Anda di halaman 1dari 2

MEMAKNAI HARI SUMPAH PEMUDA

Oleh : Mas Echo

Setiap tahun tanggal 28 Oktober selalu kita peringati sebagai hari sumpah pemuda,
bahkan sampai saat ini 90 kali tepatnya kita sudah memperingatinya.

Satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa, sungguh tiga kalimat sumpah yang sangat indah
sarat makna dan penuh filosofis. Namun sangat disayangkan kini kalimat tersebut hanya
menjadi slogan pemanis lisan, hiasan kata-kata tanpa wujud implementasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, pertanyaannya mengapa?...

Saat ini bangsa Indonesia semakin jauh dari makna semangat sumpah pemuda itu
sendiri, rasa nasionalisme kita mulai di pertanyakan, konflik horizontal kerap terjadi dimana-
mana, mulai antar kampung, antar suku, antar golongan, bahkan antar agama. Lantas
dimanakah semangat sumpah pemuda yang dulu dibangun oleh para pemuda pendahulu kita,
lihatlah keadaan para pemuda kita saat ini yang banyak terpengaruh oleh nilai-nilai budaya
barat yang hedonis, tawuran antar pelajar, pengaruh narkoba yang merajalela dan sedikitnya
prestasi yang mendunia.

Rasa persatuan dan kesatuan yang dahulu di dengung-dengungkan kini menjadi hal
yang begitu mahal, sementara benih-benih perpecahan menjadi tumbuh begitu subur bak
cendawan. Rasa kebanggaan terhadap bahasa persatuan,bahasa Indonesia yang dulu dibangga-
banggakan lambat laun mulai hilang tergilas oleh berbagai istilah yang ke asing-asingan,
kemanakah semangat berbangsa, bertanah air satu, dan berbahasa satu itu ?

kembali muncul pertanyaan dalam benak kita, apakah penyebabnya ?

Di era milenial ini komitmen kebangsaan sudah terpelintir dengan slogan- slogan, orang
lebih senang memposting berbagai status di media social seperti saya Indonesia, saya pancasila
saya NKRI namun ternyata dalam kehidupan sehari-hari prilaku yang kita lakukan justru masih
jauh dari nilai slogan tersebut bahkan cenderung bertolak belakang, nilai- nilai toleransi sudah
mulai kehilangan makna, kita mudah dipecah belah oleh berbagai kepentingan-kepentingan
pribadi dan sektoral inilah yang membuat kita semakin terjerumus kedalam lembah
perpecahan. Oleh sebab itu marilah kembalikan semangat sumpah pemuda tersebut dengan
menggilas sifat egois yang membuat kita merasa paling benar, paling baik, paling hebat tanpa
berusaha menghargai orang lain, mulailah dengan mau bekerjasama terhadap hal-hal yang kita
sepakati, saling bertoleransi terhadap apa-apa yang berbeda dari kita.
Memaknai toleransi inipun bukan berarti kemudian kita bebas melakukan apa saja,
tetapi juga memperhatikan kondisi keagaman suku, budaya, lingkungan serta faktor agama.
Adalah hal yang naif ketika kita berkoar-koar tentang toleransi namun ternyata kita tidak
mampu untuk memahami toleransi itu sendiri.

Mulailah berusaha lebih mencintai bahasa Indonesia ini, Bahasa persatuan yang dulu
di elu elukan oleh para penghulu bangsa dengan cara mulai aktif dalam menggunakan Bahasa
Indonesia secara baik dan benar baik secara lisan ataupun tulisan, dan yang juga tak kalah
penting adalah mengisi kemerdekaan ini dengan semangat sumpah pemuda yang terwujud
dalam berbagai prestasi, cobalah temukan minat dan bakat sejak dini, asahlah ia agar dapat
menjadi kompetensi yang akhirnya kita kuasai dengan penuh rasa percaya diri.

Dengan demikian akan terbentuk manusia-manusia Indonesia yang kuat, bukan hanya sekedar
prestasi namun juga dalam perilaku yang penuh toleransi sehingag melahirkan kecintaan
terhadap bangsa yang tak terbatasi oleh ruang dan waktu. Persatuan bangsa adalah keniscayaan
dalam mengembalikan kejayaan bangsa Indonesia dan ini haruslah dimulai dari diri kita
sendiri, mulai dari hal yang kecil dan tak perlu menunggu mentari pagi di esok hari.

Mulailah mengisi setiap hari menuju masa depan dengan ukiran prestasi, bukan dengan
hinaan dan membuli. Marilah mencoba untuk menyatukan hati dengan perilaku terpuji
terhadap hal-hal yang tak berkenan dihati, “ KITA SEMUA BASODARA” meminjam istilah
dalam bahasa ketimuran. Jangan mudah terprovokasi terhadap oknum penjahat penjual bangsa
yang mengatas namakan demokrasi, mulailah lebih mencintai bangsa ini dengan berbahasa
Indonesia dengan lebih santun, lebih menuntun,, lebih baik agar dapat mendidik, lebih padu
agar dapat menyatu.

Salam bertanah air satu, tanah air Indonesia

Salam berbangsa satu, bangsa Indonesia…..

Salam berbahasa satu , bahasa Indonesia

Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa Menyatukan hati-hati kita, dalam perbedaan,
dalam keragaman dan dalam satu tujuan.

Anda mungkin juga menyukai