Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Lansia atau usia lanjut adalah tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang di tandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stres lingkungan atau bisa juga diartikan sebagai masa perubahan
yang dialami individu baik fisik maupun psikologis akibat penurunan
fungsi tubuh sehingga memerlukan pemeliharaaan yang berbeda dengan
usia anak-anak, remaja, maupun dewasa yang membutuhkan dukungan
dari orang disekitarnya.
Lansia mengalami fungsi penurunantubuh akibat prosesdegenerasi, oleh
karena itu diperlukan usaha untuk mempertahankan derajat kesehatan para
lansia pada taraf setinggi-tingginya agar terhindar dari penyakit atau
gangguan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan wadah yang tepat
memberikan sarana bagi lansia yang dapat memelihara kesehatannya yaitu
posyandu lansia. Pada tempat tersebut dapat diperoleh manfaat antara lain,
lansia dapat mengetahui status kesehatannya juga kegiatanlain yang
bermanfaat untuk mengisikegiatan lansia. Dalam posyandu lansia,terdapat
suatu kepedulian dan perhatian yang didapat dari kontak sosial sehingga
memberi harapan dan semangat para lansia untuk terus dapat hidup
mandiri dan menyadari bahwa di usia senja mereka tetap prima.
Lansiayang beresiko tinggi adalah lansia yang berusia 60 tahun ke atas,
pada sebagian besar lansia banyak yang mengalami perubahan berbagai
fungsi tubuh baik secara fisiologis, psikologis, dan perubahan psikososial.
Dari perubahan-perubahan tersebut sehingga timbullah suatu keluhan-
keluhan pada tubuhnya tetapi belum mengetahui penyakitnya secara pasti.
Seperti telah dikemukakan terlebih dahulu, penyakit pada populasi lansia
berbeda perjalanan dan penampilannya. Secara singkat dapat disimpilkan
bahwa usia lanjut :
1. Penyakit bersifat multi patologik atau mengenai multi organ atau
sistem, bersifat degeneratif dan saling terkait.
2. Penyakit biasanya bersifat kronis cenderung menyebabkan kecacatan
lama sebelum terjadinya kematian.
3. Sering terdapat polifarmasi dan iyatrogenis.
4. Biasanya juga mengandung komponen psikologik dan sosial.
Usia lanjut juga lebih sesnsitif terhadap penyakit akut. Mengingat hal
tersebut, maka jelaslah bahwa pelayanan kesehatan pada usia lanjut
dengan sendirinya berbeda dengan pelayanan kesehatan pada golongan
populasi lain.
A. Rumusan masalah?
1. Apa yang dimaksud dengan usia lanjut ?
2. Apa yang dimaksud dengan pengertian reproduksi ?
3. Apa saja perubahan dan reaksi yang terjadi pada usia lanjut ?
4. Bagaimana pelayanan kesehatan usia lanjut ?
5. Bagaimana perubahan sistem reproduksi pria pada lansia ?
6. Bagaimana perubahan sistem reproduksi wanita pada lansia ?
7. Bagaimana pelayanan kesehatan reproduksi usia lanjut ?
B. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui definisi usia lanjut
2. Untuk mengetahui definisi reproduksi
3. Untuk mengetahui perubahan dan reaksi yang terjadi pada usia lanjut
4. Untuk mengetahui pelayanan kesehatan usia lanjut
5. Untuk mengetahui perubahan sistem reproduksi pria pada lansia
6. Untuk mengetahui perubahan sistemreproduksi wanita pada lansia
7. Untuk mengetahui pelayanan kesehatan reproduksi pada usia lanjut
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN USIA LANJUT


1) Pengertian usia lanjut
a. Smith : Young old (65-74 tahun), Middle old (75-84 tahun ) dan old
old ( lebih dari 85 tahun ).
b. Setyonegoro (1984), menggolongkan bahwa yang disebut usia
lanjut (geriatric age ) adalah orang yang berusia lebih dari 65
tahun. Selanjutnya terbagi ke dalam usia 70-75 tahun (young old),
75-80 tahun (old) dan lebih dari 80 tahun (very old)
c. Menurut Bab I pasal I ayat (2) Undang-undang nomor.13 tahun
1998 tentang kesejahteraan usia lanjut, memberikan pengertian
lansia adalah seseorang yang sudah mencapai usia 60 tahun ke
atas.
d. Depkes RI,2003, Memberikan pengertian Lansia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 tahun yang telah mengalami
perubahan fisik,kejiwaan,dan sosial.
Klasifikasi lansia menurut Depkes adalah: Pra senile, Pra lanjut
usia (45-59), lanjut usia (60-69),lanjut usia risiko tinggi (70 tahun
ke atas)
Klasifikasi lama menurut WHO adalah usia pertengahan (Middle
age:45-59) lanjut usia ( elderly: 60-74) lanjut usia tua (old ag: 75-
90) usia lanjut tua (very old: lebih dari 90 tahun)
Pada usia lanjut akan terjadi penurunan :
a) Kondisi fisik atau biologis
b) Kondisi psikologis
c) Kondisi sosial ekonomi
Pada usia lanjut seseorang menganggap tugas tugasnya sudah
selesai, mereka berhenti bekerja dan semakin mengundurkan
diri dari pergaulan bermasyarakat biasanya usia lanjut
merenungkan hakikat hidupnya dan lebih intensif mendekatkan
dirinya kepada Tuhan.

2. PENGERTIAN KESEHATAN REPRODUKSI


Reproduksi adalah kemampuan mahluk hidup untuk menghasilkan
keturunan dengan tujuan untuk mempertahankan jenisnya. Untuk dapat
melakukan proses reproduksi, manusia memerlukan alat-alat reproduksi
dan kelenjar reproduksi yang sehat.
Kesehatan reproduksi pada usia lanjut adalah upaya untuk memahami
tindakan pencegahan, penanggulangan serta perawatan anatomi dan organ
reproduksi bagi seseorang yang telah memasuki tahapusia lanjut.
a. Organ reproduksi pria
Organ reproduksipria mempunyai dua fungsi yaitu sebagai produksi
sel kelamin dan pelepasan sel-sel kelamin ke organ reproduksi wanita.
Adapun organ reproduksi pria terbagi menjadi lima bagian utama,
yaitu:
a) Sepasang testis, berfungsi menghasilkan sel sperma
b) Skrotum(kantung/pembungkusskrotum), berfungsi untuk mengatur
suhu yang tepatbagi testis dan sel sperma.
c) Saluran sperma terdiri dari Epidedemis yang berfungsi sebagai
tempat pematangan dan penyimpangan sementara sel-sel sperma.
Vas deferens berfungsi menyalutkan speerma dari testis menuju
kantungsperma (vesikula seminalis)
d) Penis adalah alat kopulasi (Menyalurkan sel sperma atau semen ke
Organ Reproduksi Wanita).
e) Urethra adalah organ reproduksi pria yang berfungsi menyalurkan
sperma dan saluran urine.
a. Organ reproduksi pria

b. Organ reproduksi wanita


Organ reproduksi wanita terbagi menjadi 5 bagian adalah:

a) Sepasang ovarium atu indung telur, yang berfungsi


menghasilkan sel telur
b) Sepasang fimbria berfungsi untuk menangkap sel telur dari
ovarium.
c) Sepasang oviduct atau saluran telur, atau tuba Fallopi,
berfungsi menyalurkan sel telur dari ovarium ke rahim serta
terjadinya fertilisasi atau pembuahan.
d) Uterus (rahim), berfungsi sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya embrio.
e) Vagina berfungsi sebagai alat kopulasi (tempat
disalurkannya sel sperma ) dan sebagai jalurnya keluarnya
bayi.
c. Kelenjar reproduksi
Pada organ reproduksi terdapat beberapa kelenjar yang
mendukung proses reproduksi, sebagai berikut:
a) Vesika seminalis, adalah kelenjar pada pria yang
menghasilkan cairan pekat berwarnakuning, mengandung
makana sebagai sumber energi untuk pergerakan sperma.
b) Kelenjar postat. Adalah kelenjar pada pria yang berfungsi
sebagai penghasil semen terbesar yang bersifat
encer,berwarna putih dan berisi makanan untuk sperma.
c) Kelenjar bulbourethralis, badalah kelenjar yang terdapat
pada uretra wanita yang berfungsi mensekresi cairan lendir
bening untuk pada menetralkan cairan urine yang bersifat
asam pada uretra.
d) Kelenjar bartholini, adalah kelenjar yang terdapat pada
vagina wanita berfungsi menghasilkan lendir yang alkalis
saat berhubungan badan.
3. PERUBAHAN DAN REAKSI YANG TERJADI PADA USIA
LANJUT
Masa menjelang seseorang berusia lanjut akan terjadi perubahan atas
dirinya sebagi berikut :
a. Perubahan pada fisiknya dan kekuaran yang berpengaruh terhadap
penampilan seseorang.
b. Perubahan tingkah laku dan kemampuan daya ingat yang semakin
menurun.
c. Perubahan meningkatnya perasaan sensifitas dan emosional.
d. Perubahan keseimbangan hormonal yang menyebabkan berkurangnya
dorongan seks.
e. Perubahan organ-organ reproduksi menyebabkan kurangnya
kemampuan seksualitasinya, seperti:
a) Pada pria proses penurunan kadar hormone testosterone
b) Pada wanita terjadi Manopause (berhenti haid) yang disebabkan
faal dari kandungan telur lambat laun mulai kurang berfungsi,
sampai kemudianberhenti sama sekali.
Pelayanan kesehatan terhadap perubahan-perubahan pada usia lanjut tersebut
dapat dilakukan dirumah sakit , panti jompo, klinik-klinik, puskesmas dan lain-
lain.

4. PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT


Secara umum, pelayanan kesehatan pada lansia dapat dibagi menjadi atas :
a. Lansia berbasis rumah sakit (hospital based Geriatric service)
b. Pelayanan kesehatan lansia dimasyarakat (community based getriatric
servise )
Peran Puskesmas sebagai insitusi yang berada disekitar tempat tinggal lansia
dapat membentuk kelompok-kelompok lansia sehingga pelayanan
kesehatannya terorganisasi sehingga lebih mudah dilaksanakan baik
promotif, preventif, kuratif, atau rehabilitatif.

5. PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI PRIA DAN LANSIA


Beberapa perubahan yang terjadi pada perubahan lansia adalah:
a. Produksi testosteron menurun secara bertahap
Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat dan
kesejahteraan, testis menjadi lebih kecil dan kurang produktif. Tubular
testis akan menebal dan berdegenerasi. Perubahan ini akan
menurunkan proses spermatogenesis, dengan penurunan jumlah
sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk membuahi
ovum.
b. Kelenjar prostat biasanya membesar
Hiportrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria diatas usia 40 tahun dan
90% pria diatas usia 80 tahun. Hiportrofi prostat jinak ini memerlukan
terapi lebih lanjut.
c. Respon seksual terutama fase penggairahan (desire), menjadi lambat
dan ereksi yang sempurna mungkin juga tertunda.
Elevasi testis dan vasokogenesti kantung skrotum berkurang,
mengurangi intensitas dan durasi tekana pada otot sadar dan tak sadar
serta ereksi mungkin kurang kaku dan bergantung pada sudut
dibandingkan pada usia yang lebioh muda. Dan juga dibutuhkan alat
simulasi alat kelamin secara lansgusng untuk menimbulkan respon.
Pendaftaran fase penggarahan akan berlanjut untuk periode yang lebih
lama sebelum mencapai orgasme dan biasanya pengeluaran pre-
ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.
d. Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari.
Intensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi
serta jumlah cairan sperma berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi
tanpa adanya sensai ejakulasi yang kadang-kadang dirasakan pada
lansia pria disebut sebagai ejakulasi dini atau premature dan
merupakan akibat dari kurangnya pengontrolan yang berhubungan
dengan miotonia dan vasokongesti, serta masa refrakter memanjang
pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya berkurang termasuk selama
tidur.
e. Penurunan otot tonus otot menyebabkan spasme pada organ genetial
eksterna yang tidak biasa. Frekuensi kontraksi sfingterani selama
orgasme menurun.
f. Ereksi pagi hari (morning erection) semakin jarang terjadi.
Hal ini tampaknya berhubungan dengan semakin menurunnya potensi
seksual. Jarang berhubungan atau seringnya ereksi pada pagi hari dapat
menjadi ukuran yang dapat dipercaya tentang potensi seksual pada
seseorang pria. Penelitian Kinsey, dkk menemukan bahwa frekuensi
ereksi pagi rata-rata 2,05 perminggu pada usia 31-35 tahun dan hal ini
menurun pada usia 70 tahun menjadi 0,50 perminggu.

6. PERUBAHAN SITEM REPRODUKSI PADA WANITA


Dengan berhentinya produksinya hormoj estrogen, genetalia interna dan
eksterna berangsur-angsur mengalami atrofi.
a. Vagina
Vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita
belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti
berfungsi. Mukosa genetalia menipis begitu pula jaringan sub mukosa
tidak lagi mempertahankan elastisitasnya akibat fibrosis.
Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan
kortus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju
pendangkalan atau pengecilan genetalia eksterna.
b. Uterus
Setelah klimetarium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut
dan dinsingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak
jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama
kelamaan akan merta dengan dinding jaringan.
c. Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaanya
menjadi “keriput” sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari
ovulasi yang berulang sebelumnya. Permukaan ovarium menjadi rata
lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum,
perubahan fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi
ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi
dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh homon
estrogen dan progesteron.
d. Payudara ( gladula mamae)
Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada eanita yang
gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan ini
disebabkan oleh karena atrofi hanya mempengaruhi kelenjar payudara
saja.
Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologis maupun
fungsional, begitu pula kelenjar tiroiddan adrenal “keras” dan
mengakibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan. Bahu menjadi
gemuk dan garis pinggang menghilang. Kadang timbul pertumbuhan rambut
pada wajah. Rambut ketiak, putih mengurang,oleh karena pertumbuhannya
dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium. Rambut
kepala menjadi jarang kenaikan berat badan sering terjadi pada masa
klimakterik.
1. Premenopause
Premenepause adalah rentang waktu dimana tubuh mulai bertransisi
memasuki masa menopause sebagai berikut:
a) Perubahan fisik dan gejala hormonal, termasuk menstruasi yang
tidak teratur.
b) Tingkat produksi hormon estrogen dan progesteron berfuktuasi, naik
dan turun tak beraturan.
c) Masa premenopause terjadidi usia 40an, tapi banyak juga yang
mengalami perubahan saat usianya masih di pertengahan 30an.
d) Lamanya biasa 2 sampai 8 tahun ditambah satu tahun akhir periode
menuju menopause.
e) Penururnan fungsi indung telur selama masa premenopause
berkaitan dengan penurunan hormon estraditional dan produksi
hormon androgen.
f) Seorang wanita masih mengalami periode menstruasi pada masa
perimenopause, meskipun tidak teratur, dia dapat tetap hamil.

Gejala dan tanda-tanda :


a) Menstruasi tidak teratur
Intervalnya dapat memanjang atau memendek, sedikit dan
berlimpah, bahkan mungkin akan melewatkan beberapa periode
menstruasi. Ovulasi menjadi tidak teratur, rendahnya kadar
progesteron dapat mengalami periode menstruasi yang lebih
panjang.
b) Gangguan tidur dan hot flashes
Sekitar 75-85% wanita mengalami hot flshes selema premenopause.
Hot flashes adalah gelombang panas tubuh yang datang tiba-tiba,
akibat peubahan kadar estrogen yang menyerang tubuh bagian atas
dan muka. Serangan ditandai dengan munculnya kulit yang memerah
disekitar muka, leher, dan dada bagian atas, detak jantung yang
kencang, badan bagian atas berkeringat, termasuk gangguan tidur.
c) Perubahan psikologis
Gejala – gejala psikologis dan kognitif seperti :
 Depresi
Banyak wanita menggambarkan gangguan ini sebagai
“perimenopause berat” kejadian depresi kira-kira 2 kali lebih
sering pada wanita dibandingkan pria. Risiko depresi mayor
asalah 7-12% untuk pria 20-25% untuk wanita. Usia rata-rata
terjadinya depresi adalah 40 tahunan. Data labolatorium
menyatakan bahwa hormon ovarium sangat berkhasiat,
dimana sinyal kimiawi perifer secara umum mempengaruhi
aktivitas neuronal.
 Perubahan mood, kurangnya konsentrasi dan
 Pelupa
Perubahan level estrogen dan progesteron menunjukkan
sejumlah pengaruh neurotratsimer seperti dopamin,
norepinefrin, asetilkolin dan serotoni yang kesemuanya
diketahui sebagai modulator untuk mood,tidur,tingkah laku,
dan kesadaran. Selama perimenopause , fluktuasi hormon
terutama fluktuasi estrogen dapat mengubah level
neurotransimiter yang dapat mempengaruhi waktu tidur, daya
ingat, dan mood. Penting sekali untuk membedakan
perubahan mood karena pengaruh hormon dengan kelainan
depresi mayor. Pada pasien tanpa riwayat depresi, terapi
sulih hormone harus dipertimbangkan.
d) Organ intim mengering
Vagina mulai mengalami kekurangan cairan dan elastisitas, sehingga
pada waktu bersenggama dapat menyakitkan.
e) Kesuburan berkurang
Ovulasi atau pelepasan sel telur menjadi tidak teratur, sehingga
kemungkinan bertemunya sel telur dengan sel sperma menjadi lebih
rendah walau wanita masih mengkin untuk hamil.
f) Perubahan fungsi seksual
Selama premenopause, keinginan untuk berhubungan intim dapat
berubah, tetapi pada banyak wanita akan mengalami masa-masa
menyenangkan sebelum masa menopause tiba dan biasanya berlanjut
sampai melewati masa premenopause.
g) Osteoporosis
Pengeroposan tulang terjadi sebagai akibat berkurangnya hormon
estrogen.
h) Perubahan kadar kolestrol
Berkurangnya estrogen akanmerubah kadar kolestrol dalam darah
dan meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) yang mengakibatkan
resiko terkena penyakit jantung. Sedangkan HDL atau kolesterol
baik, menurun sesuai pertambahan usia.
i) Keringat malam
Masalh berkeringat malam ini umumnya dialami oleh kebanyakan
wanita yang sedang dalam keadaan pramenopause atau disebut juga
perimenopause(keadaan sebelum mencapai nasa menopause).
Pada umumnya halini ditunjukkan dengan rasa panas malam hari
dengan disertai memerah pada wajah. Wanita yang sedang dalam
masa kehamilan juga mengalami berkeringat di malam hari, yang
disebabkan karena perubahan hormon dalam tubuh.
j) Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk
menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih.
Prevalensi ISK dimasyarakat makin meningkat seiring dengan
meningkatnya usia. Pada usia 40-60 tahun mempunyai angka
prevalensi 3,2%. Sedangkan pada usia sama atau di atas 65 tahun
kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi
saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita lanut
usia.
Prevalensi ISK yang tinggi pada usia lanjut antara lain disebabkan
karena :
 Sisa urin dalam kandengan kemih meningkat akibat
pengosongan kandung kemih kurang efektif.
 Mobilitas menurun
 Pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik
 Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
 Adanya hambatan pada aliran urin
 Hilangnya efek bakterisid dari skresi prostat
Etiologi
ISK pada usia lanjut dipandang dari segi penatalaksanaan sering
dibedakan atas :
a. ISK uncomplicated ( simple)
ISK yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik
anatomi maupun fungsional normal. ISK sederhana pada usia
lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya
mengenai mukosa superfisial kandung kemih. Penyebab
kuman tersering (90%) adalah E.coli.
b. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kuman
penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten
terhadap beberapa macam antibiotik, sering terjadi
bakterimia, sepsis, dan syok. Penyebab kuman pada ISK
complicated adalah pseudomonas, proteus, dan klebsiela.
ISK complicated terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagai
berikut:
 Kelainan abnormal sluran kemih, misalnya batu (pada usia
lanjut kemungkinan terjadinya batu lebih besar dari pada usia
muda). Refleks vesiko urethral obstruksi, paraplegi, atoni
kandung kemih, kateter kandung kemih menetap, serta
prostatitis menahun.
 Kelainan faal ginjal, baik gagal ginjal akut (GGA) maupun
gagal ginjal kronis(GGK).
Gejala klinis
Gejala yang sering ditemukan ialah disuria, polakisurua, dan tersendak
kencing yang biasanya terjadi bersamaan. Nyeri suprapubik dan
daerah pelvis juga ditemukan. Polakisuria terjadi akibat kandung
kemih tidak dapat menampung urin lebih dari 500 ml karena mukosa
yang meradang sehingga sering kencing, stranguria, tenesmus,
nokturia, sering juga ditemukan enuresis nokturnal sekunder,
prostastimus, nyeri uretra, kolik ureter dan ginjal. Gejala klinis ISK
sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sebagai berikut :
 Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa rasa
sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air
kemih sedkit-sedikit serta rasa tidak enak didaerah suprapubik.
 Pada ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala,
malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak,
atau nyeri di pinggang.
Pemeriksaan labolatorium
1. Urinalisis
a. Leukosuria
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting
terhadap dugaan adalah ISK. Dinyatakan positif apabila terdapat >5
leukosit/ lapang pandang besar (LPB) sedimen sis kemih. Adanya
leukosit selinder pada sedimen urin menunjukkan adanya leukosuria
tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai
pada inflamasi tanpa infeksi.
b. Hematuria
Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu
bila dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen urin. Dapat juga
disebabkan oleh berbagai keadaan patologis bauk berupa kerusakan
glomelurus ataupun oleh sebab lain misalnya irotiliatis, tumor ginjal,
atau nekrosis papilaris.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis
Dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau tanpa pewarnaan
gram. Dinyatakan postif apabila dijumpai 1 bakteri/lapangan
pandang minyak emersi.
b. Biakan bakteri
Dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan
bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan criteria Cattel,1996 :
 Wanita , sistomatik
>102 organisme koliform/ml urin plus piuria, atau
>105 organisme pathogen apapun/ml urin, atau
Adanya pertumbuhan organisme pathogen apapun pada urin
yang diambil dengan cara aspirasi suprapubik.
 Laki-laki , sistomatik
>103 organisme patogen/ml urin
 Pasien asimtomatik
>105 organisme patogen/ml urin pada 2 contoh urin
berurutan.
3. Tes kimiawi
Yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya
adalah sebagian besar mikroba kecuali enterokoki, mereduksi nitrat bila
dijumpai dengan perubahan warna pada uji tarik. Sensivitas 90.7% dan
spesifitas 99,1% untuk mendeteksi Gram-negatif. Hasil palsu terjadi bila
pasien sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis banyak, infeksi oleh
enterokoki dan asinotebakter.
4. Tes plat-celup ( dip-slide)
Lempeng plastik bertangkai dimana kedua sisi permukaannya dilapisi
perbenihan padat khusus dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan
digenangin urin. Setelah itu lempeng dimasukkan kembali ke dalam
tabung platik tempat penyimpanan semula, lalu dilakukan pengeraman
selama semalaman pada sushu 37 derajat celcius. Penentuan jumalah
kuman /ml dilakukan dengan membandingkan pola perumbuhan pada
lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan
keadaan kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara
1000 dan 100.000.00 dalam tiap ml urin yang diperiksa. Cara ini mudah
dilakukan, murah dan cukup akurat, tetapi jenis kuman dan kepekaannya
tidak dapat diketahui.
5. Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan lainnya
Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu
atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Dapat
berupa pielografi intravena (IVP), uktrasonografi dan CT-scanning.
Diagnosa banding
Infeksi atau iritasi pada periuretra atau vagina.
Komplikasi
Pielonefrtitis akut, septikemia dan kerusakan ginjal.
Penatalaksanaan
Pasien dianjurkan banyak minum agar diuresis meningkat, diberikan
obat yang menyebabkan suasana urin alkali jika terdapat disuria berat
diberikan antibiotik yang sesuai. Biasanya ditunjukkan untuk bakteri
Gram-negatif harus diberi obat yang tinggi konsentrasinya dalam urin.
Wanita dengan bakteriuria asimtomatik atau gejala ISK bagian bawah
cukup diobati dengan dosis tunggal selama 5 hari. Kemudian dilakukan
pemeriksaan urin porsi tengah seminggu kemudian, jika masih positif
harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Pada pria, kemungkinan terdapat kelainan saluran kemih lebih besar,
sehingga sebaiknya diberikan terapi antibiotik selama 5 hari, bukan
dosis tunggal dan diadakan pemeriksaan lebih lanjut.
k) Inkontinensia urin ( tidak mampu menahan keluarnya air seni )
Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan menahan air kencing.
Inkontinensia diperkiran prevalensi inkontinensia urin pada usia
lanjut dimasyarakat berkisar anatara 15-30%, dan kemungkinan
inkontinensia urinnya bertambah berat pada saat berumur 65-74
tahun.
Angka kejadian inkontinensia urin dua kali lebih tinggi pada wanita
dibandingkan pria. Gangguan lebih sering terjadi pada wanita yang
pernah melahirkan dari pada yang belum pernah melahirkan
(multipara). Hal ini disebebakan oleh perubahan otot dan fasia
didasar panggul. Kebanyakan penderita inkontinensia telah
menderita desensus dinding depan vagina disertai sisto-uretrokel.
Tetapi kadang-kadang dijumpai penderita dengan prolapsus total
uterus dan vagina dengan kontinensia urine yang baik.
Perubahan-perubahan akibat proses menua mempengaruhi saluran
kemih bagian bawah. Perubahan merupakan predisposisi bagi lansia
untuk mengalami inkontinensia, tetapi tidak inkontinensia bukan
bagian normal proses menua.
Klasifikasi inkontinensia urin :
1. Inkontinensia urin akut reversibel
Pasien delirium berkemih tidak pada tempatnya karena mungkin
tidak sadar saat mengompol atau tak dapat pergi ke toilet.
Kondisi yang menghambat gerak pasien dapat memicu
timbulnya inkontinensia urin fungsional atau memburuknya
inkontinensia persiten, seperti fraktur rulang pinggul, stroke,
arthritis, dan sebagainya. Untuk mempermudah mengingat
penyebab inkontinensiaurin akut reversible dapat dilihat
akronoim dibawah ini :
D = Delirium
R = Restriksi mobilitas, retensi urin
I = Infeksi, inflamasi, impaksi
P = Poliuria, pharmasi
2. Inkontinensia urin persiten
Diklasifikasika dalam bebrapa cara, meliputi :
a) Anatomi,
b) Patogisiologi dan
c) Klinis
d) Untuk kepentingan praktek klinis, klasifikasi klinis lebih
bermanfaat karena dapat membantu evaluasi lebih intervensi
klinis.
Kategori klinis meliputi :
 Inkontinensia urin stress ( stress inkontinensia )
Pengendalian berkemih tak dapat dilakukan akibat
meningkatnya tekanan intra abdominal, seperti pada saat
batuk, bersin atau berolahraga. Umumnya disebabkan oleh
melemahnya otot dasar panggul, merupakan penyebab
tersring inkontinensia urin pada lansia dibawah 75 tahun.
Lebih sering terjadi pada wanita tetapi mungkin terjadi pada
wanita tetapi mungkn terjadi pada laki-laki akibat kerusakan
pada sfingter urethra setelah pembedahan transurethral dan
radiasi.
 Inkontinensia urin urgensi (urgency inkontinence )
Pengeluaran urin tidak terkendali karena sensasi keinginan
berkemih yang dikaitkan dengan kontraksi detrusor tak
terkendali ( detrusor overactivity ).
Masalah – masalah neurologis sering dilakukan adalah :
 Stroke ,
 Penyakit parkinson,
 Demensia , dan
 Cedera meduta spinalis.
Sebenarnya waktu ingin berkemih tak cukup untuk sampai di
toilet sehingga timbul peristiwa inkontinensia urin.
Inkontinensia tipe urgensi merupakan penyebab tersering
inkontinensia pada lansia di atas 75 tahun.
3. Inkontinensia urin luapan / overflow ( overflow incontinence)
Pengeluaran urin tidak terkendali karena distensi kandung kemih
yang berlebihan.
Penyebabnya karena obstruksi anatomis, seperti :
1) Pembesaran prostat,
2) Faktor neurogenik pada diabetes melitus atau
3) Sclerosis multiple, yang menyebabkan berkurang atau tidak
berkontraksinya kandung kemih, dan
4) Faktor – faktor obat- obatan.
Pasien umumnya mengeluh keluarnya sedikit urin tanpa
adanya sensasi bahwa kandung adalah :
a) Demensia berat,
b) Masalah muskulosketal berat,
c) Faktor lingkungan yang menyebabkan kesulitan untuk ke
kamar mandi, dan
d) Faktor psikologis
Pada lansia inkontinensia urin seringkali muncul dengan
berbagai gejala dan gambaran urodinamik lebih dari satu
tipe inkontinensia urin. Penatalaksanaan yang tepat
memerlukan identifikasi semua komponen.
Evaluasi riwayat inkontinensia urin
Lakukan evaluasi riwayat penyakit secara rinci untuk mengenal gejala
yang muncul agar dapat menentukan tipe inkontinensia, patofisiologi
dan faktor-faktor pemicu sebagai berikut :
1. Lama dan karakteristik inkontinensia urin
 Waktu dan jumlah urin pada saat mengalami inkontinensia
urin dan saat kering (kontinen)
 Asupan jenis cairan, ( kopi,cola,the) dan jumlahnya.
 Gejala lain seperti nokturia, disuria, frewensi, hematuria dan
nyeri.
 Kejadian yang menyertai seperti batuk, operasi, diabetes,
obat-obatan.
 Perubahan fungsi usus besar atau kandung kemih
 Penggunaan pad atau Modalitas lainnya.
2. Pengobatan inkontinensia urin sbelumnya dan hasilnya.
Riwayat medis harus memperhatikan masalah-masalah seperti,
diabetes, gagal jantung, infusievensi vena, kanker, masalah
neurologis, stroke dan penyakit parkinson. Termasuk didalamnya
riwayat sistem urogenital seperti pembedahan abdominal dan pelvis,
melahirkan, atau infeksi saluran kemih. Evaluasi obat-obatan baik
yang dibeli dengan resep maupun dibeli bebas juga penting
dilakukan.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengenali pemicu inkontinensia
urin dan membantu menetapkan patofisiologinya. Selain
pemeriksaan fisik umum yang selalu harus dilakukan, pemeriksaan
terhadap abdomen, genetalia, rectum, fungsi neorologis, dan pelvis (
pada wanita ) sangan diperlukan.
 Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya kandung
kemih yang penuh,rasanyeri,massa, atau riwayat
pembedahan.
 Kondisi kulit dan abnormalitas anatomis harus diidentifikasi
ketika memeriksa genitalia.
 Pemeriksaan rectum terutama dilakukan untuk mendapatkan
adanya obstipasi atau skibala,dan evaluasi tonus sfingter,
sensasi perineal, dan refleks bilbokavernosus. Nodul prostat
dapat dikenali pada saat pemeriksaan rectum.
 Pemeriksaan pelvis mengevaluasi adanya atrpfi mukosa,
vaginitis atrofi, massa, tonus otot, prolaps pelvis, dan adanya
sistokel atau rektokel.
 Evaluasi neurologis sebagian diperoleh saat pemeriksaan
rectum ketika pemeriksaan sensasi perineum, tonus anus,
dan refles bulbokavernosus.
Pemeriksaan pada inkontinensia urin
1. Test diagnostik pada inkontinensia urin
Menurut ouslander, test diagnostik pada inkontinensia perlu
diakukan untuk mengidentifikasi faktor yang potensial
mengakibatkan injontensial, mengidentifikasi kebutuhan
klaien dan memntukan tipe inkontinensia.
 Mengukur sisa urin setelah berkemih, dilakukan
dengan cara :
Setalah buang air kecil, pasang kateter urin yang ke;uar
melalui kateter diukur atau menggunakan pemeriksaan
ultrasonic pelvis, bila sisa urin > 100cc berati
pengosingan kandung kemih tidak adekuat.
 Urinalisis
Test dilakukan terrhadap spesiemn urin yang bersih
untukmendeteksi adanya faktor yang berperan
terjadinya inkontinensia urin seperti hematuri, fiouri,
bakteriuri, glukosuria, dan proteinuria. Test diagnostik
lanjutan dapat dilanjutkan bila tes awal didiagnosis
belum jelas sebagai berikut :
 Test labolatorium tambahan seperti kultur urine,
blood urhea nirogen, Creatininen, Calsium
glukosa sitologi.
 Test urodinamic untuk mengetahui anatomi dan
fungsi saluran kemih bagian bawah.
 Test tekanan urethra dengan mengukur tekanan
didalam uretra saat istrahat dan saat dianmis.
 Imagine dengan melakukan test terhadap
saluran perkemihan bagian atas dan bawah.
2. Pemeriksaan penunjang
Uji urodinamic sederhana dapat dilakukan tanpa mengunakan
alat-alat mahal. Sisa-sisa urin psca berkemih perlu
diperkirakan pada pemeriksaan fisis. Pengukuran yang
spesipik dapat dilakukan dengan ultrasound atau kateterisasi
urin. Evaluasi dikerjakan ketika kandung kemih penuh dan ada
desakan keinginan untuk berkemih.
3. Labolatorium
Eloctrolit, ureum, creatinin, glukosa, dan kalsium serum dikaji
untuk menentukan fungsi ginjal dan kondisi yang
meneybabkan poliuria.
4. Catatan berkemih ( Voiding record )
Lakukan pencatatan berkemih untuk mengetahui pola
berkemih. Catat waktu dan jumlah urin saat mengalami
inkontinensial urin, dan gejala berkaitan dengan inkonyinensia
urin. Lakukan pencatatan polaberkemih selama 1-3 hari.
Catatan dogunakan untuk memantau respon terapi dan sebagai
interfensit therapeutic sebagai bahan untuk memeberitahukan
pasien faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya
inkontinensia urin pada dirinya.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaa inkontinensia urin adalah mengurangifaktor
resiko, memperthankan homeostasis, mengontrol inkintinensia
urin, modifikasi lingkungan, medikasi, latihan otot felpis dan
pembedahan.
a. Pemanfaatan kartu catatan berkemih
Yang dicatat pada kartu tersebut misalnya waktu berkemih
dab jynlah urin yang keluar, baik yang keluar secara
normal maupun yang keluar karena tertahan, selain itu
docatat pula waktu, jumlah dan jenis minuman yang
diminum.
b. Terapi non farmakologi
Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari
timbulnya inkontinensia urin, seperti hiperflasia prostat,
infeksi saluran kemih, diuretic, gula darah tinggi,dan lain-
lain.
Adapun terapiyang dapat dilakukan :
 Melakukan latihan menahan kemih
(memperpanjang interval waktu berkemih) dengan
teknik relaksasi dan distraksi sehingga frekuensi
berkemih 6-7 kali per hari. Lansia diharapkan dapat
menahan keinginannya untuk berkemih pada
interval waktu tertentu, mula-mula setiap jam,
selanjutnya diperpanjang secara bertahap sampai
lansia ingin berkemih setiap 2-3 jam.
 Membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang
telah ditentukan sesuai dengan kebiasaan lansia.
 Promted voiding dilakukan dengan cara mengajari
lansia mengenal kondisi berkemih mereka serta
dapat memberitahukan petugas atau pengasuhnya
bila ingin berkrmih. Teknik ini dilakukan pada
lansia dengan gangguan fungsi koknitip (berfikir).
 Melakukan latihan otot dasar panggul dengan
mengkontraksikan otot dasar panggul secara
berulang-ulang. Adapun cara-cara
mengkontraksikan otot dasar panggul tersebut
adalah dengan cara:
 Berdiri dilantai dengan kedua kaki diletakkan dalam
keadaan terbuka, kemudian pinggul di goyangkan ke
kanan dan ke kiri 10 kali, ke depan ke belakang 10
kali, dan berputar searah dan berlawanan dengan
jarum jam 10 kali
 Gerakann seolah-olah memotong feses pada saat kita
buang air besar dilakukan 10 kali
Hal ini dilakukan agar otot dasar panggul menjadi lebih kuat dan
uretra dapat tertutup dengan baik.
3. Terapi parmakologi
 Obat-obat yang dapat diberikan pada intekonensia
urgen adalah antikolinergik.
 Pada inkontenensia stress diberikan alva adrenergic
agonis,
 Pada spinter relaks diberikan kolinegric
4. Terapi pembedahan
Terapi ini dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan
urgensi, bila terapi non parmakologis tidak berhasil. Inkontinensia
tipe ovorflow umumnya memerlukan tindakan pembedahan untuk
menghilangkan retensi urin. Terapi ini dilakukan terhadap tumur,
batu, divertikulum, hiperplasia prostat, dan prolaps pelvik (pada
wanita).
5. Modalitas lain
Dapat digunakan beberapa alat bantu bagi lansia yang mengalami
inkontinensia urin seperti :
1) Pempers
Dapat digunakan pada kondisi akut maupun pada kondisi
dimana pengobatan suda tidak berhasil mengatasi inkontinensia
urin. Namun pemasangan pempers juga dapat menimbulkan
masalah seperti luka lecet bila jumlah air seni berlebihan daya
tampung pempers sehingga air seni keluar dan mengakibtkan
kulit menjadi lembab, selain itu dapat menyebabkan kemerahan
pada kulit, gatal, dan alergi.
2) Kateter
Kateter menetap tidak dianjurkan untuk digunakan secara rutin
karena dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, dan juga
terjadi pembentukan batu. Selain kateter menetap, terdapat
kateter sementara yang merupakan alat yang secara secara rutin
digunakan untuk mengosongkan kandung kemih. Namum teknik
ini juga berisiko menimbulkan infeksi pada saluran kemih.
3) Alat bantu toilet
Bagi orang usia lanjut yang tidak mampu bergerak dan
menjalani tirah baring dapat mengunakan alat bantu seperti
urinal, komod dan bedpan untuk menolong lansia terhindar dari
jatuh serta membantu memberikan kemandirian pada lansia
dalam menggunakan toilet.
a. Peningkatan lemak tubuh disekitar pingang
Lemak berlebih yang tak kunjung hilang dibagian perut dan
pinggang kerak membuat wanita kesal dan tidak percaya
diri. Banyak cara yang mereka lakukan untuk
memangkasnyatetapi tak menunjukan hasil yang optimal.
Kenapa lemak cenderung banyak menumpuk ditiga bagian
itu sementara daerah tubuh yang lain terbilang normal.
Dalam jumlah normal, lemak diperut sebenarnya brtfungsi
sebagai bantalan pelindung organ dalam tubuh yang penting
seperti jantung, liver, ginjal dan usus.
Penumpukan utama lemak memang dibagian itu, dalam
rangka memeberikan perlindungan. Secara anatomi dan
fisiologi memang bagian-bagian yang rentang dan lebih
peka untuk menyimpan (lemak), ketika ada kelebihan lemak,
tubuh pun terpaksa menampungnya dibagian tersebut
sehingga mengakibatkan kulit terlihat mengelambir.
Kelebihan lemak sendiri terjadi ketika seseorang terlalu
banyak mengonsumsi energi dari yang seharusnya
dibutuhkan. Energi ini bisa berasal dari lemak, karbohidrat,
dan protein.
Pria dan wanita berusia 20-40 tahun, dengan kebutuhan
energi 2000 kalori per hari, rata-rata membutuhkan asupan
lemak sekitar 45 gram. Bisa lebih atau kurang, tergantung
berat badannya. Jika diambil contoh, 45 gram lemak bisa
setara dengan keju atau 6,2 ons daging sapi tenderloin.
Lemak berlebih, biasanya didefinisikan kalau lebih dari 20%
dari yang seharusnya, pada wanita, penumpukan lemak
umumnya lebih banyak terjadi di area perut, pinggang,
pamgkal paha dalam, atau dekat tulang panggul.
b. Menopause
Pada waktu berhubungan intim wanita yang telah memasuki
masa menopause akan mengalami kesakitan karna lendir
pelumnas vagina telah mengering.
Menurut manuaba (2005) menopause dibagi dalam beberapa tahapan yaitu
sebagai berikut :
a. Premenopause (klimakterium)
Pada fase ini seorang wanita akan mengalami kekacawan pola menstruasi,
terjadi perubahan fikologis atau kejiwaan, terjadi perubahan fisik.
Berlangsung selama antara 4-5 tahun pada usia 48-55 tahun.
b. Fase menopause
Terhentinnya menstruasi, perubahan dan keluhan fisikologis dan fisik
makin menonjol, berlangsung sekitar 3-4 tahun pada usia antara 56-60
tahun.
c. Fase pasca menopause (senium)
Terjadi pada usia diatas 60-65 tahun. Wanita beradaptasi terhadap
perubahan fisikologis dan fisik, keluhan makin berkurang
Beberapa masalah yang dialami wanita menopause ketika berhubungan seksual,
yakni :
a. Kekeringan vagina dan nyeri saat berhubungan seksual.
Masalah yang paling sering terjadi adalah :
a) Vagina yang kering, meskipun hanya sebenarnya 20% wanita yang
merasakannya.
b) Dinding vagina menjadi tipis dan kurang lentur
c) Rasa pedih, dan panas dan kadang nyeri saat melakukan sengama.
Cara mengatasi masalah adalah :
a) Lubrikasi yang berbahan dasar air
b) Krim pelembab
c) Bila pelembab kurang menolong dapat diberikan krim estrogen
vagina.
b. Stimulasi dan orgasma
a) Wanita mengalami orgasma yang lebih jarang dan kurang kuat saat
menopause
b) Diperlukan waktu yang lama untuk meningkatkan gaira seksual
c) Hubungan seksual yang teratur atau masturbasi dapat membantu
meningkatkan respon dan kenikmatan seksual.
d) Hubungan seksual yang teratur dapat memeprtahankan fungsi atau
peranan rahim, vagina serta kandung kemih serta meningkatkan
lubrikasi vagina.
e) Kegelexercise, latihanuntuk meningkatkan kontraksi oto panggul
sekitar vagina dan membantu penguatan oto vagina.
c. Hasrat seksual
Hilangnya gaira seksual secara temporer atau jangka panjang pada
sejumlah wanita selama dan sesudah menopause.
Penyebab hilangnya gaira seksual secara temporer karena :
a) Lelah
Akibat insomnia menimbulkan perasan capek atau lelah yang
berkepanjangan.pekerjaan sebgai ibu yang mengurus anak dan suami
membuat ibu mempunyai beban ganda, sehingga membuat dirinya
mencapai titik kelelahan yang berat.
b) Stress
Depresi menstrual yang dahulu pernah muncul padamasa adolense
yang kemudian menghilang dengan sendirinya selama periode
reproduktif bisa timbul kembali pada usia klimagterium pada saat ini
sekalipun wanita tersebut sudah tidak haid lagi, namun rasa-rasa
depresif itu selalu saja timbuldengan interval waktu yang tetap,
perasan-perasaan depresif itu tiba bersamaan dengan datangnya siklus
menstruasi setiap bulannya. Tamapaknya depresi tadi bentuk
kekecawaan hati dari ibu, bahwa wanita yang bersangkutan menjadi
“kurang lengkap dan kurang sempurna” disebebkan oleh berhentinya
reproduksi dan haid.
c) Penyakit
Pola makan pada premenopause tidak seperti saat usia 35-40 tahun,
akan terjadi kelebihan lemak yang tersimpan pada bokong, payudara
dan perut.
Disamping itu kelebihan makan didalam keadaan tubuh kekurangan
hormon dan kemampuan metabolisme dapat menimbulkan penyakit
kencing manis, hipertensi, kolesterol tingg, Penyakit jantung koroner
yang diikuti penyakit jangtung.
d) Masalah hubungan pribadi
Keharmonisan hubungan suami istri dapat meningkatkan perubahan
yang dialami pasangan.
Komunikasi yang terbuka akan menimbulkan dengan pasangan sangat
dianjurkan agar terjadi keharmonisan dalam keluarga. Seorang wanita
perlu mendiskusikan perubahan yang sedang dialami dengan pasangan.
Dengan komunikasi diharapkan mendapatkan solusi yang tepat dari
pasangan sehingga pasangan dapat menyesuaikan diri selama
berhubungan intim.
e) Masalah psikologis
Menurunnya kemampuan berpikir dan ingatan sehingga menimbulkan
penyakit pikun atau alzhaimer. Gangguan emosi berupa rasa takut
menjadi tua dan tidak menarik, sukar tidur atau cepat bangun, mudah
tersinggung dan mudah marah, sangat emosional dan spontan, merasa
tertekan dan sedih tanpa diketahui sebabnya, rasa takut kehilangan
suami, anak dan yang ditinggalkan sendiri,
f) Efek samping terapi medikamentosa
Masa klimakterium merupakan masa yang rawan bagi wanita. Karena
sering timbul berbagai penyakita sehingga mengkomsumsi obat-obatan
yang dapat mempengaruhi sistem metabolisme tubuh.
g) Perubahan hormon
Secara menyeluruh sistem hormonal sudah menurun fungsinya
sehingga mempengaruhi metanolisme tubuh yang juga cenderung
menurun.
Oleh karena itu diperlukan perhatian terhadap pola makan yang
sebaiknya menjurus ke arah vegetarian.
d. Rasa tidak enakakibat perubahan fisik selamamenopause.
Gangguan hubungan suami istri sering kali menjadi kambuh akibat adanya
perubahan-perubahan selama menopause.Gangguan hubungan ini
memerlukan penanganan dari seorang ahli sseksologi. Bila masalahnya
terletak pada faktor hormonal maka pemberian strogen akan dapat dengan
mudah menyelesaikan masalah yang terjadi. Tidak ada kaitan langsung
antara kadar estrogen dengan gairah seksual. Masalah yang utama adalah
akibat keringnya vagina dan rasa nyeri saat hubungan seksual. Kadar
hormon, derajat kesehatan umum dan perubahan sosial sehubungan
dengan usia serta efek mental dan emosional bekerja sama dalam
perubahan seksual selama menopause. Menurunnya kadar testosteron
diduga berperan dalam penurunan gairah seksual. Hal inimasih belum
terbukti secara ilmiah. Hormon estrogen terdapat dalam bentuk pil atau
injeksi serta cream. Namun dalam penggunaannya perlu diingat adanya
efek samping.
e. Peningkatan keintiman
Perubahan yang terjadi pada usia pertengahan memungkinkan untuk
melakukan eksplorasi pengalaman seksual yang baru dan berbeda.
Permainan pendahuluan yang lebih lama akan dapat meningkatkan
kesiapan pada wanita. Memusatkan perhatian pada sensualitas, keintiman
dan komunikasi dapat memperbaiki hubungan seksual. Terdapat berbagai
cara untuk memperlihatkan perasaan cinta selain hanya sekedar senggama,
banyak cara untuk menunjukkan cinta sebelum melakukan hubungan
intim:
a) Pelukan, belaian dan ciuman
b) Sentuhan, mengusap, memijat, “sensual baths”
c) Ransangan manual
d) Oral seks
Hubungan seksual pasca menopause dapat benar-benar memuaskan
bila anda mampu untuk melakukan adaptasi perubahan yang terjadi.
Bentuk – bentuk umum kesulitan seksual
Wanita lebih sering melihat kesulitan mereka da;am aspek-aspek “kualitas
pengalaman seksual” dan relevansinya dengan hubungan, mereka cenderung
lebih nyaman penjelas psikologis serta bentuk pertolongan psikologis.
Bentuk kesulitan seksual tersebut antara lain :
a) Hilangnya kenikmatan
Hal ini mungkin merupakan keluhan seksual tersering pada wanita.
Seorang wanita mungkin melakukan hubungan intim, tetapi gagal
merasakan kenikmatan dan kesenangan yang biasnya dia rasakan.
Apabila tidak terjadi ransangan maka pelumasan normal vagina dan
pembengkakan vulva tidak terjadi dan hubungan intim dapat
menimbulkan rasa tidak nyama.
b) Hilangnya minat seksual
Banyak wanita menyadari bahwa mereka mengalami peningkatan minat
terhadap seks dan lebih mudah teransangan pada tahap-tahap siklus
menstruasi tertentu, walaupun waktunya berbeda setiap wanita. 24 tetapi
mereka merasa murung sebelum menstruasi biasanya kehilangan minat
seksual pada saat tersebut, dan mendapati bahwa fase pasca menstruasi
secara seksual merupakan saat yang terbaik bagi mereka.
c) Keenggangan seksual
Pada beberapa kasus, sekedar pokoran tentang aktifitas seksual sudah
menyebabkan ketakutan atau ansietas yang besar sehingga terbentuk
suatu pola menghibdari kontak seksual. Pada kasus-kasus seperti ini,
penyebabnya sering dapat diidentifikasi dari pengalaman traumatic
sebelumnya, tetapi kadang-kadang pangkal masalahnya tetap tidak jelas.
d) Disfungsi orgasme
Sebagian wanita secara spesifik mengalami kesulitan mencapi orgasme,
baik dengan kehadiran psangannya atau pada semua situasi. Walaupun
obat tertentu dapat menghambat orgasme pada wanita, namun sebagian
besar kasus faktor psikologis tampaknya menjadi penyebab.
e) Vaginismus
Vaginismus biasanya adalah kesulitan promer yang dialami wanita saat
mereka memulai kehidupan seksual, dan sering menyebabkan hubungan
seksual yang tidak sempurna.kelainan ini jarang timbul kemudian
setelah wanita menjalani fase hubungan seksual normal, terutama
apabila ia sudah pernah melahirkan. Apabila memang demikian, perlu
mencari penyebab nyeri atau rasa tidak nyaman lokal yang dapat
menyebabkan spasme otot.

PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA LANJUT

a. Kebijakan pelayanan kesehatan reproduksi usia lanjut :


a) Meningkatkan dan memperkuat peran keluarga dan msayarakat
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan reproduksi usia lanjut
menjalin kemitraan dengan LSM, dunia usaha secara
berkesinambungan.
b) Meningktkan koordinasi dan integrasi pusat maupun daerah
yang mendukung kesehatan reproduksi usia lanjut.
c) Membangun serta mengembangkan sistem jaminan dan
bantuan sosial agar usia lanjut dapat megakses pelayanan
kesehatan reproduksi.
d) Meningkatkan dan memantapkan peran kelembagaan dalam
kesehatan reproduksi yangmendukung peningkatan kualitas
hidup usia lanjut.
b. Strategi kesehatan reproduksi usia lanjut
a) Melakukan advokasi, sosialisai untuk membangun kemitraan
dalam upaya kesehatan reproduksi usia lanjut.
b) Mendorong dan menumbuh kembangkan partisipasi dan peran
serta keluarga dan msyarakat dalam pelayanan reproduksi
kesehatan usia lanjut.
c) Peningkatana prifesionalisme dan kinerja tenaga serta
penerapan kendali mutu pelayanan.
d) Membangun sistem pelayana kesehatan reproduksi usia lanjut.
e) Melakukan survei atau penelitian untuk mengetahui
permasalahan kesehatan reproduksi usia lanjut.
f) Melakukan tindak lanjutnya untuk memantapkan pelayanan
kesehatan reproduksi usia lanjut.
c. Strategi merawat organ reproduksi wanita usia lanjut
Adapun beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga
kesehatan reproduksi wanita usia lanjut adalah sebagai berikut :
a) Bersihkan bagian luar alat kelamin wanita setelah buang air
kecil atau air besar, dengan menggunakan air bersih, dan tidak
menggunakan sabun atau shower gell. Hal ini menyebabkan
kekeringan dan iritasi kulit sekitar kelamin.
b) Ganti pembalut sesering mungkin bila vagina ada infeksi
karena dapat merupakan media untuk perkembangbiakan
kuman penyakit.
c) Hindari memasukkan jari kekdalam alat kelamin wanita dengan
tujuan membersihkan bagian dalam. Hal ini dapat
menghilangkan bakteri loctobacili yang berguna bagi alat
kelamin wanita.
d) Sebelum dan sesudah berhubungan suami istri, bersihkan alat
kelamindengan air bersih. Untuk menghindari infeksi kandung
kemih dan menjaga kesehatan pasien lakukan buang kecil
setelah 30 menit.
e) Apabila pasien mengalami keputihan, seringlah untuk berganti
celana dalam atau gunakan paintilyner agar lebih nyaman.
Keputihan normal biasanya terjadi ketika gairah seksual
meningkat, dan klimakterik (masa setelah menopause). Apabila
keputihan terjadi terus menerus segera lakukan pemeriksaan
kedokter, untuk mendapatkan penanganan medis.
f) Hindari terlalu sering mencukur bulu kemaluan, karena dapat
memicu infeksi.
g) Wanita tidak membutuhkan produk atau obat perawatan alat
kelamin, kecuali untuk mengobati infeksi dan keputihan
upnormal. Jadi apabila tidak mengalami keluhatn keputihan
atau gejala infeksi, sebaiknya jangan gunakan produk
pembersih yang banyak beredar dipasaran. Perwatan alat
kelamin cukup dengan air bersih atau air sedikit hangat.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Pelayanan adalah usaha untuk nelayani kebutuhan orang lain dengan
memperoleh imbalan.
Berdasarkan definisi secara umum, seorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis.
Kegaga;an ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk
hidup serta peningkatan kepekaan secara individual.
Kesehatan reproduksi lansia (lanjut usia) meliputi keshatan fisik, dan
mental setiaf individual sepanjang siklus kehidupannya sehingga
pemeliharaan kesehatan pasca reproduksi ( sering juga disebut dengan
kesehatan lansia) juga perlu mendapat perhatiankita bersama. Masa
pasca reproduksi ini ditandai dengan terjadinya penurunan berbagai
fungsi alat atau organ tubuh.
Prinsippelayana kesehatan lansia yaitu, klimakterium, andropause, dan
menopause.
Pada dasarnya layanan kesehatan lansia ditingkat masyarakat seharusnya
mendayagunakan dan mengikutsertakan masyarakat ( termasuk para
lansia) semaksimal mungkin. Yang perlu dikerjakan adalah
meningkatkan kepedulian tentang masyarakat, dengan berbagai cara,
antara lain ceramah, simposium, lokakarya, penyuluhan-penyuluhan.
Bentuk pelayanan kesehatan lansia dimasyarakat ( community based
geriatric service) yatitu dapat berupa puskesmas satuan lansia,
pembinaan kelompok lansia dan posyandu lansia.
B. Saran
Semoga makalah yang telah kami buat mengenai pelayanan kesehatan
reproduksi lansia di masyarakat bergunan sebagai salah satu referensi
dalam proses pembelajaran nata kuliah ASKEB KOMUNITAS ini dan
juga daoat sebagai penambah wawasan mengenai para mahasiswi
kebidanan sekalian.
Dari penjelasan materi diatas dapat diberikan saran pada para lansia
yaitu agar tetap menjaga pola hidup dan pola makan agar tetap sehat dan
bugar, perbanyak komsumsi air putih dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Sandra G.J.tombokan, SsiT.,Mkes.2016.Asuhan kebidanan komunitas
(pendekatan kurikulum akademi kebidanan berbasis kompetensi). Bogor.IN
MEDIA.
Romanuli, Suryati, S.ST.2011. Kesehatan reproduksi.Yogyakarta. Nuha
Media.
Prof.dr.ida bagus ade Manuaba,SpOG.1998.memahami kesehatan
reproduksi wanita.Jakarta.Penerbit Arcan.
Dr.taufan nugroho. 2010.Kesehatan wanita gender dan
permasalahnnya.Yogyakarta.Nuha Media.

Anda mungkin juga menyukai