Anda di halaman 1dari 5

3.

KOMUNIKASI ANTAR INDIVIDU DALAM KELOMPOK


Beberapa paradigma atau cara pandang yang dapat dipakai untuk membedakan berbagai
bentuk komunikasi, yaitu:
1. Aspek Lingkup Organisasi
a. Komunikasi intern, komunikasi yang terjadi antara pihak-pihak internal.
b. Komunikasi ekstern, komunikasi antara suatu organisasi dengan pihak eksternal/pihak
lain.
2. Aspek Sudut Arah
a. Komunikasi searah, komunikasi yang ditandai oleh adanya satu pihak yang aktif yaitu
pengiriman/penyampai informasi sedangkan pihak lainnya pasif dan menerima.
b. Komunikasi dua arah, komunikasi yang ditandai peran aktif kedua belah pihak baik
pemebri atau penerima informasi.
3. Aspek Tingkatan Organisasi
a. Komunikasi vertikal adalah komunikasi yang berlangsung antara bawahan dengan
atasan dalam hirarki organisasi.
b. Komunikasi horisontal adalah komunikasi yang terjadi di antara para pejabat yang
sederajat/selevel.
4. Aspek Aliran Komunikasi dalam Organisasi
a. Komunikasi dari atas ke bawah, komunikasi yang mengalir dari manajer ke bawah atau
ke para karyawan.
b. Komunikasi dari bawah ke atas, komunikasi yang mengalir ke atas yakni dari karyawan
ke manajer.
c. Komunikasi horizontal/lateral yang komunikasi yang terjadi di antara semua karyawan
ditingkatan organisasi yang sama.
d. Komunikasi diagonal, komunikasi antara orang-orang yang mempunyai hirarki
berbeda dan tidak memiliki hubungan wewenang secara langsung.
5. Aspek Media atau Alat yang Digunakan
a. Komunikasi visual, komunikasi yang memakai alat tertentu untuk mengiriam pesan
yang dapat ditangkap oleh mata. Contoh memo, poster, surat kabar dan semacamnya.
b. Komunikasi audial, komunikasi yang menggunakan alat tertentu yang dapat ditangkap
oleh telinga. Contoh radio, telepon, radio.
c. Komunikasi audio-visual, komunikasi yang memakai alat tertentu yang pesannya
ditangkap oleh mata dan telinga secaraa bersamaan. Contoh: video, film, VCD, LD,
dan sebagainya.
6. Aspek Cara Penyampaian
a. Komunikasi verbal, komunikasi yang pesan-pesannya disampaikan dengan memakai
kata-kata yang dapat dimengerti baik lisan maupun tulisan.
b. Komunikasi nonverbal/komunikasi tanpa kata, komunikasi yang pesan-pesannya
disampaikan melalui symbol, isyarat atau perilaku tertentu. Seperti gerakan- gerakan
tubuh, intonasi suara, ekspresi wajah dan jarak antara pembicara dengan pendengar.
7. Aspek Strategi atau Teknik
a. Komunikasi koersif, komunikasi yang dengan cara memaksa agar komunikasi mau
menerima pesan yang disampaikan. Misalnya dengan teror, boikot, ancaman ataupun
dengan menunjukkan kekuasaan.
b. Komunikasi persuasif, komunikan, sehingga ia tidak saja menerima, menyetujui tetapi
mau melaksanakannya dalam bentuk kegiatan atau tindakan sebagaimana yang
dikehendaki oleh sikomunikator.
8. Aspek Jaringan dimana Informasi Mengalir
a. Komunikasi informal, komunikasi yang tidak resmi sumber dan maksudnya.
Contohnya seperti pembicaraan desas-desus, gosip dan yang sejenisnya.
b. Komunikasi formal, komunikasi yang berkaitan dengan tugas dan mengikuti rantai
wewenang.
9. Aspek Manajerial
a. Komunikasi interpersonal, yakni komunikasi antara dua orang atau lebih.
b. Komunikasi organisasi, yakni semua pola, jaringan, dan sistem komunikasi dalam
suatu organisasi.

7. ISU-ISU DALAM KOMUNIKASI


Menurut Stephen P. Robbins (2006), ada empat isu terkini yang berhubungan dengan
komunikasi dlam sebuah organisasi, yaitu :
1. Penghalang komunikasi antara pria dan wanita
Adakalanya seorang pria merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan seorang wanita
atau dengan kata lain perbedaan gender seringkali menjadi penghalang dalam melakukan
komunikasi yang efektif. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Deborah Tannen (Stephen
P. Robbins : 2006), yang menjadi penyebab dari hal itu adalah adanya perbedaan antara
pria dan wanita dlam gaya pembicaraan mereka. Biasanya, pria menggunakan pembicaraan
untuk menekankan status sedangkan wanita menggunakannya untuk mendapatkan
koneksi.
Menurut Tannen (Stephen P. Robbins : 2006), komunikasi merupakan tindakan
penyeimbangan yang berkesinambungan, yang mengubah kebutuhan kebutuhan yang
berbenturan menjadi keakraban dan independensi. Keakraban menekankan kedekatan dan
kebersamaan. Independensi menekankan keterpisahan dan perbedaan. Masalahnya adalah,
wanita berbcara dan mendengar bahasa untuk menciptakan hubungan dan keakraban
sedangkan pria berbicara dan mendengar bahasa untuk menekankan status kekuasaan dan
independensi.
Jadi untuk banyak pria, pembicaraan merupakan cara untuk mempertahankan
independensi dan status dalam tertib social hierarkis. Sedangkan bagi banyak wanita,
pembicaraan merupakan negosiasi untuk menciptakan kedekatan dimana mereka mencoba
mencari dan memberikan informasi serta dukungan.
2. Diam sebagai komunikasi
Pengertian diam dalam konteks komunikasi adalah tidak adanya pembicaraan atau
suara, yang umumnya diabaikan sebagai bentuk komunikasi dalam perilaku organisasi
karena menggambarkan tiadanya tindakan atau perilaku. Tetapi diam kadang bukan berarti
tidak ada tindakan. Diam oleh banyak orang tidak dianggap sebagai gagal komunikasi,
sebaliknya diam dapat menjadi bentuk komunikasi yang sangat kuat. Diam dapat berarti
seseorang sedang memikirkan sesuatu, cemas, takut berbicara, serta dapat mengisyaratkan
kesepakatan, menolak, kecewa, atau marah.
Kegagalan dalam memberikan perhatianpada bagian diam dari percakapan dapat
berakibat kehilagan bagian penting dari pesan. Komunikasi yang cerdik memperhatikan
kesenjangan, jeda, dan keragu-raguan. Mereka mendengar dan menginterpretasikan.
Kadangkala pesan yang nyata dalam komunikasi terkubur dalam diam (Stephen P. Robbins
: 2006).
3. Komunikasi yang benar secara politis
Secara sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi
yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan
kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai
sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik juga
bisa dipahami sebagai komunikasi antara ”yang memerintah” dan ”yang diperintah”.
Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkretsebenarnya telah
dilakukan oleh siapa saja : mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjagawarung, dan seterusnya.
Tak heran jika ada yang menjuluki Komunikasi Politik sebagai neologisme, yakni ilmu
yang sebenarnya tak lebih dari istilah belaka.
Dalam pergaulan sehari-hari seringkali kita memodifikasikata-kata yang kita gunakan
sehingga terkesan lebih halus dan lebih menjaga perasaan orang lain. Dan ini akan menjadi
suatu bekal bagi kita agar dapat melakukan komunikasi yang efektif. Kita harus peka
terhadap perasaan orang lain. Kata-kata tertentu dapat membuat stereotype, mengancam,
dan menghina individu. Begitupula dalam sebuah organisasi yang memilik angkatan kerja
yang beragam dan hierakri kepemimpinan yang berbeda pula. Tetapi kadang kitapun
mengalami kesulitan untuk memodifikasi suatu kata yang memiliki ketepatan tertentu
sehingga kita sulit untuk memodofikasinya menjadi sebuah kata yang lebih halus.
Kata-kata merupakan alat promer untuk melakukan komunikasi. Semakin banyak
perbendaharaan kata yang digunakan oleh pengirim dan penerima, makin besar
kesempatan untuk menyampaikan pesan secara akurat. Dengan menghilangkan kata-kata
tertentu dari perbendaharaan, kita akan lebih sulit untuk melakukan komunikasi secara
akurat. Sedangkan bila kita menggantikan kata-kata dengan istilah yang baru yang
maknaya tidak begitu dipahami, kita telah memperkecil kemungkinan pesan kita akan
diterima sesuai dengan maksud kita.
Kita harus peka dengan pemilihan kata karena terkadang itu bisa melukai perasaan
orang lain. Tetapi kitapun harus hati-hati dalam menghilangkan atau memodifikasi kata-
kata yang kita gunakan karena hal tersebut bisamenjadi penghalang komunikasi yang
efektif. Intinya adalah kita harus menyadari bahaya dan perlunya menemukan
keseimbangan yang tepat.
4. Komunikasi lintas budaya
Perbedaan kebiasaan dan kebudayaan kerap kali enjadipenghalang komunikasi yang
efektif. Menurut Stephen P. Robbins (2006), sedikitnya ada empat masalah yang
menjadikan factor budaya ini menjadi penghambat dalam komunikasi, yaitu:
a. Hambatan yang disebabkan oleh semantik
Makna kata bisa berlainan untuk orang yang berbeda. Hal ini dikarenakan beberapa
kata ada yang tidak bisa diterjemahkan kedalam bahasa atau budaya lain.
b. Hambatan yang disebabkan oleh konotasi kata
Seringkali dalam bebrapa bahasa terdapat kata yang sama, baik dalam penulisan
meupun dalam pengucapannya, tetapi memiliki makna yang bebeda. Tentu saja hal
ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan menjadikan komunikasi menjadi tidak
efektif.
c. Habatan yang disebabkan oleh perbedaan nada
Setiap daerah atau suku biasanya mempunyai kebudayaan yang berbeda tidak
terkecuali dengan nada berbicara. Bagi orang batak misalnya, mereka sudah
terbiasa berbicara dengan nada yang tingi. Tetapi bagi orang sunda, biasanya nada
yang tingi ini sering diidentikan dengan keadaan marah atau tidak sopen dalam
pembicaraan sehari-hari.
d. Hambatan yang disebabkan oleh beda persepsi
Biasanya orang yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda mempunyai
pandangan yang berbeda dalam mempersepsikan sesuatu.

Daftar pustaka

Robbin, Stephen P., dan Timothy A. Judge. 2015. Perilaku Organisasi, Edisi 16. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai