Anda di halaman 1dari 6

Topik: Kejiwaan (Gangguan Cemas Menyeluruh)

Tanggal (Kasus): 28 Desember 2016 Presenter: dr. Henri Nara Dhany, S.Ked
Pendamping: dr. Luh Putu Sudiati
Tanggal Presentasi:
dr. Ketut Sukadani
Tempat Presentasi:
Obyektif Presentasi:
√ Keilmuan √ Keterampilan √ Penyegaran √ Tinjauan Pustaka
√ Diagnostik √ Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi Anak  Remaja √ Dewasa Lansia  Bumil
 Deskripsi: Perempuan, 31 tahun, gangguan cemas menyeluruh.
 Tujuan: gambaran klinis, diagnosis, dan tatalaksana gangguan cemas menyeluruh.
Bahan Bahasan: √ Tinjauan Pustaka  Riset √ Kasus  Audit
Cara Membahas: √ Diskusi √ Presentasi dan Diskusi  Email  Pos
Data Pasien: Nama: WMS Nomor Registrasi: 52481
Data Klinik: RS Bhayangkara Trijata Telp: Terdaftar Sejak: 28 Desember 2016
Data Utama untuk Bahan Diskusi
1. Diagnosis / Gambaran Klinis:
Gangguan cemas menyeluruh dengan keluhan utama susah tidur, rasa takut, rasa marah, jantung berdebar, nyeri kepala, dan nyeri ulu hati
yang hilang timbul sejak 4 tahun yang lalu. Keluhan ini menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari. Pasien sendiri mengaku tidak
mengetahui secara pasti mengapa dia sering mengalami ketakutan, pasien mengaku tidak ada keadaan khusus yang menyebabkan dia merasa
cemas seperti ini,dan perasaan cemas ini muncul tidak pernah terbatas pada periode yang jelas. Selain itu juga pasien sering merasa lemas,

1
lemas yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba tanpa sebab yang diketahui. Jika pasien merasa lemas, pasien tidak bisa melakukan aktivitas.
2. Riwayat Pengobatan:
Pasien baru pertama kali berkonsultasi ke bagian jiwa dan belum pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya.
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit:
Pasien tidak ada riwayat gangguan medis, dan pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
Tidak ada riwayat hipertensi, tidak ada riwayat diabetes mellitus dan riwayat sakit hipetiroid. Riwayat mengalami kejang demam (-), kejang
tanpa demam (-), penyakit malaria (-), thypoid (-), trauma kepala (-)
4. Riwayat Keluarga:
Riwayat gangguan jiwa dan penyakit sistemik pada keluarga pasien disangkal.
5. Riwayat Pekerjaan:
Pasien sehari-hari bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta.
6. Lain-lain:
Pasien tidak pernah merokok, meminum alkohol, dan menggunakan obat-obatan terlarang.
Daftar Pustaka:
a. Kaplan HI, Saddock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri. 1997. Jakarta: Binarupa Aksara. hal 1-62.
b. Maramis W.F. Nerosa. Ilmu Kedokteran Jiwa. 2004. Surabaya: Airlangga University Press. hal 250-62.
c. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa / PPDGJ-III. 2001. Jakarta: PT Nuh Jaya. hal 74.
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis pasien dengan gangguan cemas menyeluruh.
2. Manajemen pasien dengan gangguan cemas menyeluruh.
3. Identifikasi faktor pencetus penyakit.

2
4. Psikoedukasi agar pasien dapat mengatasi rasa cemasnya.
5. Motivasi untuk kepatuhan berobat dan kontrol ke dokter.
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subyektif:
Pasien datang ke poliklinik jiwa RS Bhayangkara Trijata Denpasar dengan keluhan utama susah tidur, rasa takut, rasa marah, jantung
berdebar, nyeri kepala, dan nyeri ulu hati. Pasien mengalami susah tidur sejak 2 minggu yang lalu. Sehari sebelumnya, pasien tidak bisa
tidur dari malam hingga pagi. Rasa gelisah, marah, dan takut sudah dialami pasien sejak 4 tahun yang lalu. Karena gejalanya ini, pasien
sudah beberapa kali berobat ke dokter, pasien berobat ke dokter umum, dan dokter tersebut menyarankan pasien untuk berobat ke seorang
dokter saraf, dan dokter penyakit dalam. Menurut pengakuan pasien hasil tes darah, dan tes fungsi kelenjar gondoknya normal, dan
gambaran jantungnya, tes kadar gula darah juga normal saja menurut dokter yang memeriksa.
Pasien mengaku apabila perasaan ini muncul ia tidak dapat bekerja, ia cenderung memilih diam di rumah dan meninggalkan
pekerjaannya, pasien mengaku kesulitan dalam melakukan beberapa kegiatan sehari-harinya ketika terjadinya peningkatan kecemasan,
keadaan ini cukup mengganggu kontak sosialnya dengan orang-orang sekitarnya tetapi menurutnya dia tetap berfungsi penuh secara sosial
dan dapat melakukan pekerjaan dengan baik ketika kecemasan itu tidak ada.
Pasien mengaku saat ini tidak ada masalah di dalam keluarganya, tidak ada masalah yang membuatnya cemas, pasien adalah tipe
orang yang terbuka terhadap suaminya dalam berumah tangga, ia selalu bercerita tentang masalahnya terhadap suaminya.

2. Obyektif:
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan, didapatkan keadaan umum pasien tampak sehat dengan kesadaran kompos mentis. Pada
pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82 kali per menit, respirasi 20 kali per menit, dan Tax 36,5ºC. Pada
pemeriksaan status generalis dan neurologis tidak didapatkan kelainan.

3
Pada pemeriksaan status mentalis didapatkan kesan umum penampilan wajar, kontak verbal, dan kontak visual cukup selama
pemeriksaan. Penderita duduk tenang selama wawancara dan dapat menjawab semua pertanyaan dengan baik. Kesadaran pasien kompos
mentis dengan orientasi terhadap waktu, tempat, dan orang baik. Tidak terdapat gangguan terhadap daya ingat jangka panjang, pendek, dan
segera. Pasien juga mampu memusatkan perhatian dan tidak mudah teralih. Mood pasien cemas, afek normal, dan serasi (appropriate).
Bentuk pikir logis realis dan pada isi pikir terdapat kekhawatiran yang berlebihan. Tidak ada gangguan persepsi. Tilikan pasien adalah
derajat 6 dimana pasien menyadari sepenuhnya tentang dirinya dan ingin untuk diobati. Pasien memiliki insomnia dengan tipe early
insomnia. Psikomotor pasien selama pemeriksaan adalah tenang dan menjawab pertanyaan dengan bersemangat.

3. Assessment (Penalaran Klinis):


Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan penderita menunjukkan
gejala-gejala yang berkaitan dengan gangguan cemas menyeluruh sejak 4 tahun yang lalu pada keadaan-keadaan di mana terjadi setelah
membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkanakan, adanya ketegangan motorik berupa gemetar dan gelisah, dan overaktivitas motorik
berupa jantung berdebar-debar dan keluhan di ulu hati. Penderita bersifat kooperatif saat menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan dan
tidak bersifat menghindar. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan. Hal ini sesuai dengan kriteria diagnostik dalam PPDGJ
III untuk gangguan cemas menyeluruh. Berdasarkan PPDGJ III, pedoman diagnostik gangguan cemas menyeluruh adalah penderita harus
menunjukkan ansietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang
tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja.

Diagnosis Multiaksial:
Aksis I : Gangguan cemas menyeluruh (F41.1)
Aksis II : Ciri kepribadian menghindar
Aksis III : Tidak ada diagnosis

4
Aksis IV : Kondisi lemas tiba-tiba yang tidak diketahui penyebabnya.
Aksis V : GAF saat ini 70-61

Gangguan cemas menyeluruh merupakan gangguan ansietas yang paling sering dijumpai, diperkirakan 12% dari seluruh jenis
gangguan ansietas. Prevalensi gangguan cemas menyeluruh di masyarakat diperkirakan 3% dengan prevelansi seumur hidup (life time)
sebesar 5%. Prevalensi di Indonesia belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan mencapai 2-5%. Etiologi dari gangguan ini belum
diketahui secara pasti. Beberapa teori menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang berperan yaitu, faktor biologis dan psikologis. Faktor
biologis menekankan pada peran tiga neurotransmiter utama, yaitu norepinefrin, serotonin, dan GABA. Sementara faktor psikologis
berdasarkan pada teori psikoanalitik, behavioral, dan eksistensial. Menurut teori psikoanalitik, ansietas terjadi akibat konflik bawah sadar
yang tidak terselesaikan. Teori behavioral beranggapan ansietas terjadi akibat perhatian selektif pada detail negatif dalam kehidupan,
penyimpangan dalam proses informasi, dan pandangan negatif terhadap kemampuan pengendalian diri. Teori eksistensial berpendapat
bahwa ansietas terjadi akibat tidak adanya rangsang yang dapat diidentifikasi secara spesifik.

4. Plan:
Diagnosis:
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat disimpulkan bahwa diagnosis pasien pada kasus ini adalah gangguan cemas
menyeluruh (F41.1) dengan Global Assesment Function (GAF) saat ini 70-61.

Pengobatan:
Pasien pada kasus ini diberikan terapi psikofarmaka clobazam 10 mg (1 x 1/2 tablet) dan sertraline 50 mg (1 x 1/2 tablet). Clobazam
merupakan golongan benzodiazepine yang bersifat potensiasi inhibisi neuron dengan mediator GABA untuk menimbulkan sedasi,
menghilangkan rasa cemas, dan keadaan psikosomatik yang ada hubungannya dengan rasa cemas. Sertralline juga diberikan sebagai SSRI

5
(Serotonin Selective Reuptake Inhibitor). Obat ini merupakan obat golongan SSRI yang paling luas digunakan, karena obat ini kurang
menyebabkan efek antikolinergik, hampir tidak menimbulkan sedasi, dan cukup diberikan 1 kali sehari sebagai anti depresan. Sertraline
memiliki dua efek, yaitu efek antidepresan dan antiansietas.

Pendidikan dan Konsultasi


Pasien pada kasus ini juga diberikan psikoedukasi tentang penyakit gangguan cemas menyeluruh (etiologi, gejala, terapi, dan
komplikasi). Kesadaran penderita untuk menyadari dan menangani rasa cemasnya juga sangat penting. Untuk itu disarankan kepada
penderita agar tetap berpikir positif di kala kecemasan itu muncul. Pasien saat ini dirawat poliklinis oleh dokter spesialis jiwa.

Anda mungkin juga menyukai