Anda di halaman 1dari 13

NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIS


KOMPONEN STUD PIN WINDER BAJA SKD-11 YANG
MENGALAMI PERLAKUAN PANAS DISERTAI
PENDINGINAN NITROGEN

Naskah Publikasi ini disusun guna memenuhi Tugas Akhir

pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun :

OKTAVIAN WIDHI HERMAWAN

NIM : D200100021

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIS
KOMPONEN STUD PIN WINDER BAJA SKD-11 YANG
MENGALAMI PERLAKUAN PANAS DISERTAI
PENDINGINAN NITROGEN

Oktavian W H, Tri Widodo B R, Bambang W F


Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura
email : Vieant22gober@gmail.com

ABSTRAKSI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati perubahan


struktur mikro dan peningkatan sifat mekanis pada komponen stud pin
winder dari baja SKD-11 yang mengalami proses perlakuan panas disertai
pendinginan nitrogen.
Penelitian ini dilakukan dengan cara memanaskan spesimen baja
SKD-11 hingga temperatur austenit 10000C dengan waktu penahanan 2
jam dan didinginkan dengan media ruang berisikan gas nitrogen. Pada
spesimen tersebut kemudian dilakukan tempering dengan variasi
temperatur 2000C, 3000C, 5000C, 5500C, 6000C dengan waktu penahanan
1 jam. Pada spesimen yang telah mengalami pemanasan dan
pendinginan tersebut kemudian dilakukan pengujian kekerasan, impak
(ketangguhan), dan struktur mikro.
Hasil pengamatan struktur mikro menunjukkan bahwa semakin
tinggi suhu tempering maka kandungan martensit semakin banyak, yang
dapat mengakibatkan material semakin getas. Hasil pengujian kekerasan
baja SKD-11 tanpa perlakuan panas (42,3 HRC), dengan tempering
2000C (62 HRC), 3000C (62,2 HRC), 5000C (63,5 HRC), 5500C (61,7
HRC), 6000C (48,8 HRC). Hasil pengujian kekerasan tersebut
menunjukkan bahwa dengan meningkatnya suhu tempering nilai
kekerasan akan naik dan mencapai nilai tertinggi pada suhu tempering
5000C (63,5 HRC). Hasil pengujian ketangguhan baja SKD-11 tanpa
perlakuan panas (0,14J/mm2), dengan tempering 2000C (0,08 J/mm2),
3000C (0,1 J/mm2), 5000C (0,09 J/mm2), 5500C (0,05 J/mm2), 6000C (0,08
J/mm2). Hasil pengujian ketangguhan tersebut menunjukkan bahwa
kenaikan suhu tempering mengakibatkan nilai ketangguhan menurun,
berarti material semakin getas. Kesimpulan dari data tersebut
menunjukkan bahwa baja SKD-11 tanpa perlakuan panas mempunyai
sifat yang optimal dan dapat digunakan sebagai alternatif pengganti stud
pin winder original.

Kata kunci : Pin Pengunci, Perlakuan Panas, Baja SKD-11


1. PENDAHULUAN 2. Industri menginginkan adanya
kesetersedian sparepart lokal yang
PT. Asia Pasific Fibers, Tbk berkualitas untuk menekan biaya
adalah industri yang bergerak dalam perawatan mesin dan kehilangan
bidang produksi benang polyester. hasil produksi karena pengadaan
Dalam proses produksinya PT. APF sparepart import yang
menggunakan mesin pemintal benang membutuhkan waktu lebih dari 3
tipe AW-212. Perusahaan tersebut bulan.
memiliki mesin winder sebanyak 132 3. Untuk meningkatkan kualitas stud
buah. Setiap mesin tersebut memiliki 2 pin produksi lokal dengan
lengan penggulungan (bobbin), setiap perlakuan panas memerlukan studi
bobbin mampu memuat gulungan karakteristik berdasarkan
benang sebanyak 8 gulungan, komposisi kimia, struktur mikro dan
sehingga 1 mesin bisa produksi 16 uji kekerasan.
gulungan. Namun sekali proses
produksi hanya 1 bobbin yang bekerja. Batasan Masalah
Bila 1 bobbin sudah selesai
menggulung, akan berputar ke bobbin Batasan masalah dalam
yang lain. Pada proses berputar dari pengujian stud pin yaitu :
bobbin 1 ke bobbin lain, dibutuhkan 1. Menggunakan material baja
sistem penguncian agar bobbin tidak SKD-11/ ASSAB XW-42/ AISI D2.
bergerak selama proses penggulungan 2. Temperatur hardening 10000 C
benang. Dibutuhkan material yang dengan holding time 2 jam.
mampu menahan beban dari berat 3. Quencing Gas H2 (Nitrogen udara).
bobbin dan berat gulungan benang itu 4. Tempering menggunakan dapur
sendiri. Poros tersebut, pada mesin pemanas dengan variasi suhu
winder AW-212 disebut stud pin. 200°,300°,500°,550°dan 600°
Kebutuhan penggantian komponen dengan waktu penahanan
stud pin dari tahun ketahun semakin 60 menit.
meningkat, sementara komponen stud 5. Pengujian material meliputi struktur
pin masih mengandalkan produk mikro, uji kekerasan dan uji impact.
import dari negara Jepang.
Ketersediaan komponen import Tujuan Penelitian
sekarang ini mengalami kendala
dikarenakan barang harus menunggu Tujuan dari penelitian ini adalah:
selama 3-6 bulan, dengan harga yang 1. Menganalisa sifat mekanis baja
mahal dan waktu pengiriman yang SKD-11 setelah proses head
lama. treadment.
2. Mengetahui struktur mikro baja
Rumusan Masalah SKD-11 setelah proses heat
treatment.
Berdasarkan latar belakang 3. Mendapatkan hasil uji baja SKD-11
diatas dapat dirumuskan sebagai yang diharapkan mampu
berikut: mendekati kualitas komponen
1. Stud pin import harga mahal import.
menyebabkan biaya perawatan
yang tinggi.
Manfaat Penelitian maka sifat keuletan akan menjadi
rendah dan baja akan menjadi getas.
Manfaat yang dapat diperoleh Baja yang demikian tidak cukup baik
dari penelitian ini adalah: untuk berbagai pemakaian. Oleh
1. Memahami sifat mekanis pada karena itu biasanya atau hampir selalu
material baja SKD-11. setelah dilakukan proses pengerasan
2. Bagi industri mendapatkan stud pin kemudian segera diikuti dengan
lokal yang berkualitas dengan harga Tempering.
yang murah sehingga biaya
perawatan dan kehilangan nilai LANDASAN TEORI
produksi dapat ditekan.
3. Menjadikan masukan bagi Pengertian baja
pengembangan bidang ilmu
teknologi material, meningkatkan Baja merupakan logam
pengetahuan dan wawasan serta paduan antara besi dan karbon
memperkaya ilmu pengetahuan dan dimana kadar karbonnya maksimum
teknologi dibidang pengujian bahan sekitar 1,5 %. Sedangkan untuk yang
logam dan juga memberi masukan kadar karbonnya antara 2% sampai
kepada industri-industri kecil dengan 6,67% disebut dengan besi
maupun besar untuk membuat cor.
spartpart mesin sehingga tidak
tergantung pada produk import. Baja SKD-11 ( ASSAB XW-42 )

Baja perkakas SKD-11 adalah


2. TINJAUAN PUSTAKA jenis baja tahan karat berkualitas tinggi
yang merupakan baja perkakas dan
Arief Murtiono (2012) dalam banyak dipergunakan dalam industri
buku mengatakan bahwa perlakuan karena memiliki sifat kekerasan yang
panas (heat treatment) didefenisikan tinggi dan tahan aus. Komposisi kimia
sebagai kombinasi operasi pemanasan dari baja perkakas SKD-11 yaitu, C
dan pendinginan yang terkontrol dalam 1,55%, Cr 11,60%, Mo 0,80%,Mn
keadaan padat untuk mendapatkan 0,30%, Si 0,30%.
sifat-sifat tertentu pada baja/logam
atau paduan. Salah satu metode Klasifikasi baja karbon
perlakuan panas tersebut dengan
proses quenching dan tempering. Baja karbon
Kirono Sesi dkk (2009) dalam Baja karbon adalah baja yang
buku mengatakan bahwa baja sifat-sifatnya dipengaruhi oleh kadar
merupakan salah satu jenis logam karbonnya. Berdasarkan kandungan
yang banyak digunakan oleh manusia karbon, baja karbon dibagi menjadi
untuk berbagai keperluan. Ada kalanya tiga macam yaitu:
baja yang akan diproses tidak
mempunyai kekerasan yang cukup. a. Baja Karbon rendah (Low Carbon
Oleh karena itu perlu dilakukan proses Steel).
lagi yaitu proses hardening. Dengan Baja karbon rendah adalah baja
melakukan Hardening maka akan yang mengandung kadar karbon
didapatkan sifat kekerasan yang lebih kurang dari 0,25% C.
tinggi. Semakin tinggi angka kekerasan
b. Baja karbon sedang (Medium baja dan dari jenis perlakuan panas
Carbon Steel) yang diterapkan pada baja tersebut.
Baja karbon sedang adalah baja Macam-macam struktur logam
yang mengandung kadar karbon antara lain :
0,25% C-0,5%C.
1. Ferit
c. Baja karbon tinggi (High Carbon Ferit terbentuk pada proses
Steel). pendinginan yang lambat dari austentit
Baja karbon tinggi adalah baja yang baja. Ferit bersifat sangat lunak, ulet
mengandung kadar karbon 0,5% C- dan memiliki konduktivitas yang tinggi.
1,7% C
2. Perlit
d. Baja paduan
Perlit adalah campuran sementit
Baja paduan adalah baja yang
dan perlit yang memiliki kekerasan
sifatnya dipengaruhi oleh kadar
sekitar 10-30 HRC. Sifat dari pearlite
karbon dan unsur-unsur paduan
adalah keras dan lebih kuat dari pada
yang ditambahkan.
ferit.
Diagram Besi – Karbon
3. Bainit
Diagram ini merupakan dasar Bainit merupakan fase yang
pemahaman untuk semua operasi- kurang stabil yang diperoleh dari
operasi perlakuan panas, seperti austenit. Kekerasan antara 45-55 HRC
diperlihatkan pada gambar 1. tergantung pada temperatur
transformasinya.

4. Martensit
Martesit merupakan larutan padat
dari karbon yang lewat jenuh pada besi
alfa. Kekerasan bekisar antara 20-65
HRC dan sifatnya sangat keras.

5. Sementit
Sementit yaitu paduan besi
karbon dengan prosentase karbon
sekitar 6,65%. Bersifat sangat keras
Gambar 1. Diagram Fe - Fe3C
dengan harga kekerasan sekitar 65-85
HRC.
Diagram Fe-Fe3C dapat
dianggap sebagai suatu diagram fase
6. Karbida
yang mudah berubah bila
Karbida adalah unsur-unsur
dipanaskan. Sehingga dalam
paduan seperti karbon, mangan,
pemakaian diagram Fe - Fe3C sangat
chrom, wolfram, molbiden, dan
penting.
vanadium yang banyak digunakan
Struktur logam pada baja-baja perkakas untuk
meningkatkan ketahanan baja tersebut
Jenis struktur yang sangat terhadap keausan dan memelihara
dipengaruhi oleh komposisi kimia dari stabilitas baja tersebut pada
temperatur tinggi.
Diagram TTT didinginkan dengan berbagai macam
variasi pendinginan.
Diagram ini menghubungkan
transformasi austenit terhadap waktu Proses pelakuan panas
dan temperatur.
Perlakuan panas adalah proses
pemanasan dan pendinginan material
yang terkontrol dengan maksud
merubah sifat fisik untuk tujuan
tertentu.

Quenching

Proses quenching atau


pengerasan baja adalah suatu proses
Gambar 2. Diagram ttt untuk baja pemanasan logam sehingga mencapai
karbon 1% batas austenit yang homogen.
Selanjutnya secara cepat atau lambat
Dengan diagram ini dapat baja tersebut didinginkan
dipelajari kelakuan baja pada setiap menggunakan media pendingin.
tahap perlakuan panas dan juga dapat
digunakan untuk memperkirakan a. Lama Pemanasan
struktur dan sifat mekanis Lama pemanasan pada
temperatur pengerasan material
Diagram CCT tergantung jenis baja dan
temperatur pemanasan. Diagram
Proses ini dapat kita lihat pada dibawah dapat menjadi acuan
diagram CCT (Continuous Cooling untuk alasan diatas.
Transformation) berikut:

Gambar 4. Grafik lama


pemanasan dengan tebal dinding
Gambar 3. Diagram CCT pada baja benda kerja yang di hardening
Karbon (suratman,1994)

Beberapa spesimen baja b. Media Quenching


eutektoid dipanaskan pada temperatur Media quenching yang
di atas titik A1. Temperatur ini digunakan harus dapat menjamin
ditunjukkan oleh diagram CCT di atas agar tidak timbul distorsi pada
sebagai titik t. kemudian baja
benda kerja setelah proses dengan metode Rockwell bertujuan
quenching. menentukan kekerasan suatu material
Gas Nitrogen (N2) sering dalam bentuk daya tahan material
digunakan sebagai pengganti terhadap indentor berupa bola baja
udara dimana oksidasi tidak ataupun kerucut intan yang ditekankan
diinginkan. Teknik nitridasi pada permukaan material uji tersebut.
dilakukan dengan menggunakan
gas nitrogen yang disemprotkan
langsung pada baja yang sedang
membara. (Leslie,1982).

Tempering

Tempering adalah proses Gambar 5. Pengujian Rockwell


memanaskan kebali baja yang telah
dekeraskan dengan temperatur
dibawah temperatur kritis. Dengan
proses ini, duktilitas dapat ditingkatkan
namun kekerasan dan kekuatanya
akan menurun.
. Gambar 6.. Prinsip Kerja Metode
Pengujian stuktur mikro Pengukuran Kekerasan Rockwell
Suatu logam mempunyai sifat Pengujian impact
mekanik yang tidak hanya tergantung
pada komposisi kimia suatu paduan, Impact test merupakan suatu
tetapi juga tergantung pada struktur pengujian yang dilakukan untuk
mikronya Pengujian tersebut bertujuan menguji ketangguhan suatu specimen
untuk mengetahui struktur mikro logam bila diberikan beban secara tiba-tiba
serta sifat – sifatnya. melalui tumbukan.
Adapun beberapa tahap yang
perlu dilakukan sebelum
melakukan pengujian struktur mikro
adalah:
a.Pemotongan
b.Pengamplasan
c. Pemolesan
d.Etsa
e.Pemotretan.

Pengujian kekerasan Gambar 7. Alat uji impact charpy


Kekerasan merupakan ketahanan Bentuk takikan amat berpengaruh
suatu material terhadap penetrasi pada ketangguahan suatu material,
material lain. Ada beberapa metode karena adanya perbedaan distribusi
untuk menguji kekerasan, seperti : dan konsentrasi tegangan. Berikut ini
metode brinell, metode rockwell, dan adalah urutan energi impact yang
metode vickers. Pengujian kekerasan
dimiliki oleh suatu bahan berdasarkan
bentuk takikannya.

 Takikan segitiga
Memiliki energi impak yang paling
kecil, sehingga paling mudah patah.

 Takikan segi empat


Memiliki energi yang lebih besar pada
takikan segi tiga karena tegangan
terdistribusi pada 2 titik pada sudutnya.

 Takikan Setengah lingkaran


Memiliki energi impak yang terbesar
karena distribusi tegangan tersebar
pada setiap sisinya, sehingga tidak
mudah patah.

Gambar 9. Diagram alir

Studi pustaka dilakukan dengan


Gambar 8. Macam takikan standart mencari literatur mengenai hasil
astm e 23 penelitian sejenis yang pernah
besarnya harga impak yaitu : dilakukan sebelumnya dapat berupa
K=E jurnal penelitian dan buku. sehingga
A dari penelitian yang akan dilakukan
2
dimana , K = Nilai Impak (Kgm/mm ) memiliki perbedaan variabel dari
E = Energi Yang Diserap penelitian yang pernah dilakukan,
( Joule ) sesuai dengan teori serta memenuhi
A = Luas penampang standar uji.
2
dibawah takikan (mm )
Alat dan Bahan
3. Metode Penelitian
1. Baja ASSAB SKD-11
Metode Penelitian adalah cara 2. Dapur pemanas
yang dipakai dalam suatu kegiatan 3. Spektrometer WAS
penelitian, sehingga mendapatkan 4. Alat uji impact charpy
hasil yang dapat dipertanggung 5. Alat uji kekerasan rockwell
jawabkan secara akademis dan ilmiah. 6. Alat uji foto mikro
Langkah-langkah penelitian dapat 7. Amplas
dilihat pada gambar 9. 8. Asam Nital HNO3 10%
9. Autosol
10. Tang penjepit Pengujian Kekersan Rockwell
11. Kain bludru
12. Gas Nitrogen (N2) Hasil pengujian kekerasan
13. Ruang pendinginan rockwell baja SKD-11 dapat dilihat
14. gergaji besi pada tabel 3.
15. kikir
Kekerasan
4. Hasil dan Pembahasan Sampel
HRC
Stud pin original 36,19
Dari pengujian yang telah Raw Material 42,3
dilakukan didapatkan hasil sebagai
berikut : Tempering 2000C 62
Tempering 3000C 62,2
Tabel 1. Data uji Komposisi Kimia Tempering 5000C 63,5
Material Stud Pin Original Tempering 5500C 61,7

Unsur Kandungan % Tempering 6000C 48,8


Fe 89,6
C 0,340 Tabel 3. Data hasil uji kekerasan
Si 0,790 rockwell
Mn 0,614
P 0,0204
S 0,0094
Cr 0,868
Mo <0,0050
Ni 3,28
Al 0,196
Co 2,84
Cu 0,445
Nb 0,130
Ti 0,0872
V <0,0020 Gambar 10. Grafik uji kekerasan
W 0,497
Pb 0,180 Dari pengujian kekerasan dapat
dilihat bahwa kekerasan material stud
Tabel 2. Data uji Komposisi Kimia Baja pin original 36,19 HRC. Dan material
pembanding (baja SKD-11) tanpa
SKD-11. perlakuan panas RAW (42,3 HRC) dan
Unsur Kandungan %
di lakukan perlakuan panas terjadi
kenaikan nilai kekerasan. Kekerasan
Fe 85,45
baja SKD 11 dengan tempering 2000C
C 1,55 (62 HRC), tempering 3000C (62,2
Cr 11,60 HRC), tempering 5000C (63,5 HRC)
Mo 0,80 dan terjadi penurunan nilai kekerasan
Mn 0,30 pada tempering 5500C (61,7 HRC) dan
Si 0,30
tempering 6000C (51,4 HRC). Ini
berarti bahwa kekerasan baja SKD 11
yang telah di perlakuan panas dan tempering 5500C (0,05J/mm2) dan
ditempering 5000C (63,5 HRC) yang tempering 6000C (0,08J/mm2). Energi
paling tinggi nilai kekerasan dari nilai impact yang paling tinggi ada pada
kekerasan material Stud pin original, Raw material dengan nilai (0,14J/mm2)
dan material yang telah dilakukan dan yang paling rendah pada material
perlakuan panas lainnya. tempering 5500C dengan (0,05
J/mm2). Ini berarti dengan semakin
Pengujian Impact Charpy tingginya energi impak, maka material
tersebut memiliki ketangguhan yang
Hasil pengujian Impact Charpy tinggi. Hal ini juga dapat diartikan
pada baja SKD-11 dapat dilihat pada material tersebut dapat menyerap
tabel 4. energi yang besar pula.

Tabel 4. Hasil uji impact Pengamatan Struktur Mikro

Energi A Energi Hasil pengamatan struktur mikro


yang (luas Impact pada baja SKD-11 dapat dilihat pada
Sampel uji
diserap penam (Joule/m
(Joule) pang) m2)
gambar-gambar dibawah ini.
Raw
12 88 0,14
Material
Tempering
7 90 0,08
2000C
Tempering
10 90 0,1
3000C
Tempering
8 89,25 0,09
5000C
Tempering
4,5 85 0,05
5500C
Tempering
6,5 85 0,08
6000C

Gambar 12. Struktur mikro material


stud pin original pembesaran 200X.

Gambar 11. Grafik uji impact

Berdasarkan hasil pengujian


dan grafik yang telah dibuat, energi
impak pada raw material (0,14J/mm2),
energi impak material dengan
0 Gambar 13. Struktur mikro Raw
tempering 200 C (0,08J/mm2),
0 material Baja SKD-11 pembesaran
tempering 300 C (0,1J/mm2),
500X.
tempering 5000C (0,09J/mm2),
Gambar 14. Struktur mikro material Gambar 17. Struktur mikro material
dengan tempering 2000 C dengan tempering 5000 C pembesaran
pembesaran 500X. 500X.

Gambar 15. Struktur mikro baja SKD- Gambar 18. Struktur mikro material
11 dengan tempering 200oC dengan tempering 5500 C pembesaran
(ASM Handbook Vol 9, 2004). 500X.

Gambar 16. Struktur mikro Gambar 19. struktur mikro material


material dengan tempering 3000 C dengan tempering 6000 C pembesaran
pembesaran 500X. 500X.
5. KESIMPULAN material baja SKD-11 yang telah
dihardening dan ditempering pada
Dari hasil penelitian dan analisis dapat suhu 3000C hanya sebesar 0,1
diambil kesimpulan sebagai berikut J/mm2.

1. Hasil pengujian struktur mikro Baja 4. Pada analisa dilapangan patahan


Stud Pin Original mengalami fasa material yang terjadi adalah beban
ferit, sementit, dan martensit. impact. Sementara dalam
Sedangkan Baja SKD-11 setelah penelitian ini, nilai impact terbaik
tempering memiliki fasa pearlite, adalah material tanpa perlakuan
sementit, bainit dan adanya krom panas. Dari data tersebut
karbida akibat unsur krom dan menunjukkan bahwa baja SKD-11
karbon yang tinggi yang tanpa perlakuan panas mempunyai
menyebabkan material memiliki sifat yang optimal dan dapat
nilai kekerasan yang sangat tinggi digunakan sebagai alternatif
namun getas. pengganti stud pin winder original.

2. Dari pengujian kekerasan material, SARAN


baja SKD-11 tanpa perlakuan
memiliki nilai kekerasan material 1. Untuk penelitian selanjutnya
42,3 HRC dibandingkan stud pin perlu menambah material
original yang hanya memiliki nilai pembanding,untuk mendapatkan
kekerasan sebesar 36,19 HRC. hasil penelitian yang lebih variabel.
Akan tetapi lebih baik lagi bila
material baja SKD-11 2. Peneliti berikutnya disarankan
mendapatkan perlakuan panas. untuk mengambil foto mikro
Nilai kekerasan tertinggi ada pada material sebelum ditampering,
pada baja SKD-11 yang telah guna mempermudah
dihardening dan ditempering pada mendefinisikan perubahan fasa
suhu 5000C sebesar 63,5 HRC, metalografi.
dan yang terendah ada pada baja
SKD-11 yang telah dihardening 3. Adanya penambahan
dan ditempering pada suhu 6000C pengujian, yaitu uji tarik dan
dengan nilai kekerasan 48,8 HRC. pembuatan spesimen sesuai
dimensi untuk dicoba langsung
3. Dari uji impact atau pengujian pada mesin winnder.
ketangguhan nilai ketangguhan
tertinggi pada sampel material baja
SKD-11 yang tidak mendapatkan
perlakuan panas atau RAW
material. Baja SKD-11 mengalami
penurunan nilai ketangguhan
setelah mendapatkan perlakuan
panas. Nilai terendah pada baja
SKD-11 setelah dihardening dan
ditempering pada suhu 5000C
sebesar 0,05 J/mm2 dan nilai
ketangguhan tertinggi pada

Anda mungkin juga menyukai