Anda di halaman 1dari 5

Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal.

22-26

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DENGAN


PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Tomi Tridaya Putra1), Irwan2), Dodi Vionanda3)
1)
FMIPA Universitas Negeri Padang E-mail: tomi_tridaya@ymail.com
2,3)
Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Padang

Abstract

The quasi experiment research is purposed to find if student’s creative thingking becomes better by implementing
problem based learning model. This research for students grade VIII SMP Negeri 2 Basa Ampek Balai Tapan by it’s
research’s design is pretest-posttest control group only. The result of this research show that the increasing of student’s
creative thingking that learn by problem based learning model is better than of student’s creative thingking that learn by
conventional. Than, can be concluded that student’s creative thingking is better after implemented problem based learning
model.

Keyword: problem based learning, creative thingking

PENDAHULUAN pengetahuan berdasarkan masalah dan memiliki keterampilan


Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah untuk memecahkan masalah. Dengan pembelajaran berbasis
agar siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan masalah siswa mampu berpikir kritis dan mengembangkan
berpikir kreatif merupakan salah satu faktor penting dari inisiatif [4].
tujuan pembelajaran karena memberi pengetahuan semata- Pembelajaran berbasis masalah mempunyai tujuan
mata kepada siswa tidak akan banyak menolongnya dalam untuk mengembangkan dan menerapkan kecakapan yang
kehidupan sehari-hari, sehinggadalam pembelajaran sebaiknya penting yaitu pemecahan masalah berdasarkan keterampilan
dapat mengembangkan sikap dan kemampuan peserta siswa belajar sendiri atau kerjasama kelompok dan memperoleh
yang dapat membantu untuk menghadapi persoalan-persoalan pengetahuan yang luas. Guru mempunyai peran untuk
di masa mendatang secara kreatif [1]. memberikan inspirasi agar potensi dan kemampuan siswa
Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dimaksimalkan. Selain itu [4] juga menyatakan bahwa melalui
siswa dalam pembelajaran matematika, perlu dilaksanakan pengembangan kemampuan tersebut diharapkan siswa akan
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang muncul di
mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya. Salah satu lingkungannya dengan baik. Pada intinya pembelajaran
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang
dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya adalah menggunakan masalah nyata, yang disajikan di awal
model pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran pembelajaran. Kemudian masalah tersebut diselidiki untuk
berbasis masalah membiasakan siswa untuk berpikir secara mengetahui solusinya.
divergen. Sebagaimana yang dinyatakan [2] bahwa dengan Menurut [5] model pembelajaran yang berorientasi
adanya masalah menuntut siswa untuk mengembangkan pola pada pemecahan masalah seperti pada pembelajaran berbasis
pikirnya dalam memecahkan masalah tersebut. Disamping itu, masalah merupakan suatu pembelajaran yang efektif untuk
salah satu tujuan siswa dilatih menyelesaikan masalah dengan meningkatkan potensi yang dimiliki oleh siswa, salah satunya
menggunakan pemecahan masalah (problem solving) salah adalah kreativitas siswa. Situasi masalah yang disajikan dalam
satunya adalah untuk meningkatkan motivasi dan pembelajaran tersebut merupakan suatu stimulus yang dapat
menumbuhkan sifat kreatif. mendorong potensi kreativitas siswa terutama dalam hal
pemecahan masalah. Kreativitas yang dapat dikembangkan
A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pembelajaran berbasis masalah ini bukan hanya aspek
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan kognitifnya saja (kemampuan berpikir kreatif) tetapi juga
suatu model pembelajaran yang melatih siswa untuk diharapkan melalui pembelajaran berbasis masalah dapat
menggunakan kemampuan pemecahan masalah. Referensi [3] dikembangkan aspek non-kognitif dari kreativitas yakni
menyatakan pada pembelajaran berbasis masalah, metode atau kepribadian kreatif dan sikap kreatif siswa.
cara pembelajaran ditandai oleh adanya masalah nyata, a real- Ciri-ciri model pembelajaran berbasis masalah
world problems sebagai konteks bagi siswa untuk belajar menurut Arends dalam [5] adalah yang pertama pengajuan
kritis dan keterampilan memecahkan masalah dan masalah atau pertanyaan, yaitu pembelajaran berdasarkan
memperoleh pengetahuan. Disamping itu, pembelajaran juga masalah mengorganisasikan masalah atau pertanyaan dan
melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui masalah sosial yang penting bagi siswa dan masyarakat.
tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari Pertanyaan atau masalah tersebut bersifat nyata bagi siswa dan

22
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 22-26

tidak mempunyai jawaban sederhana. Ciri kedua yaitu [8] mengartikan kreativitas sebagai kemampuan untuk
penyelidikan yang otentik, yaitu siswa diharuskan melakukan mencipta atau berkreasi.
penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian nyata Kreativitas menurut [9] adalah kegiatan yang
terhadap masalah nyata. Siswa harus menganalisis, mendatangkan hasil yang sifatnya baru dan berguna. Baru
mendefenisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan dalam artian inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik,
membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis aneh, mengejutkan dan berguna berarti lebih enak, lebih
informasi, melakukan eksperimen (jika perlu), membuat praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong,
referensi dan merumuskan kesimpulan. Ketiga menghasilkan mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah,
produk/karya dan memamerkannya, yaitu siswa dituntut untuk mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya dan hasil lebih baik
peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk Pehkonen dalam [10] mendefinisikan berpikir kreatif
penyelesaian masalah yang ditemukan. Keempat adalah sebagai kombinasi antara berpikir logis dan berpikir divergen
kolaborasi, yaitu siswa diusahakan bekerjasama atau yang didasarkan pada intuisi tapi masih dalam kesadaran.
berkelompok, baik berpasangan atau kelompok kecil. Ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam suatu
Sementara itu sintaks atau langkah-langkah praktek pemecahan masalah, pemikiran divergen
pembelajaran berbasis masalah yang dikemukakan oleh [6] menghasilkan banyak ide yang berguna dalam menyelesaikan
meliputi lima fase, yaitu: masalah. Dalam berpikir kreatif dua bagian otak akan sangat
1) Mengorientasikan siswa pada masalah. Guru menjelaskan diperlukan. Keseimbangan antara logika dan kreativitas sangat
tujuan/ kompetensi yang ingin dicapai, menjelaskan penting. Jika salah satu menempatkan deduksi logis terlalu
logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat dalam banyak, maka kreativitas akan terabaikan. Dengan demikian
aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. untuk memunculkan kreativitas diperlukan kebebasan berpikir
2) Mengorganisir siswa untuk belajar. Guru membantu tidak dibawah kontrol dan tekanan. Bersama itu [1]
siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas menjelaskan bahwa dimensi kognitif dari kreativitas yaitu
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut berpikir kreatif atau berpikir divergen mencakup kelancaran,
3) Membimbing penyelidikan/inkuiri individu maupun kelenturan dan orisinalitas dalam berpikir.
kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan Merujuk kepada komponen berpikir kreatif yang
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk telah dikemukakan di atas, kemampuan berpikir kreatif itu
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. meliputi kemampuan:
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru 1) memahami informasi masalah, yaitu menunjukan apa
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan yang diketahui dan apa yang ditanyakan
karya yang sesuai seperti laporan, video, atau model, dan 2) menyelesaikan masalah dengan bermacam-macam
membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. jawaban (kefasihan)
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan 3) menyelesaikan masalah dengan satu cara kemudian
masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi dengan cara lain dan siswa memberika penjelasan
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses- tentang berbagai metode penyelesaian itu (keluwesan)
proses yang mereka gunakan. 4) memeriksa jawaban dengan berbagai metode
Dari langkah-langkah yang telah dikemukakan penyelesaian dan kemudian membuat metode baru yang
terlihat bahwa pembelajaran berbasis masalah secara umum berbeda (kebaruan).
telah mengakomodasi kebutuhan pembelajaran yang dapat Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa ada empat
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Pada komponen kemampuan berpikir kreatif. Keempat komponen
tahapan pembelajaran berbasis masalah, siswa dituntut untuk tersebut adalah kefasihan, keaslian, keluwesan dan kebaaruan.
melatih kemampuannya untuk berpikir secara kreatif, Empat komponen inilah yang akan menjadi tolok ukur
sehingga pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
kemampuan berpikir kreatif siswa.
METODE
B. Kemampuan Berpikir Kreatif Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi
Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu eksperimen dengan rancangan pretest-posttest control group
tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran matematika di design. Sampel terdiri dari dua kelomok yang mana kelompok
sekolah. Berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir yang pertama yaitu kelas eksperimen diberi perlakuan dan
menghasilkan bermacam-macam kemungkinan ide dan cara kelompok kedua yaitu kelas kontrol tidak diberi perlakuan.
secara luas dan beragam. Dalam menyelesaikan suatu Pretest diberikan kepada kedua kelompok untuk mengetahui
persoalan, apabila menerapkan berpikir kreatif, akan keadaan awal, dan posttest diberikan kepada kedua kelompok
menghasilkan banyak ide yang berguna dalam menemukan untuk melihat perbedaan kedua kelas tersebut setelah kelas
penyelesaiannya. Kreatif berhubungan dengan penemuan eksperimen diberi perlakuan.
sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP
dengan mengunakan sesuatu yang telah ada [7]. Sementara itu Negeri 2 Basa Ampek Balai Tapan tahun pelajaran 2011/2012

23
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 22-26

yang terdiri dari 3 kelas yaitu VIII.1, VIII.2 dan VIII.3 dengan yaitu sebesar 0,33. Sedangkan gain kemampuan berpikir
jumlah 103 siswa. kreatif kelas kontrol termasuk dalam kategori rendah karena
Prosedur penelitian yang dilaksanakan pada proses skor rata-rata normal gain-nya juga kurang dari 0,3 yaitu
pembelajaran matematika terdiri dari persiapan, pelaksanaan sebesar 0,22. Dari kategori tersebut terlihat bahwa normal
dan tahap akhir. Pada tahap persiapan dipersiapkan segala gain kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
sesuatu yang dibutuhkan untuk penelitian. Pada tahap Kemampuan berpikir kreatif siswa dilihat dengan
pelaksanaan penelitian, dilakukan pembelajaran pada kelas mengolah data hasil pretest dan posttest-nya serta dilihat gain
kontrol dan kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen (peningkatan) kemampuan berpikir kreatif siswa dari pretest
diberikan perlakuan berupa pembelajaran matematika dengan ke posttest. Dari rata-rata skor pretest dan posttest tersebut
model pembelajaran berbasis masalah, sedangkan pada kelas diketahui bahwa ada peningkatan kemampuan berpikir kreatif
kontrol pembelajaran tanpa perlakuan atau konvensional. Pada baik di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen. Setelah
tahap akhir kegiatan yang dilaksanakan adalah mengumpulkan dilihat data normal gain antara pretest dan posttest terdapat
data hasil penelitian dan mengolah data tersebut sehingga berbedaan antara normal gain kelas eksperimen dan kelas
diperoleh kesimpulan. kontrol.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar soal tes. Lembar soal tes untuk memperoleh TABEL 2
data kemampuan berpikir kreatif siswa. Hasil tes dianalisis NORMAL GAIN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
dengan menghitung rata-rata dan menghitung gain Normal Gain
Kelas
(peningkatan) kemampuan berikir kreatif siswa pada kedua 1 2 3 4 5
kelas. Komponen kemampuan berpikir kreatif siswa Eksperimen 0,35 0,37 0,33 0,27 0,33
diperoleh dari melihat kemampuan siswa dalam memecahkan Kontrol 0,22 0,26 0,22 0,20 0,22
masalah. Komponen yang dinilai antara lain kemampuan Keterangan:
kefasihan, kemampuan keluwesan, kemampuan keaslian dan 1 : kemampuan kefasihan
kemampuan penguraian. Rubrik penskoran kemampuan 2 : kemampuan keluwesan
berpikir kreatif siswa berdasarkan hasil tes mengacu pada 3 : kemampuan keaslian
rubrik dari Bosch dalam [10] (lampiran 1). 4 : kemampuan penguraian
Sementara untuk menghitung gain (peningkatan), 5 : kemampuan berpikir kreatif
menggunakan rumus normal gain (Meltzer dalam [11]) yaitu
sebagai berikut. Dari rata-rata skor tersebut dapat diketahui juga
bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas
eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol. Rata-rata
data normal gain kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata
Klasifikasi normal gain yang digunakan setelah melakukan data normal gain kelas kontrol, artinya gain atau peningkatan
perhitungan adalah yang dikemukakan oleh [11] sebagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa yang belajar dengan model
yang ditunjukkan pada tabel 1. pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari siswa yang
belajar dengan pembelajaran konvensional. Hal ini sejalan
TABEL 1 dengan pendapat Torrance dalam [5] bahwa model
KLASIFIKASI NORMAL GAIN pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah
No Koefisien Gain Klasifikasi seperti pada pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu
1 g < 0,3 Rendah pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kreativitas
2 0,3 ≤ g < 0,7 Sedang siswa.
3 g ≥ 0,7 Tinggi Namun, peningkatan kemampuan berpikir kreatif
siswa kelas eksperimen setelah mendapatkan perlakuan
HASIL DAN PEMBAHASAN tersebut belum maksimal. Peningkatan kemampuan berpikir
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kreatif siswa kelas eksperimen masih dalam kategori sedang.
diperoleh data kemampuan berpikir kreatif siswa. Data yang Hal itu dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu
diperoleh antara lain data hasil pretest dan posttest siswa. Dari faktor penyebabnya adalah soal yang diberikan termasuk
data pretest dan posttest tersebut dilihat gain (peningkatan) kategori soal yang tidak rutin bagi siswa, sehingga mereka
kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan mengalami kesulitan dalam menterjemahkan soal ke dalam
rumus normal gain. kalimat matematika yang pada akhirnya mereka kesulitan
Data normal gain berada dalam skala 0,00 sampai dalam menyelesaikan soal tersebut.
1,00.Perbandingan rata-rata antara data normal gain kelas Pada umumnya, siswa terbiasa mendapatkan soal
eksperimen dengan kelas kontrol serta data normal gain per yang rutin dan sederhana serta hanya dapat diselesaikan
indikator kemampuan berpikir kreatif disajikan pada Tabel 2. dengan satu cara atau hanya dengan menggunakan satu rumus
Berdasarkan kriteria normal gain maka kemampuan saja. Oleh sebab itu, ketika mereka dihadapkan pada soal tidak
berpikir kreatif kelas eksperimen termasuk dalam kategori rutin mereka mengalami kebingungan dalam mengaitkan
sedang, karena skor rata-rata normal gain-nya lebih dari 0,3 konsep-konsep matematika yang sudah dipelajari dalam

24
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 22-26

menyelesaikan soal. Terjadinya miss-konsepsi ini dinyatakan REFERENSI


pula oleh Ratnaningsih [5] sebagai salah satu kekurangan
model pembelajaran berbasis masalah. [1] Utami Munandar. 2009. Pengembangan Kreativitas
Faktor lain yang menyebabkan belum maksimalnya Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah proses [2] Tatag Yuli Eko Siswono dan Whidia Novitasari. 2007.
pembelajaran matematika dengan menggunakan model “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
pembelajaran berbasis masalah kurang efektif karena Melalui Pemecahan Masalah Tipe What’s Another
memerlukan waktu yang cukup lama. Membutuhkan waktu Way”. Laporan Penelitian. Jurusan Matematika
yang cukup lama ini menurut Ratnaningsih [5] adalah salah FMIPA UNESA.
satu kekurangan model pembelajaran berbasis masalah. [3] Punaji Setyosari. 2006. Belajar berbasis masalah
Akibatnya, guru belum maksimal dalam memberikan (Problem based learning).
bimbingan dan arahan kepada siswa sehingga ada beberapa http://lubisgrafura.wordpress.com. Diunduh pada
siswa yang kurang mengerti permasalahan yang disajikan tanggal 15 November 2011.
sehingga mereka mengalami kesulitan dalam mencari solusi [4] I Wayan Dasna dan Sutrisno. 2007. Pembelajaran
dari permasalahan tersebut. berbasis masalah. http://lubisgrafura.wordpress.com.
Selain itu ada sebagian siswa yang kurang menyukai Diunduh pada tanggal 15 November 2011.
pembelajaran yang dilaksanakan, akibatnya, mereka kurang [5] Ratnaningsih. 2003. “Pengembangan Kemampuan
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, sehingga materi Berpikir Matematik Siswa SMU Melalui Pembelajaran
yang disampaikan tidak dipahami dengan maksimal yang pada Berbasis Masalah”. Tesis. Program Pascasarjana UPI.
akhirnya mereka mengalami kesulitan dalam memecahkan [6] M. Ibrahim dan M. Nur. 2000. Pembelajaran
permasalahan matematika yang diberikan. Belum efektif dan Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unesa-University
efisiennya pengalokasian waktu juga menjadi salah satu faktor Press.
yang menyebabkan belum maksimalnya peningkatan [7] Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang
kemampuan berpikir kreatif siswa. Namun secara umum dapat Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis [8] Evans, James R. 1994. Berpikir Kreatif: Dalam
masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif Pengambilan Keputusan dan Manajemen. Jakarta:
siswa dalam pembelajaran matematika. Bumi Aksara.
[10] Tatag Yuli Eko Siswono. 2009. “Upaya Meningkatkan
PENUTUP Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan
Berdasarkan hasil dari analisis data yang telah Masalah”. Laporan Penelitian. Jurusan Matematika
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan FMIPA UNESA.
kemampuan berpikir kreatif siswa yang belajar dengan model [9] Campbell, David. 1986. Mengembangkan Kreativitas.
pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari peningkatan Jakarta: Kanisius.
kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajarkan dengan [11] Ahmad Mudzakir Hernani dan Siti Aisyah. (2009)
pembelajaran konvensional. Peningkatan kemampuan berpikir Membelajarkan Konsep Sains-Kimia dari Perspektif
kreatif siswa yang belajar dengan model pembelajaran Sosial untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP.
berbasis masalah jika dilihat dari nilai gain-nya adalah berada Jurnal Pengajaran MIPA (Vol 13 No.1). Hlm 71-93.
pada kategori sedang, sementara peningkatan kemampuan
berpikir kreatif siswa yang belajar dengan pembelajaran
konvensional nilai gain-nya pada kategori rendah.
Berdasarkan kesimpulan di atas maka disarankan
bahwa agar kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
pembelajaran meningkat, dapat dilaksanakan dengan
penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Hal ini
dikarenakan pembelajaran berbasis masalah memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-idenya
secara luas sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif.

25
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 22-26

26

Anda mungkin juga menyukai