Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Harita Prima Abadi Mineral merupakan perusahaan perseroan terbatas


yang didirikan berdasarkan akta notaris nomor 86 tanggal 17 September 1996
berkedudukan di Jakarta, Perusahaan ini berkantor pusat di Gedung Ratu
Plaza22nd Floor, Jalan Jendral Sudirman Senayan – Jakarta.
Harita Group telah sekitar 9 (sembilan) tahun bergerak dibidang kegiatan
penambangan bauksit. Saat ini Harita Group terdiri dari 26 Izin Usaha
Pertambangan Bauksitperusahaan tambang bauksit di Kabupaten Ketapang,
Kalimantan Barat. Status perijinan tambang /IUP Harita Group saat ini terdapat 14
wilayah IUP yang sudah memasuki status Operasi Produksi. Total bijih bauksit
yang telah diproduksi di site Air upas selama ini adalah sebesar 21.837.964,19 ton
dari tahun 2009 – april 2016. Saat ini Harita Groupmempunyai potensi cadangan
bauksit yang cukup potensial, yaitu sekitar 828 juta ton, yang tersebar di wilayah
IUP-nya, baik pada wilayah IUP Operasi Produksi maupun IUP Eksplorasi.Kantor
perwakilan di Ketapang terletak di Jl. Kolonel Sugiono No.55 Ketapang,
Kalimantan Barat.
IUP PT. Harita Prima Abadi Mineral Site Air Upas IUP HPAM No. 219
yang meliputi bloknya pesanggaran, bukit selendang , perendaman, SP2, air upas ,
IUP HPAM N0. 657 yang meliputi Bloknya sedawak, pantai ribai, mangungan,
IUP HPAM No. 661 silat, manggungan , perndaman, batu keling, pesanggaran,
lumpak, SP2, air upas, bukit selendang, jangkit, IUP SKIT No. 529 meliputi
daerah sebalakan, IUP KBIT No. 577 meliputi daerah sebalakan dan air upas.

3
4

2.2 Visi dan Tujuan perusahaan

2.2.1 Visi
Menjadi produsen utama bauksit dan alumina terkemuka diindonesia
dengan mengahasilkan manfaat optimal bagi perusahaan dan seluruh pemangku
kepentingan.
2.2.2 Tujuan
Maksud dan tujuan dari pengembangan usaha tambang bauksit Harita
Groupkedepan adalah membangun usaha tambang bauksit yang menerapkan
Good Mining Practices, mengikuti ketentuan peraturan perundangan, sehingga
memberikan keuntungan bagi perusahaan dan memberi manfaat yang optimal
stakeholders, termasuk daerah dan masyarakat sekitar tambang.
2.3 Lokasi kesampaian daerah

Secara administratif PT. Harita Prima Abadi ir Upas berada di Desa Batang
Belian, Kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan
Barat.Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)di PT. Harita Prima Abadi
Mineral secara geografis terletak pada posisi 110 42’ 01”sampai 110 53’
03”BTdan 2 07’ 09”sampai 224’ 02” LS.Secara umum wilayah PT. Harita
Prima Abadi Mineral dapat dicapai melalui beberapa route dari Jakarta sebagai
berikut:
1. Transportasi Udara dari Jakarta ke Pontianak, selama kurang lebih 1
jam 15
menit.
2. Transportasi Air dari Potianak ke Ketapang selama kurang lebih 7
jam, atau Transportasi Udara dari Pontianak ke Ketapang selama
kurang lebih 30 menit.
3. Transportasi Darat dari Ketapang ke Desa Batang Belian dengan
kondisi jalan tidak begitu baik mungkin dapat ditempuh selama
kurang lebih 5 jam; atau (B) Transportasi Darat dari Ketapang ke
Kendawangan selama kurang lebih 3 jam, dilanjutkan dengan
Transportasi Air dari Kendawangan ke Desa Kedondong (Kelampai)
selama kurang lebih 30 menit lalu dilanjutkan lagi dengan
5

Transportasi Darat dari Desa Kedondong (Kelampai) ke Desa Batang


Belian melalui Hauling Road HG selama kurang lebih 1 jam
perjalanan.
(sumber : Peta Kesampain DaerahPT. Harita Prima Abadi Mineral site Air Upas)

Gambar 2.1 Peta Lokasi

PT.HPAM
6

(sumber : Peta Konsesi PT. Harita Prima Abadi Mineral site Air Upas)

Gambar 2.2 Peta Konsesi Daerah Penelitian

2.4 Iklim dan Curah Hujan

Kabupaten Ketapang beriklim tropis dengan suhu rata - rata 23,70° C -


26,70° C dan suhu pada siang hari mencapai 30,80°C serta memiliki curah hujan
rata - rata 3696,1 mm/tahun dengan curah hujan rata-rata per tahun sebanyak 214
kali, sedangkan kecepatan angin adalah 3,1 knot dan merupakan yang tertinggi di
Kalimantan Barat. Pada umumnya daerah ini terdiri dari dua musim yaitu musim
hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan November sampai
dengan April dan musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai dengan Oktober,
7

dengan curah hujan yang cukup bervariasi.

"Data Curah Hujan 2012"


450 392 394.5 403.5
400
350 320
297
Curah Hujan

300 259.7 254


237
250 200 217
200 175.5
135.5
150
100
50
0
JAN FEB MAR APRIL MAY JUNE JULY AUG SEPT OKT NOP DES
Bulan

Data Curah Hujan 2013


450 397 403.5
400 350
336 324
350
270
Curah Hujan

300
250 200 196 212
200 157
150
88
100 44
50
0
JAN FEB MAR APRIL MAY JUNE JULY AUG SEPT OKT NOP DES
Bulan

(sumber : Data curah hujan PT. Harita Prima Abadi Mineral site Air Upas)

Gambar 2.3 Grafik Curah Hujan Rata-Rata per Bulan Tahun 2012– 2013
8

2.5 Keadaan Geologi Daerah

2.5.1. Geomorfologi
(1) Satuan Perbukitan Bergelombang Lemah - Sedang.
Satuan ini menempati bagian barat dan tengah wilayah penyelidikan mengisi
lembah-lembah berelevasi topografi rendah di antara Satuan Perbukitan Terjal
Bergelombang Kuat. Elevasi topografi berkisar dari 20 hingga 60 mdpl,
dengan kemiringan lereng berkisar dari 0 – 10 derajat membentuk pola
punggungan perbukitan yang tidak beraturan. Pada Satuan ini, secara umum
anak-anak sungai di daerah tinggian berkembang membentuk pola aliran
dendritic-subdendritic, untuk kemudian induk-induk sungainya cenderung
berkembang membentuk pola aliran meandering, menunjukkan proses
pelapukan telah lama berlangsung.

Gambar 2.4. Geomorfologi Perbukitan Lemah-sedang


(sumber : Dokumentasi Eksplorasi PT. Harita Prima Abadi Mineral site Air Upas)

2.5.2. Stratigrafi
Secara regional di daerah penyelidikan termasuk dalam Peta Geologi
Bersistem Lembar Ketapang – 1411, di mana formasi batuan penyusun dari muda
ke tua adalah sebagai berikut ( E.Rustandi (GRDC) & F. De Keyser (AGSO),
1993):

1. Endapan Aluvium (Qa)


Merupakan endapan permukaan Kuarter yang terdiri dari kerikil, pasir, lanau,
kadangkadang gambut. Bersifat lepas. Umumnya mengisi daerah pantai dan
daerah aliran sungai besar.
2. Rombakan Lereng, Talus (Qs),
Berupa rombakan kerakal dan bongkah batuan yang kasar, berumur Kuarter,
menjemari dengan alluvium dan endapan rawa.
9

3. Basal Bunga (Kubu)


Terdiri dari batuan basal berwarna hitam sampai kelabu tua dan pejal, selain itu
terdapat dasit, andesit kelabu kehijauan, lava, tufa litik-kristal dan breksi
gunungapi dimana pada alasnya terdapat batupasir sedang sampai halus,
diperkirakan berumur Kapur Akhir – Paleosen. Batuan ini tidak selaras diatas
Komplek Ketapang, Batuan Gunungapi Kerabai dan Granit Sukadana serta
menindih Granit Sangiyang.
4. Formasi Granit Sangiyang (Kusa)
Merupakan batuan beku pluton berkomposisi granitik alkali-feldspar
leukokratik. Batuan ini mengerobos formasi Granit Sukadana (Kus), Batuan
Gunung Api Kerabai (Kuk) dan mungkin juga menerobos Basal Bunga (Kubu).
5. Formasi Granit Sukadana (Kus)
Merupakan batuan pluton; banyak mempunyai banyak jenis/tingkatan:
Monzonit Kuarsa, Monzogranit, Syenogranit dan Granit Alkali-Feldspar,
sedikit Syenit kuarsa, Monzodiorit Kuarsa dan Diorit kuarsa dan syenogranit,
langka diorit dan gabro, beberapa mengandung olivin retas dan urat aplit
tingkat akhir bersifat lokal; Macam-macam tingkatan kuarsa feldspar alkali
(umumnya pertit atau mikropertit) plagioklas (biasanya berlajur) biotit,
hornblenda, klinopiroksen, ortopiroksen, dan hasil ubahannya yang umum
berupa granit alkali-felspar mengandung ribekit dan atau arsvendosit; K-felspar
setempat-setempat terkaolinisasikan, terutama syenit kuarsa, dan granit alkali
felspar.
Metasomatis potas tingkat lanjut diperlihatkan oleh munculnya K-felsfar dari
dua generasi dalam beberapa batuan (satu yang terkaolinisasi lebih tua, dan
yang muda yang lebih segar yang setempat-setempat mengandung mineral
mafik dan mineral-mineral lainnya); Mineral mafik umumnya dalam gumpalan,
dan jelas adanya macam-macam kandungan mineral dalam satu singkapan
memberikan dugaan bahwa satuan ini berasal dari pencampuran susunan
magma.
Formasi ini menerobos dan secara termal mengubah Malihan Pinoh dan
Komplek Ketapang; dianggap menerobos Granit Belaban; menerobos dan
10

menindih batuan Gunungapi Kerabai, dengan mana kelihatannya berkerabat;


diterobos oleh granit Sangiyang dan oleh retas–retas dan sill–sill mafik sampai
felsik, ditindih oleh Basal Bunga. Formasi ini terbentuk pada Kapur Akhir.
Batuan terobosan metalumina yang mengandung cukup soda dengan sedikit
kandungan paralumina dan jarang perakalin. Batuan Terobosan setelah
penunjaman. Jenis 1 kemungkian terjadi akibat leburan sumber batuan beku
basa yang terpecah di bagian bawah kerak. Penyebarannya meliputi perbukitan
dan rangkaian perbukitan di seluruh wilayah lembar peta termaksuk kepulauan-
kepulauan di sekitarnya.
6. Formasi Gunungapi Kerabai (Kuk)
Tersusun dari batuan piroklastik (abu, lapili, kristal, tufa kristal dan litik, breksi
gunung api dan aglomerat) umumnya berkomposisi Basaltik dan Andesitik;
mengandung mineral dolerit, trakhiandesit, krotofir kuarsa; Beberapa
berkomposisi dasitik, riodasitik dan riolitik umumnya terdapat setempat-
setempat; Terdapat terobosan dan lava porfiritik, umumnya pecah-pecah,
terubah secara hidrotermal dan terpotong oleh urat-urat klorit - epidot.
Susunan piroklastik tufa berwarna fresh hijau sampai kelabu, di mana
umumnya dalam keadaan lapuk memberikan bermacam-macam warna yaitu
coklat, merah dan kuning, terdapat mineral-mineral pofiroklas dari felspar yang
tersausuritisasi, hornblenda, augit, sedikit kuarsa, hipersten dan biotit, sedikit
olivin, fragmen batuan daripada batuan gunung api berbutir halus. Formasi ini
diendapkan secara tidak selaras di atas dan setempat-setempat berjemari
dengan Komplek Ketapang; tidak selaras dengan Formasi Granit Laur,
diterobos dan menindih Formasi Granit Sukadana yang terlihat berkerabat;
diterobos Granit Sangiyang; ditindih oleh Basal Bunga. Sebagian sama dengan
Basal Bunga. Terbentuk oleh proses gunungapi subaerial yang berumur Kapur
akhir-Paleosen; Ketebalan Tidak diketahui; Penyebarannya meliputi seluruh
bagian dataran lembar peta membentuk dataran rendah diselatan tetapi naik
sampai >1000 mdpl di bagian utara. (Pieters & Sanyoto,1987; termasuk
Komplek Mantan dari de Kenser & Rustandi,1989).
7. Komplek Ketapang (JKke)
Tersusun dari Batuan pesamit dan terlapis secara pelitik, terlapis sedang sampai
11

tipis, terubah secara beraneka ragam oleh malihan termal dan ubahan
hidrotermal: batulempung, batupasir halus-kasar dan lepungan yang serisitan
(setempat-setempat lanauan dan bersilang siur), arenit litik (Beberapa tufaan
atau mengandung pecahan batuan gunung api hasil ‘rework’). Serpih
(setempat-setempat pasiran), dan batusabak; Kadang-kadang gampingan
membentuk batuan kalk-silikat. Batuan terangkat dan terlipat, umumnya
dengan kemiringan antara 30 derajat sampai tegak. Terdapat fosil Mikroflora
Lanjut Caytonipollenites (Muller,1968; Albian Akhir-Cenomanian), dan satu
conto terlihat kaya akan sepon litistid yang mungkin berumur Jura. Satuan ini
terbentuk secara tidak selaras di atas Malihan Pinoh tetapi tak terlihat
kontaknya; Tidak selaras dan setempat-setempat berjemari dengan batuan
Gunugapi Kerabai; Tidak selaras di bawah Basal Bunga; Diterobos oleh Granit
Sukadana dan Granit Sangiyang; kontak dengan Granit Belaban tidak terlihat.
Mungkin dapat disebandingkan dengan batupasir Kempari di Ngataman.
Berumur Jura- Kapur Akhir. Ketebalan tidak diketahui; Penyebarannya
meliputi wilayah tanah rendah yang secara topografi tidak jelas bentuknya,
tersebar di banyak wilayah lembar peta, termasuk Pulau Cempedak, (van
Bemmelen,1939; de Keyser & Rustandi,1989).
8. Batuan Malihan Pinoh (PzTRp)
Terdiri batuan kuarsit berwarna kelabu tua, terhablur ulang mengandung
anortit, kaya turmalin, genes klinopiroksin-hornblende, mengandung
klinozoisit dan skapolit, dan batuan migmatik; sekis mika dan kuarsit mika
dengan biotit porfiroblastik, andalusit, garnet, muskovit sekunder dan turmalin
local; sekis andalusit-mika. Batuan ini diperkirakan berumur Paleozoik (?) –
Trias (?), berada tidak selaras dibawah Komplek Ketapang, diterobos dan
termalihkan secara termal oleh Granit Sukadana.
12

Gambar 2.5. Peta Geologi Regional Kalimantan Barat

Tabel 2.1 Stratigrafi Lembar Air Upas, E. Rustandi dan F. DE Keyser (1993)

Gambar 2.5. Peta Geologi Regional Kalimantan Barat

Tabel 2.1 Stratigrafi Lembar Air Upas, E. Rustandi dan F. DE Keyser (1993)

Endapan Batuan Sedimen dan Batuan Terobosan


MASA ZAMAN KALA UMUR Permukaan Gunungapi
(Juta)

HOLOSEN Qa Qs
KUARTER

(0,01)
Akhir
PLISTOSEN

Tengah
KENOZOIKUM

Awal
1,6
PLIOSEN
5,3 (4,8)
MIOSEN

Akhir
11(11,3)
Tengah
16,2
TERSIER

Awal
23 (23,7)
OLIGOSEN
36,5

EOSEN 39 (43,6)

53 (57,8)
PALEOSEN
65 (64,4) Kubu

Akhir
KAPUR

Kus
MESOZOIUKUM

95 Kuk

Awal
Jkke
135 (140)
Akhir
152
JURA

Tengah
180
Awal
205
Akhir
TRIAS

230
TzTp
Tengah
240
Awal
13

2.5.3. Struktur Geologi


Seluruh Ketapang terletak dalam suatu sabuk magma Kapur yang ekstensif
yang menghasilkan Batholit Schwaner. Erosi telah membongkar banyak sekali
batuan asal, tetapi beberapa bagian atasnya yang tersebar, masih tersisa, sebagian
dari bagian batholit yang mempunyai batuan gunung api sebagai penutup. Batuan-
batuan yang tersingkap membuktikan fase-fase deformasi, proses magma, dan
atau proses malihan sebagai berikut:
a. Deformasi dan malihan regional (Perem-Trias);
b. Lokasi terobosan granit yang jelas (Jura Akhir);
c. Terobosan granit, dan malihan termal yang menyertai di wilayah lembar peta ke arah
utara dan timur laut (Kapur Awal);
d. Terobosan Granit disertai malihan termal (Kapur-Akhir), Pengangkatan regional dan
volkanisma (menerus sampai Paleosen); dan
e. Terdapatnya sumbat Gunungapi (Oligosen Miosen).
Struktur yang berkembang di daerah penyelidikan berupa sesar mendatar
yang memiliki arah umum timur laut – barat daya. Sesar dan kekar secara umum
berkembang di bagian barat.

Gambar 2.6. Peta Struktur, Tektonik dan Proses Magma Regional Kalimantan
Barat
14

2.5.4 Pola Aliran Sungai


Sungai – sungai di PT.HPAM termasuk dalam Satuan Wilayah Sungai
(SWS) Pawan. Dalam satuan daerah pengaliran sungai yang lebih kecil, wilayah
studi termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Air Hitam Besar, DAS
Kendawangan dan DAS Jelai. Pola aliran sungai di tiga daerah aliran sungai
tersebut berbentuk menyerupai cabang pohon (dendritic, sub dendritic dan trellis),
dimana anak-anak sungai mengalir ke satu sungai utama. Pola aliran dendritic
berkembangan didaerah daratan yang terletak dibagian barat wilayah studi. Pola
aliran sub dendritic berkembangan pada morfologi bergelombang lemah yang
terletak pada bagian utara wilayah studi dan pola aliran trellis lebih berkembangan
pada daerah perbukitan yang terletak dibagian selatan wilayah studi.

Anda mungkin juga menyukai