Anda di halaman 1dari 14

AUDIT KEUANGAN NEGARA

RMK KELOMPOK VIII


“Hubungan antara struktur pengendalian internal, resiko pengendalian dan pemeriksaan atas
laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah”

DISUSUN OLEH :

Dina Pina Sari 1502116025

Putri Rahayu 1502110540

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2018
STATEMENT OF AUTORSHIP

Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa RMK terlampir adalah
murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan
tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini belum pernah disajikan atau digunakan sebagai bahan untuk makalah atau
tugas pada mata kuliah lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami
menggunakannya.

Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Mata Kuliah : Audit Keuangan Negara

Judul RMK/ Makalah/Tugas : Hubungan antara struktur pengendalian internal, resiko


pengendalian dan pemeriksaan atas laporan keuangan
pemerintah pusat dan daerah

Tanggal : 24 September 2018

Dosen : Dr. H. M. Rasuli, S.E., M.Si., Akt., CA.

Nama / NIM : Dina Pina Sari 1502116025

Putri Rahayu 1502110540

Dina Pina Sari Putri Rahayu


1502116025 1502110540
HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR PENGENDALIAN INTERNAL, RESIKO
PENGENDALIAN DAN PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

Pengendalian intern merupakan upaya yang dilakukan mencakup unsur-unsur


pengendalian intern: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian,
informasi dan komunikasi, serta pemantauan, untuk mengarahkan seluruh kegiatan agar
tujuan dari kegiatan dapat dicapai secara efektif, efisien, dipercayanya informasi dan data,
serta ditaatinya peraturan dan ketentuan yang berlaku. Agar pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan daerah terlaksana dengan baik, maka SAKD (Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah) harus disusun dan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dengan menerapkan pengendalian intern secara baik dan efektif pada suatu pemerintahan,
maka akan meningkatkan kualitas akuntabilitas publik dari OPD (Organisasi Perangkat
Daerah) tersebut.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dalam Pasal


58 dengan sangat tepat mengamanatkan kepada Presiden RI selaku Kepala Pemerintahan,
agar mengatur dan menyelenggarakan pengendalian intern di lingkungan pemerintahan
secara menyeluruh, untuk meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah / negara.

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah proses:

 Integral pada tindakan dan kegiatan


 Dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai diselenggarakan
secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
 Untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang:
1. efektif dan efisien
2. keandalan pelaporan keuangan
3. pengamanan aset negara
4. ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Pengawasan Intern adalah seluruh proses :

 Kegiatan audit
 Reviu
 Evaluasi
 Pemantauan
 Kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi
 Memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai
dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan
pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.

Organisasi Pengawas:

 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah aparat pengawasan


intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
 Inspektorat Jenderal adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung
jawab langsung kepada menteri/pimpinan lembaga.
 Inspektorat Provinsi adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung
jawab langsung kepada gubernur.
 Inspektorat Kabupaten/Kota adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang
bertanggung jawab langsung kepada bupati/walikota.

Tujuan Sistem Pengendalian Intern

Memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi


pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

1. lingkungan pengendalian
2. penilaian risiko
3. kegiatan pengendalian
4. informasi dan komunikasi
5. pemantauan pengendalian intern.
UNSUR SPIP

1. LINGKUNGAN PENGENDALIAN

PP Nomor 60/2008 mewajibkan Pimpinan Instansi Pemerintah untuk menciptakan


dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif
untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya. Hal ini merupakan
komponen yang sangat penting dan menjadi unsur dasar di dalam SPIP. Kemampuan
pimpinan untuk menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang kondusif akan menjadi
motivasi kuat bagi para pegawai untuk memberikan yang terbaik dalam pelaksanaan
pekerjaannya. Sebaliknya, pimpinan yang tidak/kurang kompeten dalam menciptakan
lingkungan yang positif akan berpotensi mempengaruhi pegawai untuk melakukan hal-hal
negatif yang dapat merugikan instansinya. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan
dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif
untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya, melalui:

A. Penegakan integritas dan nilai etika; minimal dilakukan dengan cara:


 menyusun dan menerapkan aturan perilaku
 memberikan keteladanan
 menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan atau pelanggaran;
 menjelaskan dan mempertanggungjawabkan adanya intervensi atau pengabaian
pengendalian intern
 menghapus kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong perilaku tidak etis

B. Komitmen terhadap kompetensi; minimal dilakukan dengan cara:


 Mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi
pada masing-masing posisi
 menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi
 menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kompetensi
 memilih pimpinan memiliki kemampuan manajerial dan pengalaman teknis yang luas
C. Kepemimpinan yang kondusif; minimal dilakukan dengan cara:
 Mempertimbangkan risiko pengambilan keputusan
 Menerapkan manajemen berbasis kinerja
 Mendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP
 Melindungi aset dan informasi dari akses dan penggunaan yang tidak sah
 Melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat pada tingkatan yang lebih rendah
 Merespon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan keuangan,
penganggaran, program, dan kegiatan.

D. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan; minimal dilakukan


dengan cara:
 Menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan
 Memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab
 Memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern
 Melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodic terhadap struktur organisasi
sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis
 Menetapkan jumlah pegawai yang sesuai.

E. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; minimal dilakukan dengan
cara:
 Wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat tanggung
jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan Instansi Pemerintah
 Pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf a memahami
bahwa wewenang dan tanggung jawab yang diberikan terkait dengan pihak lain dalam
Instansi Pemerintah yang bersangkutan
 Pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf b memahami
bahwa pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab terkait dengan penerapan SPIP.
F. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya
manusia; minimal dilakukan dengan cara:
 Penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai dengan pemberhentian
pegawai
 Penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen
 Supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai.

G. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif


 Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan
efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah
 Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah
 Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi
Instansi Pemerintah.

H. Hubungan kerja yang baik antar instansi terkait diwujudkan dengan adanya mekanisme
saling uji antar Instansi Pemerintah terkait.

2. PENILAIAN RISIKO

Penilaian risiko terdiri atas:

A. Identifikasi risiko, minimal dilakukan dengan cara:


 Menggunakan metodologi yang sesuai tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada
tingkatan kegiatan secara komprehensif
 Menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari factor eksternal
dan factor internal
 Menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko.

B. Analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah
diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah.
Dalam rangka penilaian risiko pimpinan Instansi Pemerintah dengan berpedoman pada
peraturan perundang- undangan. menetapkan:

1. Tujuan Instansi Pemerintah; Tujuan Instansi memuat pernyataan dan arahan yang
spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan terikat waktu serta wajib
dikomunikasikan kepada seluruh pegawai.

Untuk mencapai tujuan Instansi Pemerintah pimpinan Instansi Pemerintah menetapkan:

 Strategi operasional yang konsisten


 Strategi manajemen terintegrasi dan rencana penilaian risiko.

2. Tujuan pada tingkatan kegiatan,

Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

 Berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis


 Saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu dengan lainnya
 Relevan dengan seluruh kegiatan utama
 Mengandung unsur kriteria pengukuran
 Didukung sumber daya Instansi Pemerintah yang cukup
 Melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya.

Pimpinan Instansi Pemerintah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan tingkat


risiko yang dapat diterima.

3. KEGIATAN PENGENDALIAN

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai


dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang
bersangkutan. Minimal memiliki karakteristik sebagai berikut:

 Kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok


 Kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko
 Kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus Instansi
Pemerintah
 Kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis
 Prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan
 Kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur.

Bentuk-bentuk kegiatan pengendalian:

 Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang dilaksanakan dengan membandingkan


kinerja dengan tolok ukur kinerja yang ditetapkan.
 Pembinaan sumber daya manusia; minimal dengan cara:
1. Mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, nilai, dan strategi instansi kepada
pegawai
2. Membuat strategi perencanaan dan pembinaan sumber daya manusia yang
mendukung pencapaian visi dan misi
3. Membuat uraian jabatan, prosedur rekrutmen, program pendidikan dan
pelatihan pegawai, sistem kompensasi, program kesejahteraan dan fasilitas
pegawai, ketentuan disiplin pegawai, sistem penilaian kinerja, serta
rencana pengembangan karir.
- Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi yang dilakukan untuk memastikan
akurasi dan kelengkapan informasi. Kegiatan pengendalian atas pengelolaan system
informasi meliputi
1. Pengendalian umum :
A. Pengamanan sistem informasi
B. Pengendalian atas akses
C. Pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak
aplikasi
D. Pengendalian atas perangkat lunak sistem
E. Pemisahan tugas
F. Kontinuitas pelayanan.
2. Pengendalian aplikasi:
A. Pengendalian otorisasi
B. Pengendalian kelengkapan
C. Pengendalian akurasi
D. Pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data.

- Pengendalian fisik atas aset; pimpinan Instansi Pemerintah wajib menetapkan,


mengimplementasikan, dan mengkomunikasikan kepada seluruh pegawai:
 Rencana identifikasi, kebijakan, dan prosedur pengamanan fisik
 Rencana pemulihan setelah bencana.

- Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;


 Menetapkan ukuran dan indikator kinerja
 Mereviu dan melakukan validasi secara periodic atas ketetapan dan keandalan ukuran
dan indikator kinerja
 Mengevaluasi faktor penilaian pengukuran kinerja
 Membandingkan secara terus-menerus data capaian kinerja dengan sasaran yang
ditetapkan dan selisihnya dianalisis lebih lanjut.

- Pemisahan fungsi; pimpinan Instansi Pemerintah harus menjamin bahwa seluruh aspek
utama transaksi atau kejadian tidak dikendalikan oleh 1 orang.
- otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting; pimpinan Instansi Pemerintah wajib
menetapkan dan mengkomunikasikan syarat dan ketentuan otorisasi kepada seluruh
pegawai.
- Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; pimpinan Instansi
Pemerintah perlu mempertimbangkan:
A. Transaksi dan kejadian diklasifikasikan dengan tepat dan dicatat segera
B. Klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan dalam seluruh siklus transaksi
atau kejadian.
- Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; pimpinan Instansi Pemerintah
memberikan akses hanya kepada pegawai yang berwenang dan melakukan reviu atas
pembatasan tersebut secara berkala.
- Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; pimpinan Instansi Pemerintah
menugaskan pegawai yang bertanggung jawab terhadap penyimpanan sumber daya dan
pencatatannya serta melakukan reviu atas penugasan tersebut secara berkala.

- Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian
penting; pimpinan Instansi Pemerintah wajib memiliki, mengelola, memelihara, dan
secara berkala memutakhirkan dokumentasi yang mencakup seluruh Sistem
Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting.

4. INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan Instansi Pemerintah


harus sekurang-kurangnya:

A. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi


B. Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus.

5. PEMANTAUAN

Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan melalui:

1. Pemantauan berkelanjutan; melalui:


A. Pengelolaan rutin
B. Supervisi
C. Pembandingan R
D. ekonsiliasi
E. Tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas
2. Evaluasi terpisah
 Dilaksanakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas Sistem
Pengendalian Intern.
 Evaluasi terpisah dapat dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah atau
pihak eksternal pemerintah.
 Evaluasi terpisah dapat dilakukan dengan menggunakan daftar uji pengendalian
intern
3. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya; diselesaikan dan dilaksanakan
sesuai dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya yang
ditetapkan..

PENGUATAN EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN SPIP

Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung jawab atas


efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan masing-masing. Untuk
memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
dilakukan pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah (SPIP).

Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan,
dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam
rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai
dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan
pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.

Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian intern
yang berfungsi melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah. Lingkup pengaturan pengawasan intern mencakup kelembagaan, lingkup tugas,
kompetensi sumber daya manusia, kode etik, standar audit, pelaporan, dan telaahan sejawat.
Sistem Pengendalian Intern dilakukan:

1. Pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah


termasuk akuntabilitas keuangan negara Aparat pengawasan intern pemerintah
melakukan pengawasan intern melalui

a. audit (kinerja dan tujuan tertentu)

b. reviu

c.evaluasi

d. pemantauan
e. kegiatan pengawasan lainnya.

Aparat pengawasan intern pemerintah terdiri atas :

A. BPKP; melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas


kegiatan tertentu yang meliputi:
 Kegiatan yang bersifat lintas sektoral
 Kegiatan kebendaharaan umum Negara berdasarkan penetapan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (Menteri Keuangan melakukan
koordinasi kegiatan yang terkait dengan Instansi Pemerintah lainnya)
 Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.

B. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan


pengawasan intern; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian negara/lembaga yang didanai dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
C. Inspektorat Provinsi; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah provinsi yang
didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi.
D. Inspektorat Kabupaten/Kota; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam
rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah
kabupaten/kota yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota.
DAFTAR PUSTAKA

2017. Hubungan antara struktur pengendalian internal, resiko


pengendalian dan pemeriksaan atas laporan keuangan
pemerintah pusat dan daerah.
http://www.academia.edu/8729839/TUGAS_KELOMPOK_AUDIT_KEUANGAN_NEGAR
A (di akses 24 September).

Anda mungkin juga menyukai