Anda di halaman 1dari 10

Analisis Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Terhadap

Pendapatan Dan Produksi Tomat Di Kabupaten Batang


(Studi Di Kecamatan Bawang Kabupaten Batang)

(Application Of Integrated Pest Management (Ipm) To Increase Tomato


Production And Farm Income (Study In Bawang Sub-District Batang District)

Hendrawan Supratikno *, Agus Setiadi **, dan Karno **


*
Mahasiswa Magister Agribisnis Universitas Diponegoro
**
Pengajar Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
e-mail: hendrawansupratikno@yahoo.co.id

ABSTRAK
 Penerapan teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan salah satu alternatif
untuk meningkatkan jumlah produksi tomat yang saat ini belum memenuhi jumlah kebutuhan tomat
nasional. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa penerapan metode tanam PHT terhadap
produksi tomat dan pendapatan petani di Kecamatan Bawang Kabupaten Batang. Merupakan
penelitian kuantitatif dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah petani pada
kelompok tani Gapoktan Penimurni dan Gapoktan Rukun Santoso, yang diambil secara Random
Sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner, dan dianalisis data dengan uji independent
sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil produksi tomat dan
pendapatan petani. Produksi tomat metode PHT lebih rendah dibandingkan dengan metode
konvensional. Pendapatan petani tomat metode PHT lebih tinggi dibandingkan metode
konvensional. Penerapan metode tanam tomat PHT belum mampu memenuhi jumlah kebutuhan
tomat nasional, namun dapat meningkatkan pendapatan petani. Bagi petani agar menerapkan
metode tanam PHT, dengan memperluas lahan, meningkatkan tingkat pendidikan maupun
pengetahuan tentang metode tanam PHT, melakukan metode penggiliran jenis tanaman dan
efisiensi tenaga kerja.

Kata Kunci: PHT, Produksi, Pendapatan

ABSTRACT
 The Application of Integrated Pest Management (IPM) is an alternative to increase the
amount of tomato production that currently does not meet the national required amount. The aim of
this study is to analyze the application of IPM growing methods on tomato production and income of
farmers in Bawang District, Batang. This is a quantitative research with case study approach.
Samples were farmer from Gapoktan Penimurni and Gapoktan Rukun Santoso farmer group,
taken by random sampling. Data retrieving was questionnaires and analyzed by independent
sample test. The results showed that there were differences of tomato production yield and farmers'
income. Tomato production with IPM method is lower than with conventional methods. Farmers'
income in IPM methods tomato was higher than the conventional method. Application of the IPM
method in tomato planting has been unable to meet the national required amount, but can increase
the income of farmers. Farmers who implement IPM planting method, would be better expanding
the land, increasing the level of education and knowledge about the IPM planting method, perform
the crops rotation and labor efficiency.

Keywords: IPM, Production, Income

Hendrawan Supratikno *, Agus Setiadi **, dan Karno ** : Analisis Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) 93
PENDAHULUAN notabene pengendalian hamanya
Tomat yang memiliki nama latin dengan cara penggunaan insektisida
Lycopersicum esculentum merupakan kimia, dapat menimbulkan masalah
buah yang memiliki banyak manfaat, lingkungan. Masalah lingkungan ini
diantaranya digunakan sebagai bahan terjadi demikian karena serangga
sayuran, minuman, serta bahan ternyata mampu pula mengembangkan
kecantikan. Kandungan dalam 100 gram resistensi terhadap insektisida hormon
buah tomat adalah 27 mg fosfor, 11 mg tersebut. Resistensi merupakan suatu
kalsium, 6 mg besi, 360 mg kalium, 23 mg bentuk respon mikroevolusi dari
vitamin C, 20 mg kalori, 1000 UI vitamin A serangga untuk beradaptasi terhadap
serta vitamin K.Tomat juga mengandung perubahan lingkungan dalam upaya
berbagai vitamin dan mineral yang mempertahankan eksistensinya di alam.
bermanfaat untuk keseimbangan Secara evolusi, pernyataan tersebut juga
kesehatan tubuh serta membantu mengandung pengertian bahwa
mengatasi berbagai macam penyakit resistensi sebenarnya tidak bisa dilawan,
(Widya, 2010). Produksi tomat nasional sehingga kemampuan serangga untuk
pada Tahun 2011 sebanyak 954.046 ton mengembangkan resistensi terhadap
dengan produktivitas rata-rata 16,65 insektisida merupakan faktor utama yang
ton/ha, sedangkan kebutuhan tomat membuat petani harus mengubah pola
nasional sebanyak 1.077.463 ton (Badan pikirnya dalam mengendalikan serangga
Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal sedikit demi sedikit meninggalkan
Hortikultura, 2011). Melihat jumlah ketergantungan terhadap insektisida dan
produksi tomat yang tidak sebanding beralih kepada suatu strategi
dengan jumlah kebutuhan tomat, maka berdasarkan prinsip-psinsip ekologi.
untuk memenuhi kebutuhan tomat Produksi tomat bervariasi,
nasional diperlukan produksi tomat yang tergantung dari tomat yang diusahakan.
besar agar dapat mencukupi kebutuhan Masing-masing varietas memiliki ciri
tersebut. tersendiri ditinjau dari tipe pertumbuhan
Upaya peningkatan produksi tomat tanaman, jumlah tandan per tanaman,
memerlukan strategi tanam yang cermat jumlah buah per tandan, dan populasi per
berdasarkan prakiraan iklim yang akurat, hektar lahan. Ukuran buah dilaporkan
antara lain melalui percepatan tanam di tidak berpengaruh terhadap jumlah benih
beberapa lokasi, terutama di wilayah yang dikandungnya. Namun hasil panen
yang masih tinggi curah hujannya. Usaha tomat yang berkualitas ditentukan oleh
peningkatan produksi tomat, petani pemeliharaan dan pemupukan serta
harus menentukan waktu tanam terbaik tergantung dari cara mengatasi hama dan
dan sekaligus menetapkan varietas yang penyakitnya (Wahyu, 2002).
sesuai dan pemupukan yang rasional. Masalah hama dan penyakit dalam
Upaya yang dapat dilakukan adalah budidaya tomat harus bisa diatasi oleh
menyesuaikan atau adaptasi kegiatan, petani. Hama penyakit yang biasanya
teknologi, dan pengembangan pertanian menyerang tomat adalah hama patogen,
yang toleran terhadap perubahan iklim, yang menyebabkan tumbuhan tomat
antara lain melalui penyesuaian waktu m e n j a d i b u s u k d a u n
dan pola tanam, penggunaan varietas (Phytophtorainfestans), bercak coklat
yang adaptif, tahan terhadap organisme (Altenaria solani), kapang daun (Fulvia
penganggu tanaman (OPT), dan fulva), layu bakteri (Pseudomonas
pengelolaan air secara efisien (Nazariah, solanacearum), layu fusarium (Fusarium
2014). oxysporum), mosaik tembakau (Tobacco
Metode tanam konvensional yang mosaic), busuk buah (Sclerotium rolfsii),

94 , Vol. 35, No. 2 September 2017


kapang kelabu (Cercospora sp.), busuk keseimbangan lingkungan karena
lunak (Erwinia carotovora) serta bercak terbunuhnya organisme non-hama yang
bakteri (Xanthomonascampestris) sebenarnya bermanfaat, seperti belut,
(Semangun, 2000). katak hijau, capung, bibis, belalang dan
Patogen yang menyebabkan serangga lainnya yang hidup liar di
penyakit pada tumbuhan tomat bekerja sawah, padahal hewan tersebut memiliki
dengan cara melemahkan inang, keterkaitan manfaat, baik sebagai
menyerap makanan secara terus tambahan sumber bahan pangan
menerus dari sel-sel inang untuk potensial maupun sebagai penentu
kebutuhannya, menghentikan atau keseimbangan hidup komunitas
mengganggu metabolisme sel inang persawahan (Salikin, 2003).
dengan toksin, enzim, atau zat pengatur Dampak negatif penggunaan
tubuh yang disekresikannya, pestisida selanjutnya adalah
menghambat transportasi makanan pada menghasilkan residu yang dapat
tumbuhan inangnya, selain itu juga membahayakan konsumen. Uhan,
menghambat transportasi zat hara, Suryaningsih dan Sulastrini (1996),
mineral serta air pada tubuh inangnya, melaporkan bahwa 65% buah tomat di
yang dilakukan melalui jaringan pasar swalayan, pasar induk dan
pengangkut dan mengkonsumsi pengecer serta 41% dari kebun petani
kandungan sel inangnya setelah terjadi tomat di Provinsi Jawa Barat dan DKI
kontak (Agrios, 1996). Jakarta, ternyata mengandung residu
Cara mengatasi masalah hama pestisida yang melebihi ambang batas
penyakit pada tumbuhan tomat ini, toleransi yang ditetapkan.
biasanya yang dilakukan oleh petani Penggunaan pestisida selain tidak
adalah mencampurkan beberapa efektif dalam pengendalian penyakit dan
pestisida, seperti insektisida, fungisida, hama pada tomat ini, juga memberikan
dan bakterisida secara bersama-sama, dampak negatif bagi keseimbangan
berulang-ulang dan dengan jangka waktu komunitas sawah, serta meninggalkan
yang lama (Wahyu, 2002). Perlakuan residu pestisida yang sangat berbahaya
tersebut secara terus menerus diterapkan apabila dikonsumsi oleh tubuh manusia.
karena mereka tidak mengetahui Berdasarkan penjelasan tersebut maka
penyakit atau hama yang menyerang dapat diketahui bahwa penyebab
tanamannnya tersebut. Menurut laporan rendahnya produksi tomat di Indonesia ini
Woodfordet al., 1981, biaya penggunaan adalah pengendalian hama dan penyakit
pestisida pada tanaman tomat yang yang kurang efisien sehingga berdampak
dilakukan oleh petani di Jawa Barat pada tidak tercukupinya kebutuhan
adalah 50% dari total biaya produksi konsumsi dalam negeri (Pitojo, 2005).
tomat. Penggunaan pestisida pada Kebutuhan kecukupan konsumsi
umumnya dilakukan dengan cara tomat nasional dapat diatasi dengan
disemprotkan melebihi rekomendasi dan suatu cara yang tepat guna peningkatan
interval penyemprotan yang pendek, 1-2 produksi tomat. Salah satu usaha yang
kali/minggu. Penggunaan pestisida ini perlu dilakukan untuk memenuhi
selain tidak efisien, cara ini juga dapat kebutuhan tomat adalah dengan
menimbulkan dampak negatif yang tidak meningkatkan produksi, baik secara
diinginkan (Setiawati, Gunaeni, Subhan, intensifikasi maupun ekstensifikasi.
dan Muharam, 2001). Peningkatan melalui intensifikasi
Penggunaan pestisida yang dilakukan dengan pengolahan lahan yang
berlebihan lama kelamaan juga akan baik, penggunaan bibit yang unggul,
mempengaruhi terganggunya pemupukan yang baik dan

Hendrawan Supratikno *, Agus Setiadi **, dan Karno ** : Analisis Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) 95
penanggulangan secara intensif berkelanjutan. Sasaran teknologi PHT
terhadap berbagai gulma, hama dan adalah: 1) produksi pertanian mantap
penyakit tanaman. Pengendalian hama tinggi, 2) Penghasilan dan kesejahteraan
merupakan faktor yang sangat petani meningkat, 3) Populasi OPT dan
berpengaruh terhadap pertumbuhan kerusakan tanaman tetap tidak merugikan
dan produksi tanaman tomat (Sugeng, dan 4) Pengurangan resiko pencemaran
2005). lingkungan akibat penggunaan pestisida
Penerapan teknologi yang berlebihan (Kusnaedi, 1999).
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Konsep PHT muncul dan
merupakan salah satu alternatif yang berkembang sebagai koreksi terhadap
merupakan konsepsi pengendalian kebijakan pengendalian hama secara
hama yang akrab dengan lingkungan konvensional, yang sangat utama dalam
serta berusaha lebih mendorong menggunakan pestisida. Kebijakan
penggunaan musuh alami hama. penggunaan pestisida mengakibatkan
Penerapan PHT ini dilandasi oleh empat penggunaan pestisida oleh petani yang
prinsip dasar yaitu budi daya tanaman tidak tepat dan berlebihan, meningkatkan
sehat, pemanfaatan perangkap dan biaya produksi dan mengakibatkan efek
musuh alami, pengamatan rutin serta samping yang merugikan terhadap
petani sebagai pakar PHT. Penerapan lingkungan serta kesehatan petani itu
PHT sayuran pada tingkat petani di sendiri maupun masyarakat secara luas.
Indonesia dilakukan dan disebarluaskan Penerapan PHT ini adalah cara yang
melalui kegiatan-kegiatan yang dikenal paling tepat guna meningkatkan produksi
dengan nama Sekolah Lapangan tomat, yang dapat mengatasi masalah
Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) hama penyakit dengan tanpa
Sayuran. PHT merupakan pendekatan meninggalkan residu bahan kimia
perlindungan tanaman yang lebih beracun dari pemakaian pestisida pada
komperensif dan terpadu serta tanaman dan buah serta makanan segar
berdasarkan pertimbangan ekologi dan dan olahan. (Kusnaedi, 1999).
ekonomi. Konsepsi PHT tidak hanya Berdasarkan latar belakang tersebut
berorientasi pada peningkatan produksi, maka penelitian ini bertujuan untuk:
tetapi juga berorientasi pada pelestarian 1. Menjelaskan dan menganalisis
lingkungan dan keamanan terhadap perbedaan antara petani tomat yang
kesehatan masyarakat, terutama petani menerapkan metode PHT dengan
produsen. Penerapan PHT penggunaan metode konvensional
menggunakan pestisida dilakukan jika terhadap hasil produksi tomat di
benar-benar diperlukan dan Kecamatan Bawang Kabupaten
penggunaannyapun dilakukan secara Batang.
selektif, oleh karena itu mutu produk 2. Menjelaskan dan menganalisis
sayuran, khususnya tomat, dapat perbedaan antara petani tomat yang
ditingkatkan karena bebas dari residu menerapkan metode PHT dengan
pestisida (Setiawati, dkk., 2001). penggunaan metode konvensional
Penerapan PHT juga merupakan terhadap pendapatan petani tomat di
suatu cara pendekatan atau cara berpikir Kecamatan Bawang Kabupaten
tentang pengendalian Organisme Batang
Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang
didasarkan pada dasar pertimbangan METODE PENELITIAN
ekologi dan efisiensi ekonomi, dan dalam Pendekatan yang digunakan dalam
rangka pengelolaan agroekosistem yang penelitian ini adalah kuantitatif dengan
berwawasan lingkungan yang metode studi kasus. Populasi penelitian

96 , Vol. 35, No. 2 September 2017


ini adalah semua kelompok tani di dan pendapatan usaha tani
Kecamatan Bawang Kabupaten Batang. menggunakan independent sample t test
Sampel penelitian (responden) diambil apabila data berdistribusi normal, namun
secara random sampling. Responden apabila data tidak berdistribusi normal
yang menerapkan metode tanam menggunakan mann whitney test
konvensional sebanyak 50 orang adalah (Ghozali, 2006).
Kelompok Tani Gapoktan Penimurni yang
diketuai Nur Kholis. Responden yang HASIL PENELITIAN
menerapkan metode tanam PHT Perbedaan Penerapan Metode
sebanyak 50 orang adalah Kelompok Konvensional dan Metode PHT
Tani Gapoktan Rukun Santoso yang Hasil penelitian diketahui
diketuai Wartani yang berlokasi di Desa perbedaan penerapan metode
Jlamprang Kecamatan Bawang, konvensional dan metode PHT dalam
Kabupaten Batang. Metode pengendalian hama penanaman tomat
pengambilan data menggunakan yang disajikan pada tabel berikut ini:
kuesioner. Analisis data berupa produksi
 erbedaan penerapan metode Konvensional dan metode PHT terhadap pengendalian
Tabel 1. P
hama tomat
No Metode Konvensional Metode PHT
1 Penyemprotan pestisida berjadwal Budidaya tanaman sehat
(sistem kalender)
2 Kurang mempertimbangkan dalam Pemanfaatan musuh alami
memutuskan penggunaan pestisida
3 Petani lebih mengandalkan diri pada Pengamatan rutin atau pemantauan
intuisi
4 Teknologi pengendalikan hama Petani sebagai ahli PHT
diterapkan seragam baik secara
spasial maupun temporal
Sumber: Hasil Olahan Data, 2017

Perbedaan selanjutnya juga dapat Penerapan metode konvensional


ditunjukkan adanya tujuan penerapan ini selanjutnya tidak dilakukan atas
metode konvensional yang digunakan pengamatan dan keadaan lapangan
untuk memberantas dan memusnahkan (ekosistem) tetapi atas dasar yang telah
hama semaksimal mungkin agar program ditentukan yang merupakan paket
peningkatan produksi tanaman tidak teknologi budidaya tanaman yang
terganggu, yang dilakukan dengan direkomendasikan, serta kurang
melindungi tanaman dengan bahan kimia dilandasi oleh pengetahuan dan
yang beracun (pestisida) agar hama tidak keterampilan yang cukup tentang
mampu menyerang tanaman melalui tanaman, ekosistem dan prinsip
program penyemprotan pestisida budidaya tanaman yang bernalar atau
berjadwal (sistem kalender). Penerapan petani lebih mengandalkan diri pada
metode Konvensional ini menyebabkan intuisi.
a d a n ya ke te rg a n tu n g a n te rh a d a p Penerapan metode konvensional
pestisida organik sintetis berspektrum ini juga diterapkan secara seragam baik
luas menjadi semakin besar dan secara spasial (antar tempat) maupun
memberikan hasil yang efektif (cepat dan temporal (antar waktu) oleh para
banyak membunuh hama), caranya pelaksana pengendalian (petani atau
mudah serta harganya terjangkau. perusahaan pertanian/perkebunan) dan

Hendrawan Supratikno *, Agus Setiadi **, dan Karno ** : Analisis Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) 97
tidak disesuaikan dengan keadaan menggunakan metode konvensional oleh
ekosistem serta kemampuan sosial petani tomat dengan rata-rata seluas
ekonomi masyarakat. lahan 0,281 ha dan berhasil
Penerapan metode PHT dilakukan memproduksi tomat sebanyak 13506 kg.
karena adanya budidaya tanaman yang Sedangkan jumlah produksi tomat yang
sehat dan kuat, sehingga tanaman dihasilkan oleh petani tomat dengan luas
mampu bertahan terhadap serangan lahan minimal 0,1 ha berhasil
hama dan penyakit. Penerapan PHT ini memproduksi tomat rata-rata sebanyak
dilalui dengan pemilihan varietas, 6833 kg. Sedangkan jumlah produksi
penyemaian, pemeliharaan tanaman tomat yang dihasilkan oleh petani tomat
sampai penanganan hasil panen. dengan luas lahan maksimal 0,5 ha
Penerapan PHT selanjutnya juga berhasil memproduksi tomat sebanyak
memanfaatkan musuh alami yang 21000 kg.
potensial sehingga mampu menekan Produksi tomat yang ditanam
populasi hama, dan terjadi dengan menggunakan metode PHT oleh
keseimbangan populasi antara hama petani tomat dengan rata-rata seluas
dengan musuh alaminya, sehingga lahan 0,295 ha berhasil memproduksi
populasi hama tidak melampaui ambang tomat sebanyak 9203,34 kg. Sedangkan
toleransi tanaman. jumlah produksi tomat yang dihasilkan
Penerapan metode PHT ini juga oleh petani tomat dengan luas lahan
dilakukan dengan pengamatan rutin atau minimal 0,1 ha berhasil memproduksi
pemantauan rutin untuk mengetahui tomat rata-rata sebanyak 3086,25 kg.
faktor-faktor yang mempengaruhi Sedangkan jumlah produksi tomat yang
tumbuhan, serta agar mampu mengikuti dihasilkan oleh petani tomat dengan luas
perkembangan populasi hama dan lahan maksimal 0,5 ha berhasil
musuh alaminya serta untuk mengetahui memproduksi tomat sebanyak 11943 kg.
kondisi tanaman yang harus dilakukan Perbedaan rata-rata antara
pengamatan secara rutin, yang produksi petani tomat dengan metode
selanjutnya dapat melakukan tindakan PHT dan produksi petani tomat dengan
yang tepat atas kondisi yang terjadi pada metode konvensional menggunakan uji
tanaman tersebut. Penerapan metode mann whitney karena data tidak
PHT ini juga menempatkan Petani berdistribusi normal. Peneriman
sebagai ahli PHT, sehingga penerapan hipotesis dilihat dengan membandingkan
PHT harus disesuaikan dengan keadaan nilai sig < 0,05. Apabila nilai sig < 0,05
ekosistem setempat. maka hipotesis terdapat perbedaan rata-
rata antara produksi petani tomat dengan
Perbedaan Produksi Tomat Metode metode PHT dan produksi petani tomat
Konvensional dan Metode PHT dengan metode konvensional diterima.
Jumlah produksi tomat dalam Penerimaan hipotesis terdapat
penelitian ini ditentukan dari banyaknya perbedaan rata-rata antara produksi
luas lahan yang ditanami tomat yang petani tomat dengan metode PHT dan
berbanding terbalik dengan luas lahan produksi petani tomat dengan metode
yang ditanami tomat. Berdasarkan hasil konvensional selanjutnya dapat dilihat
penelitian diketahui bahwa produksi pada perhitungan uji-Z berikut ini:
tomat yang ditanam dengan

98 , Vol. 35, No. 2 September 2017


 asil Perhitungan Uji-Z Perbedaan Produksi Petani Tomat Dengan Metode PHT dan
Tabel 2. H
Metode Konvensional
Data Rata-rata Zhi tun g Sig
(Kg)
Produksi petani tomat dengan metode 13506,00
Konvensional -4,424 0,000
Produksi petani tomat dengan metode PHT 9203,00
Sumber: Hasil Olahan Data, 2017

Berdasarkan hasil analisis di atas tomat yang menggunakan metode PHT


diketahui terdapat perbedaan rata-rata juga lebih rendah jika dibandingkan
hasil produksi tanaman tomat yang dengan petani tomat yang menggunakan
dilakukan dengan menggunakan metode Konvensional. Kondisi ini
metode konvensional dengan produksi selanjutnya berdampak pada kurangnya
tanaman tomat yang dilakukan dengan informasi dan penguasaan teknologi
menggunakan metode PHT. Hasil pertanian yang digunakan petani tomat
produksi tanaman tomat yang dilakukan untuk mengelola lahan pertanian yang
dengan menggunakan metode dimiliki oleh petani tersebut, sehingga hal
konvensional masih lebih tinggi ini tentu saja sangat mempengaruhi lebih
dibandingkan dengan produksi tanaman rendahnya hasil produksi petani tomat
tomat yang dilakukan dengan yang menerapkan metode PHT, jika
menggunakan metode PHT. Jadi upaya dibandingkan dengan petani tomat yang
peningkatan produksi tomat dengan menerapkan metode konvensional.
metode PHT belum mampu memenuhi Berdasarkan penjelasan di atas,
kebutuhan tomat nasional yang terus dapat diketahui faktor penyebab adanya
meningkat dari tahun ke tahun. Upaya perbedaan rata-rata antara produksi
peningkatan produksi tanaman tomat petani tomat yang menerapkan metode
memerlukan strategi yang cermat konvensional dengan produksi petani
berdasarkan prakiraan iklim yang akurat, tomat yang menerapkan metode PHT
antara lain melalui percepatan tanam di berasal dari tingkat pendidikan atau
beberapa lokasi, terutama di wilayah pengalaman petani dan pupuk yang
yang masih tinggi curah hujannya. digunakan untuk menanam tomat oleh
Beralihnya petani dari metode tanam petani tomat yang menerapkan metode
konvensional ke metode PHT di konvensional dengan petani tomat yang
Kecamatan Bawang Kabupaten Batang menerapkan metode PHT. Produksi
sejak tahun 2012 belum berhasil tomat dengan metode PHT, untuk hasil
meningkatkan produksi tomat secara yang lebih banyak dari metode tanam
signifikan. Lahan yang sebelumnya konvensional membutuhkan waktu
digunakan dengan metode tanam minimal 6 tahun. Disamping itu
konvensional belum sepenuhnya memerlukan pola tanam yang bervariasi
terbebas dari pestisida yang dengan penggunaan varietas yang
kemungkinan dapat menghambat adaptif, hal ini penting karena bertujuan
produksi tomat. Disamping itu pupuk untuk mempertahankan keseimbangan
organik yang digunakan pada metode mineral-mineral dan unsur hara yang
tanam PHT biasanya tidak langsung dibutuhkan tanaman.
berpengaruh terhadap tanaman, efek
pengaruhnya lebih lambat dibandingkan Perbedaan Pendapatan Petani Tomat
dengan pupuk dari bahan kimia. Metode Konvensional dan Metode
Tingkat pendidikan atau PHT
kemampuan yang dimiliki oleh petani Perbedaan rata-rata antara

Hendrawan Supratikno *, Agus Setiadi **, dan Karno ** : Analisis Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) 99
pendapatan petani tomat dengan petani tomat dengan metode PHT dan
metode PHT dan pendapatan petani pendapatan petani tomat dengan metode
tomat dengan metode konvensional konvensional diterima. Penerimaan
menggunakan uji mann whitney karena hipotesis terdapat perbedaan rata-rata
data tidak berdistribusi normal. antara pendapatan petani tomat dengan
Peneriman hipotesis dilihat dengan metode PHT dan pendapatan petani
membandingkan nilai sig < 0,05. Apabila tomat dengan metode konvensional
nilai sig < 0,05 maka hipotesis terdapat selanjutnya dapat dilihat pada nilai Z hasil
perbedaan rata-rata antara pendapatan perhitungan mann whitney test, berikut
ini:
 asil Perhitungan Uji-Z Perbedaan Pendapatan Metode Konvensional dan
Tabel 3. H
Metode PHT
Data Pendapatan Rata-rata Th itu ng Sig
Metode Konvensional Rp. 36791515.00
-4,061 0,000
Metode PHT Rp. 58385474.00
Data R/C Rasio
Metode Konvensional 11.52
-5,722 0,000
Metode PHT 17.13
Sumber: Hasil Olahan Data, 2017

54 menggunakan metode PHT. Walaupun


Hasil perhitungan di atas menunjukkan kedua metode tersebut sama-sama nilai
bahwa terdapat perbedaan hasil rasionya lebih dari 1, artinya petani yang
pendapatan dari hasil tanaman tomat berasal dari dua kelompok tersebut sama-
yang dilakukan dengan menggunakan sama untung, tidak ada yang rugi, namun
metode konvensional dengan petani dengan menggunakan metode
pendapatan dari hasil tanaman tomat PHT lebih tinggi untungnya, karena
yang dilakukan dengan menggunakan produksi tomat metode PHT mempunyai
metode PHT. Pendapatan dari hasil nilai harga jual lebih tinggi. Walaupun
tanaman tomat yang dilakukan dengan tomat organik harga jualnya lebih tinggi,
menggunakan metode konvensional namun tetap laku di pasaran. Pangsa
lebih rendah dengan pendapatan dari pasar dari tomat metode PHT ini adalah
hasil tanaman tomat yang dilakukan supermarket-supermarket yang ada di
dengan menggunakan metode PHT. Hal kota-kota sekitar, seperti Semarang dan
ini disebabkan karena harga tomat bahkan sudah ekspor ke luar negeri
dengan metode konvensional lebih antara lain Jepang. Biasanya konsumen
rendah dibandingkan dengan metode perkotaan lebih berminat dengan tomat
PHT. Harga jual rata-rata tomat metode organik, karena mengetahui bahayanya
konvensional kurang lebih sebesar Rp. makanan yang sudah tercemar pestisida.
3000 sedangkan harga jual rata-rata F a k t o r l a i n y a n g i k u t
tomat metode PHT kurang lebih sebesar mempengaruhi adanya perbedaan
Rp. 6700. pendapatan petani ini adalah biaya
Perbedaan yang signifikan juga produksi tomat. Berdasarkan hasil
nampak pada analisis nilai rasio R/C. temuan penelitian diketahui bahwa
Nilai rasio R/C dari hasil tanaman tomat terdapat perbedaan biaya produksi antara
yang dilakukan dengan menggunakan petani tomat yang menanam secara
metode konvensional lebih rendah konvensional dengan petani tomat yang
dengan nilai rasio R/C dari hasil tanaman menanam dengan menerapkan metode
tomat yang dilakukan dengan P H T. D i m a n a p e t a n i t o m a t y a n g

100 , Vol. 35, No. 2 September 2017


menerapkan metode konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan
membutuhkan biaya rata-rata Rp. petani yang menggunakan metode
3.748.685. Sedangkan petani tomat yang tanam konvensional.
menerapkan metode PHT membutuhkan
biaya produksi rata-rata Rp 3.626.570. SARAN
Faktor penyebab rendahnya biaya Sehubungan dengan hasil
produksi dikarenakan tanam tomat penelitian di atas, guna meningkatkan
metode PHT menggunakan pupuk produksi tanaman tomat, yang perlu
kandang yang harganya jauh lebih dilakukan adalah menerapkan metode
murah, bahkan gratis. Sedangkan tanam PHT, memperluas lahan yang akan
metode konvensional menggunakan ditanami tomat dan perlunya peningkatan
pupuk kimia yang harganya mahal. tingkat pendidikan maupun pengetahuan
Selain karena pupuk, juga disebabkan petani tomat. Sedangkan agar mampu
oleh biaya penggunaan obat untuk meningkatkan hasil pendapatan petani
memberantas hama tanaman. Pada tomat yang perlu dilakukan adalah
metode tanam PHT sama sekali tidak adanya memperhatikan jumlah produksi
menggunakan pestisida, hal ini berbeda tomat, harga jual tomat dan biaya
dengan metode tanam konvensional, penanaman tomat, pilihan dan kombinasi
yang selalu menggunakan pestisida. Hal dari penanaman tomat, intensitas usaha
inilah yang mempengaruhi pendapatan untuk penanamanan tomat, dan efisiensi
petani tomat dengan metode PHT lebih tenaga kerja.
tinggi dibandingkan dengan metode
konvensional. DAFTAR PUSTAKA

SIMPULAN DAN SARAN Badan Pusat Statistik dan Direktorat


SIMPULAN Jenderal Hortikultura, 2011.
1. Te r d a p a t p e r b e d a a n h a s i l Produksi Tomatmenurut Provinsi
produksi tomat antara petani yang 2007-2011. Kementrian Pertanian
menggunakan metode pengendalian Republik Indonesia.
hama terpadu dengan petani yang Departemen Pertanian. 2005. Go Organic
menggunakan metode tanam 2010 Solusi Alternatif dalam Eco
konvensional dalam penanaman Agribisnis. Jakarta.
tomat di Kecamatan Bawang Departemen Pertanian. 2007. Pedoman
Kabupaten Batang. Produksi tomat Penyusunan Standar Operasi
antara petani yang menggunakan (SPO) Padi Organik.Jakarta.
metode pengendalian hama terpadu Ghozali, I. 2006. Statistik Non-
lebih rendah dibandingkan dengan Parametrik: Teori & Aplikasi
petani yang menggunakan metode dengan Program SPSS.
tanam konvensional. Semarang: Badan Penerbit Undip.
2. Terdapat perbedaan pendapatan Kusnaedi, 1999. Pengendalian Hama
petani tomat antara petani yang tanpa Pestisida. Jakarta: Penebar
menggunakan metode pengendalian Swadaya.
hama terpadu dengan petani yang Nazariah. 2014. Pendampingan Metode
menggunakan metode tanam tanam konvensional Terpadu.
konvensional dalam penanaman Aceh: Balai Pengkajian Teknologi
tomat di Kecamatan Bawang Pengkajian Aceh.
Kabupaten Batang. Pendapatan P i t o j o , S . 2 0 0 5 . B e n i h To m a t .
petani tomat yang menggunakan Yogyakarta: Kanisius.
metode pengendalian hama terpadu Salikin, A. Karwan. 2003. Sistem

Hendrawan Supratikno *, Agus Setiadi **, dan Karno ** : Analisis Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) 101
Pertanian Berkelanjutan. Sugeng. 2005. Bercocok Tanam
Yogyakarta: Kanisius. Sayuran. Semarang: Aneka ilmu.
Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Uhan, T.S., E. Suryaningsih dan I.
Ta n a m a n P e r k e b u n a n d i Sulastrini 1996. Residu pestisida
Indonesia. Yogyakarta: Gadjah pada tanaman tomat dan kacang
Mada University Press. panjang di beberapa kebun petani
Setiawati, W., N. Gunaeni, Subhan, dan dan pasar di Propinsi Jawa Barat
A. Muharam. 2011. Pengaruh dan D.K.I.Jakarta. J. Hort. (in
Pemupukan dan Tumpangsari press).Hal. 21.
antara Tomat dan Kubis terhadap Wahyu, Bernardus T. Wiryanta. 2002.
Populasi Bemisia tabaci dan Bertanam Tomat. Jakarta: PT.
Insiden Penyakit Virus Kuning AgroMedia Pustaka.
pada Tanaman Tomat. J. Hort. Widya. 2010. Pedoman Bertanam
21(2):135-144, 2011. Tomat. Bandung: Yrama Widya.
Setiawati, Wiwin, Ineu Sulastrini dan Neni
Gunaeni. 2001. Penerapan
Teknologi PHT Pada Tanaman
Tomat. Bandung: Balai Penelitian
Tanaman Sayuran.

102 , Vol. 35, No. 2 September 2017

Anda mungkin juga menyukai