LAPORAN KASUS
1
3. Kondisi Lingkungan Sekitar :
Lingkungan sekitar rumah merupakan lingkungan yang tidak begitu padat penduduk.
Antara rumah pasien dengan tetangga masih terdapat jarak. Kondisi lingkungan sekitar
terjaga kebersihannya dan kondisi udara cukup baik
4. Aspek Psikologis Keluarga :
Pasien merupakan ibu dari 3 orang anak. Hubungan antara pasien dengan suami dan
anak-anaknya diakui baik. Tidak ada masalah yang berarti dalam keluarga. Pasien sangat
dekat dengan anak perempuannya. Anak perempuannya tidak lagi tinggal bersama
pasien, karena ikut pindah bersama suaminya. hal ini membuat pasien sering memikirkan
anak perempuannya, karena sebelumnya belum pernah pisah dengan anak perempuannya.
5. Anamnesis
Keluhan Utama : Sering merasa cemas sejak ± 1 bulan ini
2
Riwayat Penyakit Sekarang : ± 1 bulan ini pasien mengeluh sering merasa cemas dan
tidak tenang. Rasa cemas dirasakan pasien semenjak berpisah dengan anak perempuan
satu-satunya yang ikut suami. Rasa cemas dirasakan terkadang mengganggu aktivitas
pasien. Pasien jadi sulit untuk tidur saat malam hari. Pasien juga merasakan jantungnya
sering berdebar. ± 2 minggu ini pasien sering mengalami nyeri dibagian ulu hatinya.
Nyeri akan berkurang setelah pasien meminum obat maag. Pasien belum pernah berobat
sebelumnya.
Riwayat penyakit dahulu/keluarga:
Riwayat keluhan yang sama (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat diabetes mellitus (-)
Riwayat asma disangkal
Riwayat penyakit TB disangkal
Riwayat keluahan yang sama dalam keluarga disangkal
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Pengukuran Tanda Vital :
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 106x per menit, reguler, isi cukup
Suhu : 36,7°C
Respirasi : 21x/menit, regular
BB : 70kg
Kepala :
Bentuk : Simetris, normocephal
3
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, reflex cahaya +/+
Telinga: Dalam Batas Normal
Hidung : Sekret -/-, Epistaksis -/-
Faring : hiperemis (-), uvula normal.
9. Diagnosa Kerja
F41.1 Gangguan Ansietas Menyeluruh
10. Diagnosa Banding
- F41.0 Gangguan Panik
- F32. Depresi
10 Manajemen
b. Promotif
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya, bagaimana cara pencegahan dan
cara penularan penyakitnya.
Menjelaskan kepada pasien untuk memakan makanan bergizi
Menjelaskan kepada pasien untuk menjaga kebersihan lingkungan
Menjelaskan kepada keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada
pasien
c. Preventif :
Hindari dalam keadaan sendirian
Hindari stres
Perbanyak aktivitas
d. Kuratif
1. Non farmakologi
Makan-makanan bergizi dan minum air minimal 2 liter sehari
2. Farmakologi
- Alprazolam 2x1
- Antasida 3x1
Obat tradisional
Bahan-bahan :
Akar dan daun valerian
Indikasi :
Antiansietas dan insomnia
5
Dosis: per oral 1-5 kali 1 gelas infusa dari 2-3 g akar kering/hari. Dosis
maksimum 10 g.
Penggunaan luar untuk insomnia 400-900 mg ekstrak air atau kstrak air-etanol,
30-60 menit sebelum tidur, atau 600 mg, 1 jam sebelum tidur.
3 Rehabilitasi
- Tidur yang cukup dan berkualitas minimal 7 jam
- Olahraga minimal 2 x seminggu
Penulisan Resep
Resep Puskesmas Resep Ilmiah 1
Pro : Pro : 6
Alamat : Alamat :
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter
Resep Ilmiah 3 Resep Ilmiah 4
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Pro : Pro :
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
1. Represi, yaitu upaya ego untuk menekan pengalaman yang tidak menyenangkan dan
dirasakan mengancam ego masuk ke ketidaksadaran dan disimpan di sana agar tidak
8
menganggu ego lagi. Tetspi sebenarnya pengalaman yang sudah disimpan itu masih punya
pengaruh tidak langsung terhadap tingkahlaku si individu.
2. Rasionalisasi, yaitu upaya ego untuk melakukan penalaran sedemikian rupa terhadap
dorongan-dorongan dalam diri yang dilarang tampil oleh superego, sehingga seolah-olah
perilakunya dapat dibenarkan.
3. Kompensasi, upaya ego untuk menutupi kelemahan yang ada di salah satu sisi kehidupan
dengan membuat prestasi atau memberikan kesan sebaliknya pada sisi lain. Dengan
demikian, ego terhindar dari ejekan dan rasa rendah diri.
4. Penempatan yang keliru, yaitu upaya ego untuk melampiaskan suatu perasaan tertentu ke
pihak lain atau sumber lain karena tidak dapat melampiaskan perasaannya ke sumber
masalah.
5. Regresi, yaitu upaya ego untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau ancaman terhadap
ego dengan menampilkan pikiran atau perilaku yang mundur kembali ke taraf
perkembangan yang lebih rendah.
Dari sudut pandang kognitif, gangguan kecemasan terjadi karena adanya kesalahan
dalam mempersepsikan hal-hal yang menakutkan. Berdasarkan dari teori kognitif, masalah
yang terjadi dari individu yang mengalami gangguan kecemasan adalah terjadinya
kesalahan persepsi atau kesalahan interpretasi terhadap stimulus internal maupun eksternal.
Indivisu yang mengalami gangguan kecemasan akan melihat suatu hal yang tidak benar-
benar mengancam sebagai sesuatu yang mengancam. Jika individu mengalami pengalaman
sensasi dalam tubuh yang tidak biasa, lalu mengintepretasikannya sebagai sensasi yang
bersifat catastropic, yaitu suatu gejala bahwa ia sedang mengalami sesuatu hal seperti
serangan jantung, maka akan timbul rasa panik. 4,7
2.3 Manifestasi Klinis
Gambaran klinis bervariasi, diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh ditegakkan
apabila dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan cemas, khawatir, was-was, ragu untuk
bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah pada hal-hal yang sepele dan tidak
utama yang mana perasaan tersebut mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya,
sehingga pertimbangan akal sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh. Selain itu spesifik
untuk Gangguan Kecemasan Menyeluruh adalah kecemasanya terjadi kronis secara
terus-menerus mencakup situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan
finansial), cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas
9
akan`mendapatkan serangan jantung. Sering penderita tidak sabar, mudah marah, sulit
tidur. 3,7,8
Untuk lebih jelasnya gejala-gejala umum ansietas dapat dilihat pada tabel di bawah:
Tabel 2.1. Gejala-gejala Gangguan Cemas Menyeluruh:
11
11
Kedua teknik ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dalam
melaksanakan teknik-teknik tersebut di atas, ada dua hal yang biasanya muncul, yaitu
apa yang disebut dengan resistance (yaitu individu bertahan dan beradu argumen dengan
terapis saat terapis mulai sampai pada bagian sensitif), dan transference (yaitu individu
mengalihkan perasaannya pada terapis dan menjadi bergantung.1,5, 7
Sementara para ahli dari pendekatan humanistik eksistesialis yang melihat kecemasan
sebagai hasil konflik diri yang terkait dengan keadaan sosial dimana pengembangan diri
menjadi terhambat, maka mereka lebih menyarankan untuk membangun kembali diri
yang rusak (damaged self). Tekhniknya sering disebut sebagai client centered therapy
yang berpendapat bahwa setiap individu memiliki kemampuan yang positif yang dapat
dikembangkan sehingga ia membutuhkan situasi yang kondusif untuk mengeksplorasi
dirinya semaksimal mungkin.1,7, 8
Setiap permasalahan yang dihadapi setiap individu sebenarnya hanya dirinyalah
yang paling mengerti tentang apa yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, individu itu
sendirilah yang paling berperan dalam menyelesaikan permasalahan yang mengganggu
dirinya.1,7,8 Karena para ahli melihat kecemasan sebagai sebagai hasil dari belajar (belajar
menjadi cemas) maka untuk menanganinya perlu dilakukan pembelajaran ulang agar
terbentuk pola perilaku baru, yaitu pola perilaku yang tidak cemas.1,7
Tehnik yang digunakan untuk mengurangi kecemasan adalah systematic
desentisitization, yaitu mengurangi kecemasan dengan menggunakan konsep hirarki
ketakutan, menghilangkan ketakutan secara perlahan-lahan mulai dari ketakutan yang
sederhana sampai ke hal yang lebih kompleks. Pemberian reinforcement (penguat) juga
dapat digunakan dengan secara tepat memberikan variasi yang tepat antara pemberian
reward- jika ia memperlihatkan perilaku yang mengarah keperubahan ataupun
punishment – jika tidak ada perubahan perilaku atau justru menampilkan perilaku yang
bertolak belakang dengan rencana perubahan perilaku. Adanya model yang secara nyata
dapat dilihat dan menjadi contoh langsung kepada individu juga efektif dalam upaya
melawan pikiran-pikiran yang mencemaskan.7, 8
Pendekatan kognitif yang melihat
gangguan kecemasan sebagai hasil dari kesalahan dalam mempersepsikan ancaman
(misperception of threat) menawarkan upaya mengatasinya dengan mengajak individu
berpikir dan mendesain suatu pola kognitif baru. David Clark dkk (dalam Acocella dkk,
1996) mengembangkan desain kognitif yang melibatkan 3 bagian yaitu1 :
12
1. Identifikasi interpretasi negatif yang dikembangkan individu tentang sensasi tubuhnya
2. Tentukan dugaan atau asumsi dan arahkan alternatif intrepretasi, yang noncatastropic.
3. Bantu individu menguji validitas penjelasan dan alternatif-alternatif tersebut.
Dengan kata lain, para ahli dari pendekatan kognitif ini menyatakan bahwa tujuan dari
terapi sebagai upaya menangani gangguan kecemasan adalah membantu individu
melakukan intrepretasi sensasi tubuh dengan cara yang noncatastropic1 Pertimbangkan
penggunaan obat-obatan maupun psikoterapi. Anti depresan yang baru, venlafaksin XR,
tampaknya cukup efektif dan aman untuk pengobatan gangguan cemas menyeluruh.
Gunakan benzodiazepin dengan tidak berlebihan(diazepam, 5 mg per oral, 3-4 kali sehari
atau 10 mg sebelum tidur) untuk jangka pendek(beberapa minggu hingga beberapa bulan);
biarkan penggunaan obat-obatan untuk mengikuti perjalanan penyakitnya. Pertimbangkan
pemberian buspiron untuk pengobatan awal atau untuk pengobatan kronis (20-30 mg/hari
dalam dosis terbagi). Pasien tertentu yang telah terbiasa dengan efek cepat benzodiazepin
akan merasakan kurangnya efektivitas buspiron. Anti depresan trisiklik, SSRI, dan MAOI
bermanfaat terhadap pasien-pasien tertentu (terutama bagi mereka yang disertai dengan
depresi). Sedangkan pasien dengan gejala otonomik akan membaik dengan β-bloker (misal,
propanolol 80-160 mg/hari). 4, 8
Tabel 2.2. Sediaan Obat Anti-Anxietas dan Dosis Anjuran (menurut IiMS Vol. 30-
2001)
13
Renaquil Tab. 1 mg
4. Clobazam Frisium Tab. 10 mg 2-3 x 1m mg/h
5. Alprazolam Xanax Tab. 0,25-0,5 mg 0,75-1,50 mg/h
Alganax Tab. 0,25-0,5 mg
6. Sulpiride Dogmatil Cap. 50 mg 100-200 mg/h
7. Buspirone Buspar Tab. 10 mg 15-30 mg/h
8. Hydroxyzine Iterax Caplet 25 mg 3x25 mg/h
2.6 Prognosis
Prognosis Gangguan Kecemasan Menyeluruh sukar untuk untuk diperkirakan.
Nemun demikian beberapa data menyatakan peristiwa kehidupan berhubungan dengan
onset gangguan ini. Terjadinya beberapa peristiwa kehidupan yang negatif secara jelas
meningkatkan kemungkinan akan terjadinya gangguan. Hal ini berkaitan pula dengan
berat ringannya gangguan tersebut.8,10
BAB III
ANALISIS KASUS
14
Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Pasien memiliki 3 orang anak. Anak peempuan pasien tidak satu rumah lagi dengan
pasien karena harus ikut suaminya, dan sebelumnya pasien belum pernah berpisah dengan anak
perempuannya. terdapat hubungan antara diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan
keluarga.
Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar
Perilaku kesehatan pasien baik. Pasien selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungannya.
Dalam hal ini tidak terdapat hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, H., Sadock, Benjamin. 1997. Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis Psikiatri:
Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ke-7 Jilid 2. Jakarta: Bina Rupa
Aksara. Hal. 1-15
2. Kaplan, Harold. I. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Widya Medika. Hal.
145-54
3. Tomb, D. A. 2000. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal. 96-110
4. Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 72-75
5. Adiwena, Nuklear. 2007. Anxietas. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia.
6. Eldido. Anxiety Disorder; Tipe-tipe dan Penanganannya. 20 Oktober 2008.
15
7. Yates, W. R. 2008. Anxiety Disorders. Update August 13, 2008. www.emedicine.com
8. Maslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 12
16