1. 1. Definisi
Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrin atau hormon yang terjadi pada
semua kelompok umur dan menimpa pria dan wanita sama rata. Penyakit ini di
karakteristikan oleh kehilangan berat badan, kelemahan otot, kelelahan, tekanan
darah rendah dan adakalanya penggelapan kulit pada kedua bagian-bagian tubuh
yang terbuka dan tidak terbuka. (http:/www.total kesehatan nanda.com/Addison
4html)
Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon – hormon korteks
adrenal (Soediman, 1996)
Penyakit Addison adalah lesi kelenjar primer karena penyakit destruktif atau atrofik,
biasanya auto imun atau tuberkulosa. (Baroon, 1994)
Penyakit Addison terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon korteks adrenal. (Bruner, dan
Suddart Edisi 8 hal 1325)
Penyakit Addison ialah kondisi yang terjadi sebagai hasil dari kerusakan pada
kelenjar adrenal (Black, 1997). Penyakit Addison (juga dikenal sebagai kekurangan
adrenalin kronik, hipokortisolisme atau hipokortisisme) adalah penyakit
endokrin langka dimana kelenjar adrenalin memproduksi hormon steroid yang tidak
cukup.
Kelenjar adrenal adalah sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal,
terbenam dalam jaringan lemak. Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna kekuningan serta
berada di luar (ekstra) peritoneal. Bagian yang sebelah kanan berbentuk pyramid dan
membentuk topi (melekat) pada kutub atas ginjal kanan. Sedangkan yang sebelah kiri
berbentuk seperti bulan sabit, menempel pada bagian tengah ginjal mulai dari kutub
atas sampai daerah hilus ginjal kiri. Kelenjar adrenal pada manusia panjangnya 4-6
cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6 mm. Kelenjar adrenal mempunyai berat lebih kurang
8 gr, tetapi berat dan ukurannya bervariasi bergantung umur dan keadaan fisiologi
perorangan. Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan ikat padat kolagen yang mengandung
jaringan lemak. Selain itu masing-masing kelenjar ini dibungkus oleh kapsul jaringan
ikat yang cukup tebal dan membentuk sekat/septa ke dalam kelenjar.
Kelenjar adrenal disuplai oleh sejumlah arteri yang masuk pada beberapa tempat di
sekitar bagian tepinya. Ketiga kelompok utama arteri adalah arteri suprarenalis
superior, berasal dari arteri frenika inferior; arteri suprarenalis media, berasal dari
aorta ; dan arteri suprarenalis inferior, berasal dari arteri renalis. Berbagai cabang
arteri membentuk pleksus subkapsularis yang mencabangkan tiga kelompok
pembuluh: arteri dari simpai; arteri dari kortex, yang banyak bercabang membentuk
jalinan kapiler diantara sel-sel parenkim (kapiler ini mengalir ke dalam kapiler
medulla); dan arteri dari medulla, yang melintasi kortex sebelum pecah membentuk
bagian dari jalinan kapiler luas dari medulla. Suplai vaskuler ganda ini memberikan
medulla dengan darah arteri (melalui arteri medularis) dan darah vena (melalui arteri
kortikalis). Endotel kapiler ini sangat tipis dan diselingi lubang-lubang kecil yang
ditutupi diafragma tipis. Di bawah endotel terdapat lamina basal utuh. Kapiler dari
medulla bersama dengan kapiler yang mensuplai kortex membentuk vena medularis,
yang bergabung membentuk vena adrenal atau suprarenalis.
1. Medula Adrenal
Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom. Stimulasi serabut
saraf simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada medulla
adrenal akan menyebabkan pelepasan hormon katekolamin yaitu epinephrine dan
norepinephrine. Katekolamin mengatur lintasan metabolic untuk meningkatkan
katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber-
sumber endogen terpenuhi.
Efek utama pelepasan epinephrine terlihat ketika seseorang dalam persiapan untuk
memenuhi suatu tantangan (respon Fight or Fligh). Katekolamin juga menyebabkan
pelepasan asam-asam lemak bebas, meningkatkan kecepatan metabolic basal (BMR)
dan menaikkan kadar glukosa darah.
2. Korteks Adrenal
Korteks adrenal tersusun dari zona yaitu zona glomerulosa, zona fasikulata dan zona
retikularis. Korteks adrenal menghasilkan hormon steroid yang terdiri dari 3
kelompok hormon:
a. Glukokortikoid
b. Mineralokortikoid
1. 3. Etiologi
2. Tuberculosis
1. Histoplasmosis (penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur
histoplasma capsulatum, yang terutama menyerang paru-paru)
2. Koksidiodomikosis (penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur
Coccidioides immitis, yang biasanya menyerang paru-paru.
3. Kriptokokissie
4. Pengangkatan kedua kelenjar adrenal
5. Kanker metastatik (Ca. Paru, Lambung, Payudara, Melanoma, Limfoma)
6. Adrenalitis auto imun
1. 4. Patofisiologi
1. 6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium Darah
6) ADH meningkat
1. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal
sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolik
Cortisol darah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik dari ACTH
diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang disebut pendekcepat. Penyukuran
cortisol dalam darah di ulang 30 sampai 60 menit setelah suatu suntikan ACTH
adalah suatu kenaikan tingkatan – tingkatan cortisol dalam darah dan urin.
Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes stimulasi CRH
“Panjang” diperlukan untuk menentukan penyebab dari ketidak cukupan adrenal.
Pada tes ini, CRH sintetik di suntikkan secara intravena dan cortisol darah diukur
sebelum dan 30, 60 ,90 dan 120 menit setelah suntikan. Pasien – pasien dengan
ketidak cukupan adrenal seunder memp. Respon kekurangan cortisol namun tidak
hadir / penundaan respon – respon ACTH. Ketidakhadiran respon – respon ACTH
menunjuk pada pituitary sebagai penyebab ; suatu penundaan respon ACTH
menunjukan pada hypothalamus sebagai penyebab.
1. 7. Penatalaksanaan Medik
1. Terapi dengan pemberian kortikostiroid setiap hari selama 2 sampai 4
minggu dosis 12,5 – 50 mg/hr
2. Hidrkortison (solu – cortef) disuntikan secara IV
3. Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi
pengganti kortisol
4. Pemberian infus dekstrose 5% dalam larutan saline
5. Fludrukortison : 0,05 – 0,1 mg/hr diberikan per oral
1. 8. Komplikasi
1. Syok, (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)
2. Kolaps sirkulasi
3. Dehidrasi
4. Hiperkalemiae
5. Sepsis
6. Ca. Paru
7. Diabetes melitus
1. Pengkajian
a) Identitas
Penyakit Addison bisa terjadi pada laki – laki maupun perempuan yang mengalami
krisis adrenal
b) Keluhan Utama
Pada umumnya pasien mengeluh kelemahan, fatique, nausea dan muntah.
Pada pasien dengan penyakit Addison gejala yang sering muncul ialah pada gejala
awal : kelemahan, fatiquw, anoreksia, nausea, muntah, BB turun, hipotensi dan
hipoglikemi, astenia (gejala cardinal). Pasien lemah yang berlebih, hiperpigmentasi,
rambut pubis dan axila berkurang pada perempuan, hipotensi arterial (TD : 80/50
mm/Hg)
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakit yang sama
/ penyakit autoimun yang lain.
a) Sistem Pernapasan
I : Bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat, adanya kontraksi otot bantu
pernapasan (dispneu), terdapat pergerakan cuping hidung
P : Resonan
b) Sistem Cardiovaskuler
P : Ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavikula line sinistra
P : Redup
c) Sistem Pencernaan
P : Timpani
e) Sistem Endokrin
Destruksi kortek adrenal dapat dilihat dari foto abdomen, Lab. Diagnostik ACTH
meningkat
Integumen Turgor kulit jelek, membran mukosa kering, ekstremitas dingin, cyanosis,
pucat, terjadi hiperpigmentasi di bagian distal ekstremitas dan buku – buku pad ajari,
siku dan mebran mukosa
Eliminasi Alvi
g) Sistem Neurosensori
h) Nyeri / kenyamanan
Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, nyeri tulang belakang, abdomen, ekstremitas
i) Keamanan
Tidak toleran terhadap panas, cuaca udaha panas, penngkatan suhu, demam yang
diikuti hipotermi (keadaan krisis)
j) Aktivitas / Istirahat
Lelah, nyeri / kelemahan pada otot terjadi perburukan setiap hari, tidak mampu
beraktivitas / bekerja. Peningkatan denyut jantung / denyut nadi pada aktivitas yang
minimal, penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi.
k) Seksualitas
Adanya riwayat menopouse dini, aminore, hilangnya tanda – tanda seks sekunder
(berkurang rambut – rambut pada tubuh terutama pada wanita) hilangnya libido
l) Integritas Ego
Adanya riwayat – riwayat fasctros stress yang baru dialami, termasuk sakit fisik atau
pembedahan, ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil.
3. Diagnosa Keperawatan
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat (mual,
muntah, anoreksia) defisiensi glukontikord
4. Rencana Keperawatan
Kriteria hasil :
Hasil lab
Ht : W = 37 – 47 %
L = 42 – 52 %
Ureum = 15 – 40 mg/dl
Natrium = 135 – 145 mEq/L
Calium = 3,3 – 5,0 mEq/L
Kretanium = 0,6 – 1,2 mg/dl
Intervensi
1) Pantau TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan
dari nadi perifer
3) Kaji pasien mengenai rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler
memanjang, turgor kulit jelek, membran mukosa kering, catat warna kulit dan
temperaturnya
R/ dihidrasi berat menurunkan curah jantung, berat dan perfusi jaringan terutama
jaringan otak
5) Auskultasi bising usus ( peristaltik usus) catat dan laporkan adanya mual
muntah dan diare
R/ adanya perbaikan pada saluran cerna dan kembalinya fungsi cairan cerna
tersebut memungkinkan cairan dana elektrolit melalui oral
Kolaborasi
1. Cairan Na Cl 0,9 %
1. Larutan glukosa
10) Pasang / pertahankan kateter urin dan selang NGT sesuai indikasi
1. Hematokrit ( Ht)
1. Ureum / kreatinin
R/ peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah merupakan indikasi terjadinya
kerusakan tingkat sel karena dehidrasi / tanda serangan gagal jantung
1. Natrium
1. Kalium
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat (mual,
muntah, anoreksia) defisiensi glukortikoid
Kriteria hasil :
Ht : W : 37 – 47 % (RR : 16 – 20 x/menit)
L : 42 – 52 % -
Intervensi
1) Auskultasi bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut, mual muntah
2) Catat adanya kulit yang dingin / basah, perubahan tingkat kesadaran, nyeri
kepala, sempoyongan
5) Berikan lingkungan yang nyaman untuk makan contoh bebas dari bau yang tidak
sedap, tidak terlalu ramai
7) Berikan Glukosa intravena dan obat – obatan sesuai indikasi seperti glukokortikoid
R/ anemia dapat terjadi akibat defisit nutrisi / pengenceran yang terjadi akibat
reterisi cairan sehubungan dengan glukokortikoid.
Kriteria hasil :
Intervensi
1) Kaji tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktivitas yang dapat dilakukan oleh
klien
R/ kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai dari stress, aktivitas jika curah jantung
berkurang
3) Sarana pasien untuk menentukan masa atau periode antara istirahat dan
melakukan aktivitas
4) Diskusikan cara untuk menghemat tenaga misal : duduk lebih baik dari pada
berdiri selama melakukan aktivitas
R/ pasien akan dapat melakukan aktivitas yang lebih banyak dengan mengurangi
pengeluaran tenaga pada setiap kegiatan yang dilakukan
Kriteria hasil :
S : 36 – 372 oC
N : 80 – 100 x/menit
RR: 16 – 20 x/menit
Intervensi
1) Beri penjelasan pada klien tentang penyebab nyeri dan proses penyakit
R/ Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga, serta agar klien lebih kooperatif
terhadap tindakan yang akan dilakukan
2) Kaji tanda – tanda adanya nyeri baik verbal maupun non verbal, catat lokasi,
intensitas (skala 0 – 10) dan lamanya
Berikan obat analgetik dan atau analgetik sprei tenggorok sesuai dengan
kebutuhannya.
Kriteria hasil :
Intervensi
R/ Membantu mengevaluasi berapa banyak masalah yang dapat diubah oleh pasien
- Teknik relaksasi
- Visualisasi
- Imaginasi
4) Fokus pada perbaikan yang sedang terjadi dan pengobatan misal menurunkan
pigmentasi kulit
R/ dapat menolong pasien untuk melihat hasil dari pengobatan yang telah dilakukan
6) Kolaborasi
Kriteria hasil :
- Pasien akan menunjukan pemahaman program medis dan gejala untuk dilaporkan
ke dokter
Intervensi
1) Bantu Px dalam membuat metode untuk menhindari atau mengubah episode stres,
diskusi teknik relaksasi
R/ Informasi perlu bagi pasien untuk mengikuti program terapi dan mengevaluasi
keefektifan
4) Sarankan klien tetap menetapkan secara aktif, jadwal yang teratur dalam makan,
tidur dan latihan
Kriteria hasil : - Klien tidak lagi mengeluh BAK sedikit / kencing tidak lancar
Intervensi
3) Pemasangan kateter
A. PENGERTIAN
Bentuk primer dari penyakit ini disebabkan oleh atrofi/destruksi (kerusakan)
jaringan adrenal (misalnya: respon autoimun, TB, infark hemoragik, tumor ganas)
atau tindakan pembedahan.
Bentuk sekunder adalah gangguan pada kelenjer hipofisis yang menyebabkan
penurunan sekresi/kadar ACTH, tetapi biasanya sekresi aldosteron normal.
Insufisiensi dapat terjadi ketika pasien menghentikan penggunaan obat steroid,
atau karena trauma, pembedahan atau gabungan dari beberapa stres fisiologis,
penurunan cadangan glikokortikoid pada seseorang dengan hipofungsi adrenal.
Sehingga akhirnya dapat mengarah pada munculnya krisis adrenal.
B. PATOFISIOLOGI
Penyakit addison, atau insufisiensi adrenokortikal, terjadi bila fungsi korteks
adrenal tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon-hormon
korteks adrenal. Atrofi otoimun atau idiopatik pada kelenjer adrenal merupakan
penyebab pada 75% kasus penyakit Addison (Stern & Tuck, 1994). Penyebab lainnya
mencakup operasi pengankatan kedua kelenjer adrenal atau infeksi pada kedua
kelenjar tersebut. Tuberkulosis (TB) dan hitoplasmosis merupakan infeksi yang paling
sering ditemukan dan menyebabkan kerusakan pada kedua kelenjer adrenal.
Meskipun kerusakan adrenal akibat proses otoimun telah menggantikan tuberkulosis
sebagai penyebab penyakit Addison, namun peningkatan insidens tuberkulosis yang
terjadi akhir-akhir ini harus mempertimbangkan pencantuman penyakit infeksi ini
kedalam daftar diagnosis. Sekresi ACTH yang tidak ade kuat dari kelenjar hipofisis
juga akan menimbulkan insufisiensi adrenal akibat penurunan stimulasi korteks
adrenal.
Gejala insufisiensi adrenokortikal dapat pula terjadi akibat penghentian
mendadak terapi hormon adrenokortikal yang akan menekan respons normal tubuh
terhadap keadaan stres dan mengganggu mekanisme umpan balik normal. Terapi
dengan pemberian kortikosteroid setiap hari selama 2 hingga 4 minggu dapat
menekan fungsi korteks adrenal; oleh sebab itu, kemungkinan penyakit Addison
harus diantisipasi pada pasien yang mendapat pengobatan kortikosteroid.
C. MANIFESTASI KLINIK
Penyakit Addison ditandai oleh kelemahan otot; anoreksia; gejala
gastrointestinal; keluhan mudah lelah; emasiasi (tubuh kurus kering); pigmentasi
pada kulit, buku-buku jari, lutut, siku serta membran mukosa; hipotensi; kadar
glukosa darah dan natrium serum yang rendah; dan kadar kalium serum yang tinggi.
Pada kasus yang berat, gangguan metabolisme natrium dan kalium dapat ditandai
oleh pengurangan natrium dan air, serta dehidrasi yang kronis dan berat.
Dengan berlanjutnya penyakit yang disertai hipotensi akut sebagai akibat dari
hipokortikoisme, pasien akan mengalami krisis addisonian yang ditandai oleh
sianosis, panas dan tanda-tanda klasik syok: pucat, perasaan cemas, denyut nadi
cepat dan lemah, pernafasan cepat serta tekanan darah rendah. Disamping itu,
pasien apat mengeluh sakit kepala, mual, nyeri abdomen serta diare, dan
memperlihatkan tanda-tanda kebingungan serta kegelisahan. Bahkan aktivitas
jasmani yang sedikit berlebihan,terpajan udara dingin,infeksi yang akut atau
penurunan asupan garam dapat menimbulkan kolaps sirkulasi, syok dan kematian
jika tidak segera diatasi. Stres pembedahan atau dehidrasi yang terjadi akibat
persiapan untuk berbagai pemeriksaan diagnostik atau pembedahan dapat memicu
krisis addisonian atau krisis hipertensif.
D. EVALUASI DIAGNOSTIK
Meskipun manifestasi klinik yang disampaikan tampak spesifik, awitan
penyakit addison biasanya terjadi dengan gejala yang tidak spesifik. Diagnosis
penyakit Addison dipastikan oleh hasil-hasil pemeriksaan laboratorium. Mencakup
penurunan kosentrasi glukosa darah dan natrium (hipoglikemia dan hiponatremia),
peningkatan kosentrasi kalium serum (hiperkalemia) dan peningkatan jumlah sel
darah putih (leukositosis).
Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan kadar hormon adrenokortikal yang
rendah dalam darah atau urin. Kadar kortisol serum menurun pada insufisiensi
adrenal. Jika korteks adrenal sudah mengalami kerusakan, nilai-nalai dasar
laboratorium tampak rendah, dan penyuntikan ACTH tidak akan mampu menaikkan
kadar kortisol plasma dan kadar 17-hidoksikortikosteroid urin hingga mencapai nilai
normalnya. Jika kelenjar adrenal masih normal namun tidak terstimulasi dengan
baik oleh kelenjar hipofisis, maka respons normal terhadap pemberian ACTH eksogen
yang berulang akan terlihat tetapi respons sesudah pemberian metyrapon yang
menstimulasi ACTH endogen tidak akan tampak.
E. PENATALAKSANAAN
Terapi darurat ditunjukan untuk mengatasi syok, memulikan sirkulasi darah,
memberikan cairan, melakukan terapi penggantian kortikosteroid, memantau tanda-
tanda vital dan menempatkan pasien dalam posisi setengah duduk dengan kedua
tungkai ditinggikan. Hidrokortison (solu-Cortef) disuntikkan secara intravena yang
kemudian diikuti dengan pemberian infus dekstrosa 5% dalam larutan normal saline.
Preparat vasopresor amina mungkin diperlukan jika keadaan hipotensi bertahan.
Antibiotik dapat diberikan jika infeksi memicu krisis adrenal pada penderita
insufisiensikronis adrenal. Disamping itu, pengkajian kondisi pasien harus dilakukan
dengan ketat untuk mengenali faktor-faktor lain, yaitu stresor atau keadaan sakit
yang menimbulkan serangan akut.
Asupan per oral dapat dimulai segerah setelah pasien dapat menerimanya.
Secara perlahan-lahan pemberian infus dikurangi ketika asupan cairan per oral
sudah adekuat, untuk mencegah hipovolemia.
Jika kelenjar adrenal tidak dapat berfungsi kembali, pasien memerlukan terapi
penggantian preparat kortikosteroid dan mineralokortikoid seumur hidup untuk
mencegah timbulnya kembali insufisiensi adrenal serta krisis addisonian pada
keadaan stres atau sakit. Selain itu, pasien mungkin akan memerlukan suplemen
makanan dengan penambahan garam, pada saat terjadi kehilangan cairan dari
saluran cerna akibat muntah diare.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Tanggal MRS :
Tanggal pengkajian :
No.med Rec. :
Diagnosa medis :
B. ANALISA DATA
PENYAKIT ADDISON
1. A. Pengertian
1. B. Etiologi
- Penyakit ini biasanya autoimun, dan terjadi akibat antibodi IgG yang
ditujukan pada semua atau sebagian kelenjar adrenal.
- Penyakit addison juga dapat terjadi akibat pengangkatan kedua kelenjar atau
infeksi, misalnya TBC. Tbc kelenjar adrenal adalah penyebab umum insuficiensi
adrenal dinegara berkembang dan biasanya tidak sembuh dengan terapi infeksi.
1. C. Patofisiologi
D. Gambaran klinis
1.
1. Depresi karena kadar kortisol mempengaruhi mood dan emosi.
2. Keletihan, yang berkaitan denagn hipoglikemia dan penurunan
glukoneogenesis.
3. Anoreksia, muntah, diare, mual.
4. Hiperpigmentasi kulit apabila kadar ACTH tinggi (insufisiensi adrenal
primer) karena ACTH memiliki efek mirip hormon perangsang melanin
(melanin stimulating hormone) pada kulit.
5. Rambu t tubuh yang tipis pada wanita apabila sel adrenal penghasil
androgen rusak atau apabila kadar ACTH sangat rendah.
6. Ketidakmampuan berespons terhadap situasi stres, mungkin
menyebabkan hipotensi berat dan syok.
Perangkat diagnostik
1.
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik akan membantu mendiagnosis
defisiensi glikokortikoid.
2. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar CRH, ACTH dan
glukokortikoid yang berbeda akan memungkinkan diagnosis kondisi dan
lokalisasi masalah ditingkat SSP atau kelenjar adrenal.
3. Hiponatremia, hiperkalemia, dan hipotensi dapat terjadi apabila sel
adrenal yang menghasilkan aldosteron rusak atau apabila kadar ACTH
tidak terdeteksi.
1. F. Komplikasi
Dapat terjadi krisis adrenal setelah stres fisik atau mental pada individu yang
terkena. Hal ini dapat mengancam jiwa dan ditandai denngan deplesi volume,
hipotensi, dan kolaps vaskuler.
1. G. Penatalaksanaan
1. Penggantian glukokortikoid seperti penggunaan hidrokortison atau
kortison asetat diperlukan.
2. Pemberi perawatan kesehatan harus memantau riwayat penyesuaian
dosis glukokortikoid, kejadian merugikan yang potensial mencakup
setiap krisis sejak kunjungan terakhir, kemampuan individu untuk
mengatasi stresor setiap hari, barat badan individu, dan tanda yang
menunjukkan penggantian yang berlebihan atau penggantian yang
kurang.
3. Pemantauna tekanan darah, edema perifer, natrium serum, kalium
serum, dan aktivitas renin plasma memberi petunjuk keefektifan terapi.
4. Penggantian aldosteron (hanya pada insufisiensi adrenal primer) dapat
diperlukan.
5. Pemberian glukokortikoid mungkin perlu ditingkatkan selama periode
stres, yang mencakup infeksi, trauma, dan pembedahan. Morbiditas dan
mortalitas tinggi tanpa terapi.
6. Apabila penyebab insufisiensi adrenal berkaitan dengan tumor hipofisis,
insufisiensi adrenal dapat diobati dengan kemoterapi, radiasi, atau
pembedahan.
1. H. Proses Keperawatan
2. a. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : lelah, nyeri / kelemahan pada otot (terjadi perburukan setiap hari ),
tidak mampu beraktivitas atau bekerja.
Tanda : peningkatan denyut jantung/ nadi pada aktivitas yang minimal.
Penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi. Depresi, gangguan konsentrasi,
penurunan inisiatif / ide, letargi.
1. Sirkulasi
1. Integritas ego
Gejala : Adanya riwayat faktor stres yang baru dialami, termasuk sakit fisik
pembedahan, perubahan gaya hidup,ketidakmampuan mengatasi stress.
Tanda : ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tak stabil.
1. Eliminasi
1. Makanan / cairan
Gejala : anoreksi berat (gejala utama), mual/ muntah, kekurangan zat garam,
berat badan menurun dengan cepat.
Tanda : turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
1. Neorusensori :
1. Nyeri / kenyamanan :
Gejala : nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala. Nyeri tulang belakang, abdomen,
ekstremitas ( pada keadaan krisis).
1. Pernafasan
Gejala : dispnea
Tana : kecepatan pernafasan meningkat, takipnea, suara napas krakel, ronki (
pada keadaan infeksi)
1. Keamanan
10. Seksualitas
Gejala : adanya riwayat keluarga DM, TB, kanker, tiroiditis, anemia pernisosa.
b. Diagnoa keperawatan :
1.
1. Kekurangan volume cairan b/d kelebihan natrium dan kehilangan
cairan melalui ginjal, kelenjar keringat dan saluran GI
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d defisiensi
glukokortikoid, metabolisme lemak abnormal, protein dan karbohidrat,
mual/ muntah dan anoreksia.
3. Kelalahan b/d penurunan produksi energi metabolisme, perubahan
kimia tubuh, ketidakseimbangan cairan, elektrolit dan glukosa.
4. Resiko tinggi terhadap penurunancurah jantung b/d menurunnya
penurunanaliran darah vena berubahnya kecepatan, irama dan
konduksi jantung, perubahan ukuran otot dan metabolisme abnormal.
5. Resiko tinggi terhadap perubahan proses fikir b/d penurunan kadar
natrium, hipoglikemia, gangguan keseimbangan asam basa.
6. Resiko tinggi terhadap harga diri rendah situsional b/d adanya kondisi
fisik yang memerlukan sepanjang hidup, perubahan pigmentasi kulit,
berat badan.
7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b/d kurang mengingat, kesalahan interpretasi informasi dan
keterbatasn kognitif.
c. Intervensi keperawatan :
1.
1. Kekurangan volume cairan b/d kelebihan natrium dan kehilangan
cairan melalui ginjal, kelenjar keringat dan saluran GI
Ditandai dengan : mual/ muntah, kelemahan, haus, kehilangan berat badan,diare,
urine banyak, takikardi lelah.
Intervensi Rasional
1. Dapatkan riwayat tentang 1. Membantu memperkirakan
lama dan intensitas gejala penurunan volume total cairan.
dari pasien atau keluarga.
2. Pantau TTV, catat
perubahan tekanan darah
pada perubahan posisi, 1. Hipotensi postural merupakan
kekuatan nadi perifer. bagian hipovolemia akibat
kekurangan hormon aldosteron dan
penurunan curah jantung sebagai
akibat penurunan kortisol.
2. Memberikan perkiraan kebutuhan
akan penggantian volume cairan dan
1. Ukur dan timbang BB keefektifan pengobatan. Kenaikan
setiap hari BB yang cepat akibat retensi cairan
2. Kaji rasa haus, kelelahan, dan natriumm akibat pengobatan
nadi cepat,pengisian steroid.
kapiler memanjang, turgor 3. Untuk mengindikasikan berlanjutnya
kulit jelek, membran hipovolemia dan mempengaruhi
mukosa kering, warna kulit kebutuhan pengobatan.
dan temperatur. 4. Dehidrasi berat menurunkan curah
3. Periksa perubahan status jantung dan perfusi jaringan otak.
mental dansensori . 5. Kerusakkan fungsi cairan cerna
4. Auskultasi bising usus. menigkatkan kehilangan cairan dan
Catat mual dan muntah . elektrolit.
5. Berikan perawatan mulut 6. Membantu menurunkan rasa tidak
secara teratur. nyaman dan pertahankan
6. Pertahankan kenyaman kerusakkan membran mukosa.
lingkungan. Lindungi 7. Menghindari panas berlebih
pasien dari cahaya atau mencegah kehilangan cairan.
sejenisnya
7. Anjurkan pasien untuk
istirahata lebi banyak.
1. Mengurangi dan membatasi
10. Anjurkan cairan oral > 3000 hipotensi ortostatik dan
ml/hr sesuai dengan kemampuan menurunkan resiko penurunan
pasien. kesadaran dan trauma.
Ditandai dengan : penurunan berat badan, kelemahan otot, kaku otot abdomen,
diare, hipoglikemia berat.
Intervensi Rasional
1. Auskultasi bising usus, kaji 1. Kekurangan kortisol dapat
nyeri perut, mual/ muntah. menyebabkan gejala gangguan
2. Catat adanya kulit dingin/ gastriintestinal berat.
basah, perubahan tingkat 2. Mengindikasikan pemberian
kesadran, nadi cepat, peka glukokortikod karena hipoglikemia
rangsang, nyeri kepala,
sempoyongan. (tanda
hipoglikemia)
3. Pantau pemasukkan makanan
dan timbang BB tiap hari.
1. Anoreksia, kelemahan dan
kehilangan pengaturan
metabolisme mengakibatkan
penurunan BB. BB yang
meningkat cepat karena retensi
1. Catat muntah tentang jumlah / cairan.
karakteristik. 2. Untuk menentukan derajat
2. Berikan / bantu perawatan kemampuan pencernaan.
mulut. 3. Meningkatkan nafsu makan
3. Berikan lingkungan yang 4. Meningkatkan nafsu makan dan
nyaman untuk makan. perbaiki pemasukkan oral.
4. Berikan informasi tentang 5. Menstimulasi nafsu makan
karena menu yang disukai.
menu pilihan. 6. Glukosa untuk memperbaiki
hipoglikemia, obat untuk
meningkatkan nafsu makan dan
memperbaiki tonus otot
1. Kolaborasi pemberian obat 7. Menentukan kebutuhan kalori
(androgen ) dan glukosa yang tepat
10. Kolaborasi untuk tingkatkan diet 11. Mengurangi mual muntah, dan
natrium untuk memnuhi kebuthan kalori.
Intervensi Rasional
1. Kaji / diskusikan tingkat
kelemahan klien .
1. Mengurangi kelelahan dan
ketegangan jantung.
2. Pasien dapat melakukan lebih
1. Pantau TTVsebelum dan banyak kegiatan dengan
sesudah beraktivitas. penghematan energi.
2. Diskusikan kebutuhan 3. Menambahkan tingkat keyakinan
aktivitas, identifikasi aktivitas pasien.
yang menyebabkan lelah.
3. Sarankan periode antara
istirahat dan beraktivitas.
4. Diskusikan cara menghemat
energi
5. Berikan kesempatan klien
untuk berpartisipasi untuk
melakukan aktivitasnya.
6. Pasien mengalami penurunan
tenaga setiap hari karena
proses penyakit dan
ketidakseimbangan natrium
kalium
7. Kolapsnya sirkulasi akibat
stress aktivitas dan penurunan
curah jantung.
8. Memberikan harapan untuk
kembali melakukan aktivitas.
Ditandai dengan : tidak dapat diterapkan adanya TTV dan gejala-gejala yang
membuat diagnosa aktual.
Kriteria hasil : TTV normal, nadi perifer teraba baik, pengisian kapiler cepat, status
mental baik.
Intervensi Rasional
1. Pantau TTV,FJ, irama
jantung, adanya disritmia.
1. Resiko tinggi terhadap perubahan proses fikir b/d penurunan kadar natrium,
hipoglikemia, gangguan keseimbangan asam basa.
Ditandai dengan : tidak dapat diterapkan ; adanya tanda-tanda atau gejala membuat
diagnosa aktual.
Kriteria hasil : mempertahankan tingkat kesadaran dan mental, tidak mengalami
cedera.
Intervensi Rasional
1. Tetap mengawasi pasien pada
setiap shift .
2. Pantatu tanda vital dan status
neurologis
3. Panggil pasien dengan nama,
orientasikan pada tempat,
orang dan waktu sesuai
kebutuhan.
4. Tetapkan dan pertahankan
jadwal perawatan rutin untuk
memberikan waktu istirahat.
5. Lindungi pasien dari cedera.
6. Pantau pemeriksaan lab
7. Mengenali secara dini
perubahan SSP
8. Perbandingan terhadap
temuan abnormal (suhu tinggi
pengaruhi mental.
9. Menolong pertahankan
orientasi dan menurunkan
kebingungan.
10. Meningkatkan orientasi dan
mencegah kelelahan berlebih
11. Disorientasi akan
meningkatkan resiko
timbulnya bahaya.
12. Menanggulangi
ketidakseimbangan cairan
elektrolit dan asam basa.
1. Resiko tinggi terhadap harga diri rendah situsional b/d adanya kondisi fisik
yang memerlukan sepanjang hidup, perubahan pigmentasi kulit, berat badan.
Ditandai dengan : tidak dapat diterapkan : adanya tanda-tanda den gejala-gejala yang
membuat diagnosa aktual.
Intervensi Rasional
1. Tinjau ulang keadaan
penyakit dan harapan masa
depan
2. Jelaskan alasan kehilangan
cairan yang berlebihan
3. Diskusikan mengenai diet.
4. Tekankan pentingnya
menghindari sumber infeksi
5. Diskusikan pentingnya
melihat ulang tentang
pengobatan secara teratur.
6. Memberikan pengetahuan
pasien yang dapat memilih
berdasarkan informasi
7. Pengetahuan yang dimiliki
membantu mencegah
munculnya masalah
8. Mencegah kehilangan berat
badan dan menurunkan
resiko hipoglikemia
9. Supresi respon inflamasi
meningkatkan resino
terjadinya infeksi.
10. Untuk memudahkan
pengendalian terhadap
kondisi kronis/ pencegahan
komplikasi.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. A. DEFINISI
Penyakit Addison adalah hipofungsi kronik korteks adrenal primer akibat dari
kerusakan pada korteks adrenal. (Cermin Dunia Kedokteran No. 39)
Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan pasienakan hormon-hormon korteks adrenal
(Soediman,1996).
Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan terganggu fungsi bagian dari
kelenjar adrenal disebut korteks. Hal ini menyebabkan penurunan produksi dua
penting bahan kimia (hormon) biasanya dirilis oleh korteks adrenal: kortisol dan
aldosteron.
Penyakit Addison adalah lesi kelenjar primer karena penyakit destruktif atau
atrofik,biasanya autoimun atau tuberkulosa. (Baroon, 1994)
1. B. ANATOMI
Adrenals dua kelenjar, masing-masing bertengger di atas bagian dari dua ginjal.
Bagian luar dari kelenjar dikenal sebagai korteks; bagian dalam yang dikenal sebagai
medula. Masing-masing bagian dari kelenjar adrenal adalah bertanggung jawab untuk
memproduksi berbagai jenis hormon.
Kortisol adalah hormon yang sangat kuat yang dihasilkan oleh korteks adrenal. Hal
ini terlibat dalam mengatur fungsi yang hampir setiap jenis organ dan jaringan di
seluruh tubuh, dan dianggap sebagai salah satu dari beberapa hormon mutlak
diperlukan untuk hidup. Kortisol terlibat dalam:
1. Proses yang sangat kompleks dan pemanfaatan nutrisi banyak, termasuk gula
(karbohidrat), lemak, dan protein
2. Fungsi normal dari sistem sirkulasi dan jantung
3. Fungsi otot
4. Fungsi normal ginjal
5. Produksi sel darah
6. Proses normal yang terlibat dalam rangka mempertahankan system
7. Tepat fungsi otak dan saraf
8. Respon normal dari sistem kekebalan tubuh
Aldosteron, juga diproduksi oleh korteks adrenal, memainkan peran sentral dalam
mempertahankan proporsi yang sesuai air dan garam dalam tubuh. Ketika
keseimbangan ini marah, volume darah yang beredar di seluruh tubuh akan jatuh
berbahaya yang rendah, disertai dengan penurunan tekanan darah.
penyakit Addison juga disebut insufisiensi adrenocortical primer . Dengan kata lain,
proses beberapa mengganggu langsung dengan kemampuan korteks adrenal untuk
menghasilkan nya hormon. Tingkat kortisol dan aldosteron baik drop, dan banyak
fungsi seluruh tubuh adalah terganggu.
Penyakit Addison terjadi pada sekitar pukul empat setiap 100.000 orang. Ini
pemogokan baik laki-laki dan perempuan dari segala usia
1. C. ETIOLOGI
Penyebab paling umum penyakit Addison adalah Kerusakan dan menyusut (atrofi)
dari adrenal korteks.
1. Proses autoimun
Penyakit Addison karena proses autoimun didapatkan pada 75% dari penderita.
Secara histologik tidak didapatkan 3 lapisan korteks adrenal, tampak bercak-bercak
fibrosis dan infiltrasi limfosit korteks adrenal . Pada serum penderita didapatkan
antibodi adrenal yang dapat diperiksa dengan cara Coons test, ANA test, serta
terdapat peningkatan imunoglobulin G.
1. Tuberkulosis
Kerusakan kelenjar Adrenal akibat tuberkulosis didapatkan pada 21% dari penderita .
Tampak daerah nekrosis yang dikelilingi oleh jaringan ikat dengan serbukan sel-sel
limfosit, kadang kadang dapat dijumpai tuberkel serta kalsifikasi Seringkali
didapatkan proses tuberkulosis yang aktif pada organ-organ lain, misalnya
tuberkulosis paru, tuberkulosis genito-urinari, tuberkulosis vertebrata (Pott s
disease), hati, limpa serta kelenjar limpa.
1. Infeksi lain
Penyebab kerusakan kelenjar adrenal karena infeksi yang lebih jarang ialah karena :
histoplasmosis, koksidioid omikosis, serta septikemi karena kuman stafilokok atau
meningokok yang sering menyebabkan perdarahan dan nekrosis.
1. Bahan-bahan kimia
1. Iskemia
Embolisasi dan trombosis dapat menyebabkan iskemia korteks adrenal, walaupun hal
ini jarang terjadi.
1. Infiltrasi
1. Perdarahan
Perdarahan korteks adrenal dapat terjadi pada penderita yang mendapat pengobatan
dengan antikoagulan, pasca operasi tumor adrenal.
1. Lain-lain
1. D. PATOFISIOLOGI
Atropi otoimun atau idiopatik pada kelenjar adrenal merupakan penyebab pada 75 %
kasus penyakit Addison (Stern & Tuck,1994).
Pada sekitar 70% dari semua kasus, atrofi ini diduga terjadi karena adanya gangguan
autoimun. Dalam gangguan autoimun, sistem kekebalan tubuh, bertanggung jawab
untuk mengidentifikasi penyerbu asing seperti virus atau bakteri dan membunuh
mereka, sengaja dimulai untuk mengidentifikasi sel-sel dari korteks adrenal sebagai
asing, dan menghancurkan mereka. Pada sekitar 20% dari semua kasus, perusakan
korteks adrenal disebabkan oleh tuberkulosis. Itu sisa kasus penyakit Addison dapat
disebabkan oleh infeksi jamur, seperti histoplasmosis, coccidiomycosis, dan
kriptokokosis, yang mempengaruhi adrenal kelenjar dengan memproduksi merusak,
massa tumor seperti disebut Granuloma; penyakit amiloidosis disebut, di zat tepung
yang disebut amiloid diendapkan pada abnormal tempat seluruh tubuh, mengganggu
fungsi apa struktur itu hadir dalam; atau Invasi kelenjar adrenal oleh kanker.
Pada sekitar 75% dari semua pasien, penyakit Addison cenderung menjadi sangat
bertahap, perlahan-lahan berkembang penyakit. gejala signifikan tidak dicatat sampai
sekitar 90% dari korteks adrenal telah dihancurkan. Yang paling umum termasuk
gejala kelelahan dan hilangnya energi, penurunan nafsu makan, mual, muntah, diare,
sakit perut, penurunan berat badan, lemah otot, pusing ketika berdiri, dehidrasi,
tidak biasa bidang gelap (pigmen) kulit, dan freckling gelap). Sebagai dehidrasi
menjadi lebih parah, tekanan darah akan terus untuk drop dan pasien akan merasa
semakin lemah dan pusing. Beberapa pasien memiliki gejala kejiwaan, termasuk
depresi dan mudah tersinggung. Perempuan kehilangan kemaluan dan rambut
ketiak, dan berhenti setelah menstruasi normal periode.
Gejala dari krisis “Addisonian” termasuk jantung abnormal irama, rasa sakit parah di
punggung dan perut, tak terkendali mual dan muntah, penurunan drastis dalam
darah tekanan, gagal ginjal, dan pingsan. Tentang25% dari pasien penyakit semua
Addison diidentifikasi karena terhadap perkembangan krisis Addisonian.
E. FATWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Hipotensi
2. Pusing
3. Hiperpigmentasi pada kulit
4. Hipoglikemia
5. Anoreksia.
6. Dehidrasi
7. Mual muntah
8. Cemas
9. Kelelahan dan kelemahan otot
10. Keringat dingin dan gemetar
11. Penurunan kesadaran
Dengan berlanjutnya penyakit yang di sertai hipotensi akut sebagai akibat dari
hipokortikoisme,pasien akan mengalami krisis Addisonian yang di tandai dengan
sianosis ,panas dan tanda-tanda klasik syok:pucat,perasaan cemas,denyut nadi cepat
dan lemah,pernapasan cepat serta tekanan darah rendah.
G. PENATALAKSANAAN
1. Bila Kelenjar adrenal tidak berfungsi lagi, perlu dilakukan terapi penggantian
preparat kortikosteroid dan mineralokortikoid seumur hidup.
1. H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
Awitan penyakit Addison biasanya terjadi dengan gejala yang tidak sfesifik. Diagnosis
penyakit Addison di pastikan oleh hasil-hasil pemeriksaan laboratorium. hasil-hasil
laboratorium mencaakup sebagai berikut :
1. Hipoglikemia
2. Hiponatremia
3. Hiperkalemia
4. Leukositosis
5. Diagnosis pasti: ditegakkan berdasarkan kadar hormon adrenokortikal yang
rendah dalam darah dan urin, kortisol serum turun.
6. Bila adrenokortikal sdh rusak: penyuntuikan ACTH tidak menaikkan kadar
kortisol (Keperawatan Medikal Bedah Vol.2 :1326)
1. I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemerisaan Laboratorium
Dari tes laboratorium, penderita mengalami penurunan eksresi dari hasil pemecahan
atau metabolit dari kortisol yaitu 17 hidrosikartikoid kadar-kadar kortisol plasma
merah, sedangkan kadar ACTH plasma meningkat.
1. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal
sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolit.
1. J. KOMPLIKASI
K. DIAGNOSIS
Banyak pasien tidak mengakui memperlambat kemajuan gejala dan penyakit ini
akhirnya diidentifikasi ketika pemberitahuan dokter bidang pigmentasi meningkat
kulit. Setelah dicurigai, sejumlah darah tes dapat menyebabkan diagnosis penyakit
Addison. Hal ini tidak cukup untuk menunjukkan tingkat kortisol darah yang rendah,
sebagai tingkat kortisol normal bervariasi cukup luas. Sebaliknya, pasien diberi dosis
hormon lain pengujian disebut kortikotropin (ACTH). ACTH diproduksi di tubuh oleh
kelenjar hipofisis, dan biasanya bertindak dengan mempromosikan pertumbuhan di
dalam korteks adrenal dan merangsang produksi dan pelepasan kortisol. Pada
penyakit Addison, bahkan dosis ACTH sintetik tidak meningkatkan tingkat kortisol.
BAB III
PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
2. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
2. Riwayat Kesehatan dahulu
3. Riwayat Kesehatan Keluarga.
4. Genogram
1. PEMERIKSAAN FISIK
1) Aktivitas / istirahat
2) Sirkulasi
Takikardi 110x/mnt
3) Integritas ego
Gejala: adanya riwayat riwayat factor stress dialami, Ketidak mampuan mengatasi
stress
6) Pernapasan
Gejala: Dipsnea
7) Keamanan
8) Seksualitas
Tanda : Hilangnya tanda tanda seks sekunder (berkurangnya rambut rambut pada
tubuh terutama pada wanita)Hilangnya libido
1. Pemerisaan Laboratorium
2. Pemeriksaan radiografi abdominal
3. CT Scan
4. Gambaran EKG
ASUHAN KEPERAWATAN
1. I. Analisa Data
III. INTERVENSI
1. Buat jadwal
masukan tiap jam,
anjurkan mengukur a.Pengisian kapiler
cairan dan minum yang memanjang, nadi
sedikit demi sedikit yang lambat & lemah
atau makan dengan merupakan indikasi
perlahan. terjadi syok.
LP GANGGUAN ADRENAL
1. Pengertian
Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh efek
metabolik gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang
menetap. (Price, 2005).
Syndrome cushing adalah Ganbaran klinis yang timbul akibat peningkatan
glukokortikoid plasma jangka panjang dalam dosisi farmakologik (latrogen).(Wiliam F.
Ganang , Fisiologi Kedokteran, Hal 364).
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik
gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar
yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemeberian dosis
farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid. (Sylvia A. Price; Patofisiolgi, Hal. 1088)
2. Etiologi
Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron yang
berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal
berupa adenoma maupun carsinoma yang tidak tergantung ACTH juga
mengakibatkan sindrom cushing. Demikian juga hiperaktivitas hipofisis, atau tumor
lain yang mengeluarkan ACTH. Syndrom cuhsing yang disebabkan tumor hipofisis
disebut penyakit cusing. (buku ajar ilmu bedah, R. Syamsuhidayat, hal 945)
Sindrom cusing dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid jangka panjang
dalam dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan pada
gangguan aksis hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan) pada sindrom cusing spontan,
hiperfungsi korteks adrenal terjadi akibat ransangan belebihan oleh ACTH atau sebab
patologi adrenal yang mengakibatkan produksi kortisol abnormal. (Sylvia A. Price;
Patofisiologi, hal 1091)
3. Patofisiologi
Telah dibahas diatas bahwa penyebab sindrom cishing adalah peninggian
kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Untuk lebih memahami manifestasi
klinik sindrom chusing, kita perlu membahas akibat-akibat metabolik dari kelebihan
glikokorikoid.
Korteks adrenal mensintesis dan mensekresi empat jenis hormon:
1. Glukokortikoid : Glukokortikoid fisiologis yang disekresi oleh adrenal manusia
adalah kortisol.
2. Mineralokortikoid : Mineralokortikoid yang fisiologis yang diproduksi adalah
aldosteron.
3. Androgen.
4. Estrogen.
Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan keadan-keadaan seperti dibawah ini:
a. Metabolisme protein dan karbohidrat.
Glukokortikoid mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada protein,
menyebabkan menurunnya kemampuan sel-sel pembentUk protein untuk mensistesis
protein, sebagai akibatnya terjadi kehilangan protein pada jaringan seperti kulit, otot,
pembuluh darah, dan tulang. Secara klinis dapat ditemukan:
o Kulit mengalami atropi dan mudah rusak, luka-luka sembuh dengan lambat.
o Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit menyebabkan tanda regang pada kulit
berwarna ungu (striae).
o Otot-otot mengalami atropi dan menjadi lemah.
o Penipisan dinding pembuluh darah dan melemahnya jaringan penyokong vaskule
menyebabkan mudah tibul luka memar.
o Matriks protein tulang menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat
dengan mudah terjadi fraktur patologis.
b. Distribusi jaringan adiposa.
Distribusi jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh.
o Obesitas.
o Wajah bulan (moon face)
o Memadatnya fossa supraklavikulare dan tonjolan servikodorsal (punguk bison).
o Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas dan bawaH yang kurus akibat atropi otot
memberikan penampilan klasik perupa penampilan Chusingoid.
c. Elektrolit
Kalau diberikan dalam kadar yang terlalu besar dapat menyebabkan retensi natrium
dan pembuangan kalium. Menyebabkan edema, hipokalemia dan alkalosis metabolik.
d. Sistem kekebalan
Glukokortikoid mengganggu pembentukan antibody humoral dan menghabat pusat-
pusat germinal limpa dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap anti gen.
Gangguan respon imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini:
o Proses pengenalan antigen awal oleh sel-sel sistem monosit makrofag
o Induksi dan proleferasi limfosit imunokompeten
o Produksi anti bodi
o Reaksi peradangan
o Menekan reaksi hipersensitifitas lambat.
e. Sekresi lambung
Sekresi asam hidroklorida dan pepsin dapat meningkat. Faktor-faktor protekitif
mukosa dirubah oleh steroid dan faktor-faktor ini dapat mempermudah terjadinya
tukak.
f. Fungsi otak
perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini ditandai dengan
oleh ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan episode depresi singkat.
g. Eritropoesis
Involusi jaringan limfosit, ransangan pelepasan neutrofil dan peningkatan
eritropoiesis.
Namun secara klinis efek farmakologis yang bermanfaat dari glukokortikoid
adalah kemampuannya untuk menekan reaksi peradangan. Dalam hal ini
glukokortikoid: dapat menghambat hiperemia, ekstra vasasi sel, migrasi sel,
dan permeabilitas kapiler, menghambat pelapasan kiniin yang bersifat
pasoaktif dan menkan fagositosis.
Penekanan peradangan sangat deperlukan, akan tetapi terdapat efek anti
inflamasi yang merugikan penderita. Pada infeksi akut tubuh mungkin tidak
mampu melindungi diri sebagai layaknya sementara menerima dosis
farmakologik. (Sylvia A. Price; Patofisiologi, hal 1090-1091)
4. Klasifikasi
Sindrom Cushing dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu :
a. Penyakit Cushing
Merupakan tipe Sindroma Cushing yang paling sering ditemukan berjumlah kira-kira
70 % dari kasus yang dilaporkan. Penyakit Cushing lebih sering pada wanita (8:1,
wanita : pria) dan umur saat diagnosis biasanya antara 20-40 tahun.
b. Hipersekresi ACTH Ektopik
Kelainan ini berjumlah sekitar 15 % dari seluruh kasus Sindroma Cushing. Sekresi
ACTH ektopik paling sering terjadi akigat karsinoma small cell di paru-paru; tumor ini
menjadi penyebab pada 50 % kasus sindroma ini tersebut. Sindroma ACTH ektopik
lebih sering pada laki-laki. Rasio wanita: pria adalah 1:3 dan tertinggi pada umur 40-
60 tahun.
c. Tumor-tumor Adrenal Primer
Tumor-tumor adrenal primer menyebabkan 17-19 % kasus-kasus Sindroma Cushing.
Adenoma-adenoma adrenal yang mensekresi glukokortikoid lebih sering terjadi pada
wanita, tetapi bila kita menghitung semua tipe, maka insidens keseluruhan lebih
tinggi pada laki-laki. Usia rata-rata pada saat diagnosis dibuat adalah 38 tahun, 75 %
kasus terjadi pada orang dewasa.
d. Sindroma Cushing pada Masa Kanak-kanak
Sindroma Cushing pada masa kanak-kanak dan dewasa jelas lebih berbeda.
Karsinoma adrenal merupakan penyebab yang paling sering dijumpai (51 %),
adenoma adrenal terdapat sebanyak 14 %. Tumor-tumor ini lebih sering terjadi pada
usia 1 dan 8 tahun. Penyakit Cushing lebih sering terjadi pada populasi dewasa dan
berjumlah sekitar 35 % kasus, sebagian besar penderita-penderita tersebut berusia
lebih dari 10 tahun pada saat diagnosis dibuat, insidens jenis kelamin adalah sama.
5. Manifestasi Klinis
o Amenorea
o Nyeri punggung
o Kelemahan otot
o Nyeri kepala
o Luka sukar sembuh
o Penipisan kulit
o Petechie
o Ekimosis
o Striae
o Hirsutisme (tumbuh bulu diwajah)
o Punuk kerbau pada posterior leher
o Psikosis
o Depresi
o Jerawat
o Penurunan konsentrasi
o Moonface
o Hiperpigmentasi
o Edema pada ekstremitas
o Hipertensi
o Miopati
o Osteoporosis
o Pembesaran klitoris
o Obesitas
o Hipokalemik
o Perubahan emosi
o Retensi Natrium
6. Komplikasi
a. Krisis Addisonia
b. Efek yang merugikan pada aktivitas koreksi adrenal
c. Patah tulang akibat osteoporosis
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes supresi dexamethason
o Untuk membantu menegakkan diagnosis penyebab sindrom cushing tersebut, apakah
hipofisis atau adrenal
o Untuk menentukan kadar kortisol
Pada pagi hari lonjakan kortisol akan ditekan : Steroid <5 style=""> Normal
Pada pagi hari sekresi kortisol tidak ditekan : Steroid >10 uL /dl Sindrom Cushing
b. Kadar kortisol bebas dalam urin 24 jam:
Untuk memeriksa kadar 17- hidroksikortikosteroid serta 17- kortikosteroid, yang
merupakan metabolic kortisol dan androgen dalam urin.
Kadar metabolic dan kortisol plasma meningkat Sindrom Cushing
c. Stimulasi CRF (Corticotrophin-Releasing Faktor)
Untuk membedakan tumor hipofisis dengan tempat-tempat ektopik produksi ACTH
sebagai penyebab.
d. Pemeriksaan Radioimmunoassay ACTH Plasma
Untuk mengenali penyebab Sindrom Cushing
e. CT, USG, dan MRI
Dapat dilakukan untuk menentukan lokasi jaringan adrenal dan mendeteksi tumor
pada kelenjar adrenal.
i. Penatalaksanaa
a. Terapi Operatif
o Hipofisektomi Transfenoidalis : Operasi pengangkatan tumor pada kelenjar hipofisis
o Adrenalektomi : terapi pilihan bagi pasien dengan hipertrofi adrenal primer
b. Terapi Medis
Preparat penyekot enzim adrenal (metyrapon, aminoglutethimide, mitotane,
ketokonazol) digunakan untuk mengurangi hiperadrenalisme jika sindrom tersebut
disebabkan oleh sekresi ektopik ACTH oleh tumor yang tidak dapat dihilangkan
secara tuntas.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN GANGGUAN ADRENAL
A. Pengkajian
Pengumpalan riwayat dan pemeriksaan kesehatan difokuskan pada efek tubuh
dari hormone korteks adrenal yang konsentrasinya tinggi dan pada kemampuan
korteks adrenal untuk berespons terhadap perubahan kadar kortisol dan aldosteron.
a. Data Biografi : nama, usia, jenis kelamin
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Data subjektif
Amenorea
Nyeri punggung
Mudah lelah / kelemahan otot
Sakit kepala
Luka sukar sembuh
2) Data objektif
a. Integumen
Penipisan - Kulit Striae
Petechie - Hirsutisme (pertumbuhan bulu bulu wajah)
Ekimosis - Edema pada ekstremitas
Jerawat - Hiperpigmentasi
Moonface
Punuk kerbau (buffalo hump) pada posterior leher
b. Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 4-5 mid klavikula
Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1 S2 Terdengar tunggal
c. Sistem Pernapasan
Inspeksi : Pernapasan cuping hidung kadang terlihat, tidak terlihat retraksi
intercouste hidung, pergerakan dada simetris
Palpasi : Vocal premilis teraba rate, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Suara sonor
Auskultasi : Terdengar bunyi nafas normal, tidak terdengar bunyi nafas
tambahan ronchi wheezing
d. Muskuloskeletal
Kelemahan otot
Miopati
Osteoporosis
e. Reproduktif: Pembesaran klitoris
f. Makanan dan cairan
Obesitas
Hipokalemia
Retensi natrim
g. Psikiatrik
Perubahan emosi
Psikosis
Depresi
Penurunan konsentrasi
h. Pembelajaran
Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, prognosis dan pengobatannya.
B. Diagnosis
a. Kelebihan volume cairan b.d sekresi kortisol berlebih karena sodium dan retensi
cairan
b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot dan perubahan metabolisme protein
c. Resiko infeksi b.d penurunan respon imun, respon inflamasi
d. Resiko cidera b.d kelemahan
e. Gangguan integritas kulit b.d kerusakan proses penyembuhan, penipisan dan
kerapuhan kulit
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan klien dalam
1. Mengetahui tingkat perkembangan
melakukan aktifitas klien dalam melakukan aktivitas
2. Tingkatkan tirah baring 2.
/ Periode istirahat merupakan tehnik
duduk penghematan energi
3. Catat adanya respon terhadap
3. Respon tersebut menunjukkan
aktivitas seperti :takikardi, peningkatan O2, kelelahan dan
dispnea, fatique. kelemahan
4. Tingkatkan keterlibatan pasien
4. Menambah tingkat keyakinan
dalam beraktivitas sesuai pasien dan harga dirinya secar baik
kemampuannya sesuai dengan tingkat aktivitas yang
5. Berikan bantuan aktivitas ditoleransi
sesuai dengan kebutuhan 5. Memenuhi kebutuhan aktivitas
6. Berikan aktivitas hiburan yang klien
tepat seperti : menonton TV dan
6. Meningkatkan relaksasi dan
mendengarkan radi penghematan energi, memusatkan
kembali perhatian dan meningkatkan
koping
D. Evaluasi
a. Kebutuhan volume cairan kembali adekuat.
b. Klien toleransi terhadap aktivitas.
c. Infeksi tidak terjadi.
d. Cedera tidak terjadi.
e. Integritas kulit klien kembali normal.
LAPORAN PENDAHULUAN
I. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
- Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrin atau hormon yang terjadi pada
semua kelompok umur dan menimpa pria – pria dan wanita – wanita sama
rata. Penyakit di karakteristikan oleh kehilangan berat badan, kelemahan otot,
kelelahan, tekanan darah rendah dan adakalanya penggelapan kulit pada
kedua – duanya yaitu bagian – bagian tubuh yang terbuka dan tidak terbuka.
(http:/www.total kesehatan nanda.com/Addison 4html)
- Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon – hormon korteks
adrenal (soediman,1996)
- Penyakit Addison adalah lesi kelenjar primer karena penyakit destruktif atau
atrofik, biasanya auto imun atau tuberkulosa (baroon, 1994)
- Penyakit Addison adalah terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon korteks
adrenal (keperawatan medical bedah, bruner, dan suddart edisi 8 hal 1325)
- Penyakit Addison adalah kekurangan partikal ssekresi hormon korteks adrenal.
Keadaan seperti ini terlihat pada hipoado tironisme yang hanya mengenal zona
glomeruluna dan sakresi aldosteron pada sindrom adrenogenetal dimana
gangguan enzim menghambat sekresi steoid (Patofisiologi Edisi 2 Hal 296)
2. Etiologi
a. Tuberculosis
b. Histo plasmosis
c. Koksidiodomikosisd
d. Kriptokokissie
3. Manifestasi Klinik
4. Patofisiologi
Terlampir
5. Komplikasi
b. Kolaps sirkulasi
c. Dehidrasi
d. Hiperkalemiae
e. Sepsis
f. Ca. Paru
g. Diabetes melitus
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
c. CT Scan
Detektor klasifikasi adrenal dan pembesaran yang sensitive hubungannya
dengan insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltrasi
malignan dan non malignan dan hemoragik adrenal
d. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal
sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolik
Cortisol adarah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik
dari ACTH diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang disebut pendek
cepat. Penyukuran cortisol dalam darah di ulang 30 sampai 60 menit setelah
suatu suntikan ACTH adalah suatu kenaikan tingkatan – tingkatan cortisol
dalam darah dan urin.
Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes stimulasi
CRH “Panjang” diperlukan untuk menentukan penyebab dari ketidak cukupan
adrenal. Pada tes ini, CRH sintetik di suntikkan secara intravena dan cortisol
darah diukur sebelum dan 30, 60 ,90 dan 120 menit setelah suntikan. Pasien –
pasien dengan ketidak cukupan adrenal seunder memp. Respon kekurangan
cortisol namun tidak hadir / penundaan respon – respon ACTH.
Ketidakhadiran respon – respon ACTH menunjuk pada pituitary sebagai
penyebab ; suatu penundaan respon ACTH menunjukan pada hypothalamus
sebagai penyebab.
7. Penatalaksanaan
a. Medik
3) Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti
kortisol
b. Keperawatan
1) Pengukuran TTV
Faktor etiologi
Insufisiensi adrenal
Kelemahan otot
GFR Kelainan ta
sek sekun
Defisit perawatan
diri
Produksi uring
meninggkat Tubulus mengalami gx Rambut pu
reabsasi berkuran
Dueresis >>
Keseimbangan air
dan garam
Glukoneogenesis terganggu
Libido
ber
a
Hipoglikemie Turunnya volume
cairan
Berlanjut oligori
Kurang
pe
ta
Resiko Gx
eliminasi uri
Sirkulasi vaskuler
Kekurangan
aldost
eron Cemas
Kekurangan
volume cairan
Meningkatnya
Penurunan suplai
O2 ke
otak
pembuangan Na
Suplai O2 berkurang Gx
perfusi
Meningkatnya K
cerebral
oleh
ginjal
Metabolik anaerob
Sistem konduksi
jantun
Enzim Hcl g
Pusing
Mual muntah Kontraksi otot
jantun
Anoreksia g Gx rasa nyaman
lemah
Jantung tidak
mampu
Pemenuhan nutrisi kurang dari memompa
kebutuhan
Kontraksi otot
jantun
g
lemah
Jantung tidak
mampu
memompa
Hipotensi
Krisis Addison
Penurunan
suplai darah ke
organ vital
(hepar
,
ginjal)
Kematian sel
Atropi
Diskontinuitas
sistem konduksi
spasme otot
abdomen
Nyeri abdomen
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Penyakit Addison bisa terjadi pada laki – laki maupun perempuan yang mengalami
krisis adrenal
2. Keluhan Utama
Pada pasien dengan penyakit Addison gejala yang sering muncul ialah pada gejala
awal : kelemahan, fatiquw, anoreksia, nausea, muntah, BB turun, hipotensi dan
hipoglikemi, astenia (gejala cardinal). Pasien lemah yang berlebih, hiperpigmentasi,
rambut pubis dan axila berkurang pada perempuan, hipotensi arterial (TD : 80/50
mm)
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakit yang
sama / penyakit autoimun yang lain.
a. Sistem Pernapasan
I : Bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat, adanya kontraksi otot bantu
pernapasan (dispneu), terdapat pergerakan cuping hidung
b. Sistem Cardiovaskuler
P : Ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavikula line sinistra
P : Redup
c. Sistem Pencernaan
P : Timpani
e. Sistem Endokrin
Destruksi kortek adrenal dapat dilihat dari foto abdomen, Lab. Diagnostik
ACTH meningkat
Integumen à Turgor kulit jelek, membran mukosa kering, ekstremitas
dingin,cyanosis, pucat, terjadi piperpigmentasi di bagian distal
ekstremitas dan buku – buku pad ajari, siku dan mebran
mukosa
g. Eliminasi Alvi
h. Sistem Neurosensori
i. Nyeri / kenyamanan
Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, nyeri tulang belakang, abdomen,
ekstremitas
j. Keamanan
Tidak to0leran terhadap panas, cuaca udaha panas, penngkatan suhu, demam
yang diikuti hipotermi (keadaan krisis)
k. Aktivitas / Istirahat
Lelah, nyeri / kelemahan pada otot terjadi perburukan setiap hari), tidak
mampu beraktivitas / bekerja. Peningkatan denyut jantung / denyut nadi pada
aktivitas yang minimal, penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi.
l. Seksualitas
Adanya riwayat menopouse dini, aminore, hilangnya tanda – tanda seks
sekunder (berkurang rambut – rambut pada tubuh terutama pada wanita)
hilangnya libido
m. Integritas Ego
Adanya riwayat – riwayat fasctros stress yang baru dialami, termasuk sakit
fisik atau pembedahan, ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil.
1. Kekurangan volume cairan b/d kekurangan natrium dan kehilangan cairan melalui
ginjal, kelenjar keringat, saluran GIT ( karena kekurangan aldosteron)
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat (mual,
muntah, anoreksia) defisiensi glukontikord
- Hasil lab
Ht : W = 37 – 47 %
L = 42 – 52 %
Ureum = 15 – 40 mg/dl
Intervensi
1) Pantau TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan
dari nadi perifer
3) Kaji pasien mengenai rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler
memanjang, turgor kulit jelek, membran mukosa kering, catat warna kulit dan
temperaturnya
5) Ouskultasi bising usus ( peristaltik khusus) catat dan laporan adanya mual
muntah dan diare
R/ adanya perbaikan pada saluran cerna dan kembalinya fungsi cairan cerna
tersebut memungkinkan cairan dana elektrolit melalui oral
Kolaborasi
a) Cairan Na Cl 0,9 %
b) Larutan glukosa
10) Pasang / pertahankan kateter urin dan selang NGT sesuai indikasi
R/ dapat menfasilitasi pengukuran haluaran dengan akurat baik urin maupun
lambung, berikan dekompresi lambung dan membatasi muntah
a) Hematokrit ( Ht)
b) Ureum / kreatin
c) Natrium
d) Kalium
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat (mual,
muntah, anoreksia) defisiensi glukortikoid
L : 13 – 16 gr/dl
Ht : W : 37 – 47 %
(S : 36 – 372 oC)
L : 42 – 52 %
(RR : 16 – 20 x/menit)
Albumin : 3,5 – 4,7 g/dl
-
Glebulin : 2,4 – 3,7 g/dl
Intervensi
1) Auskultasi bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut, mual muntah
2) Catat adanya kulit yang dingin / basah, perubahan tingkat kesadaran, nagi
yang cepat, nyeri kepala, sempoyongan
5) Berikan lingkungan yang nyaman untuk makan contoh bebas dari bau yang
tidak sedap, tidak terlalu ramai
R/ anemia dapat terjadi akibat defisit nutrisi / pengenceran yang terjadi akibat
reterisi cairan sehubungan dengan glukokortikoid.
Intervensi
1) Kaji tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktivitas yang dapat dilakukan
oleh klien
R/ kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai dari stress, aktivitas jika curah
jantung berkurang
3) Sarana pasien untuk menentukan masa atau periode antara istirahat dan
melakukan aktivitas
Tujuan japen : Harga diri klien kembali positif setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Intervensi
- Teknik relaksasi
- Visualisasi
- Imaginasi
R/ Meminimalkan perasaan stress, frustasi, meningkatkan kemampuan
koping.
4) Fokus pada perbaikan yang sedang terjadi dan pengobatan misal menurunkan
pigmentasi kulit
R/ dapat menolong pasien untuk melihat hasil dari pengobatan yang telah
dilakukan
6) Kolaborasi
S : 36 – 372 oC
N : 80 – 100 x/menit
RR: 16 – 20 x/menit
Intervensi
1) Beri penjelasan pada klien tentang penyebab nyeri dan proses penyakit
2) Kaji tanda – tanda adanya nyeri baik verbal maupun non verbal, catat lokasi,
intensitas (skala 0 – 10) dan lamanya
Berikan obat analgetik dan atau analgetik sprei tenggorok sesuai dengan
kebutuhannya.
Intervensi
Kriteria hasil : - Kx tidak lagi mengeluh Bak sedikit / kencing tidak lancar
Intervensi
3) Pemasangan kateter
R/ Agar kx dapat BAK dengan lancar