Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim. Kanker serviks
menunjukkan adanya sel- sel abnormal yang terbentu oleh sel-sel jaringan yang tumbuh terus-
menerus dan tidak terbatas pada bagian leher rahim (Ariani, 2015 ).
Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik
menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20
sampai 30 tahun (Prawirohardjo, 2014).
Sedangkan menurut Mitayani (2011) Kanker Serviks adalah perubahan sel-sel serviks
dengan karakteristik histologi.
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal dimana
sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan.Kanker ini hanya
menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually active.
Menurut padila (2015) Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks sebagai
berikut :

1. Mikroskopis

a. Displasia

Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.Displasia berat


terjadi pada dua pertiga epidermis hampir tidak

Dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.

b. Stadium karsinoma insitu

Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis
menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah
ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.

c. Stadium karsionoma mikroinvasif

Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel


meningkat juga sel tumor menembus membrane basalis dan invasi pada stoma
sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik
dan hanya ditemukan pada skrining kanker.

d. Stadium karsinoma invasive

Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan
bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasive muncul diarea bibir posterior atau
anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau
anterior, jurusanparametrium dan korpus uteri.

e. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks

 Pertumbuhan eksofilik: berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah vagina dan


dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk
pertumbuhan ini mudah nekrosis danperdarahan.
 Pertumbuhan endofilik: biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh
progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan
parametrium.
 Pertumbuhan nodul: biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambat
laun lesi berubah bentuk menjadi ilkus.

2. Markroskopis

a. Stadium preklinis : Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa


b. Stadium permulaan : Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut : Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir
porsio.
d. Stadium lanjut : Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya
seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

Tujuan penentuan stadium klinik adalah untuk dapat merumuskan prognosis, menentukan
jenis pembatasan cacat, dan agar hasil penanganan dari berbagai stadium dapat dibandingkan.
Menurut Cunningham (2010), Stadium klinik yang sering digunakan adalah klasifikasi yang
dianjurkan oleh Federation International of Gynecology and Obtetricts (FIGO), yaitu sebagai
berikut :
1. Stadium 0, stadium ini disebut juga karsinoma insitu ( CIS). Tumor masih dangkal, hanya
tumbuh dilapisan sel serviks.
2. Stadium I, kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum menyebar kemanapun, stadium ini
dibedakan menjadi:
a. Stadium 1 A1, dokter tidak dapat melihat kenker tanpa mikroskop, kedalamannya kurang
dari 3 mm dan besarnya kurang dari 7 mm.
b. Stadium IA2, dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop, kedalamannya antara 3-5
mm dan besarnya kurang dari 7 mm.
c. Stadium IB1, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran tidak lebih besar
dari 4 cm.
d. Stadium IB2, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran lebih besar dari 4
cm.
3. Stadium II, kanker berada di bagian dekat serviks tapi bukan di luar panggul. Stadium II dibagi
menjadi :
a. Stadium IIA, kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum menyebar ke jaringan yang
lebih dalam dari vagina.
b. Stadium IIB, kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan serviks, namun belum
sampai ke dinding panggul.
4. Stadium III, kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina dan serviks sepanjang
dinding panggul. Mungkin dapat menghambat aliran urin ke kandung kemih.
5. Stadium IV, pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh, seperti kandung
kemih, rektum, dan paru-paru. Stadium IV dibagi menjadi:
a. Stadium IVA, kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih dan rektum.
b. Stadium IVB, kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru.

B. Etiologi

1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual


Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin
besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda
2. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.Semakin sering partus
semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor
resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata
diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial
ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan.Pada golongan sosial
ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi
imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya
belum disirkumsisi.Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga
banyak kumpulan-kumpulan smegma.

7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)


Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan
berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi
infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya
kanker serviks.

C. Anatomi
D. Fisiologi
a. Mons Veneris
Mons Veneris merupakan bagian yang menonjol dan terdiri dari jaringan lemak yang
menutupi bagian depan simpisis pubis, dan setelah masa pubertas kulit mons veneris akan di
tumbuhi oleh rambut.
b. Labia Mayora
Labia mayora berbentuk lonjong dan menonjol, berasal dari mons veneris dan berjalan ke
bawah dan belakang.Yaitu dua lipatan kulit yang tebal membentuk sisi vulvadan terdiri dari
kulit, lemak, pembuluh darah, jaringan otot polos dan syaraf. Labia mayora sinistra dan dextra
bersatu di sebelah belakangdan merupakan batas depan dari perinium, yang disebut commisura
posterior (frenulum), dan panjangnya kira-kira 7, 5 cm.

Labia Mayora terdiri daridua permukaan :

1. Bagian luar, menyerupai kulit biasa dan ditumbuhi rambut.


2. Bagian dalam menyerupai selaput lendir dan mengandung banyak kelenjar sebacea.

c. Labia Minora
Labia minora merupakan lipatan sebelah medial dari labia mayora dan merupakan lipatan
kecil dari kulit diantara bagian superior labia mayora.Sedangkan labianya mengandung jaringan
erektil. Kedua lipatan tersebut bertemu dan membentuk superior sebagai preputium klitoridis
pada bagian superior dan inferior sebagai klitoridis pada bagian inferior
d. Klitoris
Klitoris merupakan sebuah jaringan erektil kecil, banyak mengandung urat-urat syaraf sensoris
yang dibentuk oleh suatu ligamentum yang bersifat menahan ke depan simpisis pubis dan
pembuluh darah. Panjangnya kurang lebih 5 cm. klitoris identik dengan penis tetepi ukurannya
lebih kecil dan tak ada hubungannya dengan uretra.
e. Hymen (selaput Dara)
Hymen adalah diafragma dari membrane yang tipis dan menutupi sebagian besar introitus
vagina, di tengahnya terdapat lubang dan melalui lubang tersebut kotoran menstruasi dapat
mengalir keluar.Biasanya hymen berlubang sebesar jari, letaknya di bagian mulut vagina
memisahkan genitalia eksterna dan interna.
f. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang sebelah lateralnya dibatasi oleh kedua labia minora,
anterior oleh klitoris, dorsal oleh fourchet. Pada vestibulum terdapat muara-muara dari vagina
uretra dan terdapat juga 4 lubang kecil yaitu: 2 muara dari kelenjar Bartholini yang terdapat
disamping dan agak kebelakang dari introitut vagina, 2 muara dari kelenjar skene disamping dan
agak dorsal dari uretra.

Organ genetalia interna meliput :


a. Vagina
Vagina merupakan saluran yang menghubungkan uterus dengan vulva dan merupakan
tabung berotot yang dilapisi membran dari jenis epitelium bergaris khusus dan dialiri banyak
pembuluh darah serta serabut saraf secara melimpah. Panjang Vagina kurang lebih 10-12 cm dari
vestibula ke uterus, dan letaknya di antara kandung kemih dan rektum. Vagina mempunyai
fungsi yaitu : sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah menstruasi,
sebagai jalan lahir pada waktu partus.
b. Uterus
Uterus merupakan alat yang berongga dan berbentuk sebagai bola lampu yang gepeng
dan terdiri dari 2 bagian : korpus uteri yang berbentuk segitiga dan servix uteri yang berbentuk
silindris. Bagian dari korpus uteri antara kedua pangkal tuba disebut fundus uteri (dasar rahim).
Bentuk dan ukuran uterus sangat berbada-bada tergantung dari usia, dan pernah melahirkan anak
atau belum.Cavum uteri (rongga rahim) berbentuk segitiga, melebar di daerah fundus dan
menyempit kearah cervix. Sebelah atas rongga rahim brhubungan dengan saluran indung telur
(tuba follopi) dan sebelah bawah dengan saluran leher rahim (kanalis cervikalis).

Hubungan antara kavum uteri dengan kanalis cervikalis disebut ostium uteri internum,
sedangkan muara kanalis cervikalis kedalam vagina disebut ostium uteri eksternum. Dinding
rahim terdiri dari 3 lapisan : Perimetrium (lapisan peritoneum) yang meliputi dinding uteru
bagian luar, Myometrium (lapisan otot) merupakan lapisan yang paling tebal, Endometrium
(selaput lendir) merupakan lapisan bagian dalam dari korpus uteri yang membatasi kavum uteri.

c. Tuba Fallopi
Tuba Fallopi terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan kearah lateral, mulia dari
kornu uteri kanan kiri yang panjangnya kurang lebih 12 cm dan diameternya 3-8 mm. Fungsi
tuba yang utama adalah untk membawa ovum yang dilapaskan ovarium ke kavum uteri.
Pada tuba ini dapat dibedakan menjadi 4 bagian, sebagai berikut :

1. Pars interstitialis (intramularis), bagian tuba yang berjalan dalam dinding uterus mulai pada
ostium internum tubae.
2. Pars Ampullaris, bagian tuba antara pars isthmixca dan infundibulum dan merupakan bagian
tuba yang paling lebar dan berbentuk huruf S.
3. Pars Isthmica, bagian tuba sebelahkeluar dari dinding uerus dan merupakan bagian tuba yang
lurus dan sempit.
4. Pars Infundibulum, bagian yang berbentuk corong dan lubangnya menghadap ke rongga perut,
Bagian ini mempunyai fimbria yang berguna sebagai alat penangkap ovum.

d. Ovarium
Ovarium terdapat di dalam rongga panggul di sebelah kanan maupun sebelah kiri dan
berbentuk seperti buah kenari.Ovarium berfungsi memproduksi sel telur, hormon esterogen dan
hormon progesteron.

E. Patofisiologi
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan epitel kubus
mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona transformasi). Pada zona
transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel progresif yang akhirnya berakhir
sebagai karsinoma servikal invasif. Displasia servikal dan karsinoma in situ (HSIL) mendahului
karsinoma invasif. Karsinoma seviks invasif terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke
dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara langsung ke dalam jaringan para
servikal.
Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih
progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasive dapat menginvasi atau meluas ke
dinding vagina, ligamentum kardinale dan rongga endometrium, invasi ke kelenjar getah bening
dan pembuluh darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh.
Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik. Karsinoma servikal invasif tidak
memilki gejala, namun karsinoma invasif dini dapatmenyebabkan sekret vagina atau perdarahan
vagina. Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul
pada saat awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis
perdarahan vagina yang paling sering adalah pasca coitus atau bercak antara menstruasi.
Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian adalah nyeri punggung
bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi berkemih yang
sering dan mendesak, hematuri atau perdarahan rectum (Price & Wilson, 2012).
Pada pengobatan kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa efek samping antara
lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka
mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ).
Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan
kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit.
Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan sehingga daya
tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul.
Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker serviks ini merasa cemas akan
penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bias dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat
diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Aspiani, 2017)

F. Manifestasi Klinis
1. Keputihan
Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan
Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina
ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian,
pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
2. Perdarahan
Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak)
merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%).Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak
ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid,
amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan
intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini
yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid.Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus
yang terjadi pada klien kanker serviks.Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam
(vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi.Karakteristik darah yang keluar berwarna
merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal.Perdarahan rektum dapat
terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.
3. Nyeri
Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal.Pada tahap lanjut,
gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning,
berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering
terjadi dan nyeri makin progresif. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki,
hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter.

G. Komplikasi

1. Menopause dini : Menopause dini dapat terjadi jika rahim dan ovarium diangkat melalui
operasi, atau bisa juga karena rahim dan ovarium rusak saat menjalani perawatan dengan
radioterapi.

2. Terjadinya penyempitan vagina : Pengobatan dengan radioterapi pada kanker serviks sering
kali menyebabkan vagina Anda menjadi sempit.Kondisi ini dapat membuat hubungan seks
terasa sangat menyakitkan dan sulit.

3. Munculnya limfedema : Linfedema adalah pembengkakan yang umumnya muncul pada


tangan atau kaki karena sistem limfatik yang terhalang.Sistem limfatik adalah bagian penting
dari sistem kekebalan dan sistem sirkulasi tubuh.Sistem limfatik mungkin tidak berfungsi
dengan normal jika nodus limfa diangkat dari panggul Anda.
Salah satu fungsi sistem limfatik adalah membuang cairan berlebih dari dalam jaringan tubuh.
Gangguan pada proses ini dapat menyebabkan penumpukan cairan di jaringan tubuh, yang
menyebabkan timbulnya pembengkakan.

Pada orang dengan kanker serviks, limfedema biasanya terjadi pada bagian kaki.Untuk
mengurangi pembengkakan yang terjadi, Anda bisa melakukan latihan dan teknik pemijatan
khusus.Perban atau kain pembalut khusus juga bisa membantu untuk mengatasinya.

4. Rasa sakit akibat penyebaran kanker : Rasa sakit yang parah akan muncul ketika kanker sudah
menyebar ke saraf, tulang, atau otot Anda. Namun, beberapa obat pereda rasa sakit biasanya
dapat digunakan untuk mengendalikan rasa sakit ini.Jika pereda rasa sakit tidak banyak
membantu, tanyakan pada dokter tentang obat yang mungkin memiliki efek lebih
kuat. Radioterapi jangka pendek juga efektif untuk mengendalikan rasa sakit.

5. Gagal ginjal : Pada beberapa kasus kanker serviks stadium lanjut, kanker bisa menekan
ureter.Ini menyebabkan terhalangnya aliran urine untuk keluar dari ginjal.Terkumpulnya urine di
ginjal dikenal dengan istilah hidronefrosis.Kondisi ini bisa menyebabkan ginjal membengkak
dan meregang.Hidronefrosis parah bisa merusak ginjal sehingga kehilangan seluruh
fungsinya.Kondisi inilah yang disebut sebagai gagal ginjal.

6. Keputihan abnormal : Keputihan abnormal bisa berbau aneh dan tidak sedap akibat dari
kanker serviks stadium lanjut. Keputihan yang keluar bisa muncul karena beberapa penyebab,
seperti kerusakan pada jaringan sel-sel, kerusakan pada kandung kemih atau usus sehingga
terjadi kebocoran, atau karena infeksi bakteri pada organ vagina.

H. Pemeriksaan Penunjang

 Sitologi, dengan cara Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV
dan prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras
(karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan / sedang.Didapatkan hasil negatif palsu 5-
50% sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat.Sedangkan hasil
positif palsu sebesar 3-15%.

 Kolposkopi
 Servikografi
 Pemeriksaan visual langsung
 Gineskopi
 Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)

I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan meliputi pemberian edukasi dan informasi untuk meningkatkan


pengetahuan pasien dan mengurangi kecemasan serta ketakutan pasien. Perawat mendukung
kemampuan pasien dalam perawatan diri untuk meningkatkan kesetahan dan mencegah
komlipakai. Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana pasien dan pasangannya memandang
kemampuan reproduksi wanita dan memaknai setiap hal yang berhubungan dengan kemampuan
reproduksinya. Bagi sebagian wanita, masalah harga diri dan citra tubuh yang berat dapat
muncul saat mereka tidak dapat lagi mempunyai anak. Pasangan mereka sering sekali
menunjukkan sikap yang sama, yang merendahkan wanita yang tidak dapat memberikan
keturunan.
Intervensi berfokus pada upaya membantu pasien dan pasangannya untuk menerima
berbagai perubahan fisik dan psikologis akibat masalah tersebut serta menemukan kualitas lain
dalam diri wanita sehingga ia dapat di hargai. Bahkan, sekalipun kehilangan uterus dan
kemampuan reproduksi tidak terlalu mempengaruhiharga diri dancintra tubuhnya, wanita tetap
memerlukan penguatan atas peran lainnya yang berharga sebagai seorang manusia. Wanita yang
mengalami nyeri hebat ketika menstruasi dan sangat mengganggu aktivitas rutinnya menganggap
penanggulanagn seperti histerektomi, sebagai pemecahan masalah.
Apabila terdiagnosis menderita kanker, banyak wanita merasa hidupnya lebih terancam
dan perasan ini jauh lebih penting dibandingkan kehilangan kemampuan reprpduksi. Intervensi
keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu pasien mengekspresikan rasa takut,
membuat parameter harapan yang realistis, memperjelas nilai dan dukungan spiritual,
meningkatkan kualitas sumber daya keluarga dan komunitas, dan menemukan kekuatan diri
untuk menghadapi masalah (Reeder, dkk, 2013)

J. Penatalaksanaan MEDIS

1. Radiasi
- Dapat dipakai untuk semua stadium
- Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
- Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
2. Operasi
- Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II
- Operasi histerektomi vagina yang radikal

3. Kombinasi (radiasi dan pembedahan)

Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi,
odema.Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering
menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran
darah.
Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 % dari
karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post
terapi keadaan masih tetap sama.

K. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KANKER SERVIKS


I. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan/keletihan, anemia, Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada
malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, keringat
malam. Pekerjaan/profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi.
b. Integritas Ego
Gejala : faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius/spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis, perasaan putus
asa.
c. Eliminasi
Gejala : Pada kanker servik, perubahan pada pola devekasi, perubahan eliminasi urinarius
misalnya : nyeri.
d. Makanan dan Minuman
Gejala : Pada kanker servik : kebiasaan diet buruk (ex : rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan
pengawet, rasa).
e. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
f. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri, derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan ringan sampai nyeri hebat
(dihubungkan dengan proses penyakit)
g. Pernafasan
Gejala : Merokok, Pemajanan abses
h. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi
i. Seksualitas
Gejala : Perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah, karakteristik, bau), perdarahan
sehabis senggama (pada kanker serviks), Nullgravida lebih besar dari usia 30 tahun multigravida
pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini.
j. Interaksi sosial
Gejala : Ketidak nyamanan/kelemahan sistem pendukung, Riwayat perkawinan (berkenaan
dengan kepuasan), dukungan, bantuan, masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.
k. Penyuluhan
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit primer, riwayat pengobatan
sebelumnya (Doenges, 2000).

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ansietas b/d diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas dan perubahan
bentuk tubuh.
b. Gangguan harga diri b/d perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan pasangan
dan keluarga.
c. Perubahan eliminasi urinarius b/d trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan
lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
d. Nyeri b/d pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
e. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d status hipermetabolik berhubungan
dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.
f. Kurangnya pengetahuan tentang aspek-aspek perioperatif histierektomi dan perawatan diri
(Doenges, 2000).

3. Intervensi Keperawatan

a. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan
femininitas dan perubahan bentuk tubuh d/d Peningkatan ketegangan, gemetaran,
ketakutan, gelisah, mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.

Tujuan : Rasa cemas pasien hilang/tidak cemas lagi


Kriteria Hasil: Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa
takut dan cemas

Intervensi:
1) Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker. Tentukan apakah
dokter telah menjelaskan kepada pasien dan apakah kesimpulan pasien telah dicapai.
Rasional :Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada
pengalaman pada kanker.
2) Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional :Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta kesalaahn konsep
tentang diagnostik.
3) Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari memperdebatkan tentang
persepsi pasien terhadap situasi.
Rasional :Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan/ pilihan
berdasarkan realita.

b. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan
dengan pasangan dan keluarga d/d Mengungkapkan perubahan dalam gaya hidup tentang tubuh,
perasaan tidak berdaya, putus asa, dan tidak mampu.Tidak mengambil tanggung jawab untuk
perawatan diri, kurang mengikuti perubahan pada persepsi diri/persepsi orang lain tentang peran.
Tujuan : Meningkatkan harga diri pasien
Kriteria Hasil :Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri dalam
situasi.
Intervensi :
1) Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker/pengobatan pada peran sebagai
ibu rumah tangga, orang tua dan sebagainya.
Rasional :Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi penerimaan pengobatan
atau merangsang kemajuan penyakit.
2) Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptasi.
Rasional :Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk tindakan apapun
perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.
3) Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik dan fase
pengobatan.
Rasional :Meskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek kanker atau
efek samping terapi, banyak memerlukan dukungan tambahan selama periode ini.
4) Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada).
Rasional :Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baik untuk pasien/ orang
terdekat, memberikan kontak dengan pasien dengan kanker pada berbagai tingkatan pengobatan
dan/atau pemulihan.

c. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah,


adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
Ditandai dengan : Sensasi kandung kemih penuh, tiba-tiba, frekuensi sedikit untuk berkemih atau
tak ada keluarnya urins, inkontinensia aliran berlebihan, distensi kandung kemih.
Tujuan : Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
Kriteria Hasil : Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.
Intervensi :
1) Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.
Rasional :Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering dalam jumlah
sedikit/kurang (< 100 ml).
2) Palpasi kandung kemih, selidiki keluhan ketidaknyaman, penuh ketidakmampuan berkemih.
Rasional :Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih di atas simpisis pubis
menunjukkan retensi urine.
3) Berikan tindakan berkemih rutin, posisi normal, aliran air pada baskom, penyiraman air
hangat pada perineum.
Rasional :Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah upaya berkemih.
4) Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter.
Rasional :Meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko ISK asenden.
5) Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.
Rasional :Retensi urine, drainase vagina, dan kemungkinan adanya kateter intermitten/ tak
menetap meningkatkan resiko infeksi, khususnya bila pasien mempunyai jahitan parineal.
6) Pemasangan kateter bila diindikasikan
Rasional :Edema atau pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan atoni kandungan kemih/retensi
kandung kemih memerlukan dekompresi kandung kemih.
d. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
Ditandai dengan : adanya keluhan nyeri, perilaku berhati-hati.
Kriteria Hasil : Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal.
Tujuan : Nyeri hilang/berkurang
Intervensi :
1) Tentukan riwayat nyeri, misalnya : lokasi uteri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 0-10)
dan tindakan kehilangan yang digunakan.
Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan
intervensi.
2) Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya reposisi, gosokkan punggung) dan aktifitas
hiburan (misalnya musik, televisi).
Rasional :Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
3) Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, sentuhan terapeutik)
Rasional :Memungkinkan pasien berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol nyeri
4) Kolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan analgesik sesuai dengan indikasi
Rasional :Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker,meskipun respon individual berbeda-beda.

e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.
Ditandai dengan : berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan bentuk
tubuh
Tujuan : tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
Kriteria Hasil : penambahan berat badan progresif ke arah tujuan normalisasi
Intervensi :
1) Pantau masukan makanan
Rasional : mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi
2) Ukur TB, BB setiap hari sesuai indikasi
Rasional : membantu mengidentifikasi malnutrisi protein-kalori
3) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan cairan adekuat
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga dengan cairan
f. Kurangnya pengetahuan mengenai prognosis penyakit, dan kebutuhan pengobatan
Ditandai dengan : pernyataan/meminta informasi, mengungkapkan masalah, salah persepsi
Tujuan : pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
Kriteria Hasil : mengungkapkan informasi yang akurat tentang diagnosa dan aturan pengobatan
dan melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan.
Intervensi :
1) Bantu pasien menentukan persepsi tentang kanker dan pengobatan
Rasional : membantu identifikasi ide, sikap, dan rasa takut
2) Berikan informasi yang jelas dan akurat
Rasional : membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan informasi yang diperlukan
3) Minta pasien memberikan umpan balik verbal, dan perbaiki kesalahan konsep
Rasional : kesalaahan konsep tentang kanker lebih mengganggu daripada kenyataan dan
mempengaruhi pengobatan/penurunan penyembuhan.
(Doenges, 2000).

4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
a. Ansietas pasien berkurang
b. Meningkatkan harga diri pasien
c. Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
d. Nyeri hilang/berkurang
e. tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
f. pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
(Doenges, 2000).
Daftar Pustaka

Doenges, M. E. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.


Novelia, E. 2017. Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks post kemoterapi di
ruang gynekologi-onkologi irina kebidanan RSUP DR.M Djamil. Padang

https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/kanker-serviks/komplikasi-kanker-serviks/

Anda mungkin juga menyukai