Anda di halaman 1dari 16

I.

PENGAMBILAN SAMPEL DENGAN CORE DRILL


Untuk mengetahui ketebalan dan karakteristik campuran perkerasan

II. PEMERIKSAAN ASPAL

A. Pemeriksaan Kelekatan Agregat terhadap Aspal (SNI-06-2439-1991)


1. Maksud
Pemeriksaan ini bermaksud untuk menentukan kelekatan agregat terhadap
aspal. Kelekatan agregat terhadap aspal adalah persentase luas permukaan batuan
yang tertutup aspal terhadap keseluruhan luas permukaan. Berdasarkan SNI-03-
2539-1991 standar kelekatan agregat terhadap aspal yang baik adalah > 95 %.

2. Peralatan
1. Timbangan dengan kapasitas 200 gram, ketelitian 0,1 gram
2. Tabung gelas kimia (beker) dengan kapasitas 600 ml
3. Saringan 6,3 mm (1/4") atau #4 dan 9,5 mm (3/8")
4. Termometer
5. Pisau pengaduk (spatula) lebar 1” dan panjang 4”
6. Wadah tempat mengaduk
7. Oven dengan alat pengukur suhu sampai (110 +5)°C
8. Air suling pH 6–7
3. Benda Uji
1. Benda uji adalah agregat yang lewat saringan 9,5 mm (3/8”) dan tertahan
saringan 6,3 mm (1/4”) atau saringan #4 sebanyak kira-kira 100 gram.
2. Benda uji dicuci sampai bersih dan dikeringkan sampai berat tetap.
Simpan benda uji ditempat yang aman dan siap untuk diperiksa.
3. Untuk pelapisan agregat basah perlu ditentukan berat jenis kering
permukaan jenuh (SSD) dan penyerapan dari agregat kasar (PB-0202-
76).
4. Prosedur Kerja
Untuk pelapisan agregat kering dengan aspal panas:

1. Ambil 100 gram benda uji, masukkan ke dalam wadah, panaskan wadah
berisi benda uji selama 1 jam di oven pada suhu (135-149)°C. Ditempat
terpisah panaskan aspal sampai cair pada suhu (135-145)°C;
2. Timbang aspal sebanyak 5,5 + 0,2 gram di dalam talam lalu masukkan
agregat yang telah dipanaskan. Aduk sampai agregat terlapisi aspal
seluruhnya selama 2-3 menit. Adukan didiamkan sampai mencapai suhu
ruang;
3. Pindahkan benda uji yang sudah terselimuti aspal ke dalam tabung gelas
kimia 600 ml. Tambahkan air sampai semua agregat yang terlapisi aspal
terbenam oleh air dan biarkan pada suhu kamar selama 16-18 jam;
4. Perkirakan persentase luas permukaan yang terselaputi aspal, apakah
mencapai 100 % atau kurang, permukaan yang kecoklatan atau buram
dianggap terselaputi penuh.
5. Aplikasi Lapangan
Pemilihan agregat yang baik sangat diperlukan agar dalam pengerjaan
perkerasan jalan didapatkan hasil yang baik sesuai dengan perencanaan kita.
Jalan akan lebih awet jika kelekatan agregat terhadap aspal sangat baik.

B. Pemeriksaan Penetrasi Bahan Bitumen (SNI-06-2456-1991)


1. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras
atau lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi
ukuran tertentu, beban, dan waktu tertentu ke dalam bitumen dengan suhu
tertentu.
2. Peralatan
1. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun,
dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
2. Pemegang jarum seberat (47,5+0,05 gram) yang dapat dilepas dengan
mudah dari alat penetrasi untuk peneraan.
3. Pemberat (50±0,05) gram untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100
gram dan (100+0,05) gram untuk beban 200 gram.
4. Jarum penetrasi stainless steel mutu 440 C atau HRC 54-60
5. Cawan contoh yang terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder
6. Bak perendam (water bath). Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang
dari 10 liter dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian 0,1°C.
Bejana dilengkapi dengan pelat dasar yang berlubang-lubang.
7. Tempat air untuk benda uji minimal 350 ml
8. Stopwatch
9. Termometer
3. Benda uji
Panaskan contoh (aspal) perlahan-lahan. Untuk bitumen pemanasan tidak
lebih 90oC di atas titik lembek. Aduklah perlahan-lahan agar udara tidak
masuk ke dalam contoh. Setelah contoh cair merata tuangkan ke dalam
cawan dan diamkan sampai dingin. Buatlah 2 buah benda uji dan tutup agar
bebas debu, dan diamkan pada suhu ruang selama 1-1,5 jam.
4. Prosedur Kerja
1. Tempatkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukan ke dalam
bak perendam selama 1–1,5 jam pada suhu 25°C;
2. Periksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik.
Bersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut lain kemudian
keringkan, barulah pasang jarum pada pemegang jarum;
3. Letakkan pemberat 50 gram di atas jarum untuk memperoleh beban
seberat (100+0,1) gram;
4. Pindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat penetrasi;
5. Turunkan jarum perlahan-lahan hingga menyentuh benda uji, kemudian
aturlah angka nol pada arloji penetrometer hingga jarum penunjuk
berimpit dengan angka nol;
6. Lepaskan pemegang jarum dan pada saat bersamaan jalankan stopwatch
selama (5±0,1) detik;
7. Bacalah angka penetrasi pada arloji penetrometer, bulatkan hingga 0,1
mm terdekat;
8. Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk
percobaan berikutnya;
9. Lakukan pekerjaan 1 sampai 8 untuk 5 titik pemeriksaan dengan
ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak lebih dari 1 cm.
5. Aplikasi Lapangan
Penentuan jenis aspal yang akan digunakan, aspal dengan penetrasi tinggi
digunakan didaerah dengan iklim dingin dan memiliki volume kendaraan
yang sedikit, sebaliknya aspal dengan nilai penetrasi rendah digunakan pada
daerah yang panas dan memiliki volume kendaraan yang tinggi.

C. Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland Open Cup
(SNI-06-2433-1991)
1. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar
aspal. Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat pada suatu
titik di atas permukaan aspal. Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala
singkat sekurang-kurangnya 5 detik pada suatu titik di atas permukaan aspal.
2. Peralatan
1. Termometer
2. Sumber pemanas yang berasal dari gas
3. Cleveland Open Cup (cawan kuningan)
4. Pelat pemanas, terdiri logam untuk melekatkan cawan Cleveland Open
Cup dan bagian atas dilapisi asbes
5. Nyala uji yang dapat diatur dan memberikan nyala 3,2-4,8 mm
6. Standar dan penahan angin
3. Benda uji
1. Panaskan contoh aspal hingga cair
2. Kemudian isi Cleveland Open Cup dengan aspal cair sampai garis dan
hilangkan gelembung udara yang ada pada permukaan cairan.
4. Prosedur Kerja
1. Letakkan Cleveland Open Cup yang berisi aspal di atas pelat pemanas
dan aturlah sumber pemanas hingga terletak di bawah titik tengah dari
cawan tersebut;
2. Letakkan nyala penguji dengan poros berjarak 7,5 cm dari titik tengah
cawan;
3. Tempatkan termometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak 6,4
mm di atas dasar cawan dan terletak satu garis dengan yang
menghubungkan titik tengah, kemudian aturlah sehingga poros
termometer terletak pada jarak 1/4 diameter cawan dari tepi;
4. Tempatkan penahan angin di depan nyala penguji;
5. Nyalakan sumber pemanas dan aturlah pemanasan sehingga kenaikkan
suhu menjadi 15°C per menit dilakukan sampai benda uji mencapai suhu
56°C di bawah nyala perkiraan;
6. Aturlah kecepatan pemanasan 5-6°C per menit pada suhu antara 56°C
dibawah titik nyala perkiraan;
7. Nyalakan nyala penguji dan aturlah agar diameter nyala penguji tersebut
menjadi 3,2 sampai 4,8 mm;
8. Lewatkan nyala penguji di atas permukaan cawan dari tepi ke tepi dalam
waktu 1 detik;
9. Lanjutkan pekerjaan 6 sampai 8 sampai terlihat nyala singkat pada suatu
titik di atas permukaan benda uji. Baca suhu pada termometer dan catat;
10. Lanjutkan pekerjaan No. 9 sampai terlihat nyala sekurang-kurangnya 5
detik dan catat pula suhu termometer pada saat itu.
5. Aplikasi Lapangan
Berguna untuk menentukan temperatur maksimal pemanasan aspal sehingga
aspal tidak terbakar dan struktur serta sifat kimianya tidak berubah pada saat
pemanasan aspal. Digunakan dalam pemilihan aspal yang dipakai pada suatu
daerah sesuai iklim daerah tersebut.

D. Pemeriksaan Kehilangan Berat Aspal (SNI-06-2440-1991)


1. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kehilangan berat aspal
terutama pada percobaan penetrasi dan daktilitas bahan bitumen. Kehilangan
berat adalah selisih antara berat aspal mula–mula dengan berat aspal setelah
di oven selama 5 jam pada suhu 163°C. Kehilangan berat rata-rata
berdasarkan AASHTO (American Association of State Highway and
Transportation officials) memiliki standar yaitu maksimal 0,4 %.
2. Peralatan
1. Oven dengan pengatur suhu
2. Cawan contoh terbuat dari aluminium
3. Timbangan
4. Alat penetrasi dan alat daktilitas
3. Benda uji
Panaskan aspal perlahan-lahan serta aduk hingga cukup cair untuk dapat
dituangkan, setelah cukup cair merata, tuangkan ke dalam 2 buah cawan, lalu
diamkan sampai dingin.
4. Prosedur Kerja
1. Cawan ditimbang;
2. Masukkan benda uji ke dalam cawan, dinginkan. Timbang berat cawan
berisi aspal tersebut sehingga diperoleh berat aspal sebelum dipanaskan
(W1);
3. Oven cawan berisi benda uji tersebut pada suhu 163°C selama 5 jam.
Setelah 5 jam keluarkan benda uji dari oven dan biarkan sampai dingin;
4. Lalu timbang lagi beratnya (W2);
5. Hitunglah berat aspal tersebut yang besarnya adalah (W1-W2).
5. Aplikasi Lapangan
Pemeriksaan kehilangan berat ini berguna dalam menentukan pengaruh
pemanasan (iklim suatu daerah) terhadap aspal sehingga dapat ditentukan
aspal yang digunakan untuk perkerasan jalan.

E. Pemeriksaan Daktilitas Bahan–bahan Bitumen (SNI-06-2432-1991)


1. Maksud
Pengujian daktlitas dilakukan untuk mengetahui sifat kohesi dan plastisitas
aspal. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mencetak aspal dalam cetakan dan
meletakkan contoh aspal ke dalam tempat pengujian. Tempat pengujian
berisi cairan dengan berat jenis mendekati berat jenis aspal. Nilai daktilitas
aspal adalah panjang contoh aspal ketika putus pada saat dilakukan penarikan
dengan kecepatan 5 cm/menit. Pemeriksan ini untuk mengukur jarak
terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi bitumen keras
sebelum putus pada suhu dan kecepatan tarik tertentu.
2. Peralatan
1. Cetakan daktilitas kuningan
2. Bak perendam (water bath)
3. Mesin uji dengan ketentuan:
4. Dapat menarik benda uji dengan kecepatan tetap.
5. Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan getaran
selama pemeriksaan.
6. Glycerine dan sabun cream
7. Termometer
3. Benda uji
1. Lapisi semua bagian dalam cetakan daktilitas dan bagian atas pelat dasar
dengan sabun cream kecuali bagian dalam cetakan yang berbentuk
setengah lingkaran.
2. Panaskan contoh aspal kira-kira 100 gram sampai cair pada suhu 80–
100oC, hingga dapat dituangkan. Setelah contoh cair merata, tuangkan
kedalam cetakan dengan hati-hati dari ujung ke ujung hingga penuh.
3. Dinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit, lalu
masukkan benda uji ke dalam bak perendam.
4. Prosedur Kerja
1. Benda uji didiamkan pada suhu 25°C dalam bak perendam selama 85
menit sampai 95 menit. Setelah itu dikeluarkan dan ratakan
permukaannya dengan pisau panas;
2. Kemudian lepaskan benda uji dari pelat dasar dan sisi–sisi cetakan;
3. Pasang benda uji pada mesin uji dan tariklah secara teratur dengan
kecepatan 5 cm/menit sampai benda uji putus. Pada saat percobaan benda
uji harus selalu terendam sekurang-kurangnya 2,5 cm dari permukaan air.
5. Aplikasi Lapangan
Dengan diketahuinya nilai daktilitas ini, maka akan dapat pula kita ketahui
bagaimana pengaruh kohesi aspal terhadap agregat. Semakin besar kohesi
aspal maka semakin besar pula kemampuan aspal untuk menahan agregat
untuk tetap berada pada tempatnya. Dengan kata lain agregat tersebut tidak
mudah keluar dari ikatan antar aspal.
F. Pemeriksaan Berat Jenis Bitumen (SNI-06-2441-1991)
1. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis bitumen
dengan piknometer. Berat jenis bitumen atau aspal adalah perbandingan
antara berat bitumen dengan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu
tertentu.
2. Peralatan
1. Timbangan
2. Bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu
3. Piknometer sebanyak 1 buah
4. Air suling sebanyak 1000 cm3
5. Bejana gelas
3. Benda uji
1. Panaskan aspal keras sebanyak 50 gram sampai menjadi cair dan aduklah
untuk mencegah pemanasan setempat.
2. Tuangkan contoh tersebut ke dalam piknometer sehingga terisi 3/4
bagian.
4. Prosedur Kerja
1. Isilah bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas
piknometer yang tidak terendam 40 mm. Kemudian rendam dan jepitlah
bejana tersebut dalam bak perendam sehingga terendam sekurang-
kurangnya terendam 100 mm, atur suhu bak perendam 25C;
2. Bersihkan, keringkan, dan timbanglah piknometer (A);
3. Piknometer diisi dengan air sampai penuh kemudian tutup tanpa ditekan;
4. Letakkan piknometer ke dalam bejana dan masukkan kembali kedalam
bak perendam dan tekan penutup sehingga rapat. Diamkan piknometer
tersebut dalam perendam selama 30 menit, kemudian angkat piknometer
berisi air tersebut lalu di lap dan timbang beratnya (B);
5. Tuangkan benda uji tersebut kedalam piknometer yang telah kering
sehingga terisi 3/4 bagian;
6. Biarkan piknometer sampai dingin selam 40 menit dan timbang dengan
penutupnya (C);
7. Isi piknometer yang berisi benda uji tersebut dengan air dan tutup tanpa
ditekan, diamkan agar gelembung udara yang terperangkap keluar;
8. Masukkan dan diamkan bejana dalam bak perendam selama 30 menit.
Angkat, keringkan, dan timbanglah piknometer (D).
5. Aplikasi Lapangan
Pemeriksaan berat jenis bitumen ini berguna dalam penentuan persentase
atau besar kecilnya volume dari aspal yang akan digunakan di lapangan.

G. Pemeriksaaan Kelekatan Aspal pada Batuan (PA-0312-76 (KVBB-V-19))


1. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menetapkan kelekatan aspal pada
batuan tertentu dalam air. SNI 03-2439-1991 kelekatan aspal pada batuan
adalah > 90 %.

2. Peralatan
1. Botol bermulut besar dengan isi 1000 m3
2. Oven dengan pengatur suhu sampai (150 +5)°C
3. Batu–batu putih (silica) dengan ukuran lolos saringan 32 mm dan
tertahan saringan 19 mm.
4. Air suling (pH 6-7, ±2000 cm3) dan aspal cair
3. Benda uji
1. Batu silica kira-kira 100 gram dicuci dengan air sampai bersih, kemudian
dikeringkan pada suhu 125°C selama 5 jam, dan diamkan 24 jam pada
suhu ruang. Setelah didiamkan, ambil 50 gram batu itu dan panaskan
dalam oven pada suhu 40°C.
2. Campurkan 50 gram batu silica dengan 25 gram aspal cair pada suhu
70oC lalu diaduk sampai rata, yaitu hingga semua permukaan batu silica
terselubung aspal.
4. Prosedur Kerja
1. Letakkan benda uji dalam wadah yang tersedia dan tutuplah botol tanpa
tekanan;
2. Setelah 30 menit isilah wadah dengan air suling pada suhu ruang
sehingga benda uji terendam seluruhnya. Kemudian letakkan botol
dalam oven pada suhu 40C;
3. Setelah 3 jam, keluarkan wadah dari oven. Perkiraan luas batuan yang
diselaputi aspal (persentasekan luas permukaan batu secara keseluruhan).
5. Aplikasi Lapangan
Dengan ditentukannya persentase kelekatan aspal pada batuan yang
dibandingkan dengan persentase kelekatan agregat terhadap aspal, maka
dapat ditentukan mana yang lebih baik digunakan untuk campuran
perkerasan, apakah batuan dengan permukaan licin sedikit berpori atau
agregat dengan permukaan kasar berpori banyak yang memungkinkan
penyerapan aspal lebih banyak.

H. Pemeriksaan Titik Lembek Aspal (SNI-06- 2434- 1991)


1. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik lembek aspal yang
berkisar antara 30°C sampai 200°C. Titik lembek adalah suhu pada saat bola
baja, dengan berat tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal yang tertahan
di dalam cincin berukuran tertentu sehingga aspal atau ter tersebut
menyentuh pelat dasar yang terletak pada tinggi tertentu sebagai akibat
kecepatan pemanasan. Jadi titik lembek adalah besarnya suhu dimana aspal
mencapai derajat kelembekan (mulai meleleh) di bawah kondisi spesifik dari
tes. Berdasarkan SNI-06-2434-1991 besarnya titik lembek aspal dan ter yang
berkisar pada suhu (30-200)º C dengan cara Ring and Ball.

2. Peralatan
1. Cincin kuningan
2. Bola baja, diameter 9,53 mm berat 3,45 gram sampai 3,55 gram
3. Dudukan benda uji, lengkap dengan pengarah bola baja dan plat dasar
yang mempunyai jarak tertentu
4. Bejana gelas tahan pemanasan mendadak diameter dalam 8,5 cm dengan
tinggi ±12 cm berkapasitas 800 ml
5. Termometer
6. Penjepit
7. Alat pengarah bola
3. Benda Uji
1. Panaskan contoh aspal perlahan-lahan sambil diaduk terus-menerus
hingga cair merata. Pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-
lahan agar gelembung-gelembung udara cepat keluar.
2. Setelah cair merata tuanglah contoh ke dalam dua buah cincin. Suhu
pemanasan aspal tidak melebihi 56°C di atas titik lembeknya.
3. Panaskan 2 buah cincin sampai mencapai suhu tuang contoh, dan
letakkan kedua cincin di atas pelat kuningan yang telah diberi lapisan
dari campuran talk dan sabun.
4. Tuang contoh kedalam 2 buah cincin, diamkan pada suhu sekurang-
kurangnya 8°C di bawah titik lembeknya sekurang-kurangnya 30 menit.
5. Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau
yang telah dipanaskan.
4. Prosedur Kerja
1. Benda uji adalah aspal atau ter sebanyak ±25 gram;
2. Pasang dan aturlah kedua benda uji di atas kedudukan dan letakkan
pengarah bola di atasnya. Kemudian masukkan seluruh peralatan tersebut
kedalam bejana gelas;
3. Isilah bejana dengar air suling, dengan suhu (25±1)°C sehingga tinggi
permukaan air berkisar antara 101,6 sampai 108 mm;
4. Letakkan termometer yang sesuai untuk pekerjaan ini diantara kedua
benda uji (kurang lebih dari 12,7 mm dari tiap cincin);
5. Periksalah dan aturlah jarak antara permukaan pelat dasar benda uji
sehingga menjadi 25,4 mm;
6. Letakkan bola baja yang bersuhu 25°C di atas dan di tengah permukaan
masing-masing benda uji yang bersuhu 25°C menggunakan penjepit
dengan memasang kembali pengarah bola;
7. Panaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 5°C permenit.
Kecepatan pemanasan rata-rata dari awal dan akhir pekerjaan ini. Untuk
3 menit pertama perbedaan kecepatan pemanasan tidak boleh melebihi
0,5°C.
5. Aplikasi lapangan
Titik lembek ini menunjukkan keadaan dimana aspal mengalami
kelembekan. Aspal memiliki derajat kelembekan berkisar antara 30ºC
sampai 200ºC

I. Pemeriksaan Kadar Aspal (Centrifuge Extraction) (MT 307-04-060104


(Modified AASHTO T164 Method A))
1. Maksud
Metode pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan jumlah dari bitumen
Hot-Mixed Paving Mixture (campuran aspal panas) dan contoh aspal untuk
spesifikasi yang dapat diterima, evaluasi dari pelayanan pemantauan dan
penelitian.
2. Peralatan
Peralatan ekstraksi terdiri dari mangkok dan perlengkapan pada mangkok
yang memungkinkan berputar pada kecepatan yang dapat dikontrol di atas
3600 rpm. Kecepatan tersebut dapat dikontrol secara manual atau dengan
mengatur kecepatan tersebut terlebih dahulu. Perlengkapan tersebut tersedia
dalam kontener (tempat penampung alat-alat) untuk menangkap dan
menampung cairan pelarut yang keluar dari mangkok dan sebagai saluran
buang untuk memindahkan cairan pelarut. Perlengkapan tersebut seharusnya
lebih tersedia dengan eksplosion-prod fatures (sebuah alat) dan terpasang
pada sebuah penutup atau sebuah permukaan efektif saluran agar tersedianya
ventilasi (tempat udara keluar).
Catatan:
1. Berbagai perlengkapan dengan ukuran-ukuran besar yang mungkin akan
digunakan.
2. Cincin penyaring
3. Oven, memungkinkan untuk menjaga temperature pada 230±9°C.
4. Panci rata, dengan ukuran yang dapat menghangatkan bahan percobaan
5. Kesetimbangan atau skala, dengan sensitifitas terhadap berat 0,1 gram
6. Plat panas elektrik, dengan kecepatan pemanasan yang dapat diatur
7. Silinder-graduated, dengan kapasitas 1000 ml atau 2000 ml. Silinder
pilihan lain 100 ml.
3. Benda Uji
Sampel yang sudah dihancurkan sebanyak 150 gram
4. Prosedur Kerja
1. Tentukan jumlah uap dari material;
2. Letakkan porsi pengetasan (sampel) pada mangkok;
3. Tutupi porsi pengetasan pada mangkok dengan thrichlorethylene (dapat
digunakan bensin sebagai pengganti thrichlorethylene), dan beri waktu
yang cukup bagi pelarut (bensin) untuk melarutkan porsi pengetesan
(tidak lebih dari 1/2 jam). Letakkan porsi pengetesan pada mangkok
penampung dan pelarut (bensin) pada perlengkapan ekstraksi. Keringkan
dan tentukan massa dari cincin penyaring dan cocokkan atau paskan bibit
sekeliling mangkok. Jepit penutup dari mangkok dengan kencang (erat)
dan letakkan gelas kimia dibawah saluran buang untuk mengumpulkan
ekstrak;
4. Mulailah proses pemutaran dengan pelan (centrifuge revoltving) dan
tambahkan kecepatan secara bertahap sampai mencapai kecepatan
maksimum yaitu 3600 rpm, dan juga sampai pelarut berhenti mengalir
pada saluran pembuangan. Hentikan mesin dan tambahkan 200 ml (atau
lebih sesuai dengan massa sampel yang tepat) thrichlorethylene (bensin),
dan ulangi prosedur tersebut. Gunakan tambahan pelarut secukupnya
sehingga ekstak tidak lebih gelap dari warna jerami bersih. Kumpulkan
ekstrak dan cuci pada penampung yang sesuai untuk penentuan bahan
mineral;
5. Lepaskan cincin penyaring dari mangkok dan keringkan dengan udara.
Jika yang digunakan sebagai penyaring adalah sabuk kelapa, gosoklah
bahan material yang menempel pada permukaan cincin dan tambahkan
ke agregat ekstrak. Keringkan cincin pada temperatur yang tetap pada
suhu di atas 230±9°F (115±5°C). Hati-hatilah ketika memindahkan
semua isi pada mangkok ke panci besi dan keringkan pada tempat uap
dan kemudian pada temperatur yang tetap atau dengan plat polos pada
230±9°F (110±5°C). Jika thrichlorethylene atau trichloroethane
digunakan sebagai pelarut ekstrak, pengeringan awal pada tempat
penguap dapat dihilangkan. Massa dari agregat ekstrak (W3) sama
dengan massa dari agregat pada panci ditambah peningkatan massa pada
cincin penyaring;
6. Tentukan jumlah dari bahan material pada pengekstrakan untuk metode
ini, pemusingan yang tepat mungkin digunakan (700 gram atau lebih);
7. Setelah proses pengekstraksian, masukkan pelarut campuran bitumen
kedalam alat pemutar/pemusing dan putar dengan pelan. Tingkatkan
kecepatan secara bertahap pada 700 gram atau lebih selama 30 menit.
Pindahkan pelarut;
8. Keringkan botol dengan udara, pindahkan material yang memungkinkan.
Timbang material dan tambahkan pada berat agregat ekstrak..
5. Aplikasi Lapangan
Dengan ditentukannya persentase kadar aspal, maka dapat diketahui
baik atau tidaknya suatu perkerasan, sesuai dengan spesifikasi kadar aspal
yang ditentukan yang telah ditentukan.

J. Mix Design (Pemeriksaan Campuran Aspal dengan Alat Marshall) (PC-


0201-76 (AASHTO T-245-74 / ASTM D-1559-62T))
1. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas)
terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal.
Ketahanan ialah kemampuan dari suatu campuran aspal untuk menerima
beban sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram.
Kelelehan plastis ialah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal
yang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam
mm atau 0,01".
2. Peralatan
1. Cetakan benda uji yang berdiameter 10 cm dan tinggi 7,5 cm, lengkap
dengan pelat alas dan leher sambung
2. Alat pengeluar benda uji
3. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata berbentuk silinder,
dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm
4. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu berukuran kira–kira 20 x 20 x
45 cm yang dilapisi dengan pelat baja berukuran 30 x 30 x 2,5 cm dan
diikatkan pada lantai beton dengan 4 bagian siku
5. Silinder cetakan benda uji
6. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanaskan sampai
(200±3)°C
7. Bak perendam dilengkapi pengatur suhu minmal 20°C
8. Mesin tekan, lengkap dengan:
a. Kepala penekan berbentuk lengkung (breaking head) yang terletak
pada bagian atas
b. Cincin penguji yang berkapasitas 2500 kg dengan ketelitian 12,5 kg
dilengkapi arloji tekan dengan ketelitian 0,0025 cm
c. Arloji kelelehan dengan ketelitian 0,25 mm dan perlengkapannya
9. Termometer
10. Timbangan
11. Panci, sendok pengaduk, sarung tangan dan minyak pelumas, pelat
pemanas, dan sumber panas

3. Benda Uji
1. Persiapan benda uji
a. Agregat
b. Aspal
4. Prosedur Kerja
1. Bersihkan benda uji dari kotoran yang menempel;
2. Berikan tanda pengenal pada masing-masing benda uji;
3. Ukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm;
4. Timbang berat benda uji;
5. Rendam dalam air pada suhu ruang kira–kira 24 jam;
6. Timbang beratnya dalam air untuk mendapatkan isi;
7. Lap bagian permukaan benda uji, timbang beratnya dalam kondisi kering
permukaan jenuh;
8. Rendam benda uji dalam water bath pada suhu 60C selama 30-40 menit;
9. Bersihkan batang penuntun dan permukaan dalam dari kepala penekan;
10. Keluarkan benda uji dari bak perendam, dan letakkan ke dalam segmen
bawah kepala penekan. Pasang segmen atas, di atas benda uji dan
letakkan keseluruhannya dalam mesin penguji;
11. Pasang arloji kelelehan pada kedudukannya di atas salah satu batang
penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol, sementara
selubung tangkai arloji dipegang teguh terhadap segmen atas dari kepala
penekan selama pembebanan berlangsung;
12. Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda uji
dinaikan hingga menyentuh alas cincin penguji;
13. Atur kedudukan jarum arloji tekan pada angka nol. Berikan pembebanan
kepada benda uji dengan kecepatan tetap sebesar 50 mm/menit sampai
pembebanan maksimum tercapai;
14. Catat nilai kelelehan dan stabilitas pada saat pembebanan maksimum;
15. Waktu yang diperlukan dan saat diangkatnya benda uji dari water bath
sampai tercapainya beban maksimum tidak boleh melebihi 30 detik.
5. Aplikasi Lapangan
Kadar aspal optimum ini bisa didapatkan setelah pemeriksaan di
laboratorium. Untuk menentukan kadar aspal terbaik dalam pelaksanaan
lapisan perkerasan di lapangan

Anda mungkin juga menyukai