Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi imunitas. Imunologi berasal
dari ilmu kedokteran dan penelitian awal akibat dari imunitas sampai penyakit. Sebutan
imunitas yang pertama kali diketahui adalah selama wabah Athena tahun 430 SM.
Thucydides mencatat bahwa orang yang sembuh dari penyakit sebelumnya dapat
mengobati penyakit tanpa terkena penyakit sekali lagi. Observasi imunitas nantinya
diteliti oleh Louis Pasteur pada perkembangan vaksinasi dan teori penyakit kuman. Teori
Pasteur merupakan perlawanan dari teori penyakit saat itu, seperti teori penyakit miasma.
Robert Koch membuktikan teori ini pada tahun 1891, untuk itu ia diberikan hadiah nobel
pada tahun 1905. Ia membuktikan bahwa mikroorganisme merupakan penyebab dari
penyakit infeksi. Virus dikonfirmasi sebagai patogen manusia pada tahun 1901 dengan
penemuan virus demam kuning oleh Walter Reed.

Imunologi membuat perkembangan hebat pada akhir abad ke-19 melalui perkembangan
cepat pada penelitian imunitas humoral dan imunitas selular. Paul Ehrlich mengusulkan
teori rantai-sisi yang menjelaskan spesifisitas reaksi antigen-antibodi. Kontribusinya pada
pengertian imunitas humoral diakui dengan penghargaan hadiah nobel pada tahun 1908,
yang bersamaan dengan penghargaan untuk pendiri imunologi selular, Elie Metchnikoff.

1.2.Rumusan masalah
a. Apa definisi sistem imun ?
b. Apa saja mekanisme pertahanan tubuh ?
1.3.Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana sistem imun didalam tubuh ini bekerja dalam melawan
benda asing yang masuk kedalam tubuh.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Definisi
Salah satu sistem terpenting yang terus menerus melakukan tugas dan kegiatan dan tidak
pernah melalaikan tugas-nya adalah sistem kekebalan tubuh atau biasa kita sebut dengan
sistem imun. Sistem ini melindungi tubuh sepanjang waktu dari semua jenis penyerang
yang berpotensi menimbulkan penyakit pada tubuh kita. Ia bekerja bagi tubuh bagaikan
pasukan tempur yang mempunyai persenjataan lengkap.

Setiap sistem, organ, atau kelompok sel di dalam tubuh mewakili keseluruhan di dalam
suatu pembagian kerja yang sempurna. Setiap kegagalan dalam sistem akan
menghancurkan tatanan ini. Sistem imun sangat sangat diperlukan bagi tubuh kita. Sistem
imun adalah sekumpulan sel, jaringan, dan organ yang terdiri atas :

1. Pertahanan pertama tubuh — Merupakan bagian yang dapat dilihat oleh tubuh dan
berada pada permukaan tubuh manusia sepeti kulit, air mata, air liur, bulu hidung,
keringat, cairan mukosa, rambut.
2. Pertahanan kedua tubuh — Merupakan bagian yang tidak dapat dilihat seperti timus,
limpa, sistem limfatik, sumsum tulang, sel darah putih/ leukosit, antibodi, dan
hormon.

Semua bagian sistem imun ini bekerja sama dalam melawan masuknya virus, bakteri,
jamur, cacing, dan parasit lain yang memasuki tubuh melalui kulit, hidung, mulut,
atau bagian tubuh lain. Sistem imun kita tersebar di seluruh tubuh dan tidak berada di
bawah perintah otak, tetapi bekerja melalui rangkaian informasi pada tiap bagian dari
sistem imun. Jumlah sel-sel imun lebih banyak 10 kali lipat dari sistem saraf dan
mengeluarkan empat puluh agen imun yang berbeda-beda untuk melindungi tubuh
dari penyakit. Sistem pertahanan tubuh pada manusia atau lebih kita kenal sebagai
sistem imun sering diartikan sebagai suatu efektor dalam menghalau ‘musuh’ yang
terdiri atas zat asing yang akan memasuki tubuh. Istilah “Imun” berasal dari suatu
istilah pada era Romawi yang berarti suatu keadaan “bebas hutang”. Dengan

2
demikian, sistem imun lebih tepat diartikan sebagai suatu sistem yang menjamin
terjalinnya komunikasi antara manusia dan lingkungan yaitu media hidupnya secara
setara dan tidak saling merugikan.

2.2.Mekanisme Pertahanan tubuh


Secara umum, sistem imun manusia dibagi menjadi 2, yaitu sistem imun alamiah
(innate/natural immunity) dan sistem imun adaptif (spesific immunity).
Sistem imun alamiah terdapat sejak kita lahir dan merupakan pertahanan pertama tubuh
terhadap masuknya zat-zat asing yang mengancam tubuh kita dimana sistem imun
alamiah ini terentang luar mulai dari air mata, air liur, keringan, bulu hidung, kulit,
selaput lendir, laktoferin dan asalm neuraminik (pada air susu ibu), sampai asam
lambung.

Di dalam cairan tubuh seperti air mata atau darah terdapat komponen sistem imun
alamiah (innate/natural immunity) antara lain terdiri atas fasa cair seperti IgA
(immunoglobulin A), Interferon, Komplemen, Lisozim, atau juga CRP (C-Reactive
Protein). Selain itu, fasa selular terdiri atas sel-sel pemangsa (fagosit) seperti sel darah
putih (PMN-Polimorfonuklear), sel-sel mononuklear (monosit dan makrofag) sel
pembunuh alamiah (natural killer), dan sel-sel dendritik.

Sedangkan pada sistem imun adaptif (spesific immunity) terdapat sistem dan struktur
fungsi yang lebih kompleks dan beragam. Sistem imun adaptif terdiri atas sub-sistem
seluler, yaitu keluarga sel limfosit T (T helper dan T sitotoksik) dan keluarga sel
mononuklear. Sub-sistem kedua yaitu sub-sistem humoral yang terdiri dari kelompok
protein globulin terlarut (fasa cair), yaitu Immunoglobulin G, A, M, D, dan E.
Immunoglobulin dihasilkan oleh sel limfosit B melalui proses aktivasi khusus yang
bergantung pada karakteristik antigen yang dihadapi. Secara berkesinambungan dalam
jalinan koordinasi yang harmonis, sistem imun, baik yang alamiah maupun adaptif,
senantiasa bahu-membahu menjaga keselarasan interaksi antara sistem tubuh manusia
dan media hidupnya (ekosistem).

Sistem imun adalah serangkaian molekul, sel dan organ yang bekerja sama dalam
mempertahankan tubuh dari serangan luar yang dapat mengakibatkan penyakit, seperti

3
bakteri,jamur dan virus. Kesehatan tubuh bergantung pada kemampuan sistem imun
untuk mengenali dan menghancurkankan serangan ini.

Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai:

1. Penangkal “benda” asing yang masuk ke dalam tubuh


2. Untuk keseimbangan fungsi tubuh terutama menjaga keseimbangan komponen
tubuh yang telah tua
3. Sebagai pendeteksi adanya sel-sel abnormal, termutasi atau ganas, serta
menghancurkannya.

Sistem imun menyediakan kekebalan terhadap suatu penyakit yang disebut imunitas.
Respon imun adalah suatu cara yang dilakukan tubuh untuk memberi respon terhadap
masuknya patogen atau antigen tertentu ke dalam tubuh.
Sistem pertahanan tubuh terbagi atas 2 bagian yaitu:

a. Pertahanan non spesifik, merupakan garis pertahan pertama terhadap masuknya


serangan dari luar. Pertahanan non spesifik terbagi atas 3 bagian yaitu :
1. Pertahanan fisik :kulit, mukosa membran
2. Pertahanan kimiawi: saliva, air mata, lisozim (enzim penghancur)
3. Pertahanan biologis: sel darah putih yang bersifat fagosit
(neutrofil,monosit,acidofil), protein antimikroba dan respon pembengkakan
(inflammatory).

4
Komponen imunitas non spesifik

Sistem imun non spesifik terdiri dari epitel (sebagai barrier terhadap infeksi),
sel-sel dalam sirkulasi dan jaringan, serta beberapa protein plasma.

1. Barrier epitel

Tempat masuknya mikroba yaitu kulit, saluran gastrointestinal, dan saluran


pernapasan dilindungi oleh epitel yang berfungsi sebagai barrier fisik dan
kimiawi terhadap infeksi. Sel epitel memproduksi antibodi peptida yang dapat
membunuh bakteri. Selain itu, epitel juga mengandung limfosit intraepitelial

5
yang mirip dengan sel T namun hanya mempunyai reseptor antigen yang
terbatas jenisnya. Limfosit intraepitelial dapat mengenali lipid atau struktur
lain pada mikroba. Spesifisitas dan fungsi limfosit ini masih belum jelas.
2. Sistem fagosit
Terdapat 2 jenis fagosit di dalam sirkulasi yaitu neutrofil dan monosit, yaitu
sel darah yang dapat datang ke tempat infeksi kemudian mengenali mikroba
intraselular dan memakannya (intracellular killing). Sistem fagosit dibahas
dalam bab tersendiri (Bab 6).
3. Sel Natural Killer (NK)
Sel natural killer (NK) adalah suatu limfosit yang berespons terhadap mikroba
intraselular dengan cara membunuh sel yang terinfeksi dan memproduksi
sitokin untuk mengaktivasi makrofag yaitu IFN-γ. Sel NK berjumlah 10% dari
total limfosit di darah dan organ limfoid perifer. Sel NK mengandung banyak
granula sitoplasma dan mempunyai penanda permukaan (surface marker)
yang khas. Sel ini tidak mengekspresikan imunoglobulin atau reseptor sel T.
Sel NK dapat mengenali sel pejamu yang sudah berubah akibat terinfeksi
mikroba. Mekanisme pengenalan ini belum sepenuhnya diketahui. Sel NK
mempunyai berbagai reseptor untuk molekul sel pejamu (host cell), sebagian
reseptor akan mengaktivasi sel NK dan sebagian yang lain menghambatnya.
Reseptor pengaktivasi bertugas untuk mengenali molekul di permukaan sel
pejamu yang terinfeksi virus, serta mengenali fagosit yang mengandung virus
dan bakteri. Reseptor pengaktivasi sel NK yang lain bertugas untuk mengenali
molekul permukaan sel pejamu yang normal (tidak terinfeksi). Secara teoritis
keadaan ini menunjukkan bahwa sel NK membunuh sel normal, akan tetapi
hal ini jarang terjadi karena sel NK juga mempunyai reseptor inhibisi yang
akan mengenali sel normal kemudian menghambat aktivasi sel NK. Reseptor
inhibisi ini spesifik terhadap berbagai alel dari molekul major
histocompatibility complex (MHC) kelas I.
Terdapat 2 golongan reseptor inhibisi sel NK yaitu killer cell
immunoglobulin-like receptor (KIR), serta reseptor yang mengandung protein
CD94 dan subunit lectin yang disebut NKG2. Reseptor KIR mempunyai

6
struktur yang homolog dengan imunoglobulin. Kedua jenis reseptor inhibisi
ini mengandung domains structural motifs di sitoplasmanya yang dinamakan
immunoreceptor tyrosine-based inhibitory motif (ITIM) yang akan mengalami
fosforilasi ke residu tirosin ketika reseptor berikatan dengan MHC kelas I,
kemudian ITIM tersebut mengaktivasi protein dalam sitoplasma yaitu tyrosine
phosphatase. Fosfatase ini akan menghilangkan fosfat dari residu tirosin
dalam molekul sinyal (signaling molecules), akibatnya aktivasi sel NK
terhambat. Oleh sebab itu, ketika reseptor inhibisi sel NK bertemu dengan
MHC, sel NK menjadi tidak aktif.
Berbagai virus mempunyai mekanisme untuk menghambat ekspresi
MHC kelas I pada sel yang terinfeksi, sehingga virus tersebut terhindar dari
pemusnahan oleh sel T sitotoksik CD8+. Jika hal ini terjadi, reseptor inhibisi
sel NK tidak teraktivasi sehingga sel NK akan membunuh sel yang terinfeksi
virus. Kemampuan sel NK untuk mengatasi infeksi ditingkatkan oleh sitokin
yang diproduksi makrofag, diantaranya interleukin-12 (IL-12). Sel NK juga
mengekspresikan reseptor untuk fragmen Fc dari berbagai antibodi IgG. Guna
reseptor ini adalah untuk berikatan dengan sel yang telah diselubungi antibodi
(antibody-mediated humoral immunity).
Setelah sel NK teraktivasi, sel ini bekerja dengan 2 cara. Pertama,
protein dalam granula sitoplasma sel NK dilepaskan menuju sel yang
terinfeksi, yang mengakibatkan timbulnya lubang di membran plasma sel
terinfeksi dan menyebabkan apoptosis. Mekanisme sitolitik oleh sel NK
serupa dengan mekanisme yang digunakan oleh sel T sitotoksik. Hasil akhir
dari reaksi ini adalah sel NK membunuh sel pejamu yang terinfeksi. Cara
kerja yang kedua yaitu sel NK mensintesis dan mensekresi interferon-γ (IFN-
γ) yang akan mengaktivasi makrofag. Sel NK dan makrofag bekerja sama
dalam memusnahkan mikroba intraselular: makrofag memakan mikroba dan
mensekresi IL-12, kemudian IL-12 mengaktivasi sel NK untuk mensekresi
IFN-γ, dan IFN-γ akan mengaktivasi makrofag untuk membunuh mikroba
yang sudah dimakan tersebut (lihat Gambar 2-1).

7
Tubuh menggunakan sel T sitotoksik untuk mengenali antigen virus yang
ditunjukkan oleh MHC, virus menghambat ekspresi MHC, dan sel NK akan
berespons pada keadaan dimana tidak ada MHC. Pihak mana yang lebih
unggul akan menentukan hasil akhir dari infeksi.

4. Sistem komplemen
Sistem komplemen merupakan sekumpulan protein dalam sirkulasi yang
penting dalam pertahanan terhadap mikroba. Banyak protein komplemen
merupakan enzim proteolitik. Aktivasi komplemen membutuhkan aktivasi
bertahap enzim-enzim ini yang dinamakan enzymatic cascade.
Aktivasi komplemen terdiri dari 3 jalur yaitu jalur alternatif, jalur klasik, dan
jalur lektin. Jalur alternatif dipicu ketika protein komplemen diaktivasi di
permukaan mikroba dan tidak dapat dikontrol karena mikroba tidak
mempunyai protein pengatur komplemen (protein ini terdapat pada sel tuan
rumah). Jalur ini merupakan komponen imunitas non spesifik. Jalur klasik
dipicu setelah antibodi berikatan dengan mikroba atau antigen lain. Jalur ini
merupakan komponen humoral pada imunitas spesifik. Jalur lektin
teraktivasi ketika suatu protein plasma yaitu lektin pengikat manosa
(mannose-binding lectin) berikatan dengan manosa di permukaan mikroba.
Lektin tersebut akan mengaktivasi protein pada jalur klasik, tetapi karena

8
aktivasinya tidak membutuhkan antibodi maka jalur lektin dianggap sebagai
bagian dari imunitas non spesifik.
Protein komplemen yang teraktivasi berfungsi sebagai enzim
proteolitik untuk memecah protein komplemen lainnya. Bagian terpenting
dari komplemen adalah C3 yang akan dipecah oleh enzim proteolitik pada
awal reaksi complement cascade menjadi C3a dan C3b. Fragmen C3b akan
berikatan dengan mikroba dan mengaktivasi reaksi selanjutnya. Ketiga jalur
aktivasi komplemen di atas berbeda pada cara dimulainya, tetapi tahap
selanjutnya dan hasil akhirnya adalah sama.

Sistem komplemen mempunyai 3 fungsi sebagai mekanisme


pertahanan. Pertama, C3b menyelubungi mikroba sehingga mempermudah
mikroba berikatan dengan fagosit (melalui reseptor C3b pada fagosit). Kedua,
hasil pemecahan komplemen bersifat kemoatraktan untuk neutrofil dan
monosit, serta menyebabkan inflamasi di tempat aktivasi komplemen. Ketiga,
tahap akhir dari aktivasi komplemen berupa pembentukan membrane attack
complex (MAC) yaitu kompleks protein polimerik yang dapat menembus
membran sel mikroba, lalu membentuk lubang-lubang sehingga air dan ion
akan masuk dan mengakibatkan kematian mikroba.

9
5. Sitokin pada imunitas non spesifik
Sebagai respons terhadap mikroba, makrofag dan sel lainnya mensekresi
sitokin untuk memperantarai reaksi selular pada imunitas non spesifik.
Sitokin merupakan protein yang mudah larut (soluble protein), yang
berfungsi untuk komunikasi antar leukosit dan antara leukosit dengan sel
lainnya. Sebagian besar dari sitokin itu disebut sebagai interleukin dengan
alasan molekul tersebut diproduksi oleh leukosit dan bekerja pada leukosit
(namun definisi ini terlalu sederhana karena sitokin juga diproduksi dan
bekerja pada sel lainnya). Pada imunitas non spesifik, sumber utama sitokin
adalah makrofag yang teraktivasi oleh mikroba. Terikatnya LPS ke
reseptornya di makrofag merupakan rangsangan kuat untuk mensekresi
sitokin. Sitokin juga diproduksi pada imunitas selular dengan sumber
utamanya adalah sel T helper (TH).
Sitokin diproduksi dalam jumlah kecil sebagai respons terhadap
stimulus eksternal (misalnya mikroba). Sitokin ini kemudian berikatan
dengan reseptor di sel target. Sebagian besar sitokin bekerja pada sel yang
memproduksinya (autokrin) atau pada sel di sekitarnya (parakrin). Pada
respons imun non spesifik, banyak makrofag akan teraktivasi dan mensekresi
sejumlah besar sitokin yang dapat bekerja jauh dari tempat sekresinya
(endokrin).
Sitokin pada imunitas non spesifik mempunyai bermacam-macam
fungsi, misalnya TNF, IL-1 dan kemokin berperan dalam penarikan neutrofil
dan monosit ke tempat infeksi. Pada konsentrasi tinggi, TNF menimbulkan
trombosis dan menurunkan tekanan darah sebagai akibat dari kontraktilitas
miokardium yang berkurang dan vasodilatasi. Infeksi bakteri Gram negatif
yang hebat dan luas dapat menyebabkan syok septik. Manifestasi klinis dan
patologis dari syok septik disebabkan oleh kadar TNF yang sangat tinggi
yang diproduksi oleh makrofag sebagai respons terhadap LPS bakteri.
Makrofag juga memproduksi IL-12 sebagai respons terhadap LPS dan
mikroba yang difagosit. Peran IL-12 adalah mengaktivasi sel NK yang akan
menghasilkan IFN-γ. Pada infeksi virus, makrofag dan sel yang terinfeksi

10
memproduksi interferon (IFN) tipe I. Interferon ini menghambat replikasi
virus dan mencegah penyebaran infeksi ke sel yang belum terkena.
6. Protein plasma lainnya pada imunitas non spesifik
Berbagai protein plasma diperlukan untuk membantu komplemen pada
pertahanan melawan infeksi. Mannose-binding lectin (MBL) di plasma
bekerja dengan cara mengenali karbohidrat pada glikoprotein permukaan
mikroba dan menyelubungi mikroba untuk mempermudah fagositosis, atau
mengaktivasi komplemen melalui jalur lectin. Protein MBL ini termasuk
dalam golongan protein collectin yang homolog dengan kolagen serta
mempunyai bagian pengikat karbohidrat (lectin). Surfaktan di paru-paru juga
tergolong dalam collectin dan berfungsi melindungi saluran napas dari
infeksi. C-reactive protein (CRP) terikat ke fosforilkolin di mikroba dan
menyelubungi mikroba tersebut untuk difagosit (melalui reseptor CRP pada
makrofag). Kadar berbagai protein plasma ini akan meningkat cepat pada
infeksi. Hal ini disebut sebagai respons fase akut (acute phase response).
Cara kerja respons imun non spesifik dapat bervariasi tergantung dari
jenis mikroba. Bakteri ekstraselular dan jamur dimusnahkan oleh fagosit,
sistem komplemen, dan protein fase akut. Sedangkan pertahanan terhadap
bakteri intraselular dan virus diperantarai oleh fagosit dan sel NK, serta
sitokin sebagai sarana penghubung fagosit dan sel NK.

Penghindaran mikroba dari imunitas non spesifik


Mikroba patogen dapat mengubah diri menjadi resisten terhadap imunitas non
spesifik sehingga dapat memasuki sel pejamu. Beberapa bakteri intraselular
tidak dapat didestruksi di dalam fagosit. Lysteria monocytogenes
menghasilkan suatu protein yang membuatnya lepas dari vesikel fagosit dan
masuk ke sitoplasma sel fagosit. Dinding sel Mycobacterium mengandung
suatu lipid yang akan menghambat penggabungan fagosom dengan lisosom.
Berbagai mikroba lain mempunyai dinding sel yang tahan terhadap
komplemen. Mekanisme ini digunakan juga oleh mikroba untuk melawan
mekanisme efektor pada imunitas selular dan humoral.

11
Peran imunitas non spesifik dalam menstimulasi respons imun spesifik
Selain mekanisme di atas, imunitas non spesifik berfungsi juga untuk
menstimulasi imunitas spesifik. Respons imun non spesifik menghasilkan
suatu molekul yang bersama-sama dengan antigen akan mengaktivasi limfosit
T dan B. Aktivasi limfosit yang spesifik terhadap suatu antigen membutuhkan
2 sinyal; sinyal pertama adalah antigen itu sendiri, sedangkan mikroba,
respons imun non spesifik terhadap mikroba, dan sel pejamu yang rusak
akibat mikroba merupakan sinyal kedua. Adanya “sinyal kedua” ini
memastikan bahwa limfosit hanya berespons terhadap agen infeksius, dan
tidak berespons terhadap bahan-bahan non mikroba. Pada vaksinasi, respons
imun spesifik dapat dirangsang oleh antigen, tanpa adanya mikroba. Dalam
hal ini, pemberian antigen harus disertai dengan bahan tertentu yang disebut
adjuvant. Adjuvant akan merangsang respons imun non spesifik seperti
halnya mikroba. Sebagian besar adjuvant yang poten merupakan produk dari
mikroba.
Mikroba dan IFN-γ yang dihasilkan oleh sel NK akan merangsang sel
dendrit dan makrofag untuk memproduksi 2 jenis “sinyal kedua” pengaktivasi
limfosit T. Pertama, sel dendrit dan makrofag mengekspresikan petanda
permukaan yang disebut ko-stimulator. Ko-stimulator ini berikatan dengan
reseptor pada sel T naif, kemudian bersama-sama dengan mekanisme
pengenalan antigen akan mengaktivasi sel T (lihat Gambar 4-2). Kedua, sel
dendrit dan makrofag mensekresi IL-12. Interleukin ini merangsang
diferensiasi sel T naif menjadi sel efektor pada imunitas selular
Mikroba di dalam darah mengaktivasi sistem komplemen melalui
jalur alternatif. Pada aktivasi komplemen, diproduksi C3d yang akan
berikatan dengan mikroba. Pada saat limfosit B mengenali antigen mikroba
melalui reseptornya, sel B juga mengenali C3d yang terikat pada mikroba
melalui reseptor terhadap C3d. Kombinasi pengenalan ini mengakibatkan
diferensiasi sel B menjadi sel plasma. Dalam hal ini, produk komplemen
berfungsi sebagai “sinyal kedua” pada respons imun humoral.

12
b. Pertahanan spesifik, dilakukan oleh sel darah putih yaitu sel darah putih
Limfosit. Disebut spesifik karena: dilakukan hanya oleh sel darah putih Limfosir,
membentuk kekebalan tubuh, dipicu oleh antigen (senyawa asing) sehingga
terjadi pembentukan antibodi dan setiap antibodi spesifik untuk antigen tertentu.
Limfosit berperan dalam imunitas yang diperantarai sel dan anibodi.

2.3.Perbedaan antara imunitas non spesifik dan spesifik

Perbedaan sistem imun non spesifik dengan spesifik adalah imunitas non spesifik
berespons dengan cara yang sama pada paparan berikutnya dengan mikroba, sedangkan
imunitas spesifik akan berespons lebih efisien karena adanya memori imunologik.

2.4.Kelainan sistem imun


penolakan organ transplantasi
Sistem imun menyerang sesuatu yang dianggap asing di dalam tubuh individu normal,
yang diserang adalah organ transplantasi. Saat organ ditransplantasikan, MHC organ
donor dikenali sebagai senyawa sing dan kemudian diserang. Untuk mengatasi hal ini,
ilmuwan mencari donor transplantasi yang MHC punya banyak kesamaan dengan milik si
resipien. Resipien organ tranplantasi juga diberi obat untuk menekan sistem imun mereka
dan menghindarkan penolakan dari organ transplantasi.
Jika organ tranplantasi mengandung Limfosit T yang berbeda jenisnya dengan Limfosit T
milik donor seperti pada cangkok sumsum tulang, Limfosit T dari organ tranplantasi ini
bisa saja menyerang organ dan jaringan donor. Unutk mengatasi hal ini, ilmuwan
meminimalisir reaksi graft versus host(GVH) dengan cara menghilangkan semua
Limfosit T dewasa sebelum dilakukan tranplantasi.

Defisiensi imun
Salah satu penyakit defisiensi sistem imun yaitu AIDS(Acquired Immune deficiency
Syndrome) yang disebabkan oleh HIV(Human Immunodeficiency Virus). HIV
menyerang Limfosit T pembantu karena Limfosit T pembantu mengatur jalannya kontrol
sistem imun. Dengan diserangkan Limfosit T pembantu, maka pertahanan tubuh akan
menjadi lemah. Defisiensi sistem imun dapata terjadi karena radiasi yang menyebabkan

13
turunnya produksi limfosit. Sindrom DiGeorge adalah kelainan sistem imun yang
disebabkan karena penderita tidak punya timus dan tidak dapat memproduksi Limfosit T
dewasa. Orang dengan kelainan ini hanya bisa mengandalkan imunitas humoralnya
secara terbatas dan imunitas diperantarai selnya sangat terbatas. Contoh ekstrim penyakit
defisiensi sistem imun yang diturunkan secara genetika adalah Severe Combined Immuno
Deficiency(SCIED). Penderita SCID tidak punya Limfosit B dan T maka ia harus
diisolasi dari lingkungan luar dan hidup dengan betul-betul steril karena mereka bisa saja
mati disebabkan oleh infeksi.
Penyakit autoimun
Autoimunitas adalah respon imun tubuh yang berbalik menyerang organ dan jaringan
sendiri. Autoimunitas bisa terjadi pada respon imun humoral atau imunitas diperantarai
sel. Sebagai contoh, penyakit diabetes tipe 1 terjadi karena tubuh membuat antibodi yang
menghancurkan insulin sehingga tubuh penderita tidak bisa membuat gula. Pada
myasthenia gravis, sistem imun membuat antibodi yang menyerang jaringan normal
seperti neuromuscular dan menyebabkan paralisis dan lemah. Pada demam rheumatik,
antibodi menyerang jantung dan bisa menyebabkan kerusakan jantung permanen. Pada
Lupus Erythematosus sistemik, biasa disebut lupus, antibodi menyerang bebeagai
jaringan yang berbeda, menyebabkan gejalan yang menyebar.

14
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Salah satu sistem terpenting yang terus menerus melakukan tugas dan kegiatan dan tidak
pernah melalaikan tugas-nya adalah sistem kekebalan tubuh atau biasa kita sebut dengan
sistem imun. Sistem ini melindungi tubuh sepanjang waktu dari semua jenis penyerang
yang berpotensi menimbulkan penyakit pada tubuh kita. Ia bekerja bagi tubuh bagaikan
pasukan tempur yang mempunyai persenjataan lengkap.

Setiap sistem, organ, atau kelompok sel di dalam tubuh mewakili keseluruhan di dalam
suatu pembagian kerja yang sempurna. Setiap kegagalan dalam sistem akan
menghancurkan tatanan ini. Sistem imun sangat sangat diperlukan bagi tubuh kita. Sistem
imun adalah sekumpulan sel, jaringan, dan organ yang terdiri atas :

1. Pertahanan pertama tubuh — Merupakan bagian yang dapat dilihat oleh


tubuh dan berada pada permukaan tubuh manusia sepeti kulit, air mata, air
liur, bulu hidung, keringat, cairan mukosa, rambut.
2. Pertahanan kedua tubuh — Merupakan bagian yang tidak dapat dilihat seperti
timus, limpa, sistem limfatik, sumsum tulang, sel darah putih/ leukosit,
antibodi, dan hormon.

Semua bagian sistem imun ini bekerja sama dalam melawan masuknya virus, bakteri,
jamur, cacing, dan parasit lain yang memasuki tubuh melalui kulit, hidung, mulut, atau
bagian tubuh lain.

3.2.Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui bagaimana sistem kekebalan
tubuh kita bekerja.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://dunianyasari.blogspot.com/2011/06/sistem-imun-sistem-pertahanan-tubuh.html

http://ilmudasarkeperawatanshtsby5.blogspot.com/2013/05/pertahanan-non-spesifik-dan-sistem-
imun.ht

http://neladwi.blogspot.com/p/materi_14.html

http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/03/24/imunitas-non-spesifik/

16

Anda mungkin juga menyukai