Anda di halaman 1dari 47

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 yang dimaksud dengan
Skizofrenia (gangguan jiwa) yaitu kondisi terganggunya fungsi mental, emosi,
pikiran, kemauan, perilaku psikomotorik dan verbal yang menjelma dalam
kelompok gejala klinis, yang disertai oleh penderitaan dan mengakibatkan
terganggunya fungsi humanistik individual. Menurut Rasmun (2001), salah satu
yang dapat mengakibatkan terjadinya ganguan mental atau psikiatri (ganguan
jiwa) yaitu kritis multidimensi yang terjadi pada masyarakat. Masyarakat yang
mengalami krisis diberbagai bidang seperti bidang ekonomi tidak hanya
mengalami gangguan kesehatan fisik berupa ganguan gizi, terserang infeksi, tetapi
juga dapat mengalami ganguan mental (jiwa). Bila individu tidak dapat
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi, maka akan menimbulkan gangguan
untuk berkonsentrasi dan berorientasi pada realita. Salah satu bentuk dari
gangguan jiwa adalah munculnya gejala halusinasi dimana individu mengalami
perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang mendekat yang di prakarsai
secara internal dan eksternal, disertai dengan suatu pengurangan, berlebih-lebihan,
distorsi/kelainan berespon terhadap stimulus (Townsend, 1998).
Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan
salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan
kesehatan jiwa pada manusia. Gangguan ini dijumpai rata-rata 1-2% dari jumlah
seluruh penduduk di suatu wilayah pada setiap waktu dan terbanyak mulai timbul
(onset) nya pada usia 15-35 tahun. Bila angkanya 1 dari 1.000 penduduk saja yang
menderita gangguan tersebut, di Indonesia bisa mencapai 200-250 ribu orang
penderita dari jumlah tersebut bila 10% nya memerlukan rawat inap di rumah sakit
jiwa berarti dibutuhkan setidaknya 20-25 ribu tempat tidur (hospital bed) Rumah
sakit jiwa yang ada saat ini hanya cukup merawat penderita gangguan jiwa tidak lebih
dari 8.000 orang.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 1


Kejadian gangguan jiwa di rumah sakit TNI AL dr. Ramelan Surabaya Di Pav
6B Didapatkan dari periode Januari 2011- Desember 2011 didapatkan data penderita
skizofrenia sebanyak 271 pasien dengan diagnosa keperawatan yang bermacam-
macam diantaranya: gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran, isolasi
sosial: menarik diri, perilaku kekerasan, waham, gangguan proses berfikir, gangguan
konsep diri, resiko bunuh diri. Mayoritas pasien yang dirawat adalah anggota TNI
AL.
Krisis multi dimensi telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian
besar masyarakat dunia umumnya dan Indonesia pada khususnya, masyarakat yang
mengalami krisis ekonomi tidak saja akan mengalami gangguan kesehatan fisik
berupa gangguan gizi, terserang berbagai penyakit infeksi tetapi juga dapat
mengalami gangguan kesehatan mental psikiatri, yang pada akhirnya dapat
menurunkan produktifitas kerja, kualitas hidup secara nasional, dan akan kehilangan
satu generasi sehat yang akan meneruskan perjuangan dan cita-cita bangsa. (Rasmun,
2001 Hal : 1-3). Di Indonesia fenomena yang sedang marak saat ini adalah
peristiwa individu sebagai contoh pembantu rumah tangga yang mengalami
gangguan jiwa ringan yang ditandai dengan mudah gugup, marah, mudah
tersinggung, tegang, konsentrasi kurang, apatis yang akan bermuara pada
gangguan jiwa berat akibat beban kerja dengan majikan, upah serta kondisi
ekonomi dan sosial. Hal tersebut akan berakibat pada gangguan jiwa
Schizoprenia. Gangguan-gangguan kesehatan jiwa tersebut menunjukkan seperti
klien berbicara sendiri, mata terlihat kekanan-kiri, jalan mondar-mandir, sering
tersenyum sendiri, dan sering mendengar suara-suara. Sedangkan halusinasi
adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah atau
pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal dan eksternal)
disertai dengan satu pengurangan, berlebih-lebihan, distorsi atau kelainan
berespon terhadap setiap stimulus. (Townsend, 1998).
Peran perawat pada kasus ini secara promotif membentuk potensi,
mengontrol hidup sendiri, menyusun strategi koping, mengubah lingkungan, dan
masyarakat, peran preventif mengidentifikasi perilaku khusus, menghindari
kegagalan peran, serta peran kuratif menyediakan lingkungan yang terapeutik,
memecahkan masalah, merawat kesehatan fisik, mencegah usaha bunuh diri,
psikoterapi dan terapi medik, dan peran rehabilitatif dengan mengikutsertakan

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 2


klien dalam kelompok, mendorong tanggung jawab klien terhadap lingkungan,
melatih keterampilan klien.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi pendengaran?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran secara nyata dalam memberikan Asuhan
Keperawatan pada klien dengan: Halusinasi Pendengaran dengan
Menggunakan pendekatan proses keperawatan jiwa di ruang Pavilliun VI B
Rumkital dr. Ramelan Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengkajian pada penderita Halusinasi Pendengaran.
2. Dapat menganalisa data yang diperoleh selama pengkajian.
3. Dapat menyusun rencana keperawatan pada penderita dengan halusinasi
pendengaran.
4. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada penderita dengan
halusinasi pendengaran.
5. Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan pada penderita dengan
halusinasi pendengaran.

1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya dalam Asuhan
Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Utama Perubahan Persepsi Sensori:
Halusinasi Pendengaran Diagnosa Medis Skizofrenia Hebefrenik di Ruang
Rawat Pavilliun VI Rumkital dr. Ramelan Surabaya.
1.4.2 Praktis
a. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukkan bagi pelayanan di


rumah sakit agar dapat melakukan Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 3


Masalah Utama Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
Diagnosa Medis Skizofrenia Hebefrenik di Ruang Rawat Pavilliun VI
Rumkital dr. Ramelan Surabaya.

b. Bagi Pasien

Dapat menjadi pengetahuan bagi pasien mengenai penyakitnya.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 4


BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Medis


2.1.1 Pengertian

Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab


(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis
atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 1997;
46).

Skizofrenia merupakan suatu gangguan psikotik yangg kronik, sering


mereda, namun hilang timbul dengan manifestasi klinis yang amat luas
variasinya (Kaplan 2000 : 407).

Menurut Eugen Bleuler (Maramis, 1998 : 217) Skizofrenia adalah suatu


gambaran jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara
proses pikir, perasaan dan perbuatan.

Dari ketiga pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa skizofrenia


merupakan suatu gambaran sindrom dengan berbagai macam penyebab dan
perjalanan yang banyak dan beragam, dimana terjadi keretakan jiwa atau
ketidak harmonisan dan ketidaksesuaian antara proses pikir, perasaan dan
perbuatan serta hilang timbul dengan manisfestasi klinis yang beragam.

2.2.2 Etiologi
1. Keturunan

Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri
0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 5


orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan
kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ).

2. Endokrin

Teori ini dikemukakan berhubungan dengan sering timbulnya Skizofrenia


pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu
klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan

3. Metabolisme

Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak


sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat
badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat
asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian
obat halusinogenik.

4. Susunan saraf pusat

Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon


atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin
disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada
waktu membuat sediaan.

5. Teori Adolf Meyer

Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga


sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis
yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu konstitusi yang
inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya
Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang
salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan
lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 6


6. Teori Sigmund Freud

Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena


penyebab psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan
sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu
regresi ke fase narsisisme dan (3) kehilangaan kapasitas untuk pemindahan
(transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.

7. Eugen Bleuler

Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini


yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara
proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala
Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses
pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder
(waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang
lain).

8. Teori lain

Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh


bermacam-macaam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah,
maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak,
arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui.

9. Ringkasan

Sampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat


dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang
mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor pencetus
(presipitating factors) seperti penyakit badaniah atau stress psikologis,
biasanya tidak menyebabkan Skizofrenia, walaupun pengaruhnyaa
terhadap suatu penyakit Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal.
(Maramis, 1998;218).

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 7


2.2.3 Tanda Dan Gejala
Menurut Hawari (2004), gejala – gejala positif yang yang diperlihatkan
pada penderita skizofrenia adalah sebagai berikut:
a. Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak
masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa
keyakinannya itu tidak rational, namun penderita tetap meyakini
keberanannya.
b. Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan
(stimulus). Misalnya pederita mendenga suara – suara / bisikan – bisikan
di telinganya padahal tdak ada sumber dari suara / bisikan itu.
c. Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya.
Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.
d. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar mandir, agresif, bicara dengan
semangat dan gembira berlebihan.
e. Merasa dirinya “orang besar”, merasa serba mampu, serba hebat, dan
sejenisnya.
f. Pekirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan akan ada ancaman
terhadap dirinya.
g. Menyimpan rasa permusuhan.

Gejala – gejala positif skizofrenia sebagaimana diuraikan diatas amat


mengganggu lingkungan (keluarga) dan merupakan salah satu motivasi
keluarga untuk membawa penderita berobat.

Gejala negatif yang diperlihatkan pada penderita skizofrenia adalah


sebagai berikut:

a. Alam perasaan (affect) “tumpul” dan “mendatar”. Gambaran alam


perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukan
ekspresi.
b. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawl) tidak mau bergaul atau
kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
c. Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 8


Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.Sulit dalam berpikir abstrak.

d. Pola piker stereotype.


e. Tidak ada / kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan tidak ada
inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, menonton,
serta tidak ingin apa – apa, dan serba malas (kehilangan nafsu).

2.2.4 Jenis Skizofrenia


Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala
utama antara lain:
a. Skizofrenia Simplek

Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir
sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya
perlahan-lahan.
b. Skizofrenia Hebefrenia

Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa


remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan
proses berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double
personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau
perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak
sekali.

c. Skizofrenia Katatonia

Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering
didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik
atau stupor katatonik.Skizofrenia Paranoid

Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham


sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya
gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 9


d. Episode Skizofrenia akut

Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan
mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan
seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-
akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.

e. Skizofrenia Residual

Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas


adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali
serangan Skizofrenia.

f. Skizofrenia Skizo Afektif

Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga


gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis
ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga
timbul serangan lagi.

2.2.5 Penatalaksanaan Skizofrenia


Menurut Tomb (2004), pengobatan untuk penderita skizofrenia dapat
menggunakan beberapa metode antara lain:
a. Metode biologic

Obat psikosis akut dengan obat anti psikotik, lebih disukai dengan anti
psikotik atypical baru (kisaran dosis ekuivalen = chlorpromaxine 300-600
mg/hari). Ketidak patuhan minum obat sering terjadi, oleh karena itu perlu
diberikan depo flufenazine atau haloperidol kerja – lama merupakan obat
terpilih. Penambahan litium, benzodiazepine, atau diazepam 15-30 mg/ hari
atau klonazepam 5-15 mg/hari sangat membantu menangani skizofrenia yang
disertai dengan kecemasan atau depresi. Terapi kejang listrik dapat bermanfaat
untuk mengontrol dengan cepat beberapa psikosis akut. Sangat sedikit pasien

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 10


skizofrenia yang tidak berespon dengan obat-obatan dapat membaik dengan
ECT.

b. Metode psikoterapi

Menurut Hawari (2006) jenis psikoterapi yang dilakukan untuk menangani


penyakit skizofrenia antara lain:

1. Psikoterapi suportif

Bentuk terapi yang bertujuan memberikan dorongan semangat dan


motivasi agar penderita tidak merasa putus asadan semangat juangnya
(fighting spirit) dalam menghadapi hidup.

2. Psikoterapi re edukatif

Bentuk terapi yang dimaksudkan member pendidikan ulang untuk


merubah pola pendidikan lama dengan yang baru sehingga penderita lebih
adaptif terhadap dunia luar.

3. Psikoterapi rekonstruksi

Terapi yang dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang


mengalami keresahan.

4. Terapi tingkah laku

Adalah terapi yang bersumber dari teori psikologi tingkah laku (behavior
psichology) yang mempergunakan stimulasi dan respon modus operandi
dengan pemberian stimulasi yang positif akan timbul proses positif.

5. Terapi keluarga

Bentuk terapi yang menggunakan media sebagai titik tolak terapi karena
keluarga selain sebagai sumber terjadinya gangguan tingkah laku juga
sekaligus sarana terapi yang dapat mengembalikan fungsi psikis dan
sosial melalui komunikasi timbal balik.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 11


6. Psikoterapi kognitif

Memulihkan kembali fungsi kognitif sehingga mampu membedakan


nilai-nilai sosial dan etika.

2.2 Konsep Dasar Keperawatan


2.2.1 Kasus (Masalah Utama)

Halusinasi Pendengaran

2.2.2 Konsep Halusinasi Pendengaran


1. Pengertian

Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan


dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekati (yang diprakarsai secara
internal dan eksternal) disertai dengan suatu pengurangan berlebih-lebihan
distorsi atau kelainan berespon terhadap suatu stimulus. (Towsend.1998).

Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan, tanpa stimulus


yang nyata artinya klien menginterprestasikan suatu yang nyata tanpa
stimulus atau rangsangan dari luar (Maramis, 1980).

Halusinasi adalah merupakan reaksi terhadap stress dan usaha dari alam
tidak sadar untuk melindungi egonya/ pernyataan simbolik dari gangguan
psikotik individu. Halusinasi adalah gejala sekunder dari schizophrenia dank
lien dengan skizofrenia 70% mengalami halusinasi pendengaran dan 30%
mengalami halusinasi campuran yaitu halusinasi pendengaran dan
penglihatan (Stuart and Sundeen.1995).

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 12


2. Etiologi

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

a. Faktor predisposisi
1. Biologis
1) Gangguan perkembangan dan fungsi otak/SSP.
2) Gejala yang mungkin muncul adalah hambatan dalam belajar
berbicara, daya ingat dan perilaku kekerasan.
2. Psikologis
1) Sikap dan keadaan keluarga juga lingkungan.
2) Penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien.
3) Pola asuh pada usia kanak-kanak yang tidak adekuat misalnya:
tidak ada kasih sayang diwarnai kekerasan dalam keluarga.
3. Sosial budaya
1) Kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerawanan,dan
ketidakamanan).
2) Kehidupan yang terisolir disertai stress yang menumpuk.
4. Faktor presipitasi
1) Kurangnya sumber daya/ dukungan social yang dimiliki.
2) Respon koping yang maladaptive.
3) Komunikasi dalam keluarga kurang.

3. IDENTIFIKASI ADANYA PERILAKU HALUSINASI


a. Isi Halusinasi
1. Menanyakan suara siapa yang didengar.
2. Apa bentuk yang dilihat.
3. Bau apa yang dicium.
4. Rasa apa yang dikecap.
5. Merasakan apa di permukaan tubuh.
b. Waktu dan frekuensi halusinasi
1. Kapan pengalaman itu muncul.
2. Bila mungkin klien diminta menjelaskan.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 13


3. Kapan persis waktu terjadinya hal tersebut.
c. Situasi pencetus
1. Menanyakan kepada klien atau kejadian yang dialami sebelum hal
itu muncul.
d. Respons klien
1. Apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengaruh
Halusinasi.
2. Apakah masih bisa mengontrol stimulus Halusinasi atau sudah
tidak berdaya.

4. FASE HALUSINASI
a. Fase pertama/ comforming (ansietas sedang)
 Klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan kesepian yang
memuncak dan tidak dapat diselesaikan.
 Klien mulai melamun dan memikirkan tentang hal-hal yang
menyenangkan cara ini hanya menolong sementara.
b. Fase kedua/ condemning (ansietas berat)
 Kecemasan meningkat, melamun, berfikir sendiri jadi dominan.
 Mulai diresahkan oleh bisikan yang tidak jelas.
 Klien tidak ingin orang lain tahu dan dia tetap dapat mengontrol.
c. Fase ketiga/ controlling (ansietas sangat berat)
 Bisikan suara,isi halusinasi makin mengontrol, menguasai dan
mengontrol klien.
 Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
d. Fase keempat/ conquering (panik)
 Halusinasi berubah menjadi mengancam, memerintah dan
memarahi klien.
 Klien menjadi patut,tidak berdaya, hilang control dan tidak dapat
berhubungan scara nyata dengan orang lain dilingkungan.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 14


5. Tanda Dan Gejala

Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah
sebagai berikut:

1. Bicara sendiri.
2. Senyum sendiri.
3. Ketawa sendiri.
4. Menggerakkan bibir tanpa suara.
5. Pergerakan mata yang cepat.
6. Respon verbal yang lambat.
7. Menarik diri dari orang lain.
8. Berusaha untuk menghindari orang lain.
9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13. Sulit berhubungan dengan orang lain.
14. Ekspresi muka tegang.
15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
17. Tampak tremor dan berkeringat.
18. Perilaku panik.
19. Curiga dan bermusuhan.
20. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
21. Ketakutan.
22. Tidak dapat mengurus diri.
23. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 15


6. Penatalaksanaan Pada Pasien Halusinasi

Keperawatan kesehatan mental psikiatri adalah suatu bidang spesialisasi


praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai
ilmunya dan penggunaan diri secara terpauti sebagai kiatnya. Halusinasi
visual sering terjadi pada saat klien bangun tidur / saat akan tidur ataupun saat
klien tidak ada pekerjaan dan termenung/melamun. Dalam penatalaksanaan
proses keperawatan klien dengan halusinasi yaitu:

a. Membina hubungan saling percaya.


b. Menjelaskan pada klien tentang apa yang dialami sekarang, jelaskan
bahwa itu merupakan halusinasi, baik itu pengertian ataupun
sebabnya.
c. Menjelaskan cara-cara mengatasi (menghardik dan bercakap-cakap
dengan temannya).
d. Menjelaskan pada keluarga tentang gangguan jiwa yang dialami
klien, bagaimana cara mengontrolnya juga dukungan dari keluarga.
Menjelaskan pada klien tentang obat yang di minum baik jenis,
dosis, kegunaan maupun efek samping (Rasmun, 2001).

7. Rentang Respon Halusinasi

Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang


berada dalam rentang respon neurobiologist (Stuart & Laraia, 2001). Ini
merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika individu yang sehat
persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterprestasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera
(pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), pasien
dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun
sebenarnya stimulus tersebut tidak ada.

Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena


sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan
stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Pasien mengalami ilusi

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 16


jika interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indera tidak
akurat sesuai stimulus yang diterima. Rentang respon halusinasi dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.

RENTANG RESPON
(STUART & LARAIA, 2001)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran Logis Distorsi Pikiran G3


Pikir/Delusi

Persepsi Akurat Ilusi Halusinasi

Emosi Konsisten Reaksi Emosi >> SulitBerespon

Dng Pengalaman Atau<< Emosi

Perilaku Sesuai Perilaku Aneh PL.

Disorganisasi

Berhub. Sosial tidak biasa isolasi sosial

Menarik Diri

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 17


2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Perubahan persepsi sensori; halusinasi Pendengaran
1) Data subyektif: tidak mampu mengenal waktu, orang, tempat, tidak
mampu memecahkan masalah, mengungkapkan adanya halusinasi
(misalnya mendengar suara – suara atau bayangan – bayangan),
mengeluh cemas dan khawatir.
2) Data obyektif: mudah tersinggung, apatis, dan cenderung menarik
diri, tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi,
kadang berhenti berbicara seolah – olah mendengar sesuatu,
menggerakkkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara, menyeringai
dan tertawa yang tidak sesuai, gerakan mata yang cepat, pikiran
yang berubah – ubah dan konsentrasi rendah, kadang tampak
ketakutan, respon – respon yang tidak sesuai (tidak mampu
berespon terhadap petunjuk yang kompleks).

POHON MASALAH
Risiko perilaku mencederai diri (Affect) Gangguan pemeliharaan
kesehatan

Perubahan persepsi/sensori:
halusinasi dengar (Core Problem)

Isolasi sosial: menarik diri (Causa/ Etiologi) defisit perawatan diri:


Mandi & berhias

Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 18


2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan halusinasi dengar.

2.3.3 RENCANA KEPERAWATAN


Dx. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan halusinasi dengar.
Intervensi Keperawatan:

1. SP 1.
a. Bina hubungan saling percaya
b. Membantu pasien mengenal halusinasinya (isi, waktu, frekuensi,
situasi yang menyebabkan dan respon pasien).
c. Membantu pasien mengontrol halusinasinya (menghardik halusinasi)

Tujuan SP 1:

a. Agar pasien percaya dengan perawat/mahasiswa (saling percaya).


b. Agar pasien mampu mengenal halusinasinya ketika halusinasinya
datang.
c. Agar pasien mampu mengetahui cara menghardik dan juga
mempraktekkan cara yang diberikan perawat/mahasiswa ketika
halusinasi datang.

2. SP 2
a. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

Tujuan SP 2:

a. Agar pasien mampu mengetahui cara mengontrol halusinasi dengan


bercakap-cakap dengan orang lain ketika halusinasi datang.
b. Agar pasien mampu bercakap-cakap dengan orang lain ketika
halusinasi datang.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 19


3. SP 3
a. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melaksanakan aktivitas
terjadwal.

Tujuan SP 3:

a. Pasien mampu mengidentifikasi aktivitas terjadwal yang biasa di


lakukan sehari-hari.
b. Pasien mampu melakukan aktivitas yang sudah dijadwalkan.

4. SP 4
a. Melatih pasien minum obat secara teratur

Tujuan SP 4:

a. Pasien mengetahui kegunaan obat, akibat jika putus obat.


b. Pasien dapat minum obat secara teratur.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 20


BAB 3

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Ruang Rawat: Pav 6B Tanggal Dirawat: 23-11-2011

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. Y (L/P) Tanggal Pengkajian : 6-12-2011
Umur : 28 Tahun No. Rekam Medik : 20.20.53
Informan : keluarga pasien dan pasien sendiri

II. ALASAN MASUK


 Pasien memukul PAGA saat dinas.
III. KELUHAN UTAMA
 keluarga pasien mengatakan sebelum di bawa ke rumah sakit pasien
sering gelisah saat di kantor ataupun di rumah. Pasien juga sering
mangkir saat dinas dengan alasan yang tidak jelas tapi dia masuk kerja
saat hari libur. Ketika pasien di rumah pasien sering bertengkar dengan
istrinya dengan alasan cemburu karena pasien berpikir istrinya
berselingkuh dengan seniornya yang pangkatnya lebih tinggi.
 Keluarga pasien juga mengatakan sebelum di bawa ke poli jiwa pasien
memukul PAGA saat dinas kemudian oleh teman-temannya langsung
dibawa ke RSAL (poli jiwa).
 Keluarga pasien mengatakan saat di kantor pasien sering diam melamun
dan pulang cepat meninggalkan tempat kerjanya tanpa alasan yang jelas.
 Pasien mengatakan sebelum dibawa ke rumah sakit dia sering mendengar
teriakan-teriakan suara perempuan yang menyuruhnya untuk memukul
seniornya dan sampai sekarang kadang-kadang masih mendengar.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 21


IV. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
ya pasien pernah mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2010 dan sering
kambuh dan keluar masuk pav 6. Pasien masuk pav 6 sebanyak lebih dari
4x.
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil kurang berhasil tidak berhasil

pasien mengatakan saat di rumah jarang minum obat bahkan pernah tidak
diminum obatnya dengan alasan ingin coba-coba bagaimana rasanya kalau
tidak minum obat.

3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia


Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan criminal
penjelasan No. 1, 2, 3 : pasien memukul PAGA sebelum dibawa ke pav 6
Masalah Keperawatan : -resiko perilaku kekerasan.
-Ketidakefektifan terapi sebelumnya
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
Ya Tidak
Penjelasan: keluarga pasien mengatakan ada anggota keluarga lain yang
pernah mengalami gangguan jiwa yang sama dengan pasien yaitu paman
pasien namun sudah sembuh.
Masalah Keperawatan : ketidakefektifan koping keluarga:
ketidakmampuan
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

V. FISIK
1. Tanda vital TD:120/80 N: 80x/mnt S: 36,5oC RR: 20x/mnt

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 22


2. Ukuran TB: 170cm BB: 75kg
3. Keluhan Fisik :Tidak ada
Penjelasan : tidak ada keluhan fisik yang dikeluhkan pasien
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Ket:

: Perempuan

: Laki- laki
Px
: Tinggal serumah

Penjelasan: pasien menikah dengan istrinya pada bulan september tahun 2011
dan belum dikaruniai anak. Pasien tinggal serumah dengan istrinya.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

2. Konsep diri
a. Citra tubuh : pasien mengatakan tidak ada bagian tubuhnya yang
tidak dia sukai.
b. Identitas : pasien merupakan anggota TNI AL dengan pangkat
PRATU dan pasien kurang puas dengan posisinya.
c. Peran : pasien di rumah sebagai suami dan bekerja sebagai TNI
AL.
d. Ideal diri : pasien ingin segera cepat sembuh dan keluar dari rumah
sakit agar bisa kembali bekerja.
e. Harga diri : pasien merasa bahwa istrinya berselingkuh dengan
seniornya yang pangkatnya lebih tinggi dari pasien .
Masalah Keperawatan : gangguan konsep diri: harga diri rendah.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 23


3. Hubungan sosial
a. Orang terdekat: istri dan sahabat pasien.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: pasien mengikuti
kegiatan di rumah sakit tapi pasien lebih sering menyendiri dan tidur di
kamar.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: keluarga pasien
mengatakan sebelum MRS pasien merupakan orang yang pendiam dan
suka menyendiri serta melamun. Pasien cenderung tertutup dan jarang
cerita tentang masalahnya kepada orang lain kecuali terhadap orang
yang dipercaya sekali oleh pasien.
Masalah Keperawatan: isolasi sosial: menarik diri.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: pasien beragama islam.
b. Kegiatan Ibadah: pasien mengatakan rajin melaksanakan shalat subuh
dan mendengarkan ceramah subuh di televisi.

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan : pasien terlihat bersih dan rapi, rambut rapi dan tidak kotor,
gigi bersih.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.
2. Pembicaraan
penjelasan: ketika dikaji respon pasien ketika menjawab agak lambat dan
tampak malas dan lama saat berfikir.
Masalah Keperawatan: hambatan komunikasi verbal.
3. Aktivitas motorik
penjelasan : ketika dikaji pasien tampak tidak tenang dan gelisah serta
tampak agitasi (kadang-kadang menggerak-gerakan tangan dan kaki).
Pasien juga mengalami distrakbiliti (perhatian yang mudah dialihkan
oleh rangsang yang tidak berarti (orang lewat)).
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 24


4. Alamperasaan
penjelasan : saat dikaji pasien beranggapan bahwa suara-suara yang
didengarnya dikirim oleh sesuatu yang lebih kuat dari manusia dan
pasien khawatir bila suara-suara itu kembali.
Masalah Keperawatan: ansietas.
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Penjelasan : pasien mengatakan khawatir bila suara-suara itu kembali
terdengar namun muka pasien tidak menunjukkan kekhawatiran.
Masalah Keperawatan: gangguan alam perasaan/ ketakutan.
6. Interaksi selama wawancara: saat dikaji pasien cukup kooperatif, dan
pasien mau menatap wajah perawat/mahasiswa namun konsentrasinya
akan beralih jika ada stimulasi yang lewat.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.
7. Persepsi : Halusinasi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
penjelasan: pasien mengalami halusinasi pendengaran. Saat dikaji pasien
mengatakan sebelum MRS mendengar suara berupa teriakan-teriakan
wanita yang menyuruhnya memukul seniornya, suara itu sering muncul
terutama saat malam hari sampai menjelang subuh, respon pasien saat
mendengar suara itu menghampiri sumber suara dan terkadang diam.
Masalah Keperawatan: gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran.
8. Proses pikir
penjelasan : saat dikaji pasien mampu menjawab pertanyaan yang
diberikan namun agak lama saat menjawab.
Masalah Keperawatan:gangguan proses pikir.
9. Isi pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 25


Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir nihilistik

penjelasan : pada saat dikaji pasien mengatakan cemburu terhadap


istrinya yang dianggap berselingkuh dengan seniornya.
Masalah keperawatan : waham curiga.
10. Tingkat kesadaran
Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi:
Waktu Tempat Orang
penjelasan : saat dikaji pasien tampak sadar sepenuhnya dan kooperatif
ketika diajak ngobrol
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
11. Memori
pasien mampu mengingat isi halusinasi,frekuensi, waktu, dan respon
pasien yang terjadi sebelum pasien MRS.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih Tidak mampu Tidak mampu
berkonsentrasi berhitung
sederhana
penjelasan : pasien saat ditanya berapa kali dia dirawat, pasien bilang
tidak tahu sudah berapa kali dia masuk.
Masalah Keperawatan : gangguan proses pikir.
13. Kemampuan penilaian : pada saat mahasiswa memberi pertanyaan
pasien mandi dulu atau shalat subuh dulu
pasien menjawab mandi dulu.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.
14. Daya tilik diri: saat dikaji pasien sadar bahwa dirinya sedang sakit san
dirawat di pav 6. Pasien ingin cepat sembuh dan kembali
bekerja.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 26


Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keerawatan.
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Pasien mampu makan sendiri, ganti baju sendiri, mandi sendiri,
BAB/BAK sendiri tetapi klien tidak mampu memenuhi kebutuhan yang
lain seperti menjaga kebersihan kamarnya.
Masalah keperawatan: gangguan pemeliharaan kesaehatan
2. Istirahat dan tidur
Tidur siang lama : 1 s.d. 2 jam
Tidur malam lama : 7 s.d 8 jam
Aktivitas sebelum/setelah lama : berdoa
Penjelasan: pasien mengatakan sering terbangun awal saat tidur di malam
hari.
Masalah keperawatan: gangguan pola tidur.
3. Penggunaan obat : memerlukan bantuan karena pasien mengatakan tidak
teratur untuk minum obat saat di rumah.
4. Sistem pendukung pasien adalah istrinya dan keluarganya yang dapat
memahami segala kebutuhannya.

VIII. Mekanisme Koping


Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebihan
Teknik relokasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya Lainnya
Penjelasan: pasien mau diajak bicara oleh perawat namun agak lambat saat
menjawab dan berfikir. Pasien melakukan kegiatan yang ada di RS namun
jarang hanya ketika pasien ingin saja, selebihnya pasien lebih banyak
diam/tidur di kamar.
Masalah Keperawatan : ketidak efektifan koping individu.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 27


VIII. Masalah Psikososial Dan Lingkungan
 Masalah dengan dukungan kelompok: pasien mendapat dukungan dari
istrinya dan keluarganya.
 Masalah berhubungan dengan lingkunga: pasien jarang berinteraksi
dengan pasien lain, pasien lebih suka menyendiri di kamar.
 Masalah dengan pendidikan: pasien lulusan SMA
 Masalah dengan pekerjaan: pasien bekerja sebagai TNI AL.
 Masalah dengan perumahan: pasien mengatakan tinggal serumah
dengan istrinya.
 Masalah dengan ekonomi: selama pasien sakit dipenuhi oleh istri dan
keluarganya.
 Masalah pelayanan kesehatan: bila pasien sakit biasanya berobat ke
RSAL dr. Ramelan Surabaya. Pasien sudah pernaha masuk pav 6
sebanyak 4x.
Masalah Keperawatan : isolasi sosial: menarik diri.

X. Kurang pengetahuan tentang :


Penyakit jiwa Sistem pendukung
Faktor presipitasi Penyakit fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya :
Masalah Keperawatan : ketidak patuhan.

XI. Aspek Medik


Diagnosa medik : Skizofrenia Paranoid.
Terapi medik: CPZ : 3x 100mg
stelazyne : 1x 5mg
Hexymer : 2x2mg

XIII. Masalah keperawatan


1. resiko perilaku kekerasan.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 28


2. ketidakefektifan koping keluarga: ketidakmampuan.
3. gangguan konsep diri: harga diri rendah.
4. Isolasi sosial: menarik diri.
5. hambatan komunikasi verbal.
6. Ansietas.
7. gangguan alam perasaan/ ketakutan.
8. waham
9. gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
10. gangguan proses pikir.
11. gangguan pemeliharaan kesaehatan.
12. gangguan pola tidur.
13. ketidak efektifan koping individu.
14. ketidak patuhan.

XIV. Pohon Masalah

Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan : Effect


Mencederai Diri Sendiri dan Orang
Lain

Effect Core Problem Effect

Gangguan Gangguan Persepsi Sensori : waham


Proses
Pikir Halusinasi Pendengaran

Isolasi Sosial : Menarik Causa


Diri

Gangguan Konsep Diri :


Asuhan keperawatan
Causa
jiwa halusinasi pendengaran| 29
Harga Diri Rendah
XV. Diagnosa Keperawatan
Karena menggunakan diagnosa tunggal, maka Diagnosa keperawatan yang
muncul: gangguan persepsi/sensori: halusinasi pendengaran.

ANALISA DATA

NAMA: Tn. Y NO RM: 20.20.53 RUANGAN:Pav.6B

Data Diagnosa keperawatan Ttd


DS: Gangguan persepsi/sensori:
 Px mengatakan sebelum MRS halusinasi pendengaran.
px mendengar suara teriakan
wanita yang menyuruhnya
memukul seniornya.
 Px mengatakan jenuh berada
di RS

DO:
 Saat diajak bicara Px tampak
gelisah, tampak khawatir, px
terlihat agitasi (sering
menggerak-gerakkan tangan
dan kakinya), dan
distaktibiliti.
 Px lebih sering menyendiri di
dalam kamarnya.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 30


INTERVENSI KEPERAWATAN

TG DX PERENCANAAN INTERVENSI RASIONAL


L. KEPERAW TUJUAN KRITERIA
ATAN EVALUASI
6- Gangguan SP 1: Ekspresi wajah 1. Bina saling
12- persepsi/sens 1. BHSP bersahabat, hubungan percaya
2011 ori: menunjukkan saling percaya antara px dan
halusinasi rasa senang, a. Salam perawat
pendengaran ada kontak terapeutik. merupakan
mata, mau b. Perkenalan hal mutlak
berjabat diri. untuk
tangan, mau c. Tanyakan memudahkan
menyebutkan nama pasien melakukan
nama, mau dan nama pendekatan
menjawab panggilan dan tindakan
salam, mau kesukaan keperawatan
duduk pasien. kpd px.
berdampingan d. Kontrak
dengan dengan
perawat, mau pasien.
mengutarakan
masalah apa
yang
dihadapai.

2.
2. membant
Pasien mampu a. mengidentifik Tingkah laku
u pasien
mengenal asi isi px terkait
mengenal
halusinasinya halusinasi. halusinasiny

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 31


halusinasi (isi, jenis, b. Mengidentifi a
nya(isi, frekuensi, kasi jenis menunjukka
jenis, waktu, respon, halusinasi. n jenis, isi,
frekuensi, situasi yang c. Mengidentifi frekuensi,
waktu, mnyebabkan kasi frekuensi waktu dan
respon, halusinasi). halusinasi. situasi yang
situasi d. Mengidentifi menyebabka
yang kasi waktu n halusinasi
menyabab datangnya muncul.
kan halusinasi.
halusinasi e. Mengidentifi
) kasi respon
px saat
halusinasi
datang.
f. Mengidentifi
kasi ssituasi
yang
menyebabkan
halusinasi.

Agar px 3. Perlawanan
3. membantu mampu a. Mengajari dari dalam
pasien mengetahui cara diri px
mengontro cara menghardik terhadap
l menghardik halusinasi. halusinasi
halusinasi dan b. Menyuruh merupakan
dengan mempraktekka pasien cara yang
cara n cara mempraktekk paling tepat
pertama menghardik an cara untuk
(menghard halusinasi. menghardik menghilangk
ik halusinasi di an halusinasi
halusinasi) depan yang
. mahasiswa dirasakan.
c. Menganjurka

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 32


n pasien
untuk
mempraktekk
an cara
menghardik
halusinasi
ketika
halusinasi
datang
d. Anjurkan pd
px untuk
memasukkan
kegiatan
menghardik
halusinasi
dalam daftar
kegiatan
harian.

Agar px 1. Jelaskan pd Bercakap-


SP 2: mampu px cara cakap
membantu mengetahui mengontrol dengan
px cara halusinasi orang lain
mengontrol mengontrol dengan cara saat
halusinasi halusinasi bercakap- halusinasi
dengan cara dengan cara cakap dengan datang
kedua: bercakap- orang lain diharapkan
bercakap- cakap dan ketika mengalihkan
cakap mampu halusinasi konsentrasi
dengan orang mempraktekka datang. px terhadap
lain ketika nnya ketika 2. Minta px halusinasiny
halusinasi halusinasi mempraktekk a.
datang. datang. an apa yang
telah

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 33


diajarkan
didepan
mahasiswa
3. Anjurkan
pasien
melakukan
apa yang
diajarkan saat
halusinasi
datang.
4. Anjurkan pd
px untuk
memasukkan
kegiatan
bercakap-
cakapa
dengan orang
lain ke dalam
jadwal harian
kegiatan px.

Agar px 1. Bantu px Melakukan


SP 3: mampu identifikasi kegiatan/ruti
Membantu px mengidentifika aktivitas nitas harian
mengontrol si aktivitas sehari- akan
halusinasi dg yang biasa harinya. mengurangi
cara ketiga: dilakukan 2. Anjurkan px waktu px
dengan sehari-hari dan menjadwalka untuk
melaksanakan melaksanakan n aktivitas melamun
aktivitas aktivitas yang sehari- dan
terjadwal. telah harinya. mengurangi
dijadwalkan. 3. Dorong px kemungkina
melakukan n terjadinya
aktivitas halusinasi.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 34


sehari-harinya
seperti yang
sudah
dijadwalkan.

SP 4:
Agar px 1. Identifikasi Putus minum
Membantu
mampu dg px obat obat
melatih px
mengetahui yg biasa di merupakan
minum obat.
keguanaan minum px. salah satu
obat dan akibat 2. beritahukan faktor
dari tidak kegunaan penyebab
minum obat, dan akibat kekambuhan
serta px dapat tidak minum pada pasien
meminum obat. dengan
obatnya secara 3. Anjurkan px gangguan
teratur baik untuk jiwa.
saat di RS atau meminum
ketika sudah obatnya
pulang ke teratur baik
rumah. saat di RS
maupun
ketika
berada di
rumah.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 35


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

HARI/TG Dx IMPLEMENTASI EVALUASI TT


L KEPERAWATA D
N
Selasa/ 6- Gangguan SP 1: S:
12-2011 perubahan  BHSP  px mengatakan,
persepsi/sensori  “selamat siang ”selamat siang..”
halusianasi dengar. pak, perkenalkan  px mengatakan
nama saya Nur “nama saya yusuf,
Wachida Novita, saya suka
saya suka dipanggil pak
dipanggil vita, ini yusuf!”
teman- teman  px mengatakan”
saya (peni, dinda, boleh, kita
arum, nanang, ngobrol di sani
wahyu, ninik), saja (di ruang
kami mahasiswa tv).”
yang praktek di O:
ruangan ini, kami  Px menjawab
praktek dari hari salam.
senin sampai  Wajah px tampak
jum’at, kami di bersahabat.
sini dari jam 7  Px menjabat
pagi sampai jam 2 tangan saat
siang. berkenalan.
 Nama anda  Px menjawab
siapa?biasaya pertanyaan.
suka di panggil  Px memandang
apa (bapak, dik, mata perawat saat
om, atau mas?)? berbicara.
 pak yusuf apa kita

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 36


bisa ngobrol? Dik  Px duduk di
yusuf mau depan perawat.
ngobrol berapa A: SP 1 poin BHSP
lama? 20 menit teratasi
boleh?. P: dilanjutkan SP 1
poin mengenal
halusinasi.

S:
 Px
mengatakan” saya di
bawa ke sini setelah
mendengar suara
wanita yang
 Mengenal meneriaki saya”
halusinasi  Px
 Kalau boleh saya mengatakan” iya”
tahu apa alasan  Px
bapak di bawa ke mengatakan” sering,
sini? biasanya suara itu
 jadi pak yusuf sering muncul pada
mendengar suara- malam hari sampai
suara yang menjelang subuh”
meneriaki pak  Px
yusuf? mengatakan “ suara
 kapan biasanya itu menyuruh saya
pak mendengar memukul senior
suara-suara itu? saya”
 Berupa apa suara-  Px
suara itu? mengatakan”say
 Bagaimana a terganggu”
perasaan pak yusuf  Px mengatakan”
ketika mendengar saya
suara-suara itu? menghampiri

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 37


 Apa yang pak suara itu tapi
yusuf lakukan kadang-kadang
ketika mendengar saya diam”
suara-suara itu?
O:
 Px menatap mata
perawat saat
berbicara.
 Px kadang-
kadang senyum-
senyum saat
berbicara.
 Px kadang-
kadang
menggerak-
gerakkan tangan
dan kakinya di
tengah-tengah
pembicaraan.
 Wajah px tampak
gelisah dan
khawatir.
 Px sering
menoleh ketika
ada orang yg
lewat
disekitarnya.
A: SP 1 poin
mengenal halusinasi
teratasi.
P: dilanjutkan SP 1
poin mengontrol
halusinasi
(menghardik
halusinasi).

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 38


 Mengontrol
halusinasi(Meng
hardik S:
halusinasi)  Px mengatakan”
 sekarang pergi...saya
bagaimana kalau tidak mau
kita belajar satu dengar...jangan
cara dulu, yaitu ganggu saya
dengan cara kamu suara
menghardik. palsu, kamu
Caranya adalah tidak nyata!.”
saat suara-suara  Px mengatakan
itu muncul, “pergi...saya
langsung pak tidak mau
yusuf bilang, dengar...jangan
pergi...saya tidak ganggu saya
mau kamu suara
dengar...jangan palsu, kamu
ganggu saya kamu tidak nyata!”.
suara palsu, kamu  Px mengatakan”
tidak nyata! saya tidak
Begitu diulang- mendengar suara
ulang sampai kalu berada di
suara itu tidak sini tapi kalau
terdengar lagi. sudah di rumah
 Sekarang coba biasanya
pak yusuf muncul”.
peragakan apa  “ iya saya coba..”
yang sudah saya O:
ajarkan tadi! Nah  Px menatap
begitu,...bagus! “ perawat
 “coba lagi pak  Saat

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 39


yusuf! Ya begitu, mempraktekkan
bagus sekali pak px melakukannya
yusuf sudah dengan senyum-
bisa.!”. senyum.
 Saat di suruh
 “Sebaiknya cara mengulang px
ini pak yusuf lama berpikir baru
lakukan ketika mengulangi.
suara itu datang!”.  Pandangan px
tidak terfokus
 “ kalau begitu ketika ada orang
lakukan juga yang lewat.
ketika pak yusuf A: SP 1 poin
sudah berada di menghardik
rumah”. halusinasi teratasi
sebagian.
P: dilanjutkan SP2.

SP 2:
Mengontrol S:
halusinasi (bercakap-  Px mengatakan”
cakap dengan orang tolong, saya
lain). mulai dengar
 “pak yusuf..., cara suara-suara.
kedua untuk Ayo ngobrol
mencegah/ dengan saya!”
mengontrol  Px mengatakan”
halusinasi adalah tolong, saya
dengan bercakap- mulai dengar
cakap dengan orang suara-suara.
lain. Jadi jika pak Ayo ngobrol
yusuf mulai dengan saya!”.
mendengar suara- O:
suara, langsung saja  Px menatap

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 40


pak yusuf cari perawat
teman untuk diajak  Saat
ngobrol. Minta mempraktekkan
teman atau perawat px melakukannya
untuk ngobrol dengan senyum-
dengan pak yusuf. senyum.
Contohnya begini,  Saat di suruh
“tolong, saya mulai mengulang px
dengar suara-suara. lama berpikir baru
Ayo ngobrol dengan mengulangi.
saya!” atau kalau  Pandangan px
orang di rumah, tidak terfokus
misalnya istri dik ketika ada orang
yusuf, katakan, “ yang lewat.
dik, ayo ngobrol A: SP 2 teratasi
dengan mas, mas sebagian.
sedang dengar P: dilanjutkasn SP
suara-suara.” 3.
Begitu dik yusuf. “
 “Coba pak yusuf
lakukan seperti
yang saya tadi
lakukan. Ya, begitu.
Bagus!”
 “coba sekali lagi!
Bagus! Nah, latih
terus ya pak yusuf!”
 “di sisni pak yususf
dapat mengajak
perawat atau pasien
lain untuk bercakap-
cakap.”
 “cobalah kedua cara
ini kalau pak yusuf
mengalami

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 41


halusinasi lagi baik
di sini atau kalau
sudah pulang ke
rumah.”

SP 3:
Melatih px S:
mengontrol  Px mengatakan”
halusinasi dengan saya biasanya
melaksanakan bangun tidur jam
aktivitas terjadwal. 3, menunggu
 “pak yusuf, adzan, dan pintu
biasanya apa saja kamar dibuka,
yang dik yusuf kemudian saya
lakukan di mandi, shalat
sini?biasanya subuh dan
bangun tidur jam mendengarkan
berapa?setelah ceramah di tv.
bangun tidur apa Setelah saya ikut
yang pak yusuf kegiatan
lakukan?setelah membersihkan
itu?setelah itu?” kamar dan
 “wah ternyata halaman rumah
banyak sekali sakit. Setelah itu
kegiatan pak yusuf saya tidur di kamar
ya?pagi ini apa kalau enggak
yang pak yusuf maen ke kamarnya
lakukan dari pak imam. Saya
semua kegiatan biasanya duduk di
itu? Bagus sekali depan kamar untuk
 “pak yusuf. merokok dan
sebaiknya bercakap-cakap
kegiatan tersebut dengan pasien lain.
terus pak yusuf Lalu saya makan
lakukan secara di kamar.”

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 42


teratur, karena O:
semua kegiatan  Px menatap
yang pak yusuf perawat
lakukan bisa  Pandangan px
mencegah suara- tidak terfokus
suara tersebut ketika ada orang
muncul. yang lewat.
 Px mengangguk
ketika di beritahu
untuk
menjadwalkan
kegiatan.
A:
SP3 teratasi
sebagian.
P: dilanjutkan ke
SP4
SP 4:
Melatih pasien S:
minum obat secara  Px mengatakan “
teratur. ada 3 macam
 “Berapa macam obat yang
obat yang pak biasanya saya
yusuf minum?” minum,
 “obat pak yusuf ada warnanya
3 yaitu warna kuning, biru,
kuning, biru, dan oranye.”
oranye obat ini  ” iya..”
gunanya untuk O:
menghilangkan agar  Px menatap mata
suar-suara itu tidak perawat saat
muncul lagi ya pak berbicara.
yusuf. Kalau suara-  Px memegangi
suara sudah hilang kepalanya karena
obatnya tidak boleh kepalanya

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 43


dihentikan.” pusing.
 “Mari kita A: SP4 teratasi
masukkan jadwal sebagian
minum obatnya P:SP4 dipertahankan.
pada jadwal
kegiatan bapak!
Jangan lupa pada
waktunya minum
obat minta pada
perawat atau pada
keluarga kalau di
rumah.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 44


BAB 4

PENUTUP

4.1 Simpulan
Pada pengkajian penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
kasus. Pada etiologi di teori disebutkan faktor predisposisi dari gangguan
sensori/persepsi: halusinasi pendengaran yaitu faktor perkembangan, faktor
sosial budaya, faktor biologi, faktor psikologis. Pada pengkajian Tn. Y, faktor
predisposisi di temukan adanya faktor biologis yaitu pamannya yang
mengalami gangguan jiwa. Faktor psikologis pasien yaitu halusinasi datang
ketika pasien mengalami stresor psikologis berupa kecemburuan terhadap
seniornya. Pada perencanaan berdasarkan core problem pada teori adalah
gangguan persepsi/sensori: halusinasi pendengaran. Sedangkan pada kasus core
problem yang digunakan adalah gangguan persepsi/sensori: halusinasi
pendengaran. Dapat di simpulkan bahwa core problem pada teori dan kasus
tidak ada perbedaan.
Diagnosa yang digunakan adalah diagnosa tunggal yaitu gangguan
persepsi/sensori: halusinasi pendengaran. Sehingga rencana keperawatan yang
digunakan adalah strategi pelaksanaan atau SP. SP untuk halusinasi terdiri dari
dua SP yaitu Sp pasien dan SP keluarga. SP pasien terdiri dari empat SP.
Pada evaluasi keperawatan belum teratasi seluruhnya karena waktu untuk
memberikan asuhan keperawatan terbatas. Untuk pelaksanaan SP keluarga
tidak dilakukan karena waktu untuk memberikan asuhan keperawatan terbatas
dan keluaraga tidak mengunjungi pasien saat penulis melakukan implementasi.

4.2 Saran
Sehubungan dengan kesimpulan diatas maka penulis dapat menuliskan
saran untuk pendidikan diharapkan untuk melengkapi perpustakaan tentang

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 45


buku-buku keperawatan khususnya keperawatan jiwa, mahasiswa diharapkan
dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan mental
psikiatrik lebih bersungguh-sungguh sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan
yang dirumuskan, klien diharapkan mengikuti program terapi yang telah
direncanakan dengan baik oleh dokter, perawat sehingga proses penyembuhan
dapat lebih cepat. Dan keluarga pasien diharapkan keluarga klien mampu
memotivasi klien baik di rumah sakit maupun di rumah.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 46


DAFTAR PUSTAKA

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 47

Anda mungkin juga menyukai