ABSTRAK
Penerapan teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan salah satu alternatif
untuk meningkatkan jumlah produksi tomat yang saat ini belum memenuhi jumlah kebutuhan tomat
nasional. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa penerapan metode tanam PHT terhadap
produksi tomat dan pendapatan petani di Kecamatan Bawang Kabupaten Batang. Merupakan
penelitian kuantitatif dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah petani pada
kelompok tani Gapoktan Penimurni dan Gapoktan Rukun Santoso, yang diambil secara Random
Sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner, dan dianalisis data dengan uji independent
sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil produksi tomat dan
pendapatan petani. Produksi tomat metode PHT lebih rendah dibandingkan dengan metode
konvensional. Pendapatan petani tomat metode PHT lebih tinggi dibandingkan metode
konvensional. Penerapan metode tanam tomat PHT belum mampu memenuhi jumlah kebutuhan
tomat nasional, namun dapat meningkatkan pendapatan petani. Bagi petani agar menerapkan
metode tanam PHT, dengan memperluas lahan, meningkatkan tingkat pendidikan maupun
pengetahuan tentang metode tanam PHT, melakukan metode penggiliran jenis tanaman dan
efisiensi tenaga kerja.
ABSTRACT
The Application of Integrated Pest Management (IPM) is an alternative to increase the
amount of tomato production that currently does not meet the national required amount. The aim of
this study is to analyze the application of IPM growing methods on tomato production and income of
farmers in Bawang District, Batang. This is a quantitative research with case study approach.
Samples were farmer from Gapoktan Penimurni and Gapoktan Rukun Santoso farmer group,
taken by random sampling. Data retrieving was questionnaires and analyzed by independent
sample test. The results showed that there were differences of tomato production yield and farmers'
income. Tomato production with IPM method is lower than with conventional methods. Farmers'
income in IPM methods tomato was higher than the conventional method. Application of the IPM
method in tomato planting has been unable to meet the national required amount, but can increase
the income of farmers. Farmers who implement IPM planting method, would be better expanding
the land, increasing the level of education and knowledge about the IPM planting method, perform
the crops rotation and labor efficiency.
Hendrawan Supratikno *, Agus Setiadi **, dan Karno ** : Analisis Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) 93
PENDAHULUAN notabene pengendalian hamanya
Tomat yang memiliki nama latin dengan cara penggunaan insektisida
Lycopersicum esculentum merupakan kimia, dapat menimbulkan masalah
buah yang memiliki banyak manfaat, lingkungan. Masalah lingkungan ini
diantaranya digunakan sebagai bahan terjadi demikian karena serangga
sayuran, minuman, serta bahan ternyata mampu pula mengembangkan
kecantikan. Kandungan dalam 100 gram resistensi terhadap insektisida hormon
buah tomat adalah 27 mg fosfor, 11 mg tersebut. Resistensi merupakan suatu
kalsium, 6 mg besi, 360 mg kalium, 23 mg bentuk respon mikroevolusi dari
vitamin C, 20 mg kalori, 1000 UI vitamin A serangga untuk beradaptasi terhadap
serta vitamin K.Tomat juga mengandung perubahan lingkungan dalam upaya
berbagai vitamin dan mineral yang mempertahankan eksistensinya di alam.
bermanfaat untuk keseimbangan Secara evolusi, pernyataan tersebut juga
kesehatan tubuh serta membantu mengandung pengertian bahwa
mengatasi berbagai macam penyakit resistensi sebenarnya tidak bisa dilawan,
(Widya, 2010). Produksi tomat nasional sehingga kemampuan serangga untuk
pada Tahun 2011 sebanyak 954.046 ton mengembangkan resistensi terhadap
dengan produktivitas rata-rata 16,65 insektisida merupakan faktor utama yang
ton/ha, sedangkan kebutuhan tomat membuat petani harus mengubah pola
nasional sebanyak 1.077.463 ton (Badan pikirnya dalam mengendalikan serangga
Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal sedikit demi sedikit meninggalkan
Hortikultura, 2011). Melihat jumlah ketergantungan terhadap insektisida dan
produksi tomat yang tidak sebanding beralih kepada suatu strategi
dengan jumlah kebutuhan tomat, maka berdasarkan prinsip-psinsip ekologi.
untuk memenuhi kebutuhan tomat Produksi tomat bervariasi,
nasional diperlukan produksi tomat yang tergantung dari tomat yang diusahakan.
besar agar dapat mencukupi kebutuhan Masing-masing varietas memiliki ciri
tersebut. tersendiri ditinjau dari tipe pertumbuhan
Upaya peningkatan produksi tomat tanaman, jumlah tandan per tanaman,
memerlukan strategi tanam yang cermat jumlah buah per tandan, dan populasi per
berdasarkan prakiraan iklim yang akurat, hektar lahan. Ukuran buah dilaporkan
antara lain melalui percepatan tanam di tidak berpengaruh terhadap jumlah benih
beberapa lokasi, terutama di wilayah yang dikandungnya. Namun hasil panen
yang masih tinggi curah hujannya. Usaha tomat yang berkualitas ditentukan oleh
peningkatan produksi tomat, petani pemeliharaan dan pemupukan serta
harus menentukan waktu tanam terbaik tergantung dari cara mengatasi hama dan
dan sekaligus menetapkan varietas yang penyakitnya (Wahyu, 2002).
sesuai dan pemupukan yang rasional. Masalah hama dan penyakit dalam
Upaya yang dapat dilakukan adalah budidaya tomat harus bisa diatasi oleh
menyesuaikan atau adaptasi kegiatan, petani. Hama penyakit yang biasanya
teknologi, dan pengembangan pertanian menyerang tomat adalah hama patogen,
yang toleran terhadap perubahan iklim, yang menyebabkan tumbuhan tomat
antara lain melalui penyesuaian waktu m e n j a d i b u s u k d a u n
dan pola tanam, penggunaan varietas (Phytophtorainfestans), bercak coklat
yang adaptif, tahan terhadap organisme (Altenaria solani), kapang daun (Fulvia
penganggu tanaman (OPT), dan fulva), layu bakteri (Pseudomonas
pengelolaan air secara efisien (Nazariah, solanacearum), layu fusarium (Fusarium
2014). oxysporum), mosaik tembakau (Tobacco
Metode tanam konvensional yang mosaic), busuk buah (Sclerotium rolfsii),
Hendrawan Supratikno *, Agus Setiadi **, dan Karno ** : Analisis Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) 95
penanggulangan secara intensif berkelanjutan. Sasaran teknologi PHT
terhadap berbagai gulma, hama dan adalah: 1) produksi pertanian mantap
penyakit tanaman. Pengendalian hama tinggi, 2) Penghasilan dan kesejahteraan
merupakan faktor yang sangat petani meningkat, 3) Populasi OPT dan
berpengaruh terhadap pertumbuhan kerusakan tanaman tetap tidak merugikan
dan produksi tanaman tomat (Sugeng, dan 4) Pengurangan resiko pencemaran
2005). lingkungan akibat penggunaan pestisida
Penerapan teknologi yang berlebihan (Kusnaedi, 1999).
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Konsep PHT muncul dan
merupakan salah satu alternatif yang berkembang sebagai koreksi terhadap
merupakan konsepsi pengendalian kebijakan pengendalian hama secara
hama yang akrab dengan lingkungan konvensional, yang sangat utama dalam
serta berusaha lebih mendorong menggunakan pestisida. Kebijakan
penggunaan musuh alami hama. penggunaan pestisida mengakibatkan
Penerapan PHT ini dilandasi oleh empat penggunaan pestisida oleh petani yang
prinsip dasar yaitu budi daya tanaman tidak tepat dan berlebihan, meningkatkan
sehat, pemanfaatan perangkap dan biaya produksi dan mengakibatkan efek
musuh alami, pengamatan rutin serta samping yang merugikan terhadap
petani sebagai pakar PHT. Penerapan lingkungan serta kesehatan petani itu
PHT sayuran pada tingkat petani di sendiri maupun masyarakat secara luas.
Indonesia dilakukan dan disebarluaskan Penerapan PHT ini adalah cara yang
melalui kegiatan-kegiatan yang dikenal paling tepat guna meningkatkan produksi
dengan nama Sekolah Lapangan tomat, yang dapat mengatasi masalah
Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) hama penyakit dengan tanpa
Sayuran. PHT merupakan pendekatan meninggalkan residu bahan kimia
perlindungan tanaman yang lebih beracun dari pemakaian pestisida pada
komperensif dan terpadu serta tanaman dan buah serta makanan segar
berdasarkan pertimbangan ekologi dan dan olahan. (Kusnaedi, 1999).
ekonomi. Konsepsi PHT tidak hanya Berdasarkan latar belakang tersebut
berorientasi pada peningkatan produksi, maka penelitian ini bertujuan untuk:
tetapi juga berorientasi pada pelestarian 1. Menjelaskan dan menganalisis
lingkungan dan keamanan terhadap perbedaan antara petani tomat yang
kesehatan masyarakat, terutama petani menerapkan metode PHT dengan
produsen. Penerapan PHT penggunaan metode konvensional
menggunakan pestisida dilakukan jika terhadap hasil produksi tomat di
benar-benar diperlukan dan Kecamatan Bawang Kabupaten
penggunaannyapun dilakukan secara Batang.
selektif, oleh karena itu mutu produk 2. Menjelaskan dan menganalisis
sayuran, khususnya tomat, dapat perbedaan antara petani tomat yang
ditingkatkan karena bebas dari residu menerapkan metode PHT dengan
pestisida (Setiawati, dkk., 2001). penggunaan metode konvensional
Penerapan PHT juga merupakan terhadap pendapatan petani tomat di
suatu cara pendekatan atau cara berpikir Kecamatan Bawang Kabupaten
tentang pengendalian Organisme Batang
Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang
didasarkan pada dasar pertimbangan METODE PENELITIAN
ekologi dan efisiensi ekonomi, dan dalam Pendekatan yang digunakan dalam
rangka pengelolaan agroekosistem yang penelitian ini adalah kuantitatif dengan
berwawasan lingkungan yang metode studi kasus. Populasi penelitian
Hendrawan Supratikno *, Agus Setiadi **, dan Karno ** : Analisis Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) 97
tidak disesuaikan dengan keadaan menggunakan metode konvensional oleh
ekosistem serta kemampuan sosial petani tomat dengan rata-rata seluas
ekonomi masyarakat. lahan 0,281 ha dan berhasil
Penerapan metode PHT dilakukan memproduksi tomat sebanyak 13506 kg.
karena adanya budidaya tanaman yang Sedangkan jumlah produksi tomat yang
sehat dan kuat, sehingga tanaman dihasilkan oleh petani tomat dengan luas
mampu bertahan terhadap serangan lahan minimal 0,1 ha berhasil
hama dan penyakit. Penerapan PHT ini memproduksi tomat rata-rata sebanyak
dilalui dengan pemilihan varietas, 6833 kg. Sedangkan jumlah produksi
penyemaian, pemeliharaan tanaman tomat yang dihasilkan oleh petani tomat
sampai penanganan hasil panen. dengan luas lahan maksimal 0,5 ha
Penerapan PHT selanjutnya juga berhasil memproduksi tomat sebanyak
memanfaatkan musuh alami yang 21000 kg.
potensial sehingga mampu menekan Produksi tomat yang ditanam
populasi hama, dan terjadi dengan menggunakan metode PHT oleh
keseimbangan populasi antara hama petani tomat dengan rata-rata seluas
dengan musuh alaminya, sehingga lahan 0,295 ha berhasil memproduksi
populasi hama tidak melampaui ambang tomat sebanyak 9203,34 kg. Sedangkan
toleransi tanaman. jumlah produksi tomat yang dihasilkan
Penerapan metode PHT ini juga oleh petani tomat dengan luas lahan
dilakukan dengan pengamatan rutin atau minimal 0,1 ha berhasil memproduksi
pemantauan rutin untuk mengetahui tomat rata-rata sebanyak 3086,25 kg.
faktor-faktor yang mempengaruhi Sedangkan jumlah produksi tomat yang
tumbuhan, serta agar mampu mengikuti dihasilkan oleh petani tomat dengan luas
perkembangan populasi hama dan lahan maksimal 0,5 ha berhasil
musuh alaminya serta untuk mengetahui memproduksi tomat sebanyak 11943 kg.
kondisi tanaman yang harus dilakukan Perbedaan rata-rata antara
pengamatan secara rutin, yang produksi petani tomat dengan metode
selanjutnya dapat melakukan tindakan PHT dan produksi petani tomat dengan
yang tepat atas kondisi yang terjadi pada metode konvensional menggunakan uji
tanaman tersebut. Penerapan metode mann whitney karena data tidak
PHT ini juga menempatkan Petani berdistribusi normal. Peneriman
sebagai ahli PHT, sehingga penerapan hipotesis dilihat dengan membandingkan
PHT harus disesuaikan dengan keadaan nilai sig < 0,05. Apabila nilai sig < 0,05
ekosistem setempat. maka hipotesis terdapat perbedaan rata-
rata antara produksi petani tomat dengan
Perbedaan Produksi Tomat Metode metode PHT dan produksi petani tomat
Konvensional dan Metode PHT dengan metode konvensional diterima.
Jumlah produksi tomat dalam Penerimaan hipotesis terdapat
penelitian ini ditentukan dari banyaknya perbedaan rata-rata antara produksi
luas lahan yang ditanami tomat yang petani tomat dengan metode PHT dan
berbanding terbalik dengan luas lahan produksi petani tomat dengan metode
yang ditanami tomat. Berdasarkan hasil konvensional selanjutnya dapat dilihat
penelitian diketahui bahwa produksi pada perhitungan uji-Z berikut ini:
tomat yang ditanam dengan
Hendrawan Supratikno *, Agus Setiadi **, dan Karno ** : Analisis Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) 99
pendapatan petani tomat dengan petani tomat dengan metode PHT dan
metode PHT dan pendapatan petani pendapatan petani tomat dengan metode
tomat dengan metode konvensional konvensional diterima. Penerimaan
menggunakan uji mann whitney karena hipotesis terdapat perbedaan rata-rata
data tidak berdistribusi normal. antara pendapatan petani tomat dengan
Peneriman hipotesis dilihat dengan metode PHT dan pendapatan petani
membandingkan nilai sig < 0,05. Apabila tomat dengan metode konvensional
nilai sig < 0,05 maka hipotesis terdapat selanjutnya dapat dilihat pada nilai Z hasil
perbedaan rata-rata antara pendapatan perhitungan mann whitney test, berikut
ini:
asil Perhitungan Uji-Z Perbedaan Pendapatan Metode Konvensional dan
Tabel 3. H
Metode PHT
Data Pendapatan Rata-rata Th itu ng Sig
Metode Konvensional Rp. 36791515.00
-4,061 0,000
Metode PHT Rp. 58385474.00
Data R/C Rasio
Metode Konvensional 11.52
-5,722 0,000
Metode PHT 17.13
Sumber: Hasil Olahan Data, 2017
Hendrawan Supratikno *, Agus Setiadi **, dan Karno ** : Analisis Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) 101
Pertanian Berkelanjutan. Sugeng. 2005. Bercocok Tanam
Yogyakarta: Kanisius. Sayuran. Semarang: Aneka ilmu.
Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Uhan, T.S., E. Suryaningsih dan I.
Ta n a m a n P e r k e b u n a n d i Sulastrini 1996. Residu pestisida
Indonesia. Yogyakarta: Gadjah pada tanaman tomat dan kacang
Mada University Press. panjang di beberapa kebun petani
Setiawati, W., N. Gunaeni, Subhan, dan dan pasar di Propinsi Jawa Barat
A. Muharam. 2011. Pengaruh dan D.K.I.Jakarta. J. Hort. (in
Pemupukan dan Tumpangsari press).Hal. 21.
antara Tomat dan Kubis terhadap Wahyu, Bernardus T. Wiryanta. 2002.
Populasi Bemisia tabaci dan Bertanam Tomat. Jakarta: PT.
Insiden Penyakit Virus Kuning AgroMedia Pustaka.
pada Tanaman Tomat. J. Hort. Widya. 2010. Pedoman Bertanam
21(2):135-144, 2011. Tomat. Bandung: Yrama Widya.
Setiawati, Wiwin, Ineu Sulastrini dan Neni
Gunaeni. 2001. Penerapan
Teknologi PHT Pada Tanaman
Tomat. Bandung: Balai Penelitian
Tanaman Sayuran.