Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Laporan ini memaparkan hasil akhir penyelidikan tanah di lokasi rencana di kota Manna,
Bengkulu Selatan. Tujuan dari penyelidikan tanah ini adalah untuk mendapatkan data
teknis/parameter tanah yang dapat mewakili kondisi tanah setempat untuk digunakan didalam
perencanaan proyek.

A. Latar Belakang
Untuk melaksanakan pembangunan maka perlu didukung oleh perencanaan teknik yang
matang agar dapat menghasilkan suatu perencanaan yang efektif dan ramah lingkungan.
Kebutuhan akan perencanaan yang baik merupakan suatu factor yang mnentukan baik tidaknya
bangunan yang akan dibuat nantinya. Kerangka acuan kerja bertujuan untuk menjadi pedoman
konsep pelaksanaan dan hasil yang ingin dicapai dalam perencanaan teknik ini adalah mencakup
gambar rencana, daftar kuantitas dan harga, dokumen teknis yang dapat memberikan gambaran
produk yang ingin diwujudkan serta dokumen tender untuk keperluan pelelangan pekerjaan.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud dari kegiatan ini adalah mengetahui sifat fisik dan mekanis dari lapisan tanah yang
akan memikul pondasi jembatan. Sifat fisik berupa warna, gradasi butiran, likuiditas, berat jenis
dll, sedangkan sifat mekanis berupa kemampatan butiran tanah, kekuatan geser tanah, daya
dukung tanah terhadap beban.
Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
 Memberikan informasi yang jelas pelapisan tanah sampai kedalaman tertentu
 Mendapat gambaran jenis pondasi yang sesuai untuk kondisi daerah tersebut
 Memberikan alternatif ukuran pondasi yang diinginkan

C. Ruang lingkup
 Melakukan pengujian Dutch Cone Penetrometer Test (DCPT)/Sondir dengan kapasitas
2.5 ton sebanyak 4 (empat) titik.
 Pengeboran dalam hingga kedalaman tertentu pada 2 (dua) titik dengan interval 2.0 m.
Pengambilan contoh tanah tak terganggu ke dalam tabung UDS.
 Pengamatan muka air tanah pada seluruh titik uji lapangan.
 Menyusun laporan untuk menyajikan hasil penyelidikan tanah serta diskusi kondisi
tanah.
 Melakukan analisa dan rekomendasi daya dukung ijin pondasi.
D. Lokasi Kegiatan
BAB II
METODE PENELITIAN

Pekerjaan pengeboran pada lokasi rencana bangunan di Manna, Bengkulu Selatan mencakup
pengeboran inti 4 titik bor dan selama pengeboran dilakukan pengujian SPT dan pengambilan
sampel asli (UDS). Program penyelidikan tanah yang telah dilakukan meliputi pekerjaan-pekerjaan
sebagai berikut :
 Melakukan pengujian sondir di 4 (empat) titik, yaitu : S-1 hingga S-4.
 Pengambilan sampel asli (UDS)
 Memonitor muka air tanah pada setiap titik sondir.

Ringkasan pekerjaan lapangan terangkum sebagai berikut:


Jenis Kedalaman GWL qc
Nama Simbol Tanggal Pelaksanaan (kg/cm²)
Pekerjaan Pengujian (meter)
S-1 20 Januari 2013 30.0m 1.0 40
S-2 22 Januari 2013 30.0m 1.0 39
Uji Sondir
S-3 25 Januari 2013 2.8m NA 250
S-4 25 Januari 2013 2.8m NA 250

3.2 Pengujian Sondir/Dutch Cone Penetration Test


Percobaan ini menggunakan alat sondir tipe Dutch Cone Penetrometer yang dilengkapi dengan
bikonus, dan dipasang diujung pipa sondir. Selama percobaan sondir, alat dipertahankan vertikal
dengan memasang angkur dikaki sondir.
Metoda ini berfungsi untuk eksplorasi dan pengujian di lapangan. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui elevasi lapisan “keras” dan homogenitas tanah dalam arah lateral. Hasil Cone
Penetration Test disajikan dalam bentuk diagram sondir yang mencatat nilai tahanan konus dan
friksi selubung, kemudian digunakan untuk menghitung daya dukung pondasi yang diletakkan
pada tanah tersebut.
 Alat-alat sondir
1. Mesin sondir
2. Satu set batang sondir lengkap dengan stang dalam yang panjangnya
1m
3. Manometer 2 buah
 Kapasitas 0-50 kg/cm2
 Kapasitas 0-250 kg/cm2
4. Satu buah bikonus dan satu buah paten konus
5. Plat persegi 2 buah
6. Satu set (2) buah angkur
 Bahan :
1. Minyak hidraulik
2. Tanah lapangan pengujian
 Langkah Kerja:
1. Menentukan lokasi yang permukaannya datar
2. Memasang empat buah angker ke dalam tanah dengan memutarnya menggunkan kunci
pemutar angker (kunci T). kemudian memasang 2 pelat persegi yng memanjang di
saming angker. Jarak antar angker dan jarak kedua pelat disesuaikan dengan ukuran
mesin sondir.
3. Memasang mesin sondir tegak lurus dan perlengkapannya pada lokasi pengujian, yang
diperkuat dengan pelat besi pendek untuk menjepit mesin dan diperkuat dengan mor
pengunci angker yang dipasang ke dalam tanah.
4. Memasang Traker,tekan stang dalam. Pada penekanan pertama ujung konus akan
bergerak ke bawah sedalam 4 cm, kemudian manometer dibaca yang menyatakan
perlawanan ujung. Pada penekanan berikutnya konus dan mantelnya bergerak 4cm.
Nilai pada manometer yang terbaca adalah nilai tekanan ujung dan perlawanan lekat.
5. Menekan stang luar sampai kedalaman baru, penekanan stang dilakukan sampai setiap
kedalaman tambahan sebanyak 20 cm.
6. Melakukan hal yang sama dengan langkah kerja di atas sampai pembacaan manometer
tiga kali berturut-turut menunjukkan nilai ≥150 kg/cm2 dan jika penekanan mesin
sondir sudah mencapai maksimalnya atau dirasa telah mencapai tanah keras, maka
pengujian ini dapat dihentikan.

3.3 Pengambilan contoh tanah UDS


Agar data dan sifat-sifat tanahnya cukup baik, maka perlu dijaga terhadap gangguan saat
pengambilan, pengangkutan dan penyimpanan contoh-contoh tanah inti, memenuhi ketentuan
standar seperti berikut :
• Penentuan penyebaran dan interval titik pengambilan UDS disesuaikan dengan kebutuhan
desain dan kondisi geologi setempat.
• Pengambilan sampel menggunakan sampler tube (shelby tube) yang mampu mengambil
sampel sepanjang 45 – 50 cm.
• Tabung contoh yang telah terisi segera disekat kedua ujungnya dengan lilin/parafin serta
diberi label.
• Sampel UDS yang diambil segera di bawa ke laboratorium untuk dianalisa.
• Kotak penyimpan contoh diberi label dengan informasi tercantum: nama/ lokasi proyek,
nomor titik bor, nomor (urut) kotak penyimpan dan kisaran kedalaman
• Contoh batuan yang sudah tersusun dalam kotak penyimpanan difoto
3.4 Pengamatan Muka Air Tanah
Muka air tanah diamati pada semua titik sondir dan pengeboran dalam selama penyelidikan
lapangan dilakukan. Kedalaman muka air tanah yang diperoleh pada waktu penyelidikan lapangan
diperoleh dalam waktu yang singkat atau hanya dilakukan pada saat pekerjaan lapangan
dilaksanakan, sehingga perlu dilakukan pengujian lapangan lainnya untuk mendapatkan kedalaman
muka air tanah yang lebih pasti dan stabil.
BAB III
UJI LABORATORIUM

Uji laboratorium dibawah ini dilakukan pada semua contoh tanah tidak terganggu yang
didapat pada setiap lubang bor. Pengujian laboratium terdiri atas pengujian terhadap sifat fisis
dan mekanis tanah. Keseluruhan pengujian ini berdasarkan standar American Society for Testing
and Materials (ASTM).

Uji sifat-sifat indeks tanah (Index Properties Test), meliputi :


 Berat Isi (Unit Weight)

 Kadar Air (Natural Moisture/Water Content)

 Berat Jenis Tanah (Specific Gravity)

 Atterberg Limit

 Grain Size Distribution

Uji sifat-sifat mekanis tanah (Mechanical Properties Test), meliputi :


 Uji Tekan Triaksial – UU untuk tanah lempung dan lanau

 Consolidation Test
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Berdasarkan Pengujian Sondir


Pengujian sondir dilakukan pada 4 (empat) titik. Berdasarkan hasil pengujian DCPT / sondir
yang diplot dalam grafik hubungan antara qc (tahanan konus) dan fr (friction ratio) terhadap
kedalaman pengujian, diperoleh data sebagai:

Titik Sondir Kedalaman Pengujian Sondir Nilai Tahanan Konus (qc)


S-1
S-2
S-3
S-4

4.2 Muka Air Tanah


Muka air tanah diamati pada semua titik sondir dan pengeboran dalam selama penyelidikan
lapangan dilakukan. Untuk mendapatkan muka air tanah yang lebih pasti disarankan untuk
melakukan pengujian lapangan lainnya. Adapun hasi pengukuran muka air tanah sebagai berikut:

Titik Uji Sondir Kedalaman Muka Air Tanah (meter)


S-1 1.0
S-2 1.0
S-3 Na
S-4 Na
BAB IV
REKOMENDASI GEOTEKNIK

4.1 Rekomendasi Daya Dukung Ijin Pondasi Dangkal

Pondasi dangkal disarankan untuk bangunan penunjang saja yang memiliki beban rencan ringan.
Perhitungan allowable bearing capacity untuk pondasi dangkal dihitung berdasarkan formula
Skempton untuk tanah lempung (1951), dengan perhitungan nilai Cu didapat dari pengujian
sondir, korelasi nilai N-SPT, dan uji triaxial ataupun direct shear dengan mengambil faktor
keamanan = 3.
Adapun daya dukung ijin pondasi dangkal pada masing-masing lokasi bangunan terangkum
sebagai berikut:

Titik Sondir Daya Dukung Ijin Pondasi Dangkal (kg/cm²) di Kedalaman:


1.0m 2.0m 3.0m
S-1, S-2 0.18 0.22 0.25
S-3, S-4 0.50 - -

5.2 Rekomendasi Daya Dukung Ijin Pondasi Dalam


Pondasi dalam digunakan jika pondasi dangkal tidak mampu memikul beban rencana yang telah
diperhitungkan dan penurunan struktur bangunan melampaui penurunan ijin yang diijinkan.
Pemilihan jenis pondasi dalam yang akan digunakan sebagai pemikul beban struktur dipilih
berdasarkan pertimbangan aspek lingkungan di sekitar proyek, teknis dan non teknis, dan segi
ekonomis.
Perhitungan pondasi dalam berdasarkan formula Reese O’Neal untuk tiang bor
dan Meyerhoff untuk tiang pancang. Pondasi dalam disarankan untuk ditempatkan
pada lapisan tanah keras dengan nilai N-SPT >50 pukulan dan ketebalan minimal
6 hingga 10 meter.

Berdasarkan data uji N-SPT baik pada titik BH-1 dan BH-2, lapisan tanah keras
sesuai kriteria diatas tidak diperoleh sehingga pondasi dalam dikategorikan
sebagai pondasi friksi. Untuk titik BH-1, selaku pihak konsultan geoteknik
menyarankan untuk melakukan penambahan kedalaman uji bor sehingga dapat
diketahui kedalaman tanah dengan nilai SPT minimal 30-40 pukulan. Pihak
konsultan geoteknik juga menyarankan kepada pihak perencana PLTU untuk
memperhitungkan penurunan struktur berdasarkan beban rencana yang ada.

Daya dukung ijin friksi pondasi dalam tiang pancang segiempat dirangkum dalam
grafik 1 dan 2.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa lapisan tanah dan perhitungan daya dukung
terhadap pondasi maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan jenis atau tipe pondasi tapak atau tiang akan sangat
bergantung pada beban konstruksi yang bekerja. Untuk beban kerja yang
sama, memungkinkan penggunaan pondasi dangkal ataupun pondasi tiang
melalui perhitungan bearing capacity dan settlement yang teliti dan
cermat.
2. Penggunaan pondasi dangkal untuk beban yang besar harus dilakukan
dengan perhitungan yang cermat dan teliti terhadap kemungkinan
penurunan lapisan lemah yang ada di bawahnya terutama diffrential
settlement.
3. Hasil perhitungan daya dukung pondasi tapak untuk dimensi 1,6 x 1,6 m
kedalaman 2 m dengan tiga metoda menghasilkan daya dukungnya: Cara
CPT => Pa = 218 ton

5.2 Saran dan Rekomendasi


Berdasarkan hasil analisa lapisan tanah dan perhitungan daya dukung, serta
membandingkan antar metoda perhitungan tersebut, maka direkomendasi
beberapa hal berikut ini :
1. Untuk pondasi dengan beban tertentu yang tidak terlalu besar penggunaan
pondasi dangkal tapak sangat sesuai untuk dipilih. Namun harus dihitung
dengan baik agar terhindar dari kemungkinan penurunan lapisan tanah.
2. Untuk pondasi dengan beban sangat berat, dapat disarankan penggunaan
tiang pancang karena dapat menempatkan ujung tiang pada lapisan keras
dan sangat padat sehinga akan mencegah kemungkinan terjadinya
penurunan “settlement” pada pondasi.

Anda mungkin juga menyukai