Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Stroke atau CVA (Cerebro vascular attack) adalah penyakit yang
banyak ditemukan pada lansia dan dewasa tua. Penyakit tersebut
menyerang sistem saraf pusat sehingga menyebabkan gejala gangguan
fungsi saraf bagian yang terkena. Tercatat lebih dari 4,6 juta meninggal di
seluruh dunia, dua dari tiga kematian terjadi di negara berkembang (WHO,
2003).
Menurut hasil Riskesdas 2013, di Indonesia terdapat lebih dari 2 juta
penduduk terdiagnosis dengan stroke. Provinsi Jawa Barat memiliki
jumlah estimasi penderita terbanyak yaitu 533.895 orang, sedangkan
Papua Barat memiliki estimasi terendah yaitu 2.007 orang. Untuk sebaran
usia, golongan dewasa tua dan lansia masih mendominasi. Rentang usia
55 – 64 tahun dengan estimasi 500.638 orang, diikuti oleh rentang usia 45
– 54 tahun dengan 446.944 orang.
Dengan kemajuan teknologi saat ini, stroke lebih sering
menimbulkan kecacatan daripada kematian. Stroke merupakan penyebab
kecacatan terbanyak kedua di dunia pada usia 60 tahun ke atas. Beban
biaya yang ditimbulkan pasien stroke cukup besar, baik bagi dirinya,
keluarganya, maupun negara. Itu pun belum memperhitungkan beban
psikososial yang ditanggung pasien dan keluarganya.
Untuk itu pencegahan stroke menjadi sangat penting perannya
dalam program kesehatan yang dilaksanakan sehari – hari. Upaya yang
dilakukan antara lain berupa kontrol faktor resiko stroke dan penerapan
pola hidup sehat, terhitung sebagai primary prevention. Sedangkan untuk
pasien yang telah terserang stroke, intervensi rehabilitasi medik sangat
penting untuk mengembalikan kemandirian pasien dan melakukan
kegiatan sehari – hari tanpa menjadi tanggungan beban bagi keluarganya.
Harus diusahakan pada pasien – pasien stroke bergerak aktif untuk
mencegah komplikasi stroke berulang (secondary attack) dan komplikasi
imobilisasi. Komplikasi tersebut dapat memperparah disabilitas dan
meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit lain yang mengarah pada
perburukan klinis bahkan kematian.
Puskesmas sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan
masyarakat diharapkan dapat turut aktif memberikan upaya rehabilitasi
pasien stroke seoptimal mungkin yang bisa. Dengan turut serta nya
Puskesmas diharapkan rehabilitasi pasien stroke dapat menjangkau area
yang lebih luas, serta semua lapisan masyarakat, sehingga menurunkan
angka komplikasi akibat stroke.
Menurut data dari Laporan Bulanan Penyakit Tidak Menular di
Puskesmas Dupak Surabaya, pada periode Januari – Oktober 2016
didapatkan pasien dengan diagnosa stroke yang datang ke Puskesmas
Dupak Surabaya sejumlah 116 orang. Pasien pria ada 49 orang dan
pasien wanita 67 orang. Mayoritas dari pasien – pasien tersebut dilakukan
rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut, dikarenakan keterbatasan
modalitas diagnosa tambahan dan obat – obat neuroprotektor yang
tersedia di Puskesmas Dupak Surabaya.
Dari sejumlah pasien tersebut didominasi oleh rentang usia 55 – 64
tahun dan > 70 tahun. Usia tersebut terutama > 70 tahun termasuk usia
yang mengkhawatirkan karena sering kali kurang diperhatikan untuk
perawatan di rumah pasca rawat di faskes. Selain itu juga belum pernah
dilakukan suatu kajian terhadap kualitas hidup pasien stroke di
masyarakat wilayah kerja Puskesmas Dupak Surabaya.
Mencermati hal – hal tersebut maka Puskesmas Dupak Surabaya
ingin mengembangkan upaya rehabilitasi sederhana terhadap pasien
stroke yang akan dimasukkan dalam paket CHN (Community Health
Nurse). Dengan adanya program tersebut diharapkan tenaga kesehatan,
kader kesehatan, dan keluarga pasien dapat mempelajari serta
mengaplikasikan pada pasien stroke.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Belum ada program rehabilitasi sederhana yang dapat
dilakukan tenaga medis puskesmas pada pasien stroke di
wilayah kerja Puskesmas Dupak Surabaya.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
1. Melaksanakan program rehabilitasi untuk pasien
stroke di Puskesmas Dupak Surabaya.
2. Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam
rehabilitasi sederhana untuk pasien stroke di
wilayah kerja Puskesmas Dupak Surabaya.
3. Meningkatkan pengetahuan kelompok masyarakat
dan kader kesehatan dalam membantu tenaga
kesehatan meningkatkan kualitas hidup pasien
stroke di wilayah kerja Puskesmas Dupak
Surabaya.
1.3.2. Tujuan Khusus
Mengurangi risiko komplikasi pada pasien post stroke
di Puskesmas Dupak Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Bagi Masyarakat
sebagai sarana edukasi bgi masyarakat ttg rehabilitasi
bagi pasien dengan diagnose stroke. Diharapkan angka
komplikasi penyakit stroke di masyarakat dapat lebih ditekan.
1.4.2. Bagi Penulis
1. Menambah pengetahuan mengenai manajemen
rehabilitasi pasien dengan diagnose stroke.
2. Sebagai salah satu tugas dalam pelaksanaan Program
Internsip Dokter Indonesia.
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

Pasien Terdiagnosa Stroke

Gangguan Fungsi Disabilitas Keterbatasan Peran


Organ

Inkontinensia, Tidak bisa berjalan Tidak bekerja


atrofi, gangguan Tidak bisa Tidak mengurus
kognitif berkomunikasi rumah tangga
Higienitas buruk

Tidak tertangani
dengan baik Rehabilitasi Medik
Post Stroke

Cacat permanen

Optimalisasi anatomi
dan fungsi organ
tubuh
Beban sosial,
ekonomi, dan
psikologis

Mengurangi handicap
pasien & beban
keluarga
Pasien dengan diagnosa stroke akan mengalami gangguan terutama
fungsi organ maupun struktur anatominya. Dapat terjadi kehilangan tonus
otot, kehilangan kontrol kandung kemih maupun rectum, tidak mampu
mengingat kejadian, orang, dan tempat. Kelumpuhan sebagian maupun
seluruh anggota gerak, sehingga pasien tidak dapat melakukan aktivitas
sehari – hari tanpa bantuan orang lain.
Dengan adanya program rehabilitasi pasca stroke diharapkan dapat
mengurangi terjadinya komplikasi pasca stroke antara lain kontraktur
jaringan, kekakuan sendi, meningkatkan tonus otot seoptimal mungkin
sehingga pasien tidak terlalu bergantung pada orang lain, bahkan apabila
bisa pasien dapat kembali beraktifitas seperti semula. Peningkatan
kualitas hidup menjadi penekanan penting program rehabilitasi pasca
stroke, sebab seringkali memburuknya kondisi pasien bukan dari penyakit
dasar stroke nya melainkan komplikasi dari tirah baring jangka
panjangnya.
BAB 5

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Stroke adalah penyakit yang dapat dihindari baik cara terjadinya


maupun komplikasi lanjutnya. Untuk pencegahan komplikasi, berarti kita
berbicara mengenai pasien yang sudah terdiagnosa stroke baik itu insiden
akut (baru saja terjadi) maupun kronik (sudah lama). Penanganan pasien
stroke tidak hanya berkutat pada upaya kuratif, tetapi juga upaya
rehabilitatif.
Rehabilitasi medik untuk pasien stroke selama ini selalu terfokus
dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat lanjut. Ada beberapa fase dalam
rehabilitasi pasien stroke, sesuai dengan lama perjalanan penyakitnya.
Tentunya dengan keberadaan fasilitas kesehatan tingkat lanjut yang
memiliki berbagai peralatan atau modalitas terapi yang memadai, jenis
terapi rehabilitasi yang dapat dilakukan menjadi lebih bervariasi. Capaian
terapi bisa lebih dioptimalkan, sehingga hasil rehabilitasi yang telah
diprogramkan pada pasien juga semakin baik. Tetapi ini bukan berarti
terapi rehabilitasi pada pasien stroke tidak bisa dilakukan di luar Faskes
tingkat lanjut.
Rehabilitasi medik sederhana pada pasien stroke yang dilakukan di
fasilitas kesehatan tingkat satu bisa menjadi solusi. Gerakan yang
diperagakan tidak terlalu kompleks seperti rehabilitasi medik di tingkat
lanjut. Alat – alat yang digunakan juga cukup mudah didapatkan bahkan
bisa juga menggunakan benda yang biasa ditemui sehari – hari. Seringkali
pasien yang sudah mendapatkan perawatan kuratif di faskes tingkat
lanjut, juga mendapatkan rehabilitasi selama perawatan disana, pada saat
keluar dari faskes tersebut pasien tidak diajarkan bagaimana melakukan
rehabilitasi sederhana di rumah, atau bila pasien tersebut adalah
pengguna BPJS sering tidak disampaikan rujuk balik ke faskes tingkat
satu yang menaungi pasien tersebut. Akhirnya perkembangan atau
kemajuan dari rehabilitasi pasien tersebut tidak terpantau dan bukan tidak
mungkin keadaan pasien memburuk karena outcome yang semula
diharapkan tidak tercapai.
Wilayah kerja Puskesmas Dupak Surabaya berada di kelurahan
Dupak, kecamatan Krembangan yang merupakan daerah padat
penduduk. Jumlah pasien yang dilayani cukup banyak. Dari data Laporan
Bulanan Puskesmas Dupak didapatkan dalam 10 bulan awal tahun 2016
ada 116 kunjungan pasien dengan diagnose stroke. Sayangnya pasien –
pasien tersebut kurang mendapat pelayanan yang optimal di Puskesmas
Dupak Surabaya, antara lain karena :
1. Tidak tersedianya obat – obat neuroprotektor yang biasa
digunakan untuk perawatan pasien stroke di Puskesmas Dupak.
2. Belum adanya program khusus rehabilitasi medik untuk pasien
stroke di Puskesmas Dupak.
3. Tenaga kesehatan yang belum cakap untuk melakukan terapi
rehabilitasi pada pasien stroke.
4. Kader – kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Dupak
belum mengerti dan terlatih untuk melakukan perawatan mandiri
sederhana pada pasien stroke.
5. Tidak tersedianya peralatan / modalitas untuk melakukan
rehabilitasi medik pada pasien stroke.
6. Kurang aktif-nya keluarga untuk membawa pasien stroke berobat
atau melakukan perawatan mandiri di rumah, serta bertanya
kepada tenaga kesehatan cara perawatan yang benar.
7. Tidak berjalannya program rujuk – balik dari Faskes Tingkat
Lanjut untuk pasien stroke yang menggunakan BPJS.
Sebuah sistem yang kurang terpadu dan berkelanjutan tidak bisa
memberikan pelayanan optimal bagi pasien. Diperlukan partisipasi aktif
dari semua pihak untuk merawat pasien stroke. Tidak boleh ada lagi
pasien stroke yang ditelantarkan atau tidak dirawat di rumah sehingga
timbul komplikasi yang lebih parah dari keadaan imobilisasi pasien
tersebut. Meningkatkan kualitas hidup pasien di masyarakat adalah tujuan
penanganan rehabilitatif pasien stroke. Selain itu juga supaya tidak
menimbulkan beban psikologi bagi pasien dan keluarga, serta beban
sosial dan ekonomi berlebih terhadap pasien.
BAB 6
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Program rehabilitasi medik untuk pasien post CVA selama ini
hanya terfokus di pelayanan kesehatan tingkat lanjut, baik di rumah sakit
tipe B atau A. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya belum
adanya program khusus rehabilitasi medik untuk pasien post stroke di
Puskesmas Dupak, tenaga kesehatan yang belum memadai untuk
melakukan rehabilitasi medik di Puskesmas Dupak, tidak tersedianya
peralatan atau modalitas sederhana untuk melakukan rehabilitasi medik
sederhana di Puskesmas Dupak, dan kader – kader kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas Dupak belum mengerti dan terlatih untuk melakukan
perawatan mandiri sederhana pada pasien stroke. Yang terakhir kurang
aktif-nya keluarga untuk membawa pasien stroke berobat atau melakukan
perawatan mandiri di rumah, serta bertanya kepada tenaga kesehatan
cara perawatan yang benar. Sehingga sistem yang tidak padu dan
berkesinambungan ini dapat meningkatkan kejadian komplikasi pasien
post stroke, penurunan kualitas hidup penderita, dan bahkan dapat
meningkatkan angka morbiditas pasien post stroke.

6.2 Saran
 Menyediakan obat – obat neuroprotektor di Puskesmas Dupak
untuk mempercepat pemulihan dan peningkatan kualitas hidup
pasien post stroke.
 Menginisiasi program rehabilitasi medik sederhana untuk pasien
post stroke di lingkup kerja Puskesmas Dupak.
 Melakukan pelatihan bagi tenaga kesehatan di Puskesmas Dupak
agar dapat melakukan rehabilitasi medik sederhana pada pasien
post stroke sesuai dengan kriteria yang ada.
 Mempersiapkan secara bertahap peralatan atau modalitas
rehabilitasi medik sederhana di Puskesmas Dupak.
 Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Dupak tentang penyakit stroke dan penanganannya,
sehingga keluarga pasien post stroke lebih aktif untuk rutin berobat
dan melakukan perawatan rehabilitasi medik di Puskesmas Dupak.

Anda mungkin juga menyukai