Anda di halaman 1dari 25

MODUL 2.

POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

2.1 Sub Kompetensi


Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi modul ini adalah
sebagai berikut :
- Mahasiswa mampu memahami potensi bahaya yang ada di tempat kerja, dan
mampu melakukan pencegahan dan penanggulangan dalam meminimalisir
dampak atau kerugian dari potensi bahaya pada tempat kerja tersebut.

2.2 Uraian Materi


Penggolongan Potensi Bahaya di tempat Kerja adalah :
1. Physical Hazard (bahaya fisika)
2. Chemical Hazard (bahaya kimia)
3. Biological Hazard (bahaya biologi)
4. Ergonomic Hazard (bahaya ergonomi)
5. Psychological Hazard (bahaya psikososial)

a. Potensi bahaya fisik (Physical Hazard), yaitu potensi bahaya yang dapat
menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar,
misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin),
intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
1) Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari
sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar
kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas
makanan (microwave oven), komputer, dan lain-lain.
Selain benda-benda tersebut ada sumber-sumber radiasi yang bersifat
unsur alamiah dan berada di udara, di dalam air atau berada di dalam lapisan
bumi. Beberapa di antaranya adalah uranium dan thorium di dalam lapisan
bumi; Karbon dan Radon di udara serta Tritium dan Deuterium yang ada di
dalam air.
Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi pengion dan
radiasi non-pengion.
a) Radiasi Pengion

MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 15


MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses


ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi
dengan materi. Yang termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel
alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Setiap jenis radiasi
memiliki karakteristik khusus. Yang termasuk radiasi pengion adalah
partikel alfa (α), partikel beta (β), sinar gamma (γ), sinar-X, partikel
neutron.
b) Radiasi Non Pengion
Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan
menyebabkan efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-
pengion tersebut berada di sekeliling kehidupan kita. Yang termasuk dalam
jenis radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang radio (yang
membawa informasi dan hiburan melalui radio dan televisi); gelombang
mikro (yang digunakan dalam microwave oven dan transmisi seluler
handphone); sinar inframerah (yang memberikan energi dalam bentuk
panas); cahaya tampak (yang bisa kita lihat); sinar ultraviolet (yang
dipancarkan matahari).
Ada dua macam sifat radiasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
keberadaan sumber radiasi pada suatu tempat atau bahan, yaitu sebagai berikut :
 Radiasi tidak dapat dideteksi oleh indra manusia, sehingga untuk
mengenalinya diperlukan suatu alat bantu pendeteksi yang disebut dengan
detektor radiasi. Ada beberapa jenis detektor yang secara spesifik
mempunyai kemampuan untuk melacak keberadaan jenis radiasi tertentu
yaitu detektor alpha, detektor gamma, detektor neutron, dll.
 Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilaluinya melalui proses
ionisasi, eksitasi dan lain-lain. Dengan menggunakan sifat-sifat tersebut
kemudian digunakan sebagai dasar untuk membuat detektor radiasi.

Pengaruh radiasi terhadap manusia


Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel
genetic adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki,
sedangkan sel somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh.
Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik dan

MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 16


MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

efek somatik. Efek genetik atau efek pewarisan adalah efek yang dirasakan oleh
keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi. Sebaliknya efek somatik
adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi.
Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat
bervariasi sehingga dapat dibedakan atas efek segera dan efek tertunda. Efek
segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu
dalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi
(rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan
jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai
mingguan pasca iradiasi. Sedangkan efek tertunda merupakan efek radiasi yang
baru timbul setelah waktu yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi,
seperti katarak dan kanker.
Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek
radiasi dibedakan atas efek deterministik dan efek stokastik. Efek deterministik
adalah efek yang disebabkan karena kematian sel akibat paparan radiasi,
sedangkan efek stokastik adalah efek yang terjadi sebagai akibat paparan radiasi
dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel.
Efek Deterministi (efek non stokastik) efek ini terjadi karena adanya
proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang
terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada
seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima
di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat
setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat
bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi
bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati dosis
ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah
nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.
Efek Stokastik Dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat
kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada
tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak
membunuh sel tetapi mengubah sel Sel yang mengalami modifikasi atau sel
yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh
yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses
modifikasi atau transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi secara
MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 17
MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul
setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar
peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak
ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan
adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan
kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini
adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama,
ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan
tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi
dosis rendah dapat menigkatkan resiko kanker dan efek pewarisan yang secara
statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak secara serta merta
terkait dengan paparan individu.
 Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak.
 Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit.
 Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker.
 Contoh : Radiasi ultraviolet : pengelasan, Radiasi Inframerah :
furnacesn/tungku pembakaran, Laser : komunikasi, pembedahan .

Prinsip dasar yang harus dipatuhi dalam penggunaan radiasi untuk


berbagai keperluan
Dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan ada ketentuan yang
harus dipatuhi untuk mencegah penerimaan dosis yang tidak seharusnya
terhadap seseorang. Ada 3 prinsip yang telah direkomendasikan oleh
International Commission Radiological Protection (ICRP) untuk dipatuhi,
yaitu:
● Justifikasi
Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus
didasarkan pada azaz manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup paparan atau
potensi paparan hanya disetujui jika kegiatan itu akan menghasilkan
keuntungan yang lebih besar bagi individu atau masyarakat dibandingkan
dengan kerugian atau bahaya yang timbul terhadap kesehatan.

MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 18


MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

● Limitasi
Dosis ekivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat tidak
boleh melalmpaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan. Batas
dosis bagi pekerja radiasi dimaksudkan untuk mencegah munculnya efek
deterministik (non stokastik) dan mengurangi peluang terjadinya efek
stokastik.
● Optimasi
Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya (as low as
reasonably achieveable - ALARA), dengan mempertimbangkan faktor
ekonomi dan sosial. Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus
direncanakan dan sumber radiasi harus dirancang dan dioperasikan untuk
menjamin agar paparan radiasi yang terjadi dapat ditekan serendah-
rendahnya.

Pencegahan dari radiasi :


a. Mengurangi lamanya paparan
b. Mempertahankan jarak yg aman antara pekerja dengan sumber radiasi
c. Membentengi sumber radiasi dengan timbal
d. Memakai APD berupa kaca mata dan pelindung mata(cobalt biru utk radiasi
infra merah)

2) Getaran
Getaran adalah suatu factor fisik yang bekerja pada manusia dengan
penjalaran (Transmission) dari pada tenaga mekanik yang berasal dari sumber
goyangan (osilattor). Getaran kerja adalah getaran mekanis yang ada ditempat
kerja dan berpengaruh terhadap tenaga kerja. Getaran dihasilkan oleh :
● Mesin-mesin diesel, mesin produksi
● Kendaraan-kendaraan, Tractor, truk, bus, tank dll
● Alat-alat kerja tangan ( hand tool ) dengan menggunakan mesin : jack
hammer ( pembuka jalan ), pneumatic hammer ( pabrik besi ), jack lec drill
( pengebor batu gunung, karang dll )

MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 19


MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

Jenis-jenis getaran kerja


a. Getaran Umum ( Whole body vibration )
Getaran ini berpengaruh terhadap seluruh tubuh, dihantarkan melalui
bagian tubuh tenaga kerja yang menopang seluruh tubuh. Misalnya : kaki
saat berdiri, pantat pada saat duduk, punggung saat bersandar, lengan saat
bersandar. Getaran ini mempunyai frekwensi 5 – 20 Hz.

b. Getaran Setempat ( Hand arm vibration )


Getaran yang merambat melalui tangan atau lengan dari operator atal
yang bergetar. Getaran ini mempunyai frekwensi 20 – 500 Hz.

Pengaruh getaran terhadap tenaga kerja


a. Getaran Umum
Sesusai dengan tingkatnya dapat dibagi menjadi 3 macam :
- Mengganggu kenyamanan kerja
- Mempercepat timbulnya kelelahan kerja
- Menimbulkan gangguan kesehatan tenaga kerja
Gangguan kesehatan yang ditimbulkan Wbv yaitu :
1. Gangguan aliran darah
2. Gangguan syaraf pusat menyebabkan kelemahan degeneratif syaraf.
3. Gangguan metabolisme/ pencernaan / pertukaran oxygen dalam paru-
paru
4. Gangguan pada otot atau persendian

Gejala yang timbul yaitu pusing, ngantuk, sakit perut, mual, pegal-pegal,
kaki kesemutan. Mesin-mesin yang menghasilkan Wbv biasanya berkisar
antara 1 – 20Hz. Efek terhadap gangguan kesehatan berlangsung jangka
panjang.

b. Getaran setempat ( Hand arm vibration )


Sensitivitas maximum pada frekwensi 12 – 16 Hz.
Gangguan kesehatan yang ditimbulkan adalah WFS ( white fingers
syndrome )

MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 20


MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

Gangguan dapat berupa penyempitan pembuluh darah, gangguan syaraf


perifer, gangguan tulang sendi dan otot. Gejala yang timbul berupa jari-jari
pucat dan kaku, mati rasa terhadap suhu / sentuhan. Terjadinya gejala
tersebut memerlukan jangka waktu 3 – 6 tahun dengan melalui beberapa
stadium yaitu :
Stadium I : Ujung jari pucat,rasa kaku pada waktu dingin atau bangun
tidur.
Stadium II : Perluasan jari pucat, kesemutan, rasa kaku.
Stadium III : Gejala semakin luas disertai rasa sakit yang hebat.

Pengendalian Getaran Pada :


Whole Body Vibration
Tujuan utama dari pengendalian getaran adalah mengurangi banyaknya
getaran dengan meredam resonansi yang timbul tanpa menimbulkan frekwensi
resonansi yang baru , caranya memberi bantalan lunak antara tempat duduk
dengan system suspensi, mengurangi waktu terpapar.

Hand Arm Vibration


Ada 4 cara untuk mengurangi bahaya keterpaparan vibrasi atau Hav
- Dengan meredam peralatan disebelah dalam
- Dengan menyisipkan peredam antara tool housing dan tangan
- Mengoperasikan alat dengan remote controle
- Dengan mengurangi waktu terpapar dengan operator

Pencegahan potensi bahaya getaran :


a. Memasang peredam pada mesin yang bergetar
b. Melakukan maintenance secara teratur
c. Menggunakan sarung tangan pelindung

3) Kebisingan
Kebisingan dapat menyebabkan dua jenis gangguan pada gangguan pada
manusia, yaitu :
a. Dampak Auditorial

MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 21


MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

Dampak auditorial cukup banyak jenisnya dengan tingkat keparahan


yang beragam, mulai bersifat sementara dan dapat disembuhkan atau
sembuh dengan sendirinya atau sembuh dengan sendirinya (temporary
treshold shift atau TTS) hingga permanen (permanent treshold shift atau
PTS)
Manusia yang mengalami gangguan pendengaran (hearing loss)
umumnya mengalami kesulitan (ringan sampai berat) untuk membedakan
kata-kata yang memiliki kemiripan dan atau mengandung konsonan-
konsonan pada rentang frekuensi agak tinggi, seperti konsonan S, F, SH,
CH, H dan C lembut.
Dalam istilah kedokteran, salah satu yang jenis dampak auditorial
yang cukup terkenal adalah tinnitus. Gangguan jenis ini dapat dikenali dari
adanya bunyi “deringan” atau “siulan” di telinga saat suara yang
memekakkan telinga (kebisingan) dihentikan, dan dapat terus berlanjut
hingga waktu yang cukup lama (akan mudah diidentifikasi saat penderita
berada di tempat cukup sunyi atau hendak tidur). Tinnitus terjadi karena
durasi kontak antara kebisingan terlalu lama sehingga akhirnya bagian
dalam telinga mengalami iritasi. Tinnitus dapat menjadi gangguan yang
sifatnya permanen bagi manusia jika tidak ditangani secara serius.
Dampak auditorial juga dapat diklasifikasikan berdasarkan letak
atau posisi gangguan pendengaran pada sistem pendengaran manusia.
Untuk menentukan apakah seorang pekerja mengalami dampak tersebut,
harus dilakukan analisis terhadap hasil audiometric test (konduksi udara dan
konduksi tulang). Dikenal tiga jenis gangguan (hearing loss), yaitu :
1. Conductive hearing loss
Jenis ganguan ini diklasifikasikan sebagai masalah mekanis (
mechanical hearing loss) karena menyerang bagian luar dan tengah telinga
pekerja, tepatnya selaput gendang telinga dan ketiga tulang utama (hammer,
anvil, dan stirrup) menjadi sulit atau tidak bisa bergetar. Akibatnya, pekerja
menjadi agak sulit mendengar. Conductive hearing loss terjadi jika
threshold konduksi udara mengindikasikan adanya gangguan pendengaran,
sementara konduksi tulang normal.
Pada cukup banyak kasus di tempat kerja, conductive hearing loss
bersifat sementara. Penggunaan alat bantu pendengaran (hearing aids)
MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 22
MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

direkomendasikan bagi penderita conductive hearing loss. Tergantung pada


jenis penyebabnya, tindakan pembedahan terkadang dapat diberikan pada
kasus-kasus sejenis.

2. Sensorineural hearing loss


Sesuai dengan namanya, sensorineural hearing loss diklasifikasikan
sebagai masalah pada sistem sensor, dan bukan masalah mekanis. Berbeda
dengan conductive hearing loss yang disebabkan oleh ketidakberesan pada
bagian luar dan tengah telinga, sensorineural hearing loss disebabkan oleh
ketidak beresan pada bagian dalam telinga, khususnya cochlea.
Sensorineural hearing loss terjadi jika jumlah kehilangan pendengaran
yang cenderung sama pada threshold konduksi udara dan konduksi tulang.
Tingkat keparahan sensorineural hearing loss cukup beragam, mulai
ringan hingga serius, namun umumnya bersifat permanen.

3. Mixed hearing loss


Mixed hearing loss terjadi jika konduksi menunjukkan adanya
kehilangan atau gangguan pendengaran, namun porsi kehilangan lebih besar
pada konduksi udara.

Tabel 3.1 Klasifikasi tingkat keparahan gangguan pendengaran


Rentang batas atas kekuatan Klasifikasi tingkat keparahan gangguan
suara yang dapat didengar (oleh sistem pendengaran
orang dewasa)
0 dB – 20 dB Rentang normal
26 dB - 40 dB Gangguan pendengaran ringan (mild hearing
loss)
- mengalami sedikit gangguan dalam
membedakan beberapa jenis konsonan
- mengalami sedikit masalah saat berbicara
41 dB – 55 dB Gangguan pendengaran sedang (moderate
hearing loss)

MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 23


MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

56 dB – 70 dB Gangguan pendengaran cukup serius


(moderately severe hearing loss)
71 dB – 90 dB Gangguan pendengaran serius (severe
hearing loss)
Lebih dari 90 dB Gangguan pendengaran sangat serius
(profound hearing loss)
Sumber : Sihar Tigor Benjamin Tambunan, 2005.

b. Dampak Nonauditorial
Selain menimbulkan dampak negatif (permanen atau sementara)
terhadap sistem pendengaran, kebisingan juga dapat mengganggu :
● Sistem keseimbangan
● Cardiovaskular
Tekanan darah menjadi naik, denyut jantung meningkat (secara visual
dapat dilihat dari cara seseorang bernafas yang makin cepat dan mudah
terengah-engah saat bekerja di tempat bising), peningkatan juga terlihat
pada adrenalin.
● Kualitas tidur (noise induced sleep)
Tingkatan gangguan tidur sangat bervariasi pada setiap orang, mulai dari
ringan hingga berat, misalnya sering terbangun tanpa sebab yang jelas,
tidak tenang atau sering berpindah posisi tidur atau frekuensi gerakan
tubuh cukup tinggi, perubahan pada gerakan mata (rapid eye movement)
● Kondisi kejiwaan pekerja (stress)

Pengendalian Kebisingan
Kebisingan adalah salah satu faktor bahaya fisik di tempat kerja. Berbagai metode
untuk pengendalian bahaya atau untuk melindungi pekerja telah diciptakan. Ada
tiga jenis pengendalian yakni :
1. Pengendalian teknik
2. Pengendalian administratif
3. Peralatan pelindung pekerja
Semua tipe pengendalian ini dapat digunakan secara bersamaan, tapi prioritas harus
diberikan kepada perlindungan teknik sebelum metode lain diaplikasikan.

MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 24


MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

Pengendalian administratif dan peralatan pelindung pekerja tidak diaplikasikan


sebelum pengendalian teknik dicoba, atau jika mungkin pengendalian teknik tidak
mungkin dilakukan. Karena yang terbaik untuk melindungi pekerja adalah dengan
mengendalikan bahaya yang ada dan bukan pekerja.
Kebisingan dapat dikendalikan dengan :
1. Pengurangan kebisingan pada sumbernya dapat dilakukan misalnya dengan
menempatkan peredam pada sumber getaran.
2. Penempatan penghalang pada jalan transmisi dilakukan dengan isolasi tenaga
kerja atau mesin, misalnya dengan penempatan barrier.
3. Pengontrolan kebisingan dapat juga dilakukan dengan pengaturan jam kerja.
4. Rencana pencegahan. Pengendalian dengan cara ini biasanya dilakukan diawal
pendirian bangunan atau pabrik.
5. Proteksi dengan sumbat atau tutup telinga. Cara ini menimbulkan
ketidaknyamanan pada pekerja.

4) Penerangan / Pencahayaan ( Illuminasi )


Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah
beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga
menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja
harus cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya
yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan
dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja.
Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan
orang didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau
umur pekerja juga mempengaruhi. Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya objek
yang dikerjakan sangat kecil maka intensitas penerangan relatif harus lebih
tinggi dibandingkan dengan intensitas penerangan di pabrik mobil. Demikian
juga umur pekerja dimana makin tua umur seseorang, daya penglihatannya
semakin berkurang. Orang yang sudah tua dalam menangkap objek yang
dikerjakan memerlukan penerangan yang lebih tinggi daripada orang yang lebih
muda.
Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan
menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya.
Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing),
MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 25
MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan


berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk
mendekatkan matanya ke objek guna mmeperbesar ukuran benda. Hal ini
akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap
atau kabur.
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup
dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai
berikut:
● Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar
belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja
harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
● Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat
kerja.Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan
dengan lampu-lampu tersendiri.
● Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing
tenaga kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun
tidak diberikan tugas di malam hari.
● Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diuraikan diatas,
penerangan / pencahayaan baik kurang maupun cukup kadang-kadang juga
menimbulkan masalah apabila pengaturannya kurang baik yakni silau. Silau
juga menjadi beban tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan pengaturan
atau dicegah.Pencegahan silau dapat dilakukan antara lain :
a. Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon. Lampu neon kurang
menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa.
b. Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan sedemikian rupa
sehingga
tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.
c. Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka
jendela yang langsung memasukkan sinar matahari.
d. Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.
e. Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh bayangan
suatu benda. Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-
bayangan.

MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 26


MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) di lingkungan kerja akan
menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
 Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi
kerja.
 Kelemahan mental
 Kerusakan alat penglihatan (mata).
 Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
 Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka dalam mendirikan
bangunan tempat kerja (pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya)
sebaiknya mempertimbangkan ketentuan-ketentuan antara lain sebagai
berikut :
- Jarak antara gedung dan abngunan-bangunan lain tidak mengganggu
masuknya cahaya matahari ke tempat kerja
- Jendela-jendela dan lubang angin untuk masuknya cahaya matahari
harus cukup, seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas
bangunan
- Apabila cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja,
harus diganti dengan penerangan lampu yang cukup
- Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas
(tidak melebihi 32 derajat celsius)
- Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-
bayang yang mengganggu kerja
- Sumber cahaya harus menghasilkan daya penerangan yang tetap dan
menyebar serta tidak berkedip-kedip
Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala,
berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan. Keuntungan
pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja, produktivitas,
mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan lingkungan
kerja, mengurangi kecelakaan kerja.

b. Potensi bahaya kimia (Chemical Hazard), yaitu potensi bahaya yang berasal dari
bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat
memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja melalui : inhalation (melalui

MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 27


MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui


kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat
tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas,
uap. asap; daya acun bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh. Jalan masuk
bahan kimia ke dalam tubuh dapat melalui:

o Pernapasan ( inhalation ),
o Kulit (skin absorption )
o Tertelan ( ingestion )
o Racun dapat menyebabkan efek yang bersifat akut, kronis atau kedua-duanya.

Adapun potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh bahan kimia adalah
1. Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan
tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain
tubuh yang paling umum terkena.
Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.
2. Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit
bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat
pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan
oedema ( bengkak )
Contoh :
o Kulit : asam, basa,pelarut, minyak .
o Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene,
chlorine ,bromine, ozone.

3. Reaksi Alergi
Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit
atau organ pernapasan
Contoh :

o Kulit : colophony ( rosin), formaldehyde, logam seperti chromium atau nickel,


epoxy hardeners, turpentine.

o Pernapasan : isocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde, nickel.

MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 28


MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

4. Asfiksiasi
Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan atmosfer yang
ada, misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah tanah. Konsentrasi oksigen
pada udara normal tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara.
Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal pada darah
atau mencegah oksigenasi normal pada kulit.

Contoh :
o Asfiksian sederhana : methane, ethane, hydrogen, helium
o Asfiksian kimia : carbon monoxide, nitrobenzene, hydrogen cyanide, hidrogen
sulphide

5. Kanker
Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah terbukti
pada manusia. Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang
secara jelas sudah terbukti menyebabkan kanker pada hewan . Contoh :

o Terbukti karsinogen pada manusia : benzene ( leukaemia); vinylchloride (


liver angiosarcoma) ; 2-naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih );
asbestos (kanker paru-paru , mesothelioma);

o Kemungkinan karsinogen pada manusia : formaldehyde, carbon tetrachloride,


dichromates, beryllium

6. Efek Reproduksi
Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan seksual dari seorang
manusia. Perkembangan bahan-bahan racun adalah faktor yang dapat
memberikan pengaruh negatif pada keturunan orang yang terpapar, sebagai
contoh :aborsi spontan. Contoh : Manganese, carbondisulphide, monomethyl
dan ethyl ethers dari ethylene glycol, mercury. Organic mercury compounds,
carbonmonoxide, lead, thalidomide, pelarut.

7. Racun Sistemik
Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau
sistem tubuh. Contoh :
o Otak : pelarut, lead, mercury, manganese
o Sistem syaraf peripheral : n-hexane, lead, arsenic, carbon disulphide
o Sistem pembentukan darah : benzene, ethylene glycol ethers

MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 29


MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

o Ginjal : cadmium, lead, mercury, chlorinated hydrocarbons


o Paru-paru : silica, asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )

Pencegahan dari potensi bahaya kimia :

1. Pengawasan hygiene yg baik ditempat kerja


2. Memakai sarung tangan dan pakaian pelindung yg sesuai utk mencegah absorpsi
melalui kulit
3. Memakai pelindung mata dan masker utk kadar tertentu.

c. Potensi bahaya biologis (Biological Hazard), yaitu potensi bahaya yang berasal
atau ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal
dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu,
misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang berasal dari bahan-bahan
yang digunakan dalam proses produksi. Dimana pun Anda bekerja dan apa pun
bidang pekerjaan Anda, faktor biologi merupakan salah satu bahaya yang
kemungkinan ditemukan ditempat kerja. Maksudnya faktor biologi eksternal yang
mengancam kesehatan diri kita saat bekerja. Namun demikian seringkali luput dari
perhatian, sehingga bahaya dari faktor ini tidak dikenal, dikontrol, diantisipasi dan
cenderung diabaikan sampai suatu ketika menjadi keadaan yang sulit diperbaiki.
Faktor biologi ditempat kerja umumnya dalam bentuk mikro organisma sebagai
berikut :
1. Bakteri
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung dan batang
(basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi
yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan
kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang
diakibatkan oleh bakteri : anthrax, tbc, lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan
sebagainya.
2. Virus
Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300 nano meter. Virus
tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang
khas. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis,
HIV, dan sebagainya.

MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 30


MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

3. Jamur
Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek
karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati
dan hidup dari organisme atau hewan lain.
4. Mikroorganisme penyebab penyakit di tempat kerja
Beberapa literatur telah menguraikan infeksi akibat organisme yang mungkin
ditemukan di tempat kerja, diantaranya :
- Daerah pertanian
Lingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah membuat pekerja dapat
terinfeksi oleh mikroorganisme seperti : Tetanus, Leptospirosis, cacing, Asma
bronkhiale atau keracunan Mycotoxins yang merupakan hasil metabolisme jamur.
- Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik)
Di tempat kerja seperti ini, mikroorganisme yang mungkin ditemukan adalah
bakteri penyebab penyakit saluran napas, seperti : Tbc, Bronchitis dan Infeksi
saluran pernapasan lainnya seperti Pneumonia.
- Daerah peternakan terutama yang mengolah kulit hewan serta produk-
produk dari hewan
Penyakit-penyakit yang mungkin ditemukan di peternakan seperti ini misalnya
: Anthrax yang penularannya melalui bakteri yang tertelan atau terhirup,
Brucellosis, Infeksi Salmonella.
- Di Laboratorium
Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko yang besar terinfeksi, terutama
untuk laboratorium yang menangani organisme atau bahan-bahan yang
megandung organisme pathogen
- Di Perkantoran : terutama yang menggunakan pendingin tanpa ventilasi
alami. Para pekerja di perkantoran seperti itu dapat berisiko mengidap
penyakit seperti : Humidifier fever yaitu suatu penyakit pada saluran
pernapasan dan alergi yang disebabkan organisme yang hidup pada air yang
terdapat pada system pendingin, Legionnaire disease penyakit yang juga
berhubungan dengan sistem pendingin dan akan lebih berbahaya pada pekerja
dengan usia lanjut.
Cara penularan kedalam tubuh manusia
Banyak dari mikroorganisme ini dapat menyebabkan penyakit hanya setelah
masuk kedalam tubuh manusia dan cara masuknya kedalam tubuh, yaitu :
MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 31
MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

1. Melalui saluran pernapasan


2. Melalui mulut (makanan dan minuman)
3. Melalui kulit apabila terluka

Mengontrol bahaya dari faktor biologi


Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari
dengan pencegahan antara lain dengan :
1. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular lewat debu
yang mengandung organism patogen
2. Mengkarantina hewan yang terinfeksi dan vaksinasi
3. Imunisasi bagi pekerja yang berisiko tertular penyakit di tempat kerja

4. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak datu
kali setiap bulan
5. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya
mikroorganisme yang patogen pada system pendingin.
Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengotrol dan
mencegah penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari.

d. Potensi bahaya fisiologis (Ergonomic Hazard), yaitu yang termasuk didalam


kategori ini antara lain desain tempat kerja yang tidak sesuai, postur tubuh yang
salah saat melakukan aktifitas, desain pekerjaan yang dilakukan, pergerakan yang
berulang-ulang. Potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan
ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-norma ergonomi yang
berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara
kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak
sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan
mesin.
Pembebanan Kerja Fisik
 Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim, sosial
ekonomi dan derajat kesehatan.

 Pembebanan tidak melebihi 30 – 40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga


kerja dalam jangka waktu 8 jam sehari.

MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 32


MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

 Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban untuk tenaga Indonesia adalah 40 kg.
Bila mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari sekali maka beban
maksimum tersebut harus disesuaikan.

 Oleh karena penetapan kemampuan kerja maksimum sangat sulit, parameter


praktis yang digunakan adalah pengukuran denyut nadi yang diusahakan tidak
melebihi 30-40 permenit di atas denyut nadi sebelum bekerja.

Penyebab adalah tempat kerja yg kurang ergonomis tidak sesuai dengan fisiologis dan
anatomi manusia.

Gangguan kesehatan :

1. Kerja berdiri terus-menerus pada beberapa pekerjaan disebabkan tempat yg


tdk ergonomis dpt menyebabkan varises pada kaki.

2. Posisi kerja juru ketik yg menyebabkan kerusakan pada punggung (low back
pain), dan lain-lain

Pencegahan

1. Memperbaiki kondisi tempat kerja yg tidak ergonomis misalnya menyesuaikan


bentuk dan ukuran peralatan dengan pekerja.

2. Mengajarkan kepada para pekerja postur kerja yang benar sesuai profesi
masing-masing.

e. Potensi bahaya Psiko-sosial (Psychological Hazard), yaitu potensi bahaya yang


berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang
kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja
yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau
pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai,
kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat
kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak
harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan
menyebabkan terjadinya stress akibat kerja. Dapat pula disebabkan karena beban
kerja terlalu berat dapat mengakibatkan berbagai gangguan seperti tekanan darah

MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 33


MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

tinggi, tukak lambung, depresi jiwa, psikosomatik. Beban kerja yg terlalu berat
tersebut memungkinkan tidak tentu tidur, makan dan istirahat sehingga akan
menyebabkan emotional fatique (kelelahan emosional)

Stress
Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap
tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka hal ini
dinamakan stress. Gangguan emosional yang di timbulkan : cemas, gelisah,
gangguan kepribadian, penyimpangan seksual, ketagihan alkohol dan psikotropika.
Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner, tekanan darah tinggi,
gangguan pencernaan, luka usus besar, gangguan pernapasan, asma bronkial,
penyakit kulit seperti eksim dan lain-lain.

Pencegahan
1. Melaksanakan kerjasama yang baik antar pekerja agar tidak memberatkan satu
orang saja.
2. Menyediakan waktu untuk refreshing
3. Bagi para pimpinan agar menghindari pemaksaan hasil kerja maksimal yang
terlalu berlebihan dari para pekerja.

2.3 Rangkuman
Penggolongan potensi bahaya di tempat kerja :
1. Physical Hazard (bahaya fisika)
yang termasuk didalam kategori ini antara lain kebisingan, tekanan, suhu, getaran,
dan radiasi.
2. Chemical Hazard (bahaya kimia)
bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia seperti toksisitas bahan kimia, daya
ledak bahan kimia, penyebab kanker, oksidasi, bahan kimia mudah terbakar.
3. Biological Hazard (bahaya biologi)
yang termasuk kedalam kategori ini antara lain, virus, jamur, bakteri, tanaman,
burung, binatang yang dapat menginfeksi atau memberikan reaksi negatif kepada
manusia.

MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 34


MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

4. Ergonomic Hazard (bahaya ergonomi)


yang termasuk didalam kategori ini antara lain desain tempat kerja yang tidak
sesuai, postur tubuh yang salah saat melakukan aktifitas, desain pekerjaan yang
dilakukan, pergerakan yang berulang-ulang.
5. Psychological Hazard (bahaya psikososial)
yang termasuk kategori ini adalah stress kerja yang diakibatkan oleh beberapa hal
seperti jam kerja yang terlalu lama, pimpinan yang terlalu galak, lingkungan kerja
yang tidak nyaman, dan sebagainya.

2.4 Referensi
a) Pungky W, (2000), Himpunan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja,
ASEAN-OSHNET.
b) Suma’mur (2001), Keselamatan dan Kesehatan kerja, CV Haji Masagung, Jakarta

2.5 Latihan Soal


1. Sebutkan dan jelaskan penggolongan potensi bahaya PAK (Penyakit Akibat Kerja)
di tempat kerja ?
2. Jelaskan penanggulangan dan pencegahan dari potensi bahaya PAK ?
3. Siapa yang bertanggung jawab terhadap penanggulan dan pencegahan potensi
bahaya PAK ?

MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 35


MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

2.6 Lembar Kerja


......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 36


MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
...................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 37
MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 38


MODUL 2. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

2.7 Jawaban
1. Ada 5 (lima) golongan potensi bahaya di tempat kerja
2. Jelaskan sesuai dengan golongan masing-masing
3. Hubungkan dengan peraturan yang mendukung mengenai potensi bahaya dan
PAK

MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 39

Anda mungkin juga menyukai