Anda di halaman 1dari 15

SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

PENURUNAN NILAI ASET SESUAI PSAK 48 DAN CONTOH-CONTOH


APLIKASINYA DALAM PERUSAHAAN

OLEH KELOMPOK 8

ADE FIRDAUS 1610536020

HENDRIZAL 1610536051

ZULFITRI 1610536040

S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap aset yang dimiliki atau dikuasai oleh suatu perusahaan memiliki
potensi mengalami penurunan nilai, namun ada yang diatur sendiri dalam standar
aset terkait atau diatur umum dalam PSAK 48 tentang Penurunan. Penurunan nilai
atau impairment menjadi bahasa yang semakin populer dalam akuntansi saat
PSAK mengadopsi IFRS. Istilah impairment sudah lama dikenal dalam akuntansi
khususnya aset tetap. PSAK berbasis IFRS menggunakan istilah penurunan nilai
tak hanya untuk aset tetap tetapi juga untuk aset tak berwujud, goodwill, aset
keuangan dan juga investasi.

PSAK 48 tentang penurunan nilai aset menyatakan bahwa penurunan nilai


aset terjadi apabila jumlah tercatatnya (carrying amount) melebihi jumlah
terpulihkan (recoverable amount). Jumlah terpulihkan suatu aset atau unit
penghasil kas adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajarnya dikurangi
biaya pelepasan dengan nilai pakainya. Pada setiap akhir periode pelaporan,
entitas menilai apakah terdapat indikasi aset mengalami penurunan nilai. Jika
terdapat indikasi tersebut, maka entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset
tersebut, kemudian nilai tercatat yang aset lebih tinggi diturunkan ke nilai
terpulihkannya.

Dalam PSAK 16 yang membahas mengenai Aset tetap, disebutkan bahwa


Aset tetap yang diperoleh dinilai sebesar harga perolehan atau nilai revaluasi
terakhir dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan penurunan nilai. Penurunan
nilai disebutkan dalam paragraf yang membhas tentang pengukuran aset tetap.
Selanjutnya dalam PSAK 19 tentang aset tak berwujud menyebutkan hal yang
sama, bahkan disebutkan untuk goodwill tidak boleh lagi diamortisasi tetapi
diimpairment (diturunkan nilainya). Dalam PSAK 55 tidak menyebutkan
penyisihan piutang untuk piutang yang tidak dapat ditagih tetapi memberikan
istilah dalam bahasa yang umum sebagai penurunan aset keuangan.

Penurunan nilai (Impairment) diatur khusus dalam PSAK 48 yaitu tentang


penurunan nilai. Dalam PSAK 48 disebutkan bahwa penurunan nilai diterapkan
untuk semua aset kecuali tidak berlaku untuk beberapa aset yaitu persediaan
(PSAK 14), aset keuangan (PSAK 55), kontrak konstruksi (PSAK 34), kontrak
asuransi (PSAK 62), properti investasi yang diukur dengan nilai wajar (PSAK
13), aset tidak lancar dimiliki untuk dijual (PSAK 58) dan aset pajak tangguhan
(PSAK 46).

1.2 Rumusan masalah

Dalam pembahasan ini hanya membahas mengenai penurunan nilai yang


berlaku umum yang diatur dalam PSAK 48 tentang penuruan nilai aset. Dalam
makalah ini tidak menyoroti penurunan nilai yang berlaku dalam PSAK khusus.
Konsep penurunan nilai ini menjadi kerangka dasar akuntansi penurunan nilai,
namun untuk beberapa aset yang telah disebutkan di atas, penurunan nilai
menggunakan kaidah yang berbeda.

1.3 Tujuan

Sesuai dengan latar belakang dan pokok permasalahan yang telah


diuraikan maka tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui penurunan nilai
yang berlaku umum sesuai yang diatur dalam PSAK 48
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Penurunan Nilai


Penurunan nilai dari asset merupakan suatu kondisi di mana nilai tercatat
asset (carrying amount) melebihi jumlah terpulihkan (recoverable
amount).

1. Perbedaan dengan IFRS


PSAK 48 penurunan nilai aset telah megadopsi seluruh pengaturan dalam
IAS 36 impairment of assets per fektif 1 januari 2014, kecuali:
1. IAS 36 paragraf 2 (g) tentang ruang lingkup. PSAK 48 tidak
mengecualikan asset biologij karena IAS 41 agriculture.
2. IAS 36 paragraf 4 (a) tentang ruang lingkup yang mencakup entitas
anak. PSAK 48 memeberikan tambahan penjelasan entitas anak yang
dicatat dengan metode biaya dalam laporan keuangan tersendiri sesuai
dengan PSAK 4: Laporan keuangan tersendiri.
3. IAS 36 paragraf 5 tengtang ruang lingkup. PSAK 48 tidak
mengecualikan asset biologic karena IAS 41 agriculture belum diadopsi.
4. IAS 36 paragraf 12 (h) tentang sumber informasi penurunan nilai atas
entitas anak, entitas asosiasi dan pengendalian bersama entitas. PSAK
48 memberikan tambahan penjelasan entitas tersebut dicatat dengan
metode biaya dalam laporan keuangan tersendiri sesuai dengan PSAK 4:
Laporan keuangan tersendiri.
5. IAS 36 paragraf 12 (h) (i) tentang sumber informasi penurunan nilai
dalam laporan keuangan tersendiri tidak diadopsi. Hal ini terkait dengan
perbedaan pengaturan dalam PSAK 4: Laporan keuangan tersendiri
dibandingkan IAS 27 separate financial statement.
6. IAS 36 paragraf 139 tentang tanggal efektif dan ketentuan transisi.
7. IAS 36 paragraf 140 – 140 D tentang tanggal efektif dan ketentuan
transisi tidak diadopsi karena tidak relevan.
8. IAS 36 paragraf 140 E – 140 J tentang tanggal efektif dan ketentuan
transisi. Adopsi IAS 36 menjadi PSAK 48 telah menggunakan IAS 36
yang telah mengakomodir amandemen tersebut.
9. IAS 36 paragraf 140 E tentang tanggal efektif dan ketentuan transisi.
Opsi peberapan dini dihilangkan karena penerapan dini hanya dapat
dilakukan dengan tepat jika seluruh pengaturan dalam IFRS terkait
diadopsi secara bersamaan menjadi SAK.
10. IAS 36 apendik B tentang amandemen terhadap PSAK 16: asset tetap
tidak diadopsi karena tidak relevan.

2. Ruang lingkup
Pernyataan ini diterapkan untuk akuntansi penurunan nilai seluruh aset,
kecuali:
a. Persediaan (PSAK 14: Persediaan);
b. Aset yang timbul dari kontrak konstruksi (PSAK 34: Kontrak
Konstruksi);
c. Aset pajak tangguhan (PSAK 46: Pajak Pengahsilan);
d. Aset yang timbul dari imbalan kerja (PSAK 24: Imbalan
Kerja);
e. Aset keuangan yang termasuk dalam ruang limgkup
PSAK 55: Instruen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran;
f. Properti investasi yang diukur pada nilai wajar (PSAK:
Properti Investasi)
g. Biaya akuisisi tangguhan dan aset tak berwujud yang timbul
dari hak kontraktual asuradur berdasarkan kontrak asuransi
yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 62: Kontrak
Asuransi;
h. Aset tidak lancar (atau kelompok lepasan) yang
diklafisikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan
PSAK 58: Aset tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan
Operasi yang Dihentikan.

Pernyataan dalam PSAK 48 ini berlaku untuk aset keuangan yang


dikelompokkan sebagai investasi pada entitas anak dan ventura bersama yang
disajikan dengan metode biaya dalam laporan Keuangan tersendiri seperti yang
dijelaskan dalam PSAK 4: Laporan Keuangan Tersendiri.

3. Identifikasi Aset Yang Mengalami Penurunan Nilai


Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai apakah terdapat
indikasi aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut,
maka entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Terlepas
apakah terdapat indikasi penurunan nilai, entitas juga:
a. Menguji penurunan aset tak berwujud dengan masa manfaat tak
terbatas atau aset tak berwujud yang belum dapat digunakan, secara
tahunan, dengan membandingkan jumlah tercatatnya dengan jumlah
terpulihkannya. Pengujian penurunan nilai ini dapat dilakukan
kapan saja dalam suatu periode tahunan asalkan dilakukan pada
saat yang sama setiap tahunnya. Aset takberwujud yang berbeda dapat
diuji penurunan nilainya pada waktu yang berbeda. Akan tetapi, untuk
aset takberwujud yang baru diakui dalam periode tahunan berjalan,
aset takberwujud tersebut diuji penurunan nilai sebelum perode
tahunan berjalan berakhir.
b. Menguji penurunan nilai goodwill yang diperoleh dalam kombinasi
bisnis secara tahunan.

Perusahaan dapat mengindikasi terjadinya penurunan nilai. Informasi dari


sumber-sumber eksternal:
a. Terdapat indikasi yang dapat diobservasi bahwa nilai aset telah turun
secara signifikan selama periode tersebut lebih dari yang diperkirakan
sebagai akibat dari berjalannya waktu atau pemakain normal.
b. Perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi, atau
lingkup hukum tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat aset
dikaryakan, yang berdampak merugikan terhadap entitas, telah terjadi
selama periode tersebut, atau terjadi dalam waktu dekat.
c. Suku bunga pasar atau tingkat imbal hasil pasar lain atas investasi
telah meningkat selama periode tersebut, dan kenaikan tersebut
mungkin akan mempengaruhi tingkat diskonto yang digunakan
dalam menghitung nilai pakai aset dan menurunkan jumlah
terpulihkan aset secara material.
d. Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.

Informasi dari sumber-sumber internal:


a. Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset.
b. Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan
signifikan yang berdampak merugikan sehubungan dengan seberapa
jauh, atau cara, aset digunakn atau diperkirakan akan digunakan.
Rencana untuk melepas aset sebelum tanggal yang diperkirakan
sebelumnya, dan penilaian kembali umur manfaat aset dari
takterbatas menjadi terbatas.
c. Tedpat bukti dari pelaporan internal yang mengidentifikasi bahwa
kinerja ekonomik aset lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang
diperkirakan.

Bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa aset mungkin


mengalami penurunan nilai mencakup adanya:
a. Arus kas untuk memperoleh aset, atau kebutuhan kas selanjutnya
untuk pengoperasian atau pemeliharaan aset tersebut, yang secara
signifikan lebih tinggi dari yang dianggarkan sebelumnya;
b. Arus kas neto atau laba rugi operasi aktual dari aset yang lebih
buruk dari yang dianggarkan
c. Penurunan signifikan arus kas neto atau laba operasi yang
dianggarkan, atau kenaikan signifikan rugi yang dianggarkan, yang
bersal dari aset tersebut; atau
d. Rugi operasi atau arus kas keluar neto atas aset, ketika jumlah
periode bejalan digabungkan dengan jumlah yang dianggarkan untuk
masa depan.

B. Pengukuran Jumlah Terpulihkan


1. Pengukuran Jumlah Terpulihkan Aset Takberwujud dengan Manfaat
Umur Takterbatas
aset takberwujud dengan masa manfaat takterbatas diuji penurunan
nilainya setiap tahun dengan mebandingkan jumlah tercatatnya
dengan jumlah terpulihkannya. perhitungan rinci terkini atas jumlah
terpulihkan aset yang dilakukan periode terdekat sebelumnya dapat
digunakan dalam menguji penurunan nilai aset tersebut pada tahun
berjalan sepanjang seluruh kriteria berikut ini terpenuhi :
a. Jika aset takberwujud aset tidak menghasilkan arus kas masuk dati
penggunaan berkelanjutan yang sebagian besar indenpenden dari
aset atau kelompok aset lain dan karenanya diuji penurunan nilainya
sebagai bagian dari unit penghasil kas yang mencakup aset
takberwujud tersebut, maka aset dan liabilitas pembentuk unit
tersebut tidak berubah secara signifikan sejak penghitungan terkini
jumlah terpulihkan;
b. Penghitungan terkini jumlah terpulihkan menghasilakna suatu
jumlah yang melebihi jumlah tercatat aset dengan margin substansi;
dan
c. Berdasarkan analisis peristiwa yang telah terjadi dan keadaan yang
telah berubah sejak penghitungan terkini jumlah terpulihkan., kecil
kemungkinan bahwa penentuan jumlah terpulihkan saat ini akan
lebih kecil daripada jumlah tercatat

2. Nilai wajar dikurangi biaya pelepasan.


Biaya pelepasan aset, selain dari biaya yang telah diakui sebagai
liabilitas, adalah pengurang dalam menukur nilai wajar dikurangi
biaya pelepaasan. Contoh biaya tersebut adalah biaya hukum, materai
dan pajak transaksi sejenis, biaya pemindahan aset, danbiaya
ikremental lansung untuk menjadikan aset dalam kondisi siap dijual.
3. Nilai pakai.
Elemen-elemen berikut, tercemindalam penghitungan nilai pakai aset:
a. Estimasi arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan
diperoleh dari aset;
b. Harapan tentang kemungkinan variasi dari jumlah atau waktu
arus kas masa depan tersebut;
c. Nilai waktu uang, direspresentasikan oleh suku bunga pasar
bebas resiko yang berlaku;
d. Harga untuk menanggung ketidakpastian yang mendekat pada
aset; dan
e. Faktor lain, seperti ketidaklikuiditasan, yang akan
dipertimbangkan oleh pelaku pasar dalam menilai arusk kas
masa depan yang diharapakan entitas akan diperoleh dari aset
tersebut.

C. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN RUGI PENURUNAN NILAI


Rugi penurunan nilai terjadi apabila jumlah terpulihkan aset lebih kecil dari
pada jumlah tercatatnya, maka jumlah tercatat tersebut diturunkan menjadi
jumlah terpulihkan. Rugi penurunan nilai segera diakui dalam laba rugi kecuali
aset yang dinyatakan dalam jumlah revaluasian sesuai dengan pernyataan lain.

1. Unit Penghasil Kas dan Goodwil


Unit Penghasil Kas (UPK) asset adalah kelompok terkecil dari
asset yang termasuk asset tersebut dan menghasilkan arus kas
masuk yang independen dari asset atau kelompok asset lain. Jika
terdapat indikasi bahwa suatu asset turun nilainya, jumlah
terpulihkan diestimasi untuk asset individual. Jika tidak mungkin
mengestimasi jumlah terpulihkan asset individual, entitas
menentukan nilai terpulihkan dari UPK yang mana asset tercakup
(asset dari unit penghasil kas). Mengidentifikasi UPK memerlukan
pertimbangan tersendiri. Jika jumlah terpulihkan tidak dapat
ditentukan untuk asset individual, entitas mengidentifikasi agregasi
terendah atas asset yang menghasilkan arus kas masuk yang berdiri
sendiri. UPK diidentifikasi secara konsisten dari periode ke periode
untuk asset atau jenis asset yang sama, kecuali perubahan dapat
dijustifikasi.Jumlah terpulihkan dari suatu asset individual tidak
dapat ditentukan jika:
1. Nilai pakai asset tidak dapat diestimasi mendekati nilai
wajarnya dikurangi nilai biaya penjualan (contoh, apabila
arus kas masa depan dari penggunaan asset tidak dapat
diestimasikan menjadi tak berarti)
2. Asset tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen
dari kelompok asset lain.

Goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis sejak tanggal akuisisi


dialokasikan padas setiap unit penghasil kas pihak pengakuisisi, atau kelompok
unit penghasil kas yang diperkirakan memberikan manfaat dari sinergi kombinasi
bisnis tersebut, terlepas apakah aset atau liabilitas lain dari pihak yang
diakuisisi ditempatkan dalam unit atau kelompok unit tersebut. Setiap unit
atau kelompok unit yang memperoleh alokasi goodwill:

a. Merepresentasikan level terendah dalam entitas yang goodwill-


nya dipantau untuk tujuan manajemen internal; dan
b. Tidak lebih besar dari segmen operasi yang didefinisikan
dalam PSAk 5: Segmen Operasi paragraf 05 sebelum
penggabungan.

2. Rugi Penurunan Nilai Unit Penghasil Kas


Rugi penurunan nilai diakui unit penghasil kas (kelompok terkecil
dari unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill
atau aset korporat) jika, dan hanya jika, jumlah terpulihkan dari
unit tersebut (kelompok dari unit) lebih kecil dari jumlah
tercatatnya. Rugi penurujnan nilai dialokasikan untuk mengurangi
jumlah tercatat aset dari unit tersebut (kelompok dari unit) dengan
urutan sebagai berikut:
a. Pertama, untuk mengurangi jumlah tercatat atas setiap
goodwill yang dialokasikan pada unit penghasil kas
(kelompok lain); dan
c. Selanjutnya, ke aset lainya dari unit tersebut (kelompok
unit) dibagi prorata atas dasar jumlah tercatat setiap aset
dala unit tersebut (kelompok unit).
Dalam mengalokasikan rugi penurunan nilai entitas tidak
mengurangi jumlah tercatat aset dengan jumlah yang tertinggi dari:
a. Nilai wajarnya dikurangi biaya pelepasan (jika dapat
diukur);
b. Nilai pakainya (jika tidak dapat ditentukan); dan
Jumlah rugi penurunan nilai yang seharusnya dialokasikan pada
aset tersebut menjadi dialokasikan prorata pada set lain dari unit
(kelompok unit.

D. PEMBALIKAN RUGI PENURUNAN NILAI


Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai
yang telah diakui atas aset (selain goodwill) pada periode sebelumnya
mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah menurun, entitas
mempertimbangkan minimal indikasi berikut ini:

Informasi dari sumber eksternal


a. Terdapat indikasi yang dapat diobservasi bahwa nilai
aset meningkat secara signifikan selama periode.
b. Perubahan signifikan yang berdampak menguntungkan
bagi entitas telah terjadi selama periode, atau akan terjadi
dalam waktu dekat, dalam hal teknologi, pasar, kondisi
ekonomik maupun hukum tempat entitas beroperasi atau
psartempat aset itu digunakan.
c. Suku bunga pasar atau tingkat imbal hasil pasar lain atas
investasi telah menurun selama periode tersebut, dan
penurunan tersebut akan mempengaruhi tingkat diskonto
yang digunakan dalam menghitung nilai pakai aset sehingga
meningkatkan jumlah terpulihkan secara material.
Informasi dari sumber internal
a. Perubahan signifikan yang berdampak menguntungkan bagi
entitas telah terjadi selama periode, atau diharapkan akan
terjadi dalam waktu dekat, terkait bagaimana atau cara aset
tersebut digunakan atau diperkirakan untuk digunakan.
Perubahan ini termasuk biaya yang timbul selama periode
untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja aset atau
merestrukrisasi operasi di tempat aset tersebut tercakup
b. Bukti terdia dari pelaporan internal yang
mengidentifikasikan bahwa kinerja ekonomik aset lebih
baik atau akan lebih baik daripada yang diperkirakan.

1. Pembalikan Rugi Penurunan Nilai Aset individual

Jumlah tercatat aset yang meningkat selain goodwill yang


dapat ke pembalikan rugi penurunan nilai, tidak boleh
melebihi jumlah tercatat (neto setelah amortisasi atau
penyusutan) seandainya aset tidak mengalami rugi penurunan nilai
pada tahun-tahun sebelumnya. Pembalikan rugi penurunan nilai
atas aset selain goodwill diakui segera dlam laba rugi, kecuali
aset disajikan pada jumlah revaluasian dengan PSAK lain (sebagai
contoh, model revaluasian di PSAK 16: Aset Tetap). Setiap
pemulihan rugi penurunan nilai aset revaluasian diperlakukan
sebagai kanaikan revaluasi sesuai dengan PSAK terkait. Setelah
pembalikan rugi penurunan nilai diakui, penyusutan (amortisasi)
yang dibebankan atas aset tersebut disesuaikan pada periode masa
depan untuk menglokasikan jumlah tercatat aset yang direvisi,
dikurangi nilai residunya (jika ada), dengan dasar sistematik
selama sisa umur manfaatnya.

2. Pembalikan Rugi Penurunan Nilai Unit Penghasil Kas

Pembalikan rugi penurunan nilai unit pengjasil kas dialokasikan


pada aset dari unit tersebut (kecuali untuk goodwill) secara prorata
dengan jumlah tercatat aset tersebut. Peningkatan dalam jumlah
tercatat ini diperlakukan secara pembalikan rugi penurunan nilai
untuk aset individual dan diakui sesuai dengan paragraf 11. Dalam
mengalokasikan pembalikan rugi penurunan nilai unit penghasil
kas sesuai dengan paragraf 122, jumlah tercatat aset tidak boleh
dinaikkan diatas nilai yang terendah dari:

(a) Jumlah terpulihkan (jika dapat ditentukan); dan


(b) Jumlah tercatat yang telah ditentukan (amortisasi atas
penyusutan neto) seandainya tidak ada rugi penurunan nilai
yang telah diakui untuk aset tersebut pada periode
sebelumnya.
3. Pembalikan Rugi Penrunan Nilai Goodwill

Rugi penurunan nilai yang diakui atas goodwill tidak dapat


dibalik pada periode selanjutnya

E. PENGUNGKAPAN
Untuk setiap kelas aset, entitas mengungkapkan hal berikut ini:

a. Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi selama
periode dan pos laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
yang didalamnya tercakup rugi penurunan nilai.
b. Jumlah pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi
selama periode dan pos laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain yang didalamnya tercakup rugi penurunan nilai yang
dibalik.
c. Jumlah rugi penurunan nilai atas aset revalusian yang diakui dalam
penghasilan komprehensif lain selama periode.
d. Jumlah pembalikan rugi penurunan nilai atas aset revalusian yang
diakui dalam penghasilan komprehensif lain selama periode.

Kasus yang berhubungan dengan Penurunan Nilai

Perusahaan Melody melakukan reviu penurunan nilai dari beberapa aset


yang dimilikinya pada tahun 2010. Sebidang tanah yang bebas digunakan dicatat
pada nilai wajar dengan surplus revaluasi senilai Rp 50 juta, aset-aset lainnya
dicatat pada nilai historis dikurangi akumulasi depresiasi atau amortisasi.

Haril dari reviu sebagai berikut:

Nilai Wajar Value in Use Carrying


dikurangi Amount
Biaya Untuk
menjual
Tanah ( Nilai Wajar) 312.000.000 320.000.000 380.000.000
Bangunan (neto) 852.0000.000 890.000.000 860.000.000
Mesin (neto) 21.000.000 18.000.000 27.000.000

Berdasarkan informasi yang tersedia, aset yang mengalami penurunan nilai


adalah:

Recovable Carrying
Impairment
Amount Amount
Tanah ( Nilai Wajar) 320.000.000 380.000.000 60.000.000
Bangunan (neto) 890.000.000 860.000.000 -
Mesin (neto) 21.000.000 27.000.000 6.000.000

Adapun jurnal dari penurunan nilai diatas sebagai berikut:

Surplus Revaluasi 50.000.000


Rugi Penurunan Nilai 10.000.000
Tanah 60.000.000
Rugi Penurunan Nilai 6.000.000
Mesin 6.000.000

Penurunan Nilai UPK

PT Melati melakukan reviu penurunan nilai dari UPK X pada tahun 2011, berikut
ini aset yang dimiliki oleh PT Melati:

Nilai Tercatat
Goodwill 100.000.000
Aset Tetap (net) 300.000.000
Aset Tak Berwujud (net) 200.000.000
Properti Investasi (net) 250.000.000
Aset Keuangan pada nilai wajar 107.000.000
Persediaan 50.000.000
Piutang Dagang 130.000.000
Total 1.137.000.000

Setelah reviu penurunan nilai, PT Melati menemukan fakta bahwa nilai yang
dapat dipulihkan atas UPK X senilai Rp.800.000.000 termasuk properti investasi
senilai Rp.200.000.000.
Perhitungan penurunan nilai Unit Penghasil Kas

Carrying Allocated Recovable


amount after Impairment Amount
Impairment Loss
Loss
Goodwill 100.000.000 (100.000.000) -
Aset Tetap (net) 300.000.000 (112.200.000) 187.800.000
Aset Tak Berwujud 200.000.000 (74.800.000) 125.200.000
Properti Investasi 200.000.000 200.000.000
Aset Keuangan 107.000.000 - 107.000.000
Persediaan 50.000.000 - 50.000.000
Piutang Dagang 130.000.000 - 130.000.000
Total 1.087.000.000 (287.000.000) 800.000.000

Anda mungkin juga menyukai