Tugas Epid Ricko 2
Tugas Epid Ricko 2
Disusun oleh:
RICKO OKTAVIAN SAPUTRA
P1337430116044
3A
Fakta itu diketahui berdasarkan investigasi Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB)
sejak 2001 silam. Menurut kesimpulan KPBB, tingkat pencemaran udara di wilayah Serpong
rata-rata mencapai 1,8 hingga 6 mikrogram per meter kubik, atau sekitar 30 kali lipat dari
batasan dari organisasi kesehatan dunia, WHO, yakni hanya 0,2 mikrogram per meter kubik.
"Ini sudah sangat parah, karena WHO hanya membolehkan 0,2 saja," ujar Direktur Eksekutif
KPBB, Ahmad Safrudin, seusai Workshop 'Membangun Pengelolaan Daur Ulang Aki Bekas
Ramah Lingkungan' di Puspiptek Serpong, Tangsel, Senin (3/12/2018).
Ia menjelaskan, Kecamatan Serpong diapit oleh banyak wilayah yang terdapat peleburan
aki-aki bekas liar alias tak berizin. Di antaranya Cinangka, Lebak Wangi, Parung Panjang,
dan Cipondoh. Total tercatat sekitar 71 titik peleburan aki yang tersebar di wilayah
Jabodetabek. Sedangkan untuk wilayah Kota Tangsel belum ditemukan adanya peleburan
aki skala kecil.
"Sementara ini kami belum menemukan peleburan aki ilegal itu di Tangsel. Jadi memang
Serpong itu hanya wilayah yang terdampak saja ruang udaranya," ucapnya.
Investigasi yang dilakukan KPBB berlangsung selama tiga tahun sejak 2001. Pada 2004
baru diungkap ke publik mengenai temuan pencemaran udara yang berasal dari peleburan
aki bekas itu.
Untuk menguatkan hasil investigasi itu, selanjutnya pada tahun 2005 KPBB mengadakan
koordinasi dengan banyak pihak, termasuk Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) yang memiliki teknologi untuk mengetahui tingkat pencemaran udara di suatu
wilayah.
"Analisis berdasarkan data meteorologi BMKG menguatkan investigasi kita, bahwa memang
langit udara Serpong itu dikotori oleh zat-zat hasil peleburan aki bekas," sebutnya.
Timbal atau timbel merupakan unsur kimia yang memiliki nomor atom 82 berlambang Pb.
Efek yang ditimbulkan akibat menghirup timbal hasil pembakaran aki bekas tidak langsung
dirasakan saat itu juga. Namun kebanyakan, para pekerja yang terlibat aktivitas peleburan
aki bekas meninggal di usia yang relatif muda, yakni berkisar 30 hingga usia 40 tahun.
Dampak paling berisiko atas pencemaran udara melalui peleburan aki bekas secara liar
berada pada radius 100 meter dari tempat peleburan. Sedangkan yang berada di luar itu
hingga jarak 20 kilometer tidak terlalu berisiko tinggi meskipun dampaknya masih
berbahaya.
"Dampaknya bisa mengurangi intelektual, daya intelektual, IQ-nya bisa turun. Setidak-
tidaknya dia mengalami kesulitan belajar, pertumbuhan otak bagi balita bisa terganggu,
pertumbuhan janin dan balita bisa mengarah down syndrom, cacat mental dan bisa juga
menjadi cacat fisik," ucapnya.
Timbal mengandung racun bagi tubuh manusia. Zat itu bisa masuk ke dalam tubuh melalui
makanan dan minuman yang dikonsumsi, bahkan juga melalui udara, debu maupun air yang
terkontaminasi timbal.
Batas toleransi timbal di dalam darah manusia tidak boleh lebih dari 5 mikrogram per
desiliter. Parahnya, hasil penelitian terhadap masyarakat yang bermukim di sekitar area
peleburan aki bekas bisa mencapai 25 hingga 30 mikrogram per desiliter atau lebih dari
empat kali lipat dari ambang batas.
Solusi pencegahan atas pencemaran udara melalui peleburan aki bekas tak berizin itu tak
bisa dilakukan sepotong-sepotong, terutama terhadap keberadaan peleburan aki bekas
skala kecil yang tersebar di beberapa tempat.
"Jadi solusinya adalah, bagaimana mengajak pengelola peleburan aki bekas skala kecil itu
bergabung menjadi satu melalui koperasi. Untuk membuat pengelola yang resmi sesuai
standar teknologi itukan biayanya mahal, sekitar Rp30-40 miliar. Sementara mereka yang
liar ini hanya cukup modal Rp20 juta sudah bisa beroperasi," tukasnya.
Rumusan Masalah
Dengan mengadopsi teori yang dikemukakan oleh Blum, maka seseorang yang terinfeksi
HIV/AIDS dipengaruhi oleh:
1. Perilaku
Dalam artikel tersebut adalah kurangnya kesadaran dan pengetahuan akan bahaya
polusi yang ditimbulkan dari pembakaran aki bekas secara masal dan juga ilegal
tersebut.
2. Lingkungan
Dalam artikel tersebut faktor ekonomi menjadi alasan kuat masyarakat Tangerang
Selatan melakukan kegiatan peleburan aki secara liar/ilegal ini. Untuk membuat
pengelola yang resmi sesuai standart teknologi membutuhkan biaya yang mahal,
sekitar Rp 30-40 miliar, sementara dengan modal Rp 20juta rupiah penduduk
Tangerang Selatan sudah dapat beroperasi melakukan kegiatan peleburan aki bekas
secara ilegal.
3. Pelayanan Kesehatan
Pemerintah melakukan upaya preventif dengan cara mengajak pengelola peleburan
aki bekas skala kecil itu bergabung menjadi satu melalui koperasi yang diharapkan
dapat mengurangi jumlah kegiatan peleburan aki bekas secara ilegal.
4. Faktor Penduduk
Kurangnya lapangan kerja lain pada wilayah Tangerang Selatan yang mendorong
warga setempat melakukan kegiatan peleburan aki bekas secara ilegal.