Beberapa paradigma atau cara pandang yang dapat dipakai untuk membedakan berbagai bentuk komunikasi, yaitu: 1. Aspek Lingkup Organisasi a. Komunikasi intern, komunikasi yang terjadi antara pihak-pihak internal. b. Komunikasi ekstern, komunikasi antara suatu organisasi dengan pihak eksternal/pihak lain. 2. Aspek Sudut Arah a. Komunikasi searah, komunikasi yang ditandai oleh adanya satu pihak yang aktif yaitu pengiriman/penyampai informasi sedangkan pihak lainnya pasif dan menerima. b. Komunikasi dua arah, komunikasi yang ditandai peran aktif kedua belah pihak baik pemebri atau penerima informasi. 3. Aspek Tingkatan Organisasi a. Komunikasi vertikal adalah komunikasi yang berlangsung antara bawahan dengan atasan dalam hirarki organisasi. b. Komunikasi horisontal adalah komunikasi yang terjadi di antara para pejabat yang sederajat/selevel. 4. Aspek Aliran Komunikasi dalam Organisasi a. Komunikasi dari atas ke bawah, komunikasi yang mengalir dari manajer ke bawah atau ke para karyawan. b. Komunikasi dari bawah ke atas, komunikasi yang mengalir ke atas yakni dari karyawan ke manajer. c. Komunikasi horizontal/lateral yang komunikasi yang terjadi di antara semua karyawan ditingkatan organisasi yang sama. d. Komunikasi diagonal, komunikasi antara orang-orang yang mempunyai hirarki berbeda dan tidak memiliki hubungan wewenang secara langsung. 5. Aspek Media atau Alat yang Digunakan a. Komunikasi visual, komunikasi yang memakai alat tertentu untuk mengiriam pesan yang dapat ditangkap oleh mata. Contoh memo, poster, surat kabar dan semacamnya. b. Komunikasi audial, komunikasi yang menggunakan alat tertentu yang dapat ditangkap oleh telinga. Contoh radio, telepon, radio. c. Komunikasi audio-visual, komunikasi yang memakai alat tertentu yang pesannya ditangkap oleh mata dan telinga secaraa bersamaan. Contoh: video, film, VCD, LD, dan sebagainya. 6. Aspek Cara Penyampaian a. Komunikasi verbal, komunikasi yang pesan-pesannya disampaikan dengan memakai kata-kata yang dapat dimengerti baik lisan maupun tulisan. b. Komunikasi nonverbal/komunikasi tanpa kata, komunikasi yang pesan-pesannya disampaikan melalui symbol, isyarat atau perilaku tertentu. Seperti gerakan- gerakan tubuh, intonasi suara, ekspresi wajah dan jarak antara pembicara dengan pendengar. 7. Aspek Strategi atau Teknik a. Komunikasi koersif, komunikasi yang dengan cara memaksa agar komunikasi mau menerima pesan yang disampaikan. Misalnya dengan teror, boikot, ancaman ataupun dengan menunjukkan kekuasaan. b. Komunikasi persuasif, komunikan, sehingga ia tidak saja menerima, menyetujui tetapi mau melaksanakannya dalam bentuk kegiatan atau tindakan sebagaimana yang dikehendaki oleh sikomunikator. 8. Aspek Jaringan dimana Informasi Mengalir a. Komunikasi informal, komunikasi yang tidak resmi sumber dan maksudnya. Contohnya seperti pembicaraan desas-desus, gosip dan yang sejenisnya. b. Komunikasi formal, komunikasi yang berkaitan dengan tugas dan mengikuti rantai wewenang. 9. Aspek Manajerial a. Komunikasi interpersonal, yakni komunikasi antara dua orang atau lebih. b. Komunikasi organisasi, yakni semua pola, jaringan, dan sistem komunikasi dalam suatu organisasi.
7. ISU-ISU DALAM KOMUNIKASI
Menurut Stephen P. Robbins (2006), ada empat isu terkini yang berhubungan dengan komunikasi dlam sebuah organisasi, yaitu : 1. Penghalang komunikasi antara pria dan wanita Adakalanya seorang pria merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan seorang wanita atau dengan kata lain perbedaan gender seringkali menjadi penghalang dalam melakukan komunikasi yang efektif. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Deborah Tannen (Stephen P. Robbins : 2006), yang menjadi penyebab dari hal itu adalah adanya perbedaan antara pria dan wanita dlam gaya pembicaraan mereka. Biasanya, pria menggunakan pembicaraan untuk menekankan status sedangkan wanita menggunakannya untuk mendapatkan koneksi. Menurut Tannen (Stephen P. Robbins : 2006), komunikasi merupakan tindakan penyeimbangan yang berkesinambungan, yang mengubah kebutuhan kebutuhan yang berbenturan menjadi keakraban dan independensi. Keakraban menekankan kedekatan dan kebersamaan. Independensi menekankan keterpisahan dan perbedaan. Masalahnya adalah, wanita berbcara dan mendengar bahasa untuk menciptakan hubungan dan keakraban sedangkan pria berbicara dan mendengar bahasa untuk menekankan status kekuasaan dan independensi. Jadi untuk banyak pria, pembicaraan merupakan cara untuk mempertahankan independensi dan status dalam tertib social hierarkis. Sedangkan bagi banyak wanita, pembicaraan merupakan negosiasi untuk menciptakan kedekatan dimana mereka mencoba mencari dan memberikan informasi serta dukungan. 2. Diam sebagai komunikasi Pengertian diam dalam konteks komunikasi adalah tidak adanya pembicaraan atau suara, yang umumnya diabaikan sebagai bentuk komunikasi dalam perilaku organisasi karena menggambarkan tiadanya tindakan atau perilaku. Tetapi diam kadang bukan berarti tidak ada tindakan. Diam oleh banyak orang tidak dianggap sebagai gagal komunikasi, sebaliknya diam dapat menjadi bentuk komunikasi yang sangat kuat. Diam dapat berarti seseorang sedang memikirkan sesuatu, cemas, takut berbicara, serta dapat mengisyaratkan kesepakatan, menolak, kecewa, atau marah. Kegagalan dalam memberikan perhatianpada bagian diam dari percakapan dapat berakibat kehilagan bagian penting dari pesan. Komunikasi yang cerdik memperhatikan kesenjangan, jeda, dan keragu-raguan. Mereka mendengar dan menginterpretasikan. Kadangkala pesan yang nyata dalam komunikasi terkubur dalam diam (Stephen P. Robbins : 2006). 3. Komunikasi yang benar secara politis Secara sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara ”yang memerintah” dan ”yang diperintah”. Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkretsebenarnya telah dilakukan oleh siapa saja : mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjagawarung, dan seterusnya. Tak heran jika ada yang menjuluki Komunikasi Politik sebagai neologisme, yakni ilmu yang sebenarnya tak lebih dari istilah belaka. Dalam pergaulan sehari-hari seringkali kita memodifikasikata-kata yang kita gunakan sehingga terkesan lebih halus dan lebih menjaga perasaan orang lain. Dan ini akan menjadi suatu bekal bagi kita agar dapat melakukan komunikasi yang efektif. Kita harus peka terhadap perasaan orang lain. Kata-kata tertentu dapat membuat stereotype, mengancam, dan menghina individu. Begitupula dalam sebuah organisasi yang memilik angkatan kerja yang beragam dan hierakri kepemimpinan yang berbeda pula. Tetapi kadang kitapun mengalami kesulitan untuk memodifikasi suatu kata yang memiliki ketepatan tertentu sehingga kita sulit untuk memodofikasinya menjadi sebuah kata yang lebih halus. Kata-kata merupakan alat promer untuk melakukan komunikasi. Semakin banyak perbendaharaan kata yang digunakan oleh pengirim dan penerima, makin besar kesempatan untuk menyampaikan pesan secara akurat. Dengan menghilangkan kata-kata tertentu dari perbendaharaan, kita akan lebih sulit untuk melakukan komunikasi secara akurat. Sedangkan bila kita menggantikan kata-kata dengan istilah yang baru yang maknaya tidak begitu dipahami, kita telah memperkecil kemungkinan pesan kita akan diterima sesuai dengan maksud kita. Kita harus peka dengan pemilihan kata karena terkadang itu bisa melukai perasaan orang lain. Tetapi kitapun harus hati-hati dalam menghilangkan atau memodifikasi kata- kata yang kita gunakan karena hal tersebut bisamenjadi penghalang komunikasi yang efektif. Intinya adalah kita harus menyadari bahaya dan perlunya menemukan keseimbangan yang tepat. 4. Komunikasi lintas budaya Perbedaan kebiasaan dan kebudayaan kerap kali enjadipenghalang komunikasi yang efektif. Menurut Stephen P. Robbins (2006), sedikitnya ada empat masalah yang menjadikan factor budaya ini menjadi penghambat dalam komunikasi, yaitu: a. Hambatan yang disebabkan oleh semantik Makna kata bisa berlainan untuk orang yang berbeda. Hal ini dikarenakan beberapa kata ada yang tidak bisa diterjemahkan kedalam bahasa atau budaya lain. b. Hambatan yang disebabkan oleh konotasi kata Seringkali dalam bebrapa bahasa terdapat kata yang sama, baik dalam penulisan meupun dalam pengucapannya, tetapi memiliki makna yang bebeda. Tentu saja hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan menjadikan komunikasi menjadi tidak efektif. c. Habatan yang disebabkan oleh perbedaan nada Setiap daerah atau suku biasanya mempunyai kebudayaan yang berbeda tidak terkecuali dengan nada berbicara. Bagi orang batak misalnya, mereka sudah terbiasa berbicara dengan nada yang tingi. Tetapi bagi orang sunda, biasanya nada yang tingi ini sering diidentikan dengan keadaan marah atau tidak sopen dalam pembicaraan sehari-hari. d. Hambatan yang disebabkan oleh beda persepsi Biasanya orang yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda mempunyai pandangan yang berbeda dalam mempersepsikan sesuatu.
Daftar pustaka
Robbin, Stephen P., dan Timothy A. Judge. 2015. Perilaku Organisasi, Edisi 16. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.