Anda di halaman 1dari 21

Laporan Kasus

Stroke Hemoragik

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Neurologi RSUDZA/FK Unsyiah
Banda Aceh

Oleh:

Muhammad Najib Fajar Fawaid


NIM. 1607101030104

Pembimbing:
dr. Nur Astini, Sp.S

BAGIAN/ SMF NEUROLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf lokal dan
atau global, munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi syaraf
pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik.
Gangguan syaraf tersebut antara lain kelumpuhan wajah atau anggota badan,
bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), perubahan kesadaran, dan gangguan
penglihatan.(1) Gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak
tersebut dapat menimbulkan kecacatan bahkan kematian. Secara umum, stroke
digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular Disease (CVD) dan kurikulum Inti
Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI) mengistilahkan stroke sebagai penyakit
akibat gangguan peredaran darah otak (GPDO).(2) Stroke atau gangguan aliran
darah di otak disebut juga sebagai serangan otak (brain attack), merupakan
penyebab cacat (disabilitas, invaliditas).(3)
Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius karena ditandai
dengan tingginya mobiditas dan mortalitasnya.(2) Stroke adalah sindrom yang
terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau
global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit). (4)
Secara sederhana stroke akut didefenisikan sebagai penyakit otak akibat
terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau perdarahan
(stroke hemoragik). Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena
aterosklerotik atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah,
melalui proses aterosklerosis. Sedangkan pada stroke perdarahan (hemoragik),
pembuluh darah pecah sehingga aliran darah menjadi tidak normal dan darah yang
keluar merembes masuk ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Stroke akut
baik yang iskemik maupun hemoragik merupakan kedaruratan medis yang
memerlukan penanganan segera karena dapat menimbulkan kecacatan permanen
atau kematian. (5)
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas pasien

• Nama : Tn. AM
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Usia : 67 tahun
• Alamat : Blang Makmur, Kuala Batee, Aceh Barat Daya
• Pekerjaan : Petani
• Agama : Islam
• Tanggal pemeriksaan : 30 Mei 2017

2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama :
Penurunan Kesadaran

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan penurunan kesadaran secara tiba-tiba saat
pasien hendak tidur siang 12 jam SMRS. Pasien mengalami kelemahan
anggota gerak sebelah kanan dan mual serta muntah sebanyak 3 kali.
Muntah prijektil dengan duntahan berupa makanan yang dimakan. Pasien
juga mengeluhkan adanya batuk berdahak, nyeri kepala (+), kejang (-).
Mulut merot (-).

2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien pernah mengalami stroke 1 tahun yang lalu, dan memiliki riwayat
hipertensi dan tidak memiliki riwayat diabetes mellitus.

2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluarga pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes (-), dan
alergi (-)
2.2.5 Riwayat Penggunaan Obat :
Pasien memiliki riwayat minum obat antihipertensi namun tidak
mengetahui nama obat tersebut.
2.2.6 Riwayat Kebiasaan Sosial :
Pasien sehari-sehari bekerja sebagai petani. Pasien tidak memiliki riwayat
merokok. Pasien juga menyukai makanan-makanan yang mengandung kolesterol
tinggi.

2.3 Pemeriksaan Fisik


Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 68x/i
Pernafasan : 18 x/i
Suhu : 36,7oC
Tinggi badan : 164 cm
Berat badan : 68 kg

Kulit
Warna : Kuning langsat
Turgor : Cepat kembali
Sianosis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Anemia : Ada

Kepala
• Wajah : Simetris
• Mata : Konjungtiva pucat (-/-), ikterik (-/-), pupil bulat isokor 3
mm / 3 mm, refleks cahaya langsung (+/+), dan refleks
cahaya tidak langsung (+/+)
• Telinga : Normotia, otorea (-/-), serumen (+/+)
• Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-)
• Mulut : Bibir Simetris, pucat (-), mukosa basah (+), sianosis (-),
• Lidah : Tremor (-), hiperemis (-), deviasi(+)
• Tonsil : Hiperemis (-/-), T1 – T1
• Faring : Hiperemis (-)

Leher
 tidak ada pembesaran KGB
 Kaku kuduk (-)

Ekstremitas
Superior Inferior
Pemeriksaan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis Negative Negative Negative Negative
Edema Negative Negative Negative Negative

2.4 Status neurologis


• GCS : E4 M6 Vafasia
• Pupil : Isokor (3 mm/3 mm)
• Reflek Cahaya Langsung : (+/+)
• Reflek Cahaya Tidak Langsung : (+/+)

Tanda Rangsang Meningeal


• Kaku kuduk : (-)
• Laseque : (-)
• Kernig : (-)
• Babinski : (-/-)
• Brudzinski I : (-)
• Brudzinski II : (-)

Nervus Kranialis
Nervus II (visual)
Kelompok Optik Kiri Kanan
Visus normal normal
Lapangan pandang normal normal
Melihat warna normal Normal
Pemeriksaan fundus Tidak dilakukan

Nervus III (otonom)


Kelompok Optik Kiri Kanan
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil Bulat isokor Bulat isokor
RCL Positif Positif
RCTL Positif Positif
Nistagmus Negatif Negatif
Strabismus Negatif Negatif
Ptosis Negatif Negatif

Nervus III, IV, VI (gerakan okuler)


Kelompok Optik Kiri Kanan
Lateral Positif Positif
Atas Positif Positif
Bawah Positif Positif
Medial Positif Positif
Diplopia Positif Positif

Kelompok Motorik
Nervus V (fungsi motorik)

- Membuka Mulut : tidak ada kelainan


- Menggigit dan mengunyah : tidak ada kelainan
Nervus VII (fungsi motorik)
- Mengerutkan dahi : simetris
- Menutup mata : simetris, tertutup sempurna
- Membuka mata : simetris
- Menggembungkan pipi : simetris
- Sudut bibir : simetris

Nervus IX (fungsi motorik)


- Bicara : Afasia
- Refleks menelan : dalam batas normal

Nervus XI (fungsi motorik)


- Mengangkat bahu : dalam batas normal
- Memutar kepala : dalam batas normal

Nervus XII (fungsi motorik)


- Artikulasi lingualis : sulit berbicara
- Menjulurkan lidah : deviasi

Kelompok Sensoris
Nervus I (fungsi penciuman) : belum dapat dinilai
Nervus V (fungsi sensasi wilayah) : kesan normal
Nervus VII (fungsi pengecapan) : kesan normal
Nervus VIII (fungsi pendengaran) : kesan normal

Badan

Motorik
- Gerakan Respirasi : Thorako Abdominal
- Gerakan Columna Vertebralis : Simetris
- Bentuk Columna Vertebralis : Kesan simetris
Sensibilitas
- Rasa Suhu : dalam batas normal
- Rasa nyeri : dalam batas normal
- Rasa Raba : dalam batas normal

Anggota Gerak Atas

Penilaian Kiri Kanan


Pergerakan Positif Positif
Kekuatan 5555 3333
Tonus Positif Positif
Reflek Biceps Positif Positif
Reflek Tricep Positif Positif

Anggota Gerak Bawah

Penilaian Kiri Kanan


Pergerakan Positif Positif
Kekuatan 5555 3333
Tonus Positif Positif
Reflek Patella Positif Positif
Reflek Achilles Positif Positif
Reflek Babinski Negatif Negatif
Reflek Chaddok Negatif Negatif
Reflek Gordon Negatif Negatif
Reflek Oppenheim Negatif Negatif

Sensibilitas

- Rasa suhu : dalam batas normal


- Rasa nyeri : dalam batas normal
- Rasa raba : dalam batas normal
Pemeriksaan Fungsi Vestibuler

• Romberg Test : tidak dapat dinilai


• Past-pointing Test : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif

- Miksi : dalam batas normal


- Defekasi : dalam batas normal

2.5 Pemeriksaan Penunjang


a. Laboratorium (29-5-2017)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HB 12,8 14,0-17,0
Ht 38* 45-55
Eritrosit 4,5 4,7-6,1
Leukosit 15 4,5-10,5
Trombosit 249 140-450
Natrium 143* 135-145
Kalium 3,5 3,5-4,5
Klorida 107 90-110
Ureum 43 13-43
Kreatinin 1,00 0,67-1,17
Glukosa Darah Sewaktu 112 <200

2.6 Pemeriksaan CT-Scan


Hasil CT Scan kepala (22-5-2017) : ICH di capsula interna sampai corona
radiata sinistra dengan edema cerebri
2.6 Diagnosis
Diagnosis klinis : Hemiparesis Dextra, Afasia
Diagnosis topis : Capsula Interna Sinistra
Diagnosis etiologis : Intracranial hemoragik
Diagnosis patologis : Stroke hemoragik

2.7 Terapi
• IVFD Asering 20 gtt/i
• Inj citicolin 500 mg/12 jam
• Inj Mecobalamin 500 mg/12 jam
• Inj Ranitidin 1 amp/12 jam
• Diovan 2x 160 mg
• Ceremax 2,1 cc/ jam
• Gabapentin 1x300mg
• Adalat Oros 1x30mg

2.8 Prognosis
Qou ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
BAB IV
DISKUSI KASUS

Berdasarkan laporan kasus tersebut, adapun permasalahan yang terjadi pada


pasien yaitu:
1. Mengapa pasien mengeluhkan nyeri kepala?
2. Bagaimana persebaran penyakit stroke hemoragik?
3. Apa saja faktor resiko terhadap stroke hemoragik yang ada pada pasien
tersebut?
4. Apa saja rencana tata laksana pada pasien tersebut?

Mengapa pasien mengeluhkan nyeri kepala?


Otak adalah salah satu organ yang sangat vital, yang memungkinkan fungsi
mental dan kecerdasan berjalan dengan baik. Selain mengendalikan interaksi kita
dengan dunia luar melalui indra serta mengontrol gerakan sadar kita, juga berperan
mengatur banyak fungsi yan tidak disadari (otomatis). Karena itu, kesehatan dan
fungsi otak harus dijaga dengan optimal yaitu melalui jaminan kepastian pasokan
darah. Otak terdiri dari sel-sel saraf (neuron), sel penunjang (sel glia), cairan otak
(serebrospinal), serta pembuluh-pembuluh darahnya. Setiap orang memiliki jumlah
neuron sekitar 100 miliar yang terkoneksi satu dengan yang lainnya.(6)
Berat otak orang dewasa sekitar 1400 gram, yaitu hanya sekitar 2% dari bobot
tubuhnya. Akan tetapi, otak mengosumsi oksigen sekitar 20 persen dan glukosa
sebanyak 50 persen dari total energi tubuh. Otak tidak memiliki kemampuan untuk
menyimpan sari makanan dan oksigen dalam jumlah yang memadai sehingga untuk
dapat berfungsi otak memerlukan pasokan darah 24 jam terus-menerus, tidak boleh
terhambat dalam hitungan detik sekalipun. Otak yang sehat harus dipasok dengan
satu liter darah per menit, yaitu sekitar 15 persen jumlah darah total yang dipompa
jantung.(6)
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan otak
(disebut hemoragia intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau kedalam
ruang subaraknoid, yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan
yang menutupi otak (disebut hemoragia subaraknoid). Ini adalah jenis stroke yang
paling mematikan dan merupakan sebagian kecil dari stroke total yaitu 10-15%
perdarahan intraserebrum dan sekitar 5% untuk perdarahan subaraknoid.(7) Stroke
hemoragik adalah stroke karena pecahnya pembuluh darah sehingga menghambat
aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah otak dan
merusaknya. Hampir 70% kasus stroke hemoragik diderita oleh penderita
hipertensi.(8)
Terhalangnya suplai darah ke otak dapat disebabkan oleh arteri yang
mensuplai darah ke otak pecah, oleh sebab tertentu misalnya tekanan darah yang
mendadak tinggi. Peningkatan tekanan darah yang mendadak tinggi dapat
disebabkan oleh hipertensi, stres psikis, trauma kepala, atau oleh peningkatan
tekanan lainnya seperti batuk keras, angkat beban, dan lain sebagainya.(9)
Insiden stroke hemoragik 15% sampai 20% dari semua stroke, dapat terjadi
apabila lesi vascular intraserebrum mengalami rupture sehingga terjadiperdarahan
ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari
lesi vascular yang dapat menyebabkan perdarahan subaraknoid (PSA) adalah
aneurisma sakular dan malformasi arteriovena (MAV).(9)
Perdarahan subarakhnoid adalah masuknya darah ke ruang subarakhnoid baik
dari tempat lain (perdarahan subarakhnoid sekunder) atau sumber perdarahan
berasal dari rongga subarakhnoid itu sendiri (perdarahan subarakhnoid primer).(6)
Perdarahan subarakhnoid yaitu perdarahan yang terjadi pada ruang subarakhnoid
(ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).(8)
Penyebab yang paling sering dari PSA primer adalah robeknya aneurisma
(51-75%) dan sekitar 90% aneurisma penyebab PSA berupa aneurisma sakuler
kongenital, kelainan hematologik (misalnya trombotopenia, leukimia, anemia
aplastik), tumor, infeksi (seperti vaskulitis, sifilis, herpes simpleks, mikosis, TBC),
serta trauma kepala.(6) Perdarahan subarakhnoid terjadi di bawah jaringan
pembungkus otak.(10) Perdarahan subarakhnoid dapat disebabkan oleh sejumlah
patologi. Darah dapat masuk ke ruang subarakhnoid dari lesi arteri yang berlokasi
di dalam ruang subarakhnoid, dari perdarahan intraserebral yang berekstravasasi
dalam ruang subarakhnoid, dari perdarahan yang berasal dari ventrikel, atau dari
ruptur pembuluh darah di dalam ruang subdural, yang dapat menyebabkan
perdarahan yang meluas ke seluruh lapisan araknoid bagian luar.(11)
Perdarahan subarakhnoid (PSA) terjadi sekitar 5% dari seluruh stroke. PSA
biasanya terjadi dengan nyeri kepala hebat yang terjadi mendadak, dapat disertai
berkurangnya derajat kesadaran atau hilangnya kesadaran. Nyeri kepala yang
dirasakan sering merupakan nyeri kepala terhebat yang pernah dialami pasien,
tetapi nyeri kepala yang lebih ringan juga dapat terjadi pada PSA. Akibat darah
mengiritasi meningers, pasien dapat juga mengeluhkan kaku leher, nyeri
punggung, dan fotofobia. Seiring berjalannya waktu, darah pada PSA memiliki efek
(massa atau lainnya) pada bagian otak sehingga menghasilkan gejala neurologis
fokal atau kejang. Jika perdarahan subarakhnoid ini masif, keadaan pasien dapat
berupa kehilangan kesadaran secara mendadak dan kolaps.(11)
Penyebab utama perdarahan subarakhnoid adalah aneurisma intrakranial.
Sehubungan dengan pecahnya aneurisma yang besar, meliputi nyeri kepala yang
hebat dan mendadak, hilangnya kesadaran, fotofobia, meningismus, mual, dan
muntah. Tanda-tanda peringatan perdarahan subarkhnoid berupa nyeri kepala yang
mendadak dan kemudia hilang dengan sendirinya (30-60%), nyeri kepala disertai
mual, nyeri tengkuk dan fotofobia (40-50%), dan beberapa penderita mengalami
serangan seperti “disambar petir”.(12)
Pada pasien dengan perdarahan subaraknoid didapatkan gejala prodromal
berupa nyeri kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat
bervariasi. Ada gejala/tanda rangsangan meningeal. Edema papil dapat terjadi bila
ada perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma pada a.komunikans anterior
atau a.karotis interna.(8) Gejala klinis perdarahan subarakhnoid (PSA) antara lain:(6)
1. Sakit kepala mendadak dan hebat dimulai dari leher
2. Nausea dan vomiting (mual dan muntah)
3. Fotofobia (mudah silau)
4. Paresis saraf okumotorius, pupil anisokor, perdarahan retina pada
funduskopi
5. Gangguan otonom (suhu tubuh dan tekanan darah naik)
6. Kaku leher/kuduk (meningismus), bila pasien masih sadar
7. Gangguan kesadaran berupa rasa kantuk (somnolen) sampai kesadaran
hilang (koma)
Bagaimana persebaran penyakit stroke hemoragik?
1. Menurut Usia
Menurut Riskesdas 2007, stroke merupakan penyebab kecacatan kronik yang
paling tinggi pada kelompok umur di atas usia 45 tahun. Penyakit stroke belakangan
ini menyerang bukan hanya kelompok usia diatas 50 tahun, melainkan juga
kelompok usia produktif yang menjadi tulang punggung keluarga. Bahkan, dalam
sejumlah kasus, penderita penyakit itu masih berusia dibawah 30 tahun.(6) Di
Sumatera Utara penderita stroke yang terdiagnosis nakes pada usia 15-24 tahun
(0,2‰), 25-34 tahun (0,6‰) dan 35-44 tahun (2,5‰).(13)
Semakin tua usia seseorang akan semakin mudah terkena stroke. Stroke dapat
terjadi pada semua usia, namun lebih dari 70% kasus stroke terjadi pada usia diatas
65 tahun. Laki-laki lebih mudah terkena stroke. Hal ini dikarenakan lebih tingginya
angka kejadian faktor risiko stroke (misalnya hipertensi) pada laki-laki.(10)
Menurut WHO 2006, stroke adalah penyebab kematian terbesar ketiga di negara-
negara industri setelah penyakit jantung dan kanker. Prevalensi stroke pada
populasi kulit putih berkisar antara 500-600 per 100.000 penduduk. Berdasarkan
Profil Kesehatan Nasional (2008) jumlah penderita stroke rawat inap oleh karena
perdarahan intrakranial 3.716 orang. CFR penyakit stroke tertinggi yang dirawat
inap di rumah sakit adalah perdarahan intrakarnial sebesar 34,46%.(13)
2. Menurut Tempat
Jumlah penderita stroke dengan rata-rata berusia 60 tahun ke atas berada di
urutan kedua terbanyak di Asia, sedangkan usia 15-59 tahun berada di urutan
kelima terbanyak di Asia. Jumlah penderita stroke mencapai 8,3 per 100 populasi
di Indonesia dengan populasi sekitar 211 juta jiwa, berarti terdapat sekitar 1,7 juta
penderita stroke di Indonesia.(14) Dilaporkan di Selandia Baru 793 per 100.000
penduduk, di Prancis 1445 per 100.000 penduduk. Di China, prevalensi stroke 620
per 100.000 penduduk, dan Thailand 690 per 100.000 penduduk.(15) Menurut
American Heart Association yang dikutip oleh Burhanuddin dan Wahiduddin
(2013) jumlah penderita stroke di seluruh dunia yang berusia dibawah 45 tahun
terus meningkat. Pada konferensi ahli saraf internasional di Inggris dilaporkan
bahwa terdapat lebih dari 1.000 penderita stroke berusia kurang dari 30 tahun.
Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan meningkat
seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih dari 6 juta
pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030.

Apa saja faktor resiko terhadap stroke hemoragik yang ada pada pasien
tersebut?

1. Usia
Pada umumnya risiko terjadinya stroke mulai usia 35 tahun dan akan
meningkat dua kali dalam dekade berikutnya. Empat puluh persen berumur 65
tahun dan hampir 13% berumur dibawah 45 tahun.(16)
2. Jenis Kelamin
Laki-laki lebih cenderung untuk terkena stroke lebih tinggi dibandingkan
wanita, dengan perbandingan 1.3:1, kecuali pada usia lanjut laki-laki dan wanita
hampir tidak berbeda. Laki-lai yang berumur 45 tahun bila bertahan hidup sampai
85 tahun kemungkinan terkena stroke 25%, sedangkan risiko bagi wanita hanya
20%. Pada laki-laki cenderung terkena stroke iskemik sedangkan wanita lebih
sering menderita perdarahan subarakhnoid dan kematiannya 2 kali lebih tinggi
dibandingkan laki-laki.(6)
3. RAS
Tingkat kejadian stroke diseluruh dunia tertinggi dialami oleh orang Jepang
dan Cina. Menurut Broderick melaporkan orang negro Amerika cenderung
mengalami stroke perdarahan intrakranial. Sedangkan orang kulit putih cenderung
terkena stroke iskemik, akibat sumbatan ekstrakranial lebih banyak.(6) Orang kulit
hitam dua kali lebih mungkin untuk memiliki tekanan darah tinggi dibandingkan
orang kulit putih.(17)
4. Riwayat Stroke
Dalam waktu 5 tahun kemungkinan akan terserang stroke kembali sebanyak
35% sampai 42%.(16)
5. Hereditas
Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya hipertensi,
jantung, diabetes dan kelainan pembuluh darah. Riwayat stroke dalam keluarga,
terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah mengalami stroke pada usia
kurang dari 65 tahun, meningkatkan risiko terkena stroke. Menurut penelitian
Tsong Hai Lee di Taiwan pada tahun 1997-2001 riwayat stroke pada keluarga
meningkatkan risiko terkena stroke sebesar 29,3%.(18)
Hiperkolesterolemia
Kondisi ini secara langsung dan tidak langsung meningkatkan faktor risiko,
tingginya kolesterol dapat merusak dinding pembuluh darah dan juga menyebabkan
penyakit jantung koroner. Kolesterol yang tinggi terutama Low Density
Lipoprotein (LDL) akan membentuk plak di dalam pembuluh darah dan dapat
menyumbat pembuluh darah baik di jantung maupun di otak. Kadar kolesterol total
> 200 mg/dl meningkatkan risiko stroke 1,31-2,9 kali.(19)(3)
Merokok
Berdasarkan penelitian Siregar F (2002) di RSUP Haji Adam Malik Medan
dengan desain case control, kebiasaan merokok meningkatkan risiko terkena stroke
sebesar 4 kali.(20) Merokok menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri di
seluruh tubuh (termasuk yang ada di otak dan jantung), sehingga merokok
mendorong terjadinya aterosklerosis, mengurangi aliran darah, dan menyebabkan
darah mudah menggumpal.(18)

Apa saja rencana tata laksana pada pasien tersebut?


Tindakan Konservatif
Jenis dan makna klinis tindakan konservatif stroke, yaitu (Mutaqqin, 2008):
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,
b. tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan
c. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial
d. Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran
sangat penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.
Antiagregasitrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi trombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma
e. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya
trombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler
Tindakan Operatif
Tujuan utama tindakan operatif adalah memperbaiki aliran darah serebral.
Jenis dan makna klinis tindakan operatif terhadap stroke, yaitu (Mutaqqin, 2008):
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh klien TIA
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
d. Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma
BAB V
KESIMPULAN

Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf lokal dan
atau global, munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi syaraf
pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik.
Gangguan syaraf tersebut antara lain kelumpuhan wajah atau anggota badan,
bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), perubahan kesadaran, dan gangguan
penglihatan. Gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak tersebut
dapat menimbulkan kecacatan bahkan kematian. Secara umum, stroke digunakan
sebagai sinonim Cerebro Vascular Disease (CVD) dan kurikulum Inti Pendidikan
Dokter di Indonesia (KIPDI) mengistilahkan stroke sebagai penyakit akibat
gangguan peredaran darah otak (GPDO). Stroke atau gangguan aliran darah di otak
disebut juga sebagai serangan otak (brain attack), merupakan penyebab cacat
(disabilitas, invaliditas).
Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius karena ditandai
dengan tingginya mobiditas dan mortalitasnya. Stroke adalah sindrom yang terdiri
dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global)
yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jambi 2007 [Internet]. 2007.
Available from: http://labdata.litbang.depkes.go.id/menu-download

2. Bustan M. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka


Cipta; 2000.

3. Lumbantobing S. Neurogeriatri. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2003.

4. Ginsberg L. Neurologi. Jakarta: Erlangga; 2007.

5. Junaidi I. Stroke A-Z. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer; 2006.

6. Junaidi I. Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta: CV. Andi; 2011.

7. Feigin V. Stroke. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer; 2006.

8. Pudiastuti R. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011.

9. Price S, Wilson S. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


6(2). Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2006.

10. Pinzon R, Asanti L. Stroke, Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan &


Pencegahan. Yogyakarta: CV. Andi Offset; 2010.

11. Alway D. Esensial Stroke Untuk Layanan Primer. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC; 2009.

12. Harsono. Buku Ajar Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press; 1993.

13. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta; 2013.

14. Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta; 2007.

15. WHO. The Top Ten Causes of Death. 2012;

16. Prodjodisastro H. Pencegahan Stroke & Serangan Jantung pada Usia Muda.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2003.

17. Stroke Association. State of the Nation Stroke Statistics January 2016.
London; 2015.

18. Feigin V. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan Dan Pemulihan


Stroke. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer; 2006.

19. Bambang M, Suhartik K. Pencegahan Stroke Dan Jantung Pada Usia Muda.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2003.
20. Siregar F. Determinan Kejadian Stroke Pada Penderita Rawat Inap RSUP
Haji Adam Malik Medan. Kesehat Masy. 2002;

Anda mungkin juga menyukai