 gr
Val =1
21
Perhitungan Pembakuan
0,5844 𝑋 1
= 0,0100 N
58.44
Normalitas/Molaritas St.Sekunder
N1= N NaCl= 0,0100N
V1 = V NaCl = 10,0 ml
N2 = N AgNO3 = ?
V2 = V AgNO3 = 10,55 ml
N1 X V1=N2 X V2
0,0100X10,0 = N2X10,55
N2= 0,0095 N
22
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
PRODI D III ANALIS KESEHATAN
STIKES NASIONAL SURAKARTA
Sampel no : 1
1. Penetapan Kadar
Chlorida
2. Metode
Argentometri Mohr
3. Prinsip Penetapan
Pada suasana netral K2CrO4 dapat menjadi indicator pada titik akhir titrasi AgNO3
dengan Chlorida. AgCl akan terendapkan secara kuantitatif sebelum terbentu Ag2CrO4
yeng mengendap coklat merah.
4. Reaksi Kimia
Cl- + AgNO3 → AgCl ↓putih + NO3
K2CrO4 + 2 AgNO3 → Ag2CrO4 ↓coklat merah + NO3
5. Prosedur Pemeriksaan
a. Pipet 10,0ml sampel air, masukkan dalam Erlenmeyer
b. Tambahkan 2-3 tetes indicator K2CrO4
c. Titrasi dengan larutan AgNO3 0,0095 N sampai terbentuk endapan coklat merah
Indikator yang dipakai : K2CrO4 (Kalium Kromat) rentang pH 7.0-10.0
Perubahan Warna : larutan kuning menjadi endapan coklat merah
6. Data Percobaan
Vol. Sampel
No Bahan/Zat Nama Lar.Standar Vol.Titran (mL)
(mL)
1 Chlorida 10,0 AgNO3 0,0095N 9,30
2 Chlorida 10,0 AgNO3 0,0095N 9,20
3 Chlorida 10,0 AgNO3 0,0095N 9,20
7. Perhitungan
Kesetaraan = 1ml AgNO3 ≈ 0,3546 Cl-
Rumus =
1000𝑋 (𝑁. 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑋 𝑣𝑜𝑙. 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛)𝑋 3,546
𝑣𝑜𝑙. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑋 0,1
23
1000𝑋( 0,0095 𝑋 9,20)𝑋 3,546
= 309,9204 mg/L
10,0 𝑋 0,1
8. Kadar Rata-Rata
313,2891 + 309,9204 + 309,9204
𝑥=
3
= 311,0433
= 311,04 𝑚𝑔/𝐿
9. Kesimpulan
Dalam sampel no 1 yang diperiksa, kadar Clorida sampel adalah 311,04 mg/L
24
BAB VI
KESADAHAN
Kesadahan atau hardnees adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air.
Penyebabnya air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+ , Mg2+. Air sadah
adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air
dengan kadar mineral yang rendah. penyebanya air menjadi sadah adalah karena
adanya ion-ion Ca2+ , Mg2+. Atau dapat juga di sebabkan karena adanya ion-ion lain
dari polyvalent metal (logam bervariasi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam
bentuk garam sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil. Air sadah banyak
di jumpai di daerah pegunungan kapur atau di daerah pesisir pantai. Jenis sumber
air yang banyak mengandung sadah adalah air tanah khususnya air tanah dalam.
Kesadahan air adalah kemampuan air mengendapkan sabun, dimana sabun diendapkan
oleh ion-ion Ca2+dan Mg2+ (khususnya Ca2+), maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai
sifat / karakteristik air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ionCa2+dan Mg2+,
yang dinyatakan sebagai CaCO3. Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan
magnesium dikenal sebagai “air sadah”,atau air yang sukar untuk dipakai
mencuci(Atastina. dkk, 2005:1).
Air sadah tidak baik untuk mencuci karena ion-ion Ca2+dan Mg2+ akan berikatan
dengan sisa asam karboksilat pada sabun dan membentuk endapan sehingga sabun tidak
berbuih.
Sifat Kesadahan
Terdapat dua sifat kesadahan, yakni sebagai berikut:
1. Kesadahan sementara
Kesadahan sementara merupakan kesadahan yang mengandung ion bikarbonat
(HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat
(Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2) Air yang mengandung
ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah sementara karena
kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air tersebut
terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+. Dengan jalan pemanasan senyawa-senyawa
tersebut akan mengendap pada dasar ketel.
Reaksinya:
25
Ca(HCO3)2 → dipanaskan → CO2 (gas) + H2O (cair) + CaCO3 (endapan)
Mg(HCO3)2 → dipanaskan → CO2 (gas) + H2O (cair) + MgCO3 (endapan)
2. Kesadahan Tetap
Kesadahan tetap adalah kesadahan yang mengadung anion selain ion bikarbonat,
misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh
jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat
(CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan
magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung senyawa-senyawa tersebut
disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan
cara pemanasan. Untuk membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus dilakukan
dengan cara kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia
tertentu.
Kesadahan tetap dapat dikurangi dengan penambahan larutan soda- kapur (terdiri
dari larutan natrium karbonat dan magnesium hidroksida) sehingga terbentuk
endapan kaslium karbonat (padatan/endapan) dan magnesium hidroksida
(padatan/endapan) dalam air.
Ketika kesadahan kadarnya adalah lebih besar dibandingkan penjumlahan dari kadar
alkali karbonat dan bikarbonat, yang kadar kesadahannya eqivalen dengan total kadar alkali
disebut kesadahan karbonat; apabila kadar kesadahan lebih dari ini disebut kesadahan non-
karbonat.
Ketika kesadahan kadarnya sama atau kurang dari penjumlahan dari kadar alkali
karbonat dan bikarbonat, semua kesadahan adalah kesadahan karbonat dan kesadahan
nonkarbonat tidak ada. Kesadahan mungkin terbentang dari nol ke ratusan miligram per
liter, bergantung kepada sumber dan perlakuan dimana air telah subjeknya.
26
lebih banyak dan juga berfungsi mencegah terbentuknya kerak pada dinding pipa yang
disebabkan oleh endapan kalsium karbonat (CaCO3).
1. Proses pelunakan air melalui pengendapan
Pada proses ini keadaan harus dibuat sedikit jenuh, karena dalam keadaan tidak
jenuh terjadi reaksi yang mengakibatkan karat terhadap pipa.Kerak tipis akibat
keadaan sedikit jenuh itu justru melindungi dinding dari kontak dengan air yang
tidak jenuh (agresif). Ion Mg2+ akan bereaksi dengan OH- membentuk garam yang
terlarut sampai batas kejenuhan dan mengendap sebagai Mg(OH)2 bila titik
kejenuhan dilewati.
Proses pengendapan dapat dipercepat dengan menggunakan tawas. Tawas
menurunkan pH larutan dan merubah perbandingan CO2n/HCO3-, sehingga
diperlukan tambahan untuk menetralkan larutan tersebut. Pengendapan air sadah
dapat juga dilakukan dengan menggunakan soda (Na2CO3) dan kapur Ca(OH)2,
sehingga ion-ion Ca2+ dan Mg2+ dapat diendapkan.
27
membersihkan kerak/endapan dalam thermos dapat diatasi dengan
pemberian/perendaman dengan larutan garam dapur (NaCl) jenuh.
28
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
PRODI D III ANALIS KESEHATAN
STIKES NASIONAL SURAKARTA
A. Sampel Nomor :1
B. Kimia Air
29
Perhitungan Pembakuan
2,2448
= 0,0100 N
246,48
Normalitas/Molaritas St.Sekunder
M1= M ZnSO4.7H2O = 0,0100N
V1 = V ZnSO4.7H2O = 10,0 ml
M2 = M Na2EDTA = ?
V2 = V Na2EDTA = 6,80 ml
M1 X V1=M2 X V2
0,0100X10,0 = M2X6,80
M2= 0,0147 M
30
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
PRODI D III ANALIS KESEHATAN
STIKES NASIONAL SURAKARTA
Sampel no : 1
1. Penetapan Kadar
Kesadahan Total
2. Metode
Kompleksometri
3. Prinsip Penetapan
Kadar kesadahan total ditentukan dengan cara titrasi langsung menggunaan Na2EDTA
pada pH 10 menggunakan indicator EBT
4. Reaksi Kimia
Ca2+ + EBT → CaEBT
CaEBT + EDTA → CaEDTA + EBT
5. Prosedur Pemeriksaan
a. Pipet 10,0ml sampel air, masukkan dalam Erlenmeyer
b. Tambahkan 2ml buffer pH 10
c. Tambahkan 2-3 tetes indicator EBT
d. Titrasi dengan larutan Na2EDTA 0,0147 N dari merah anggur menjadi biru terang
Indikator yang dipakai : EBT (Eriochrome Black T) rentang pH 7.0-11.0
Perubahan Warna : merah anggur menjadi biru terang
6. Data Percobaan
Vol. Sampel
No Bahan/Zat Nama Lar.Standar Vol.Titran (mL)
(mL)
1 Kesadahan 10,0 Na2EDTA 0.0147 N 7,40
Total
2 Kesadahan 10,0 Na2EDTA 0.0147 N 7,50
Total
3 Kesadahan 10,0 Na2EDTA 0.0147 N 7,50
Total
7. Perhitungan
Kesetaraan = 1ml Na2EDTA ≈ 100,08 kesadahan
Rumus =
1000𝑋 (𝑁. 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑋 𝑣𝑜𝑙. 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛)𝑋 100,08
𝑣𝑜𝑙. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑋 1
31
1000𝑋( 0,0147 𝑋 7,40)𝑋 100,08
=1088,67024 mg/L
10,0 𝑋 0,1
8. Kadar Rata-Rata
1088,67024 + 1103,382 + 1103,382
𝑥=
3
= 1098,47808
= 1098,48 𝑝𝑝𝑚
9. Kesimpulan
Dalam sampel no 1 yang diperiksa, kadar kesadahan total sampel adalah 1098,48 ppm
32
BAB VII
DO (DISOLVED OXIGEN)
Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari
fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat berperan
dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Untuk mengetahui
kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter
kimia seperti oksigen terlarut (DO). Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen ) maka
kualitas air semakin baik.jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan
bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi
Besarnya kandungan oksigen diperairan berhubungan dengan parameter perairan
lainnya seperti apabila suhu tinggi maka kandungan DO turun, apabila tekanan naik maka
DO turun, apabila salinitas naik maka DO turun, dan apabila tingkat kejenuhan perairan
naik maka kandungan oksigen terlarut yang ada pada air akan turun.
Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh
semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu,
oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari
udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut.
Kecepatan difusi oksigen dari udara tergantung dari beberapa faktor seperti kekeruhan
air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arcs, gelombang dan pasang
surut. bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu
dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaaan, kadar
oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antar air dengan udara bebas serta
adanya proses fotosintesis.
Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut,
karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak
digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik. Keadaan
oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD, semakin tinggi BOD semakin rendah
oksigen terlarut. Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada
lems, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif
33
lebih sedikit dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak. Kandungan oksigen terlarut
(DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa
beracun. Idealnya, kandungan oksigen terlarut dan tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama
waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %.
Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer
(sekitar 35%) dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Difusi oksigen
dari atmosfer ke dalam air dapat terjadi secara langsung pada kondisi air diam (stagnant)
atau terjadi karena agitasi atau pergolakan massa air akibat adanya gelombang atau ombak
dan air terjun.
Kadar oksigen yang terlarut dalam perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu,
salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude)
serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil. Kadar oksigen
juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada percampuran
(mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah
(effluent) yang masuk ke badan air.
Oksigen terlarut akan menurun apabila banyak limbah, terutama limbah organik, yang
masuk ke perairan. Hal ini dikarenakan oksigen tersebut digunakan oleh bakteri-bakteri
aerobik dalam proses pemecahan bahan-bahan organik yang berasal dari limbah yang
mencemari perairan tersebut
34
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
PRODI D III ANALIS KESEHATAN
STIKES NASIONAL SURAKARTA
A. Sampel Nomor :1
B. Kimia Air
35
Perhitungan Pembakuan
0,7133𝑋6
= 0,0200 N
214
Normalitas/Molaritas St.Sekunder
N1= N KIO3 = 0,0200N
V1 = V KIO3 = 10,0 ml
N2 = N Na2S2O3= ?
V2 = V Na2S2O3 = 10,20 ml
N1 X V1=N2 X V2
0,0200X10,0 = N2X10,20
N2= 0,0196 N
36
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
PRODI D III ANALIS KESEHATAN
STIKES NASIONAL SURAKARTA
Sampel no : 1
1. Penetapan Kadar
DO (Disolved Oxigen) / Oksigen Terlarut
2. Metode
Iodometri
3. Prinsip Penetapan
Penambahan larutan Mn2+ kedlam sampel pada suasana basa kuat dan adanya onsigen
terlarut akan mengosidasi secara cepat sejumlah ekivalen Mn(OH)2 yang terdispresi
akan menjadi MnO2 dengan valensi tinggi, adanya ion I- akan mengoksidasi MnO2
menjadi Mn(OH)2 yang bervalensi (II), kelebihan I2 dititrasi dengan larutan standar
Na2S2O3 menggunnaan indicator amylum 1%
4. Reaksi Kimia
37
6. Data Percobaan
Vol. Sampel
No Bahan/Zat Nama Lar.Standar Vol.Titran (mL)
(mL)
1 DO 107,7 Na2S2O3 0,0196 N 9,40
2 DO 107,7 Na2S2O3 0,0196 N 6,10
7. Perhitungan
Rumus =
(𝑁. 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑋 𝑣𝑜𝑙. 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛)𝑋 8000
𝑣𝑜𝑙. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
8. Kadar Rata-Rata
13,68542247 + 8,8809656453
𝑥=
3
= 11,2831094058
= 11,28 𝑝𝑝𝑚
9. Kesimpulan
Dalam sampel no 1 yang diperiksa, kadar Oksigen terlarut sampel adalah 11,28 ppm
38