Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Diagram Terner” dengan tujuan membuat
kurva larutan suatu cairan yang terdapat dalam dua kurva tertentu. Prinsip yang
digunakan pada percobaan ini adalah analisa kualitatif. Metode yang digunakan yaitu
titrasi. Hasil dari percobaan yaitu larutan yang mengandung dua komponen yang
saling larut sempurna membentuk daerah fase tunggal, sedangkan komponen yang
tidak saling larut sempurna membentuk daerah fase dua. Kesimpulan dari percobaan
adalah semakin banyak etanol yang dicampurkan dengan kloroform maka semakin
banyak aquadest yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen.
BAB I
PENDAHULUAN
4.2. Pembahasan
Diagram terner merupakan suatu diagram fasa berbentuk segitiga sama sisi
dalam suatu bidang datar yang dapat menggambarkan sistem tiga komponen zat
dalam berbagai fasa. Percobaan ini dilakukan percobaan mengenai diagram terner
sistem zat cair tiga komponen dengan metode titrasi. Praktikum kelarutan zat ini
bertujuan untuk mengetahui berapa perbandingan pelarut yang harus ditambahkan
sehingga dapat melarutkan suatu zat dan didapatkan suatu perbandingan komponen
yang mempunyai efesiensi besar.
Pemisahan dilakukan dengan menggunakan pelarut yang tidak larut dengan
sempurna terhadap campuran. Pada percobaan ini, dicampurkan tiga komponen
berfasa cair yaitu aquadest, kloroform, dan etanol. Air dan etanol dapat larut
sempurna, demikian pula halnya dengan kloroform dan etanol. Etanol merupakan
senyawa semi polar. Etanol mempunyai gugus OH dan etil, sehingga dapat larut
dalam air (H2O) dan kloroform (CHCl3). Kloroform merupakan senyawa nonpolar
dan air merupakan senyawa polar. Air dan kloroform tidak dapat bercampur dan
membentuk dua lapisan karena perbedaan kepolaran. Semakin sedikit kloroform,
terbentuknya dua lapisan semakin susah. Percobaan ini dilakukan metode titrasi. Titik
akhir titrasi ditunjukan dengan terbentuknya larutan keruh yang menandakan telah
terpisahnya komponen. Komponen campuran dari larutan tiga komponen menjadi dua
komponen larutan terner konjugasi.
Percobaan ini dilakukan 3 perlakuan pada masing-masing erlenmeyer yaitu
mencampurkan kloroform dengan etanol dengan perbandingan yang berbeda beda di
tiap labunya. Pada labu 1, kloroform = 1 mL dan etanol = 9 mL, volume titran (air)
yang digunakan untuk mengkeruhkan larutan = 16 mL. Pada labu 2, kloroform = 2
mL, etanol= 8 mL dan volume titran (air) yang digunakan = 3,9 mL. Pada labu 3,
kloroform = 3 mL, etanol = 7 mL dan volume titran (air) yang digunakan = 2,4 mL.
Semakin sedikit kloroform, keruhnya suatu larutan semakin susah. Kecepatan
kekeruhan yang timbul pada labu tidak bertahap sesuai dengan kadar air yang
terkandung pada masing-masing labu. Berdasarkan data pengamatan dan perhitungan,
semakin banyak etanol yang dicampurkan dengan kloroform maka semakin banyak
pula aquadest yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen. Jadi, etanol dapat
menaikkan kelarutan kloroform dalam air.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa:
Dua komponen larutan yang saling melarutkan akan membentuk fase tunggal
dan yang tidak saling melarutkan akan membentuk daerah fase dua.
Semakin sedikit kloroform, semakin susah terbentuknya dua lapisan.
Larutan membentuk dua lapisan dititik akhir titrasi.
Semakin banyak etanol yang dicampurkan dengan kloroform, maka semakin
banyak aquadest yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen.
5.2. Saran
LAMPIRAN
Diketahui:
1) Mencari Massa
a. Massa air
m1 = p x v m2 = 3,8883 g m3 = 2,3928 g
=0, 997 g/cm3 x 16 cm3
= 15, 952 g
b. Massa Kloroform
m1 = p x v m2 = 2,998 g m3 = 4,347 g
= 1,499 g/cm3 x 1 cm3
= 1,499 g
c. Massa Etanol
m1 = p x v m2 = 6,312 g m3 = 5,523 g
= 0,789 g/cm3 x 9 cm3
= 7,101 g
2) Mencari mol
a. mol air
n1 = gram/ Mr n2 = 0,2160 mol n3 = 0,1329 mol
= 15,952 g/18
= 0,8862 mol
b. mol kloroform
n1 = gram/ Mr n2 = 0,0252 mol n3 = 0,0365 mol
= 1,499 g/ 119
= 0,0125 mol
c. mol etanol
n1 = gram/Mr n2 = 0,1372 mol n3 = 0,1200 mol
= 7,101 g/46
= 0,154 mol
DIAGRAM TERNER
Oleh:
Kelompok VII
(Mutia Elvitiana)