Anda di halaman 1dari 16

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 STATUS PASIEN


1. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Rt. 8 Lebak Bandung
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
Status Perkawinan : Menikah
Jumlah Anak :3
Jumlah Saudara : Anak Kedua dari Tiga saudara
Status Ekonomi Keluarga : Cukup
Kondisi Rumah :
Pasien rumah permanen dengan luas ± 8 x 5 m2. Rumah terdiri dari 1 ruang tamu,
2 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi. Rumah pasien disertai ventilasi di bagian depan
rumah dan samping rumah, lantai rumah terbuat dari semen yang sudah dikeramik. Pintu
masuk terdapat di depan dan samping rumah disertai dengan 2 buah jendela di depan
rumah dan 2 disamping rumah.
Terdapat 1 buah ruang tamu berukuran ± 3x2 m 2, ruang tamu berlantaikan
keramik. Pencahayaan dirumah cukup baik. Ruang tamu ditata dengan rapi. Terdapat 1
buah jamban/wc jongkok di kamar mandi yang digunakan bersama-sama. Air yang
digunakan untuk masak dan mandi dari air pdam, air yang digunakan bersih, jernih dan
tidak berbau sedangkan untuk minum dengan air gallon isi ulang
Terdapat 1 buah dapur yang digunakan bersama-sama untuk memasak. Keadaan
dapur cukup padat dan kurang ditata dengan baik. terdapar ada meja makan dan kursi
untuk makan bersama.

1
3. Kondisi Lingkungan Sekitar :
Lingkungan sekitar rumah merupakan lingkungan yang tidak begitu padat penduduk.
Antara rumah pasien dengan tetangga masih terdapat jarak. Kondisi lingkungan sekitar
terjaga kebersihannya dan kondisi udara cukup baik
4. Aspek Psikologis Keluarga :
Pasien merupakan ibu dari 3 orang anak. Hubungan antara pasien dengan suami dan
anak-anaknya diakui baik. Tidak ada masalah yang berarti dalam keluarga. Pasien sangat
dekat dengan anak perempuannya. Anak perempuannya tidak lagi tinggal bersama
pasien, karena ikut pindah bersama suaminya. hal ini membuat pasien sering memikirkan
anak perempuannya, karena sebelumnya belum pernah pisah dengan anak perempuannya.
5. Anamnesis
Keluhan Utama : Sering merasa cemas sejak ± 1 bulan ini

2
Riwayat Penyakit Sekarang : ± 1 bulan ini pasien mengeluh sering merasa cemas dan
tidak tenang. Rasa cemas dirasakan pasien semenjak berpisah dengan anak perempuan
satu-satunya yang ikut suami. Rasa cemas dirasakan terkadang mengganggu aktivitas
pasien. Pasien jadi sulit untuk tidur saat malam hari. Pasien juga merasakan jantungnya
sering berdebar. ± 2 minggu ini pasien sering mengalami nyeri dibagian ulu hatinya.
Nyeri akan berkurang setelah pasien meminum obat maag. Pasien belum pernah berobat
sebelumnya.
Riwayat penyakit dahulu/keluarga:
 Riwayat keluhan yang sama (-)
 Riwayat alergi (-)
 Riwayat penyakit jantung (-)
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat diabetes mellitus (-)
 Riwayat asma disangkal
 Riwayat penyakit TB disangkal
 Riwayat keluahan yang sama dalam keluarga disangkal

Riwayat makan, alergi, dan obat-obatan :


Alergi makanan (-), riwayat asma (-), alergi obat (-)

6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Pengukuran Tanda Vital :
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 106x per menit, reguler, isi cukup
Suhu : 36,7°C
Respirasi : 21x/menit, regular
BB : 70kg

Kepala :
Bentuk : Simetris, normocephal

3
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, reflex cahaya +/+
Telinga: Dalam Batas Normal
Hidung : Sekret -/-, Epistaksis -/-
Faring : hiperemis (-), uvula normal.

Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-)


Leher : JVP 5 ± 2 cmH2O, pembesaran KGB (-)
Thorax
Pulmo
Inspeksi : pergerakan simetris, retraksi intercostal (-), sikatriks (-)
Palpasi : vocal fremitus ka/ki sama, meningkat dibagian apex
Perkusi : sonor dikedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi basah (-/-) pada apex, wheezing(-)
Cardio
Inspeksi : ictus cordis terlihat di ICS V midclavicula sinistra
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula sinistra, tidak kuat
angkat, thrill (-)
Perkusi : batas jantung kesan normal
Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi (-)
Palpasi : soepel, nyeri tekan (-), hepar lien tidak teraba
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat +/+ dan lembab, edema -/-, jari-jari tremor halus (+)
7. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
8. Diagnosis multiaksial
Aksis I : gangguan cemas menyeluruh
Aksis II : Tidak ada
Aksis III : Tidak ada diagnosis
4
Aksis IV : Masalah dengan psikososial
Aksis V : GAF 90-81 (Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari
masalah harian yang biasa)

9. Diagnosa Kerja
F41.1 Gangguan Ansietas Menyeluruh
10. Diagnosa Banding
- F41.0 Gangguan Panik
- F32. Depresi
10 Manajemen
b. Promotif
 Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya, bagaimana cara pencegahan dan
cara penularan penyakitnya.
 Menjelaskan kepada pasien untuk memakan makanan bergizi
 Menjelaskan kepada pasien untuk menjaga kebersihan lingkungan
 Menjelaskan kepada keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada
pasien
c. Preventif :
 Hindari dalam keadaan sendirian
 Hindari stres
 Perbanyak aktivitas
d. Kuratif
1. Non farmakologi
 Makan-makanan bergizi dan minum air minimal 2 liter sehari
2. Farmakologi
- Alprazolam 2x1
- Antasida 3x1
Obat tradisional

Bahan-bahan :
Akar dan daun valerian
Indikasi :
Antiansietas dan insomnia
5
Dosis: per oral 1-5 kali 1 gelas infusa dari 2-3 g akar kering/hari. Dosis
maksimum 10 g.
Penggunaan luar untuk insomnia 400-900 mg ekstrak air atau kstrak air-etanol,
30-60 menit sebelum tidur, atau 600 mg, 1 jam sebelum tidur.

3 Rehabilitasi
- Tidur yang cukup dan berkualitas minimal 7 jam
- Olahraga minimal 2 x seminggu

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Simpang Kawat Puskesmas Simpang Kawat

Dokter Irvan Pranata Dokter Irvan Pranata

SIP : 123456 SIP : 123456

Jambi, 2017 Jambi, 2017

Penulisan Resep
Resep Puskesmas Resep Ilmiah 1

Pro : Pro : 6
Alamat : Alamat :

Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter
Resep Ilmiah 3 Resep Ilmiah 4
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Simpang Kawat Puskesmas Simpang Kawat

Dokter Irvan Pranata Dokter Irvan Pranata

SIP : 123456 SIP : 123456

Jambi, 2017 Jambi, 2017

Pro : Pro :

Alamat : BAB II Alamat :


Resep tidak boleh ditukar tanpaTINJAUAN PUSTAKA
Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter

2.1 Definisi

Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder) merupakan salah satu


jenis gangguan kecemasan dengan karakteristik kekhawatiran yang tidak dapat dikuasai
7
dan menetap, biasanya terhadap hal-hal yang sepele/tidak utama. Individu dengan
gangguan cemas menyeluruh akan terus menerus merasa khawatir tentang hal-ha yang
kecil/sepele. 1,2,3

2.2 Etiologi

Upaya untuk menjelaskan penyebab dari munculnya gangguan kecemasan,


Accocella dkk (1976) memaparkan dari beberapa sudut pandang teori. Menurut para ahli
psikofarmaka, Gangguan Kecemasan Menyeluruh bersumber pada neurosis, bukan
dipengaruhi oleh ancaman eksternal tetapi lebih dipengaruhi oleh keadaan internal
individu.2,3,5 Sebagamana diketahui, Sigmund Freud sebagai bapak dari pendekatan
psikodinamika mengatakan bahwa jiwa individu diibaratkan sebagai gunung es. Bagian
yang muncul dipermukaan dari gunung es itu, bagian terkecil dari kejiwaan yang disebut
sebagai bagian kesadaran. Agak di bawah permukaan air adalah bagian yang disebut pra-
kesadaran, dan bagian yang terbesar dari gunung es tersebut ada di bawah sekali dari
permukaan air, dan ini merupakan alam ketidaksadaran (uncounsciousness).

Ketidaksadaran ini berisi ide, yaitu dorongan-dorongan primitif, belum


dipengaruhi oleh kebudayaan atau peraturan-peraturan yang ada dilingkungan.
Dorongan-dorongan ini ingin muncul ke permukaan/ ke kesadaran, sedangkan tempat di
atas sangat terbatas. Ego, yang menjadi pusat dari kesadaran, harus mengatur dorongan-
dorongan mana yang boleh muncul dan mana yang tetap tinggal di ketidaksadaran
karena ketidaksesuaiannya dengan superego, yaitu salah satu unit pribadi yang berisi
norma-norma sosial atau peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan sekitar. Jika
ternyata ego menjadi tidak cukup kuat menahan desakan atau dorongan ini maka
terjadilah kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan kejiwaan. Neurosis adalah salah
satu gangguan kejiwaan yang muncul sebagai akibat dari ketidakmampuan ego menahan
dorongan ide.1,6, 7 Ada beberapa mekanisme pertahanan diri yang bisa dipergunakan oleh
individu, antara lain1, 4:

1. Represi, yaitu upaya ego untuk menekan pengalaman yang tidak menyenangkan dan
dirasakan mengancam ego masuk ke ketidaksadaran dan disimpan di sana agar tidak

8
menganggu ego lagi. Tetspi sebenarnya pengalaman yang sudah disimpan itu masih punya
pengaruh tidak langsung terhadap tingkahlaku si individu.
2. Rasionalisasi, yaitu upaya ego untuk melakukan penalaran sedemikian rupa terhadap
dorongan-dorongan dalam diri yang dilarang tampil oleh superego, sehingga seolah-olah
perilakunya dapat dibenarkan.
3. Kompensasi, upaya ego untuk menutupi kelemahan yang ada di salah satu sisi kehidupan
dengan membuat prestasi atau memberikan kesan sebaliknya pada sisi lain. Dengan
demikian, ego terhindar dari ejekan dan rasa rendah diri.
4. Penempatan yang keliru, yaitu upaya ego untuk melampiaskan suatu perasaan tertentu ke
pihak lain atau sumber lain karena tidak dapat melampiaskan perasaannya ke sumber
masalah.
5. Regresi, yaitu upaya ego untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau ancaman terhadap
ego dengan menampilkan pikiran atau perilaku yang mundur kembali ke taraf
perkembangan yang lebih rendah.

Dari sudut pandang kognitif, gangguan kecemasan terjadi karena adanya kesalahan
dalam mempersepsikan hal-hal yang menakutkan. Berdasarkan dari teori kognitif, masalah
yang terjadi dari individu yang mengalami gangguan kecemasan adalah terjadinya
kesalahan persepsi atau kesalahan interpretasi terhadap stimulus internal maupun eksternal.
Indivisu yang mengalami gangguan kecemasan akan melihat suatu hal yang tidak benar-
benar mengancam sebagai sesuatu yang mengancam. Jika individu mengalami pengalaman
sensasi dalam tubuh yang tidak biasa, lalu mengintepretasikannya sebagai sensasi yang
bersifat catastropic, yaitu suatu gejala bahwa ia sedang mengalami sesuatu hal seperti
serangan jantung, maka akan timbul rasa panik. 4,7
2.3 Manifestasi Klinis
Gambaran klinis bervariasi, diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh ditegakkan
apabila dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan cemas, khawatir, was-was, ragu untuk
bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah pada hal-hal yang sepele dan tidak
utama yang mana perasaan tersebut mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya,
sehingga pertimbangan akal sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh. Selain itu spesifik
untuk Gangguan Kecemasan Menyeluruh adalah kecemasanya terjadi kronis secara
terus-menerus mencakup situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan
finansial), cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas

9
akan`mendapatkan serangan jantung. Sering penderita tidak sabar, mudah marah, sulit
tidur. 3,7,8
Untuk lebih jelasnya gejala-gejala umum ansietas dapat dilihat pada tabel di bawah:
Tabel 2.1. Gejala-gejala Gangguan Cemas Menyeluruh:
11

Ketegangan Motorik 1. Kedutan otot/ rasa gemetar


2. Otot tegang/kaku/pegal
3. Tidak bisa diam
4. Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik 5. Nafas pendek/terasa berat
6. Jantung berdebar-debar
7. Telapak tangan basah/dingin
8. Mulut kering
9. Kepala pusing/rasa melayang
10. Mual, mencret, perut tak enak
11. Muka panas/ badan menggigil
12. Buang air kecil lebih sering
Kewaspadaan berlebihan dan 13. Perasaan jadi peka/mudah ngilu
14. Mudah terkejut/kaget
Penangkapan berkurang
15. Sulit konsentrasi pikiran
16. Sukar tidur
17. Mudah tersinggung
2.4 Diagnosis
Diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh (DSM-IV halaman 435, 300.02)
ditegakkan bila terdapat kecemasan kronis yang lebih berat (berlangsung lebih dari 6
bulan; biasanya tahunan dengan gejala bertambah dan kondisi melemah) dan termasuk
gejala seperti respons otonom (palpitasi, diare, ekstremitas lembab, berkeringat, sering
buang air kecil), insomnia, sulit berkonsentrasi, rasa lelah, sering menarik nafas,
gemetaran, waspada berlebihan, atau takut akan sesuatu yang akan terjadi. Ada
kecenderungan diturunkan dalam keluarga, memiliki komponen genetik yang sedang dan
dihubungkan dengan fobia sosial dan sederhana serta depresi mayor (terdapat pada 40%
atau lebih pasien; meningkatkan resiko bunuh diri. Biasanya pada kondisi ini
tidak`ditemukan etiologi stres yang jelas, tetapi harus dicari penyebabnya.2,3, 4
Diagnosis gangguan cemas menyeluruh menurut PPDGJ-III ditegakkan berdasarkan :5

Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau
hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau
“mengambang”).

Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
10
1. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
berkonsentrasi, dsb)
2. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
3. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar,
sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)

Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya
depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama
hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F.32.-), gangguan
anxietas fobik (F.40.-), gangguan panik (F42.0), atau gangguan obsesif-kompulsif
(F.42.-) 3,4,7
2.5 Penanganan
Terapi pada Gangguan Kecemasan Menyeluruh pada umumnya dapat dilakukan
dengan 2 cara yakni terapi psikologis (psikoterapi) atau terapi dengan obat-obatan
(farmakoterapi). Angka-angka keberhasilan terapi yang tinggi dilaporkan pada kasus-kasus
dengan diagnosis dini. Psikoterapi yang sederhana sangat efektif, khususnya dalam konteks
hubungan pasien dengan dokter yang baik, sehingga dapat membantu mengurangi
farmakoterapi yang tidak perlu.1,6, 8
Penanganan dengan psikoterapi juga dapat dijelaskan melalui pendekatan
psikodinamika, humanistik eksistensialis atau pendekatan behavioristik maupun
kognitif.1 Menurut para ahli psikodinamika, karena gangguan ini berakar pada keadaan
internal individu sehubungan dengan adanya konflik intrapsikis yang dialami individu
sehingga ia mengembangkan suatu bentuk mekanisme pertahanan diri, maka upaya
menanganinya juga terarah pada pemberian kesempatan bagi individu untuk
mengeluarkan seluruh isi pikiran atau perasaan yang muncul di dalam dirinya.
Asumsinya adalah jika individu bisa menghadapi dan memahami konflik yang dialami,
ego akan lebih bebas dan tidak harus terus berlindung di balik mekanisme pertahanan
diri yang dikembangkannya.1,7
Teknik dasar yang digunakan disebut free association, individu diminta untuk
menjelaskan secara sederhana tentang hal-hal yang ada di dalam pikirannya, tanpa
melihat apakah itu logis atau tidak, tepat atau tidak, ataupun pantas atau tidak. Hal-hal
dari alam bawah sadar atau tidak sadar yang diungkapkan akan dicatat oleh terapis untuk
diinterpretasikan. Tehnik ini juga bisa dimanfaatkan saat menggunakan teknik dream
interpretation; individu diminta untuk menceritakan mimpinya secara detail dan tepat.

11
Kedua teknik ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dalam
melaksanakan teknik-teknik tersebut di atas, ada dua hal yang biasanya muncul, yaitu
apa yang disebut dengan resistance (yaitu individu bertahan dan beradu argumen dengan
terapis saat terapis mulai sampai pada bagian sensitif), dan transference (yaitu individu
mengalihkan perasaannya pada terapis dan menjadi bergantung.1,5, 7
Sementara para ahli dari pendekatan humanistik eksistesialis yang melihat kecemasan
sebagai hasil konflik diri yang terkait dengan keadaan sosial dimana pengembangan diri
menjadi terhambat, maka mereka lebih menyarankan untuk membangun kembali diri
yang rusak (damaged self). Tekhniknya sering disebut sebagai client centered therapy
yang berpendapat bahwa setiap individu memiliki kemampuan yang positif yang dapat
dikembangkan sehingga ia membutuhkan situasi yang kondusif untuk mengeksplorasi
dirinya semaksimal mungkin.1,7, 8
Setiap permasalahan yang dihadapi setiap individu sebenarnya hanya dirinyalah
yang paling mengerti tentang apa yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, individu itu
sendirilah yang paling berperan dalam menyelesaikan permasalahan yang mengganggu
dirinya.1,7,8 Karena para ahli melihat kecemasan sebagai sebagai hasil dari belajar (belajar
menjadi cemas) maka untuk menanganinya perlu dilakukan pembelajaran ulang agar
terbentuk pola perilaku baru, yaitu pola perilaku yang tidak cemas.1,7
Tehnik yang digunakan untuk mengurangi kecemasan adalah systematic
desentisitization, yaitu mengurangi kecemasan dengan menggunakan konsep hirarki
ketakutan, menghilangkan ketakutan secara perlahan-lahan mulai dari ketakutan yang
sederhana sampai ke hal yang lebih kompleks. Pemberian reinforcement (penguat) juga
dapat digunakan dengan secara tepat memberikan variasi yang tepat antara pemberian
reward- jika ia memperlihatkan perilaku yang mengarah keperubahan ataupun
punishment – jika tidak ada perubahan perilaku atau justru menampilkan perilaku yang
bertolak belakang dengan rencana perubahan perilaku. Adanya model yang secara nyata
dapat dilihat dan menjadi contoh langsung kepada individu juga efektif dalam upaya
melawan pikiran-pikiran yang mencemaskan.7, 8
Pendekatan kognitif yang melihat
gangguan kecemasan sebagai hasil dari kesalahan dalam mempersepsikan ancaman
(misperception of threat) menawarkan upaya mengatasinya dengan mengajak individu
berpikir dan mendesain suatu pola kognitif baru. David Clark dkk (dalam Acocella dkk,
1996) mengembangkan desain kognitif yang melibatkan 3 bagian yaitu1 :
12
1. Identifikasi interpretasi negatif yang dikembangkan individu tentang sensasi tubuhnya
2. Tentukan dugaan atau asumsi dan arahkan alternatif intrepretasi, yang noncatastropic.
3. Bantu individu menguji validitas penjelasan dan alternatif-alternatif tersebut.

Dengan kata lain, para ahli dari pendekatan kognitif ini menyatakan bahwa tujuan dari
terapi sebagai upaya menangani gangguan kecemasan adalah membantu individu
melakukan intrepretasi sensasi tubuh dengan cara yang noncatastropic1 Pertimbangkan
penggunaan obat-obatan maupun psikoterapi. Anti depresan yang baru, venlafaksin XR,
tampaknya cukup efektif dan aman untuk pengobatan gangguan cemas menyeluruh.
Gunakan benzodiazepin dengan tidak berlebihan(diazepam, 5 mg per oral, 3-4 kali sehari
atau 10 mg sebelum tidur) untuk jangka pendek(beberapa minggu hingga beberapa bulan);
biarkan penggunaan obat-obatan untuk mengikuti perjalanan penyakitnya. Pertimbangkan
pemberian buspiron untuk pengobatan awal atau untuk pengobatan kronis (20-30 mg/hari
dalam dosis terbagi). Pasien tertentu yang telah terbiasa dengan efek cepat benzodiazepin
akan merasakan kurangnya efektivitas buspiron. Anti depresan trisiklik, SSRI, dan MAOI
bermanfaat terhadap pasien-pasien tertentu (terutama bagi mereka yang disertai dengan
depresi). Sedangkan pasien dengan gejala otonomik akan membaik dengan β-bloker (misal,
propanolol 80-160 mg/hari). 4, 8

Tabel 2.2. Sediaan Obat Anti-Anxietas dan Dosis Anjuran (menurut IiMS Vol. 30-
2001)

No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran


1. Diazepam Diazepin Tab. 2-5 mg 10-30 mg/h
Lovium Tab. 2-5 mg
Stesolid Tab. 2-5 mg
Amp. 10mg/2cc
2. Chlordiazepoxide Cetabrium Drg. 5-10 mg 15-30 mg/h
Arsitran Tab. 5 mg
Tensinyl Cap. 5 mg
3. Lorazepam Ativan Tab. 0,5-1-2 mg 2-3 x 1 mg/h

13
Renaquil Tab. 1 mg
4. Clobazam Frisium Tab. 10 mg 2-3 x 1m mg/h
5. Alprazolam Xanax Tab. 0,25-0,5 mg 0,75-1,50 mg/h
Alganax Tab. 0,25-0,5 mg
6. Sulpiride Dogmatil Cap. 50 mg 100-200 mg/h
7. Buspirone Buspar Tab. 10 mg 15-30 mg/h
8. Hydroxyzine Iterax Caplet 25 mg 3x25 mg/h

Obat anti-anxietas Benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya (benzodiazepine


receptors) akan meng-reinforce “the inhibitory action of GABA-ergic neuron”, sehingga
hiperaktivitas tersebut di atas mereda.11 Dorong rasa percaya diri, rumatan aktivitas
produktif, dan kognisi yang berdasarkan pada realita. Latihlah pasien dengan teknik
relaksasi (misal biofeedback, meditasi, otohipnotis). Lebih dari 50% pasien menjadi
asimtomatik seiring berjalannya waktu, tetapi sisanya memberat pada derajat hendaya yang
bermakna. Bantulah pasien untuk memahami akan sifat kronis penyakitnya dan mengerti
akan adanya kemungkinan untuk selamanya hidup dengan beberapa gejala yang memang
tidak akan hilang. 4,6

2.6 Prognosis
Prognosis Gangguan Kecemasan Menyeluruh sukar untuk untuk diperkirakan.
Nemun demikian beberapa data menyatakan peristiwa kehidupan berhubungan dengan
onset gangguan ini. Terjadinya beberapa peristiwa kehidupan yang negatif secara jelas
meningkatkan kemungkinan akan terjadinya gangguan. Hal ini berkaitan pula dengan
berat ringannya gangguan tersebut.8,10

BAB III
ANALISIS KASUS

Hubungan diagnosis dengan keadan rumah dan lingkungan sekitar


Keadaan rumah cukup bersih dan terawat. Serta ventilasi rumah dan pencahayaan rumah
pasien baik. Tidak ada hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar

14
Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Pasien memiliki 3 orang anak. Anak peempuan pasien tidak satu rumah lagi dengan
pasien karena harus ikut suaminya, dan sebelumnya pasien belum pernah berpisah dengan anak
perempuannya. terdapat hubungan antara diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan
keluarga.

Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar
Perilaku kesehatan pasien baik. Pasien selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungannya.
Dalam hal ini tidak terdapat hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar.

Analisis faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien


Pada pasien ini setelah dilakukan anamnesis dan kunjugan rumah dapat ditegakkan
bahwa faktor risiko ataupun penyebab ia mengalami gangguan cemas yaitu pasien
menghawatirkan anak perempuannya yang tidak lagi satu rumah dengan pasien.

Analisis untuk mengurangi paparan


Pasien kita edukasi mengenai penyakit yang dideritanya, menjelaskan kepada pasien
penyebab dari penyakitnya dan pencegahan untuk tidak terulangnya penyakit tersebut. Pasien
dianjurkan menjaga imunitas tubuhnya, istirahat yang cukup, memakan makanan bergizi. Pasien
juga disarankan untuk memperbanyak aktivitas diluar rumah dan hindari stres, perlu peran
keluarga untuk memberi dukungan dan semangat pada pasien

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, H., Sadock, Benjamin. 1997. Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis Psikiatri:
Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ke-7 Jilid 2. Jakarta: Bina Rupa
Aksara. Hal. 1-15
2. Kaplan, Harold. I. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Widya Medika. Hal.
145-54
3. Tomb, D. A. 2000. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal. 96-110
4. Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 72-75
5. Adiwena, Nuklear. 2007. Anxietas. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia.
6. Eldido. Anxiety Disorder; Tipe-tipe dan Penanganannya. 20 Oktober 2008.
15
7. Yates, W. R. 2008. Anxiety Disorders. Update August 13, 2008. www.emedicine.com
8. Maslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 12

16

Anda mungkin juga menyukai