Anda di halaman 1dari 15

PRESENTASI KASUS

BATU VESICA URINARIA


Disusun Untuk Memenuhi Syarat Program Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Bedah RS PKU Muhammadiyah Gamping

Disusun oleh :
Bella Leonora
20184010061

Diajukan Kepada :
dr. H. Ahmad Faesol, Sp. Rad, M.Kes

BAGIAN ILMU RADIOLOGI


RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
BATU VESICA URINARIA

Disusun oleh :
Bella Leonora
20184010061

Disetujui oleh :
Dokter Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Bedah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

dr. H. Ahmad Faesol, Sp. Rad, M.Kes


I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. N

Usia : 65 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Duwet, Sendangadi, Mlati, Sleman

Tanggal periksa : 29 Oktober 2018

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Pasien mengeluh nyeri dan sulit saat buang air kecil.

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke Poliklinik Urologi RS PKU Muhammadiyah Gamping
dengan keluhan nyeri dan sulit BAK sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan nyeri
dirasa hilang timbul dan terasa tajam serta memberat sejak 1 minggu SMRS
terutama setelah pasien bekerja berat. Pasien mengeluh nyeri dan terasa
panas saat dan setelah BAK terutama di daerah ujung penis dan pinggang.
Dalam 1 hari pasien bisa BAK > 10 kali. Saat tidur malam hari pasien juga
sering terbangun 4-5 kali untuk BAK. Pasien mengeluh kadang-kadang
ketika sedang BAK tiba-tiba urinnya terputus kemudian menjadi lancar lagi
setelah merubah posisi atau menunggu beberapa saat. Saat BAK pancarannya
tidak menentu, kadang lemah dan kadang kencang. Pasien juga mengeluh
merasa tidak puas setelah berkemih. Pasien juga mengeluh kencing
bercampur darah kurang lebih sejak 3 bulan yang lalu namun ketika keluar
darah pasien merasa lega dan tuntas. Keluhan ini diperberat ketika pasien
bekerja berat. Riwayat pernah keluar batu saat BAK disangkal pasien.
Keluhan urin menetes setelah BAK, urin keluar tanpa disadari. sebelumnya,
pasien pernah berobat ke Mitra Sehat dan mengkonsumsi obat, pasien sempat
membaik namun kambuh lagi.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit serupa sebelumnya, DM, asma,
hipertensi dan operasi sebelumnya. Pasien juga tidak memiliki riwayat alergi.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Terdapat riwayat serupa dalam keluarga pasien. Pasien mengakui bahwa
dahulu ayahnya pernah mengalami sakit susah dan nyeri saat buang air kecil,
namun tidak di ketahui ayah pasien sakit apa. Riwayat DM, hipertensi, asma
dan alergi disangkal.

Riwayat Personal Sosial:


Pasien adalah seorang buruh tani yang merupakan pekerja berat. Pasien
mengaku sering mengangkat barang-barang berat. Dulunya pasien merokok
tetapi sudah berhenti kurang lebih sejak 10 tahun yang lalu dan tidak pernah
mengkonsumsi alkohol maupun obat-obatan yang membuat kecanduan.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital:
Frekuensi nadi : 73 x/menit
Tekanan darah : 149/91 mmHg
Frekuensi nafas : 18 x/menit
Suhu : 37,6º C

Status Generalis:
Pemeriksaan Kepala-leher
 Bentuk : Normocephal, simetris
 Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
 Hidung : Discharge (-), nafas cuping hidung (-)
 Mulut : Bibir kering (-), bibir sianosis (-)
 Leher : Limfadenopati (-)
Pemeriksaan Thorax
– Pemeriksaan Paru
 Inspeksi : Dinding dada simetris, ketertinggalan gerak (-)
 Palpasi : Nyeri tekan (-), vokal fremitus kanan = kiri
 Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
 Auskultasi : Vesicular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
– Pemeriksaan Cor
 Inspeksi : Ictus cordis (-)
 Palpasi : Ictus cordis (+) di SIC V mid clavicula
 Perkusi : Batas jantung normal
 Auskultasi : Suara S1-S2 normal, regular

Pemeriksaan Abdomen & Pelvis


 Inspeksi : Datar, jejas (-), distended (-)
 Auskultasi : BU (+) normal
 Perkusi : Timpani
 Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) di daerah benjolan

Ekstremitas
 Superior : Edema -/-, deformitas -/-, akral hangat +/+, CRT<2 dtk
 Inferior : Edema -/-, deformitas -/-, akral hangat +/+, CRT<2 dtk

Pemeriksaan Khusus Urologi

Flank
– Bulging -/-
– Nyeri Tekan -/-
– Nyeri Ketok Ginjal -/-

OUE
– Sirkumsisi (+), hipospadia (-), epispadia (-), discharge (-)
Suprapubic

– Perkusi: timpani
– Bulging (-)
– Nyeri tekan (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium

Hematologi – Darah Rutin (11 Oktober 2018)


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Leukosit 2100 4000 – 11.000 mm3
Hemoglobin 12.3 12 – 18 g/dl
Hematokrit 40 37 – 54 %
MCHC 32,6 32 – 36 g/dl
Trombosit 223 150 – 400 ribu/mm3
Kimia Klinik (11 Oktober 2018)
Glukosa Sewaktu 79.9 70-140 mg/dL
Hematologi (17 Oktober 2018)
PT 12.5 11,0 – 17,0 detik
APTT 37.8 23,0 – 45,0 detik
Fungsi ginjal
Ureum 35,1
Creatinine 0,81
Serologi (17 Oktober 2018)
HBsAg Rapid Non reactive Non reactive
b. USG

Kesan :
Vesicolithiasis
Prostat enlargement

c. BNO

Kesan :
Opasitas membulat tunggal di proyeksi cavum pelvis aspek dextra
susp vesicolithiasis
IV. DIAGNOSIS KERJA
Batu Vesica Urinaria dan BPH
Differensial Diagnosis:
– Batu Buli
– Tumor Buli
– Sistitis
V. RENCANA PENATALAKSANAAN
– Medikamentosa
– Intervensif
a. ESWL
b. Intracorporeal lithotripsy
c. Open blader surgery (vesicolitotomi)  sectio alta
PEMBAHASAN
BATU VESICA URINARIA
A. Definisi
Batu saluran kemih atau yang sering disebut dengan vesicolithiasis adalah batu
yang menghalangi aliran air kemih akibat dari menutupi dari leher kandung
kemih, maka aliran yang megalir tiba-tiba akan berhenti dan menetes dengan rasa
nyeri. (effendi, 2010)
Vesicolithiasis adalah batu kandung kemih yang merupakan suatu keadaan yang
tidak normal di kandung kemih, batu ini mengandung komponen kystal dan
matriks organic (suyono, 2007). Batu saluran kemih ini dapat diakibatkan dari
kurangnya subtsansi tertentu di dalam tubuh seperti kalsium oksalat, kalisium
oksalat, dan adanya tingginya kadar asam urat.

B. Epidemologi
Batu saluran kemih merupakan penyakit ketiga terbanyak di bidang urologi
setelah infeksi saluran kemih dan BPH. Batu bisa terdapat di ginjal, ureter, buli-
buli maupun uretra. Kasus batu buli-buli pada orang dewasa di Negara barat
sekitar 5%. dengan angka kejadian laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan,
terutama usia di atas 50 tahun. Hal ini berhubungan dengan bladder outlet
obstruction yang mengakibatkan retensi urin pada keadaan-keadaan seperti striktur
uretra, BPH, divertikel buli dan buli-buli neurogenik. (Cambel)

C. Etiologi
1. Migrating Stone
a. Awalnya terbentuk di upper urinary tract lalu bermigrasi ke VU
b. Ukurannya <1cm, bisa tereleminasi secara spontan
c. Kegagalan mengeleminasi batu tersebut biasanya terjadi pada anak2
karena bladder neck nya kecil / karena ada subvesical obstruction
2. Primary Bladder Lithiasis
a. Terbentuk di VU karena beberapa faktor
b. Berhubungan dengan nutrisi dan dietary deficiencies (dehidrasi kronis,
excessive protein / oxalate intake bersamaan dengan peningkatan produksi
endogen oxalate, Mg defisiensi)
c. Terbentuk dari pure ammonium urate atau kombinasi dengan Calcium
oxalate
3. Secondary Bladder Lithiasis
a. Biasa terjadi pada dewasa karena ISK, subvesical obstruction, neurogenic
bladder, benda asing
b. Asam urat, Ca oxalate, Ca fosfate, struvit

D. Factor Resiko
Terbentuknya batu salurah kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan
aliran urine, gangguan metabolik, ISK, dehidrasi, dan keadaan yang masih belum
terungkap/idiopatik.
Faktor yang mempermudah terjadinya batu:
1. Faktor intrinsik
a. Herediter (keturunan)
b. Umur
c. Jenis Kelamin
2. Faktor Ekstrinsik
a. Geografi
b. Iklim dan temperatur
c. Asupan air
d. Diet
e. Pekerjaa
E. Pathogenesis
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada
tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu
pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Teori pembentukan batu:
1. Teori inti (nucleus)
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun
anorganik yang terlarut dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam
keadaan metastable (tetap larut) dalam urin jika tidak ada keadaan-keadaan
tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang
saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian
akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi
kristal yang lebih besar untuk menyumbat saluran kemih. Kondisi metastable
dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urin, konsentrasi
solut di dalam urin, laju aliran urin dalam saluran kemih
2. Teori matriks
Matrix organik yang berasal dari serum atau protein-protein urin memberikan
kemungkinan pengendapan kristal.
3. Teori inhibitor kritalisasi
Beberapa substansi dalam urin menghambat terjadi kristalisasi, konsentrasi
yang rendah atau absennya substansi ini memungkinkan terjadinya kristalisasi.
Ion magnesium (Mg2+) dapat menghambat pembentukan batu karena jika
berikatan dengan oksalat akan membentuk garam magnesiun oksalat sehingga
jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium (Ca2+) membentuk
kalsium oksalat menurun.

Komposisi Batu: Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur


kalsium oksalat dan kalsium fosfat (75%), magnesium-amonium-fosfat (MAP) 15%,
asam urat (7%), sistin (2%) dan lainnya (silikat, xanthin) 1%.

1. Batu Kalsium
Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau
campuran kedua unsur tersebut. Faktor terjadinya batu kalsium adalah:
a. Hiperkalsiuri
Kadar kalsium dalam urin >250-300 mg/24 jam. Penyebab terjadinya
hiperkalsiuri antara lain:
– Hiperkalsiuri absorbtif terjadi karena adanya peningkatan absorbsi
kalsium melalui usus.
– Hiperkalsiuri renal terjadi karena adanya gangguan kemampuan
reabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal.
– Hiperkalsiuri resorptif terjadi karena adanya peningkatan resorpsi
tulang.
b. Hiperoksaluri
Ekskresi oksalat urin melebihi 45 gram per hari. Keadaan ini banyak
dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus setelah
menjalani pembedahan usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi
makanan yang kaya akan oksalat, seperti: teh, kopi, soft drink, kokoa,
arbei, sayuran berwarna hijau terutama bayam
c. Hipositraturia
Di dalam urin, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat
sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. •
Hipomagnesuria Di dalam urin, magnesium bereaksi dengan oksalat atau
fosfat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat.

2. Batu Struvit (batu infeksi)


Terbentuknya batu ini karena ada infeksi saluran kemih. Kuman penyebab
infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea (Proteus, Klebsiellla,
Pseudomonas, Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan
merubah urin menjadi suasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak,
sehingga memudahkan membentuk batu MAP
3. Batu Asam Urat
Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien-pasien penyakit gout,
mieloproliferatif, terapi antikanker, dll. Sumber asam urat berasal dari diet
yang mengandung purin. Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu asam
urat adalah urin yang terlalu asam, dehidrasi dan hiperurikosuri
4. Batu Sistin, Xanthin dan Silikat

Kebanyakan terjadinya batu buli pada laki-laki usia tua didahului oleh
BPH. BPH menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan
menghambat aliran urin. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan
intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih
kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus menyebabkan
perubahan anatomi buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi,
terbentuknya selula, sakula dan divertikel buli-buli. Pada saat buli-buli
berkontraksi untuk miksi, divertikel tidak ikut berkontraksi, sehingga akan ada
stasis urin di dalam divertikel yang lama kelamaan mengalami supersaturasi dan
dapat membentuk batu.

F. penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Gejala khas batu buli adalah kencing lancar tiba-tiba terhenti terasa sakit yang
menjalar ke penis bila pasien merubah posisi dapat kencing lagi. Pada anak-
anak mereka akan berguling-guling dan menarik-narik penisnya. Kalau terjadi
infeksi ditemukan tanda cyistitis, kadang-kadang terjadi hematuria.
Perubahan struktur pada buli-buli tersebut dirasakan pasien sebagai keluhan
pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS)
yang terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritasi.Keluhan LUTS

2. Pemeriksaan Fisik
didapatkan adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi atau teraba adanya
urin yang banyak (bulging), hanya pada batu yang besar dapat diraba secara
bimanual.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. BNO
Melihat adanya batu radio-opak di saluran kemih. Urutan radioopasitas
beberapa jenis batu saluran kemih:

b. IVP
Mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak
terlihat di BNO, menilai anatomi dan fungsi ginjal, mendeteksi divertikel,
indentasi prostat.
c. USG
Menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (echoic shadow),
hidronefrosis, pembesaran prostat.
d. Pemeriksaan Laboratorium Darah rutin, kimia darah, urinalisa dan kultur
urin.

G. Penatalaksanaan
Batu buli-buli dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, litotripsi maupun
pembedahan terbuka.
1. Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang berukuran < 5mm, karena diharapkan batu dapat keluar
spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar
aliran urin dengan pemberian diuretikum dan minum banyak supaya dapat mendorong
batu keluar dari saluran kemih.

2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)


Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal atau batu buli tanpa melalui
tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dapat dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil
sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Diindikasikan untuk pasien-pasien yang
memiliki resiko tinggi terhadap prosedur operasi.
3. Endourologi (Intracorporeal Litotripsi)
Tindakan invasif minimal terdiri dari memecahkan batu dan mengeluarkannya dari saluran
kemih melalui alat yang dimasukkan langsung melalui uretra (TUCB) atau melalui insisi kecil
pada kulit (percutaneous cystolithotripsy) (transurethral management of bladder stone).
Intracorporeal Litotripsi akan memecah batu buli atau uretra menjadi fragmen-fragmen kecil
dengan memasukkan liptotriptor ke dalam buli.
4. Open Bladder Surgery
Operasi terbuka dengan sectio alta biasanya dilakukan pada pediatric bladder stone. Selain
itu juga digunakan untuk evakuasi batu jika ukuran batu buli yang besar yaitu > 4 cm serta
digunakan untuk batu yang keras yang tidak dapat dipecahkan dengan prosedur endourologi

Bagan Penatalaksanaan

Anda mungkin juga menyukai