Anda di halaman 1dari 72

Laporan Praktikum

Alat Ukur Pengukuran & Dasar Elektronika

DISUSUN OLEH :

AMOS ARNOLD PANGARIBUAN

[20170611023052]

PROGRAM STUDI D−III

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

selesainya laporan hasil analisa praktikum “Alat Ukur dan Pengukuran”. Laporan

ini saya buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas Alat Ukur dan

Pengukuran.

Dalam kesempatan ini, saya menghanturkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran demi terwujudnya

laporan ini. Saya meyadari bahwa laporan ini belumlah sempurna. Oleh karena itu

,saran dan kritik yang membangun dari rekan rekan dan dosen pengajar sangat

dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Bila ada kurang kata dan

penjelasan mohon maafkan

Jayapura, 15 Desember 2017

Amos Arnold Pangaribuan


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.3 Landasan Teori

1. Teori Resistor

2. Teori Kapasitor

3. Teori Dioda

4. Teori Transistor

5. Teori Tegangan dan Arus DC

6. Teori Cathoda Ray Oscilloscope (CRO)

7. Teori Hukum Ohm dan Kirchoff

BAB II PERCOBAAN-PERCOBAAN

2.1 Pengukuran Resistansi

2.2 Pengujian Kapasitor

2.3 Pengujian Dioda

2.4 Pengujian Transistor

2.5 Pengukuran Tegangan DC dan Arus DC


2.6 Penggunaan Cathoda Ray Oscilloscope

2.7 Hukum Ohm dan Kirchoff

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Resistor

Gambar 1.2 Pengukuran Resistor

Gambar 1.3 Pengukuran Resitor Hubung Seri Paralel

Gambar 2.1 Condensator Non Polar

Gambar 2.2 Condensator Electrolytic

Gambar 2.3 Variable Condensator

Gambar 2.4 Pengukuran Kapasitor

Gambar 2.5 Pengukuran Kapasitor Hubung Seri Paralel

Gambar 3.1 Dioda

Gambar 3.2 Cara Pemasangan Dioda

Gambar 3.3 Pengujian Dioda

Gambar 3.4 Cara menguji Dioda pada Multimeter

Gambar 4.1 Simbol Transistor

Gambar 4.2 Pengukuran Transistor

Gambar 5.1 Pengukuran Tegangan DC dan Arus DC

Gambar 6.1 Osilloscope

Gambar 6.2 Rangkaian Percobaan

Gambar 7.1 Rangkaian Pembagi Tegangan

Gambar 7.2 Rangkaian Pembagi Arus


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Pembacaan Cincin Warna Pada Resistor

Tabel 1.2 Hasil Pengukuran Resistor

Tabel 2.1 Hasil Pembacaan dan Pengukuran Kapasitor

Tabel 2.2 Hasil Pengukuran Pengisian Muatan dan Pengosongan Listrik Kapasitor

Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Dioda

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Transistor

Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Tegangan DC dan Arus DC

Tabel 6.1 Hasil Pengukuran Tegangan AC

Tabel 6.2 Hasil Pengukuran Tegangan DC

Tabel 6.3 Hasil Pengukuran Frekuensi

Tabel 6.4 Hasil Perhitungan Error Tegangan AC

Tabel 6.5 Hasil Perhitungan Error Tegangan DC

Tabel 6.6 Hasil Perhitungan Error Frekuensi

Tabel 7.1 Hasil Pengukuran Hukum Kirchhoof (Pembagi Tegangan)

Tabel 7.2 Hasil Pengukuran Hukum Kirchhoof (Pembagi Arus)

Tabel 7.3 Hasil Perhitungan Error (Is)

Tabel 7.4 Hasil Perhitungan Error (V1)

Tabel 7.5 Hasil Perhitungan Error (V2)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata listrik (electricity) berasal dari kata Yunani ‘electron’ yang berati

“amber”. Amber adalah damar pohon yang membantu dan orang zaman dahulu

mengetahui bahwa jika anda menggosok batang amber dengan kain maka amber

tersebut akan menarik daun-daun kecil atau debu. Efek amber ini kita sebut

sekarang dengan nama listrik statis. Hal tersebut karena proses penggosokan dan

dikatakan memiliki muatan listrik total. Berawal dari itu semua, pengembangan

peradaban manusia juga mulai berkembang.

Peralatan-peralatan listrik yang kita nikmati sekarang bermula daru

perangkay-perangkat kecil yang disebut dengan komponen listrik. Komponen

listrik tersebut disatukan menjadi suatu rangkaian terpadu.

Untuk lebih mengetahui kegunaan dan cara kerja komponen-komponen

listrik tersebut, diperlukam suatu kegiatan untuk mendalami ilmu Elektronika

Dasar yang dikhususkan pada pokok bahasan Komponen dan Alat Ukur Listrik

1.2 Tujuan

Setelah melaksanakan praktikum mahsiswa diharapkan :

1. Memiliki keterampilan yang dibutuhkan dalam menggunakan alat ukur dan

mengenal komponen elektronika/listrik.

2. Memahami dan menguasai alat-alat ukur dalam pengukuran komponen

elektronika/listrik.
1.3 Landasan Teori

2. Teori Resistor

a. Pengertian resistor

Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk

menghambat atau membatasi aliran listrik yang mengalir dalam suatu

rangkaian elektronika. Sebagaimana fungsi resistor yang sesuai

namanya bersifat resitif dan termasuk salah satu komponen elektronika

dalam kategori komponen pasif. Satuan atau nilai resistansi suatu

resistor di sebut Ohm dan di lambangkan dengan symbol Omega (Ω).

Selain nilai resistansinya (Ohm) resistor juga memiliki nilai yang lain

seperti nilai toleransi

dan kapasitas

daya yang mampu

di lewatkannya.
Gambar1.1Resistor

b. Perhitungan Resistor

Untuk mengetahui resistansi sebuah resistor tentu sangat

mudah,cukup dengan melihat kode warna atau notasi yang tertulis

pada fisik resistor. Apabila resistor tersebut sudah di kombinasikan

dengan resistor lain dalam sebuah rangkaian seri,parallel,atau seri-

paralel harus menggunakan beberapa rumus sebagai dasar perhitungan.

 Resistor Hubungan Seri

Rtotal=R1+R2+…Rn…………………………………….(1.1)

 Resistor Hubungan Paralel


1 1 1 1
= + +…+𝑅𝑛………………………….……………(1.2)
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅1 𝑅2

3. Teori Kapasitor

Kapasitor adalah komponen dasar elektronika yang berfungsi

menyimpan muatan listrik selama waktu tertentu. Satuan Condensator

adalah farad yang di ambil dari nama Michael Faraday. Besaran Farad ini

pada kenyataannya terlalu besar sehingga di gunakan prefix Pico Farad

(pF), Nano Farad (nF), Micro Farad (µF), dan Mili Farad (mF).Notasi

penulisan condensator pada skema elektronik adalah (C)

a. Jenis jenis Kapasitor

1). Condensator Non-Polar

Condensator Non-Polar atau Ceramic Capacitor ini tidak memiliki kaki

positif dan negatif (non-polar) sehingga cara pemasangan pada PCB dapat bolak-
balik. Besar kapasitas condensator jenis ini mulai dari Pico Farad (pF) sampai

dengan ratusan Nano Farad (nF). Nilai kapasitansinya tertulis dengan angka

misalnya 203 (20.000 pF atau 20 nF atau 0,02 µF.

Gambar 2.1 Condensator Non-Polar

2). Electrolytic Condensator (Elco) atau Condensator Bi-Polar

Condensator ini biasa disebut kapasitor elektrolit memiliki dua kutub kaki

yang berbeda yaitu kutub negative dan kutub positif (bi-polar) sehingga

pemasangan pada PCB jangan sampai terbalik. Bentuk fisik Condensator ini

biasanya seperti tabung dan nilai kapasitansinya tertulis pada fisik bagian luar

disertai tanda polaritas, bagian luar disertai tanda polaritas, misalnya 470 µF 25 V,

1.000 µF 50 V, 220 µF 16 dan sebagainya.


Gambar 2.2 Condensator Electrolytic (Elco)

3). Variable Condensator(Varco)

Nilai kapasitas condensator ini dapat berubah-ubah (variable) secara

manual atau menggunakan motor. Nilai kapasitasnya antara 100pF-500pF.

Condensator ini biasanya digunakan untuk mengatur frekuensi gelombang suara

pada system radio.

Gambar 2.3 Variable Condensator

b. Perhitungan Kapasitor
Adapun cara menghitung kapasitansi dari beberapa kapasitor sebagai

komponen pasif elektronika yang telah di hubungkan seri,parallel,atau

seri-paralel mau tidak mau harus menggunakan rumus dasar. Rumus


untuk menghitung kapasitor yang di rangkai seri, terbalik dengan

rumus resistor yang dirangkai seri, demikian juga dengan kapasitor

yang di rangkai paralel.

 Kapasitor Hubung seri


1 1 1 1
Total=𝐶1+𝐶2+ … + 𝐶𝑛……………………………………….(2.1)
𝐶

 Kapasitor Hubung Paralel

Ctotal=C1+C2+…+Cn…………………………………….....(2.2)

Jika suatu rangkaian RC diberi tegangan DC maka muatan listrik

pada kapasitor tidak akan langsung terisi penuh, akan tetapi

membutuhkan waktu untuk mencapai muatan listrik pada kapasitor

tersebut penuh.

Setelah muatan listrik penuh dan sumber tegangan di lepas maka

muatan listrik pada kapasitor tidak akan langsung kosong, akan tetapi

membutuhkan untuk mencapai muatan listrik pada kapasitor kosong.

 Konstanta waktu RC

Τ = R x C ……………………………..……………..(2.3)

 Rumus konstanta waktu secara universal


1
 Change=(awal-akhir)(1-𝑒 𝑇/𝑡 ) …………………..……(2.4)

 Penentuan waktu untuk perubahan tertentu


1
t=t(1n 𝑐ℎ𝑎𝑛𝑔𝑒 )…………………………………...(2.5)
1−
𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

4. Teori Dioda
a. Pengertian Dioda

Dioda(Diode) adalah komponen elektronika aktif yang terbuat dari

bahan semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk menghantarkan arus

listrik ke satu arah tetapi menghambat arus listrik dari arah sebaliknya.

Oleh karena itu, diode sering dipergunakan sebagai penyearah dalam

rangkaian elektronika. Dioda pada umumnya mempunyai 2 elektroda

(terminal) yaitu anoda (+) dan katoda (-) dan memiliki prinsip kerja yang

berdasarkan teknologi pertemuan p-n semikonduktor yaitu dapat

mengalirkan arus dari sisi tipe-p (Anoda) menuju ke sisi tipe-n (Katoda)

tetapi tidak dapat mengalirkan arus ke arah sebaliknya.

Gambar 3.1 Dioda

b. Fungsi Dioda

Berdasarkan fungsi diode, diode dapat dibagi menjadi beberapa jenis

diantaranya adalah :

 Dioda penyearah (Dioda Biasa atau Dioda Bridge) yang berfungsi

sebagai penyearah arus AC ke arus DC.


 Dioda Zener yang berfungsi sebagai pengaman rangkaian dan juga

sebagai penstabil tegangan.

 Dioda LED yang berfungsi sebagai lampu indicator ataupun lampu

penerangan

 Dioda Photo yang berfungsi sebagai sensor cahaya

 Dioda Schottky yang berfungsi sebagai pengendali

c. Prinsip Kerja Dioda

Untuk dapat memperjelas prinsip kerja dioda dalam

menghantarkan dan menghambat aliran arus listrik, di bawah ini adalah

rangkaian dasar contoh pemasangan dan penggunaan dioda dalam sebuah

rangkaian elektronika.

Gambar 3.2 Cara Pemasangan Dioda

5. Teori Transistor
a. Pengertian Transistor
Transistor termasuk komponen elektronika yang biasa dipakai dan

banyak dijual di pasaran. Transistor biasa dipakai diberbagai alat-alat

elektronika seperti televisi,radio,komputer, dan sebagainya. Transistor

ditemukan pertama kali oleh William Shockley, Jhon Barden, dan W.

H Brattain pada tahun 1948. Mulai dipakai secara nyata dalam praktik

mereka pada tahun 1958.Transistor termasuk komponen

semikonduktor yang bersifat menghantar dan menahan arus listrik.

Transistor merupakan komponen elektronika yang terbuat dari bahan

semikonduktor dan mempunyai tiga elektroda (triode) yaitu dasar

(basis), pengumpul (kolektor) dan pemancar (emitor). Dengan ketiga

elektroda (terminal) tersebut, tegangan atau arus yang dipasang di satu

terminalnya mengatur arus yang lebih besar melalui 2 terminal lainya.

Gambar 4.1 Simbol Transistor


b. Fungsi dan kegunaan Transistor

Fungsi Transistor yang biasa dan banyak diketahui ialah berfungsi

untuk memutuskan dan menyambungkan arus ( Saklar), di samping

fungsi tadi, terdapat banyak fungsi transistor lainnya yaitu sebagai

berikut:

 Sebagai penguat suara pada rangkaian amplifier

 Sebagai saklar (pemutus atau penyambung)

 Sebagai alat untuk pengatur stabilisasi tegangan

 Sebagai rangkaian pembangkit frekuensi, baik frekuensi tinggi

maupun frekuensi rendah

 Untuk pembagi dan meratakan arus

 Sebagai penguat arus di dalam rangkaian tertentu

c. Jenis-jenis Transistor

Terdapat banyak jenis-jenis transistor yang dijual dipasaran. Jenis-jenis

transistor ada beberapa kategori, yaitu seperti berdasarkan

polaritasnya, tipenya, bahannya, kemasannya, dan sebagainya. Tetapi

disini saya hanya akan menjelaskan jenis-jenis transistor yang masuk

dalam kategori berdasarkan Polaritasnya dan berdasarkan tipenya.

1. Berdasarkan Polaritasnya

 Transistor NPN(Negatif-Positif-Negatif)

 Transistor PNP (Positif-Negatif-Positif)

2. Berdasarkan Tipenya

 Uni Junktion Transistor (UJT)


 Field Effect Transistor (FET)

 MOSFET ( Metal Oxide Semiconductor FET)

6. Teori Tegangan dan Arus DC

a. Tegangan DC

Adalah tegangan dengan aliran arus searah. Tegangan DC memiliki

notasi/tanda positif pada satu titiknya dan negatif

pada titik lain. Sumber-sumber tegangan DC diantaranya adalah

elemen volta, battery, aki, solar cell dan adaptor/power supply DC.

Pemasangan tegangan DC pada rangkaian harus benar sesuai kutubnya

karena jika terbalik bias berakibat kerusakan pada kedua bagian.

Aplikasi tegangan DC banyak kita jumpai pada peralatan

elektronik portable seperti handphone, remote, sepeda motor, mainan

dan pemutar music portable. Sekarang ini sudah banyak dipakai

sumber tegangan DC berupa battery yang bisa diisi ulang (recharge)

jadi jika tegangan listrik pada battry habis bisa di bangkitkan lagi

dengan mengisinya.

b. Arus DC
Arus listrik searah ( Direct Current atau DC) adalah aliran electron

dari suatu titik yang energy potensialnya tinggi ke titik lain yang

energy potensialnya lebih rendah.

Arus searah dulu dianggap sebagai arus positif yang mengalir dari

ujung positif sumber arus listrik ke ujung negatifnya. Pengamatan-

pengamatan yang lebih baru menemukan bahwa sebenarnya arus


searah merupakan arus negatif (electron) yang mengalir dari kutub

negatif ke kutub positif. Aliran electron ini menyebabkan terjadinya

lubang-lubang bermuatan positif, yang “tampak” mengalir dari kutub

positif ke kutub negative

7. Teori Cathoda Ray Oscilloscope

Cathoda Ray Oscilooscope (CRO) merupakan alat ukur yang

dapat digunakan untukmemperlihatkan bentuk gelombang listrik,

mengukur tegangan listrik dc maupun ac, mengukur frekuensi

gelombang listrik, dan mengukur beda fase gelombang listrik. Berbeda

dengan voltmeter ac yang mengukur langsung tegangan efektif, tegangan

listrik ac yang dapat diukur langsung dengan CRO adalah tegangan

puncak-kepuncak dan tegangan maksimum. CRO tidak dapat digunakan

untuk mengukur arus listrik secara langsung. Secara tidak langsung

pengukuran arus listrik dilakukan dengan mengukur tegangan, kemudian

membaginya dengan hambatan yang ujung- ujungnya diukur tegangannya

tadi. Secara umum CRO dapat diklasifikasikan menjadi CRO satu

masukan (single channel) yang dapat digunakan untuk mengukur satu

gelombang listrik saja, CRO dua masukan (dual channel) yang dapat

digunakan untuk mengukur dua gelombang listrik sekaligus, dan CRO

dua sumber bedil electron (dual beam) yang dapat digunakan untuk

mengukur lebih dari dua gelombang listrik sekaligus. Contoh CRO dapat

dilihat pada gambar 6.1.


Gambar 6.1 Osilloscope

Untuk dapat menggunakan CRO, maka perlu mengenal tombol-tombol yang ada

pada panel CRO. Tombol-tombol yang penting antara lain : Beberapa tombol

yang penting antar lain:

1. Power : Untuk menghidupkan dan mematikan CRO

2. Intensity : Untuk mengatur intensitas berkas cahaya (elektron) pada

layar. Sebaiknya dijaga agar tidak pada kedudukan maksimum.

3. Focus : Untuk mengatur ketajaman gambar pada layar.

4. Position : Untuk mengatur kedudukan gambar secara vertikal.

5. Position : Untuk mengatur posisi horisontal gambar (gelombang).

6. Input : Terminal untuk menghubungkan sinyal input (yang akan

diukur) dengan CRO. Untuk CRO dual channel ada 2 terminal input yakni

CH1(X) INPUT dan CH2 (Y) INPUT. Pada umumnya hubungan terminal ini

dengan sinyal yang akan diukur menggunakan peraba (probe).

7. AC-GND-DC : Selektor untuk mengatur sambungan input sinyal listrik

yang akan diukur. Pada posisi AC komponen dc dari sinyal input diblokir oleh

kapasitor dalam CRO sehingga sinyal yan terukur adalah ac murni. Pada
posisi GND termnal nput diputus dan amplifier dibumikan. Akibatnya sinyal

input tidak dapat masuk CRO. Pada posisi DC terminal input dihubungkan

langsung dengan amplifier sehingga semua komponen sinal input diperkuat dan

ditampilkan. Artinya sinyal yang terlihat pada CRO adalah komponen dc dan ac.

8. : Terminal untuk hubungan dengan bumi (ground)

9. Mode : Selektor untuk mengatur tampilan sinyal input. Pada posisi

CH1 sinya input pada channel 1 ditampilkan. Pada posisi CH2 sinyal input

pada channel 2 ditampilkan. Pada posisi DUAL sinyal input pada CH1 dan CH2

ditampilkan bersama. Pada posisi ADD sinyal input pada CH1 dan

CH2 dijumlahkan secara aljabar (interferensi 2 gelombang searah). Pada poisi X-

Y sinyal input pada CH1 dan CH2 dipadukan secara tegaklurus (interferensi 2

gelombang tegaklurus).

10. Volt/div : Selektor untuk mengatur harga tegangan tiap pembagian

skala (division) pada panel.

11. Variable : Untuk mengatur harga tegangan/waktu tiap pembagian

skala (division) secara halus. Pada saat pengukuran tegangan/periode, tombol

harus pada posisi maksimum (kalibrasi).

12. Time/div : Untuk mengatur waktu sapu tiap pembagian skala

(division). Kegunaan langsung adalah untuk mengukur periode gelombang yang

diselidiki.

13. Synchron : Untuk mengatur supaya pada layar diperoleh gambar yang

tidak bergerak.
14. Slope : Untuk mengatur saat trigger dilakukan, yaitu pada waktu

sinyal naik (+) atau turun (-).

8. Teori Hukum Ohm dan Kirchhoff

Dalam percobaan ohm didapatkan dalam suatu kawat penghantar bahwa

“arus dalam suatu segmen sebanding dengan beda potensial yang melalui

segmen tersebut".

𝑉 𝑉
I=𝑅 R= 𝐼

Rseri=R1 + R2 +........

𝑅1+𝑅2
Rparalel= 𝑅1.𝑅2

Hukum I kirchhoff “jumlah kuat arus listrik yang masuk kesuatu

titik simpul sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar dari titik

simpul tersebut”. Hukum kirchhoff seccara matematis dapat dituliskan

sebagai berikut: ∑ 𝐼masuk = ∑ 𝐼keluar

Hukum II kirchhoff digunakan pada rangkaian tertutup, karena ada

rangkaian yang tidak dapat disederhanakan dengan rangkaian seri dan

paralel. Hukum II kirchhoff berbunyi “Didalam sebuah rangkaian tertutup,

jumlah aljabar gaya gerak listrik (є) dengan penurunan tegangan (IR) sama

dengan nol”. Hukum II kirchhoff secara matematis dapat dituliskan

sebagai berikut: ∑є + ∑IR = 0


BAB II

PERCOBAAN-PERCOBAAN

2.1 PENGUKURAN RESISTANSI

1. Tujuan Percobaan

Mahasiswa dapat membandingkan nilai resistansi yang tertera pada

resistor dengan nilai resistansi dari hasil pengukuran.

2. Gambar Rangkaian

Gambar 1.1 Pengukuran Resistor

Gambar 1.2 Pengukuran Resistor Hubung Seri

3. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang di butuhkan dalam percobaan ini adalah :


1. Resistor 9 buah

2. Multimeter Digital 1 buah

3. Multimeter Analog 1 buah

4. Langkah-Langkah Percobaan

1. Catat nilai resistansi berdasarkan cincin warna resistor

2. Rangkailah

3. Pengukuran menggunakan multimeter analog

 Putar selector untuk berbagai Ω yang tepat

 Kalibrasi multimeter

 Hubungkan pin ke komponen untuk mengukur resistansi

 Catat hasil pengukuran pada tabel 1.2

4. Pengukuran menggunakan multimeter digital dengan langkah

berikut :

 Atur selector di Ω

 Tekan tombol Range sampai pilihan yang tepat

 Hubungkan pin ke komponen untuk mengukur resistansi

 Catat hasil pengukuran pada tabel 1.2

5. Selesai melakukan pengukuran, rapihkan peralatan dan kembalikan

pada tempat semula.


5. Hasil Percobaan

Tabel 1.3 Hasil Pembacaan Cincin Warna Pada Resistor


Cincin warna Nilai
No Resistor
1 2 3 4 5 Resistansi
1 R1 Biru Abu Abu Coklat Emas - 680Ω ± 5%
2 R2 Merah Merah Emas Emas - 2,2Ω± 5%
3 R3 Merah Merah Merah Emas - 2700Ω± 5%
4 R4 Hijau Coklat Coklat Emas - 510Ω± 5%
5 R5 Orange Putih Hitam Emas - 39Ω± 5%
6 R6 Hijau Biru Coklat Emas - 560Ω ± 5%
7 R7 Coklat Hitam Merah Emas - 1000Ω± 5%
8 R8 Hijau Biru Hitam Emas - 56Ω± 5%
9 R9 Orange Putih Coklat Emas - 390Ω± 5%
Tabel 1.4 Hasil Pengukuran Resistor

Pengukuran Resistor Ω
Resistor Seri
No Resistor Resistor Tunggal
Paralel
Analog Digital Analog Digital
1 R1 67 Ω 67 Ω
2 R2 2,2 Ω 2,2 Ω 650 Ω 674 Ω

3 R3 26,29KΩ 26,29KΩ
4 R4 505 Ω 505 Ω
5 R5 38,9 Ω 38,7Ω 741 Ω 741 Ω

6 R6 560 Ω 558 Ω
7 R7 998 Ω 998 Ω
8 R8 56,2Ω 56,4Ω 1020 Ω 1040 Ω

9 R9 380Ω 386 Ω

6. Analisa hasil percobaan :

Berdasarkan hasil percobaan pengukuran R1-R9 dapat diketahui hasil pembacaan


gelang warna dan hasil pengukuran menggunakan multimeter analog dan
multimeter digital nilai resistansinya berbeda. Hal ini dapat di karenakan oleh
beberapa faktor diantaranya bisa karena jarum yang tidak diatur hingga titik nol
(0) dan bisa juga dikarenaka kesalahan terhadap pembacaannya. Maka dari itu
sangat dibutuhkan ketelitian dalam membacanya , Teatapi hasil pengukuran
resistor menggunakan multimeter analog dan digitak masih dalam batas toleransi
resistor tersebut maka dapat di pastikanresistor itu dalam kondisi baik.
Berikut contoh menghitung nilai Resistor Seri Paralel

1. R1= 1 /2,2+ 1 / 2624


1/C=2624+2,2 / 5772,8
1/C=2624,2/5772,8
=2198Ω
C=2.198+670
=672.198Ω
2. R2=1 / 38,9 + 1 / 560
1/C=560+38,9 / 21784
1/C=598,9 / 21784
=36,37Ω
C=565+36,37
=601,37Ω
3. R3=1 / 56,2 + 1 / 380
1/C=380+56,,2 / 21356
1/C=436,2 / 21356
=48,95Ω
C=48,95 + 998
1046,95 Ω

Dan yang paling penting dalam pengukuran resistor adalah setiap pengukuran,
selalu kalibrasi ulang multimeter dan pembacaan hasil multi meter yang harus
benar atau tepat.
2.2 PENGUJIAN KAPASITOR

1. Tujuan Percobaan

Mahasiswa dapat mengetahui bentuk dan jenis kapasitor dan

memahami cara pengisian dan pengosongan muatan listrik pada kapasitor.

2. Gambar Rangkaian

C
Gambar 2.1 Pengukuran Kapasitor

Gambar 2.2 Pengukuran Kapasitor Hubung Seri Paralel


3. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang di butuhkan pada percobaan ini adalah :

1. Kapasitor 9 buah

2. Resistor 3 buah

3. Kapasitansi meter 1 buah

4. Power Supply DC 1 buah

4. Langkah-langkah Percobaan

a. Pengukuran Kapasitor

1. Catat nilai kapasitansi tertera pada kapasitor pada tabel 2.1

2. Rangkailah rangkaian seperti gambar 2.4 dan gambar 2.5

3. Putar selector untuk berbagai kapasitansi yang tepat.

4. Hubungkan pin ke komponen untuk mengukur kapasitansi

5. Catat hasil pengukuran pada tabel 2.1

b. Pengisian Muatan dan Pengosongan Listrik pada kapasitor

1. Catat nilai kapasitor dan resistor pada tebel 2.2

2. Rangkailah rangkaian seperti gambar 2.6

3. On-kan power supply amati perubahan pada alat ukur

4. Catat besar tegangan pada voltmeter setiap 5 detik sampai

besar tegangan yang terukur konstan pada tabel 2.2

5. Off-kan power supply amati perubahan pada alat ukur

6. Catat besar tegangan yang terukur pada voltmeter setiap 5

detik hingga tegangan 0 (nol) pada tabel 2.2


5. Hasil Percobaan

Tabel 2.3 Hasil Pembacaan dan Pengukuran Kapasitor

Pengukuran
No Kapasitor Pembacaan
Kapasitor Tunggal Kapasitor Seri Paralel

1 C1 100µF 16 V 674 µF

1000 µF 16
2 C2 986 µF 63,6 µF
V
100 µF 25
3 C3 108,6 µF
V
330 µF 10
4 sC4 227 µF
V

5 C5 4,7 µF 25 V 4,99 µF 73,1 µF

100 µF 16
6 C6 104,4 µF
V
100 µF 16
7 C7 107,8 µF
V
100 µF 16
8 C8 113,5 µF 55,3 µF
V

9 C9 1031 nF 987 µF
Tabel 2.4 Hasil Pengukuran Pengisian Muatan dan Pengosongan Listrik
Kapasitor

NO Resistor Kapasitor Pengisian muatan listrik Pengosongan muatan listrik


Waktu (S) Tegangan (V) Waktu (S) Tegangan (V)

1 6,1 0 20,0

1700 ±5% 50V1500µF 2 10,5 1 13,9

1. 3 13,5 2 11,8

4 14,5 3 9,2

5 15,5 4 7,3

6 16,5 5 6,2

2. 7 17,3 6 5,3

8 18,1 7 3,8

9 18,7 8 3,2

10 19,2 9 2,5

3. 15 19,9 16 2,2

18 20,0 25 0

Contoh menghitung pengosongan muatan listrik kapasitor:

−𝑡
1. Vc=Vo.C𝑅𝑐
−1
=20.2,72,55
1
=20.2,50,19
1
=2. 1,47
=20.0,68
=13,6

−𝑡
2. Vc=Vo.C𝑅𝑐
−2
=20.0,72,55
1
=20.2,70,18
1
=20.2,17

=20.0,46
=9,2

Contoh menghitung error pengosongan muatan listrik kapasitor:

𝑢𝑘𝑢𝑟−ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
1. Error = ×100%
𝑢𝑘𝑢𝑟
11,9−13,6
= ×100%
13,9
0,3
=13,9×100%

=0,02×100%
=2%

𝑢𝑘𝑢𝑟−ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
2. Error = ×100%
𝑢𝑘𝑢𝑟
1,18−9,2
= ×100%
11,8
2,6
=11,8×100%

=0,22×100%
=22%
Contoh menghitung pengisian muatan listrik kapasitor:

−𝑡
Rumus : Vc = Vo (1 −𝑒 𝑅.𝐶 )

−1
1. Vc = 20 ( 1 – 2.72.55 )\

1
= 20 ( 1 - 2.70.39)

1
= 20 ( 1 - 1.47)

= 20 ( 1 – 0.68)

= 20 (0,32)

= 6,4 Volt
−2
2. Vc = 20 ( 1 – 2.72.55 )
1
= 20 (1− 2 )
2.7 ⁄2.55

1
= 20 (1 − 2.70,78)

1
= 20 (1− 2.17)

= 20 ( 1 – 0.46)

= 20 (0.54)

=10. 8 Volt
Contoh menghitung error pengisian muatan listrik kapasitor:

𝑢𝑘𝑢𝑟−ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
1. Ukur = ×100%
𝑢𝑘𝑢𝑟
6,1−6,4
= ×100%
6,1
0,3
=6,1×100%

=0,04×100%
=4%

𝑢𝑘𝑢𝑟−ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
2. Ukur = ×100%
𝑢𝑘𝑢𝑟
10,5−10,8
= ×100%
10,5
0,3
=10,5×100%

=0,02×100%
=2%

Berikut adalah grafik dari pengisian dan pengosongan muatan listrik kapasitor:

Grafik Pengisian Muatan Listrik Kapasitor


25

20

15
Tegangan (V)
10

0
0 5 10 15 20
Waktu (t)

Gambar 2.5 Grafik pengisian muatan listrik kapasitor


Grafik Pengosongan Muatan Listrik kapasitor

25

20

15
Tegangan (V) 10

0
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (t)

Gambar 2.6 Grafik pengosongan muatan listrik kapasitor

6. Analisa Hasil Percobaan

Pada percobaan kali ini,pembacaan kapasitor dilihat dari tulisan yang tertera
pada badan kapasitor. Contoh Kapasitor pertama 16 100µF yang artinya nilainya
100µF dan tegangan maksimal 16V. Jika tegangan yang diberikan berlebihan,
maka kapasitor tersebut akan rusak.

Jenis kapasitor terbagi tiga yaitu:

 Kapasitor Electrostatis
 Kapasitor Electrolitic
 Kapasitor Electrochemical

Percobaan kali ini untuk menghitung kapasitor tunggal dan seri paralel dengan
pengujian menggunakan 9 buah resistor mengkombinasi 3 buah kapasitor dengan
besar nilai pada pengukuran 9 kapasitor diatas dengan 3 kali percobaan masing
masing (C2 dan C3 diparalel) dan (Cp dan C1 di seri) begitu juga selanjutnya.
Hasil pengukuran menggunakan multimeter yang kami dapatkan nilai pengukuran
seri paralel berbeda dengan pengukuran tunggal. Perbedan tersebut bisa terjadi
pada kesalahan toleransi pada kapasitor,ketetapan alat ukur maupun
pembacaannya.

Tabel 2.7 Perbedaan antara perhitungan manual dan multimeter.

Multimeter Manual Perbandiangan

63,6 63,5 0,1

73,1 73,1 0

55,3 55,4 0,1

Berikut adalah cara penghitungan nilai kapasitor seri paralel

1. Cp=986µF + 108,4µF
=1094,4µF
I/Cs=1/1094,4 + 1/67,4
I/Cs=67,4+1094,4 / 73.762,56
I/Cs=1.161,8 / 73.762,56
=63,5µF

2. Cp=4,99µF + 104,4µF
=109,39µF
I/Cs=1 / 109,39 + 1 / 227
I/Cs=227 + 109,39 / 24.831,53
I/Cs=336,39 / 24.831,53
=73,1 µF

3. Cp=113,5 µF + 0,987µF
=113,487µF
I/Cs=1 / 107,8 + 1 / 114,487
I/Cs=114,487 + 107,8 / 12.342,698
=222,287 / 12.341,698
=55,4µF

Kesimpulan dari pengukuran tersebut adalah tidak mungkin kita mendapatkan


hasil yang tidak sama. Faktor yang menyebabkan adalah toleransi
kapasitor,ketetapan alat ukur maupun pembacaan serta faktor faktor lainnya.

2.3 PENGUJIAN DIODA

1. Tujuan Percobaan

Mahasiswa dapat membandingkan diode bias maju dan diode bias mundur

dari hasil pengujian.

2. Gambar Rangkaian

Gambar 3.3 Pengujian Dioda


3. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan pada percobaan ini adalah :

1. Dioda 5 buah

2. Multimeter Analog 1 buah

4. Langkah-langkah Percobaan

1. Catat nilai diode yang tertera pada diode

2. Putar selector pada posisi ohm dengan skala rendah

3. Tentukan terlebih dahulu elektroda anoda dan katoda dari diode

tersebut

4. Hubungkan pin positif dengan Anoda sedangkan pin negatif dengan

Katoda diode

5. Ulangi langkah 4 diatas dengan polaritas sebaliknya, dimana Anoda di

hubungkan dengan pin negatif dan Katoda dengan pin positif

6. Catat hasil pengukuran pada tabel 3.1

7. Selesai melakukan pengukuran, rapihkan peralatan dan kembalikan

pada tempat semula.


5. Hasil Percobaan

Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Dioda

Jarum
No Dioda Tipe Polaritas Multimeter

Anoda (+), Katodada (-) Tidak bergerak


1 D1 IN 5408 Bergerak ke
Anoda (-), Katodada (+) kanan
Anoda (+), Katodada (-) Tidak bergerak
2 D2 IN 4002 Bergerak ke
Anoda (-), Katodada (+) kanan
Anoda (+), Katodada (-) Tidak bergerak
3 D3 IN 4749 Bergerak ke
Anoda (-), Katodada (+) kanan
Anoda (+), Katodada (-) Tidak bergerak
4 D4 IN 4002 Bergerak ke
Anoda (-), Katodada (+) kanan
Anoda (+), Katodada (-) Tidak bergerak
5 D5 PHL 33 Bergerak ke
Anoda (-), Katodada (+) kanan

6. Analisa Hasil Percobaan

Hasil pengukran pada dioda menggunakan multimeter. Pertama


kita harus mengetahui anoda dan katoda pada dioda,dengan cara
menghubungkan pruf hitam ke salah satu kaki dioda dan pruf merah ke
kaki lain.dan apa bila jarum pada multimeter bergerak. Berarti kaki yang
terhubuung ke pruf hitam adalah anoda dan kaki yang terhubung ke pruf
merah adalah katoda, begitu juga sebaliknya kalau jarum pada multimeter
tidak bergerak berarti kaki yang terhubung ke pruf hitam adalah katoda
dan kaki yang terhubung ke pruf merah adalah anoda.
Dan permasalahan kali ini mengapa jika pruf hitam dihubungkan
ke katoda dan pruf merah dihubungkan ke anoda jarum multimeter tidak
bergerak, dan sebaliknya jika pruf merah ke katoda dan pruf hitam ke
anoda jarum multimeter akan bergerak. Karena fungsi dan sifat dari Dioda
adalah sebagai penghantar dan peyearah arus listrik. Maka jika pruf hitam
di hubungkan ke katoda dan pruf positif dihubungkan ke anoda jarum
multimeter tidak akan bergerak karena Dioda akan menghambat arus
listrik,dan jika pruf merah ke katoda dan pruf negatif ke anoda, jarum akan
bergerak karena Dioda akn menghantarkan arus listrik dengan sempurna.
Pada kali ini kita akan menentukan Dioda bias maju dan Dioda
bias mundur. Dioda bias mundur adalah pemberi tegangan negatif baterai
ke terminal anoda dan tegangan positif ke terminal katoda, dengan kata
lain tegangan V A k lebih kecil dari nol (0)

Dioda bias mauju:


IN 5408:Anoda (+), Katodada (-)
IN 4002:Anoda (+), Katodada (-)
IN 4749:Anoda (+), Katodada (-)
IN 4002:Anoda (+), Katodada (-)
PHL33 :Anoda (+), Katodada (-)

Dioda bias mundur:


IN 5408:Anoda (−), Katodada (+)
IN 4002:Anoda (−), Katodada (+)
IN 4749:Anoda (−), Katodada (+)
IN 4002:Anoda (−), Katodada (+)
PHL33 :Anoda (−), Katodada (+)
2.4 PENGUJIAN TRANSISTOR

1. Tujuan Percobaan

Mahasiswa dapat menentukan kaki transistor dan membandingkan

transistor NPN dan PNP dari hasil pengujian.

2. Gambar Rangkaian

Gambar 4.2 Pengukuran Transistor

3. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang di butuhkan pada percobaan ini adalah:

1. Transistor 5 buah

2. Multimeter Analog 1 buah


4. Langkah-langkah Percobaan

1. Catat nilai transistor yang tertera pada transistor

2. Putar selector pada posisi 1x ohm

3. Tentukan terlebih dahulu basis, kolektor, dan emitor

4. Hubungkan pin positif pada basis dan pada pin negatif pada kolektor

dan emitor secara bergantian

5. Ulangi langkah 4 diatas dengan polaritas sebaliknya, dimana pin negatif

pada basis dan pin positif pada kolektor dan emitor secara bergantian

6. Catat pengukuran hasil pengukuran pada tabel 4.1

7. Selesai melakukan pengukuran, rapihkan peralatan dan kembalikan

pada tempat semula

8. Membuat analisa hasil percobaan yang telah dilakukan


5. Hasil Percobaan
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Transistor

No Tipe Transistor Polaritas Jarum Multimeter

B(+), K dan E (-) Bergerak 6,5Ω


C5149j
1 Q1
NPN B(-), K dan E (+) Tidak bergerak

B(+), K dan E (-) Bergerak 6,5 Ω


BU2520af
2 Q2
NPN B(-), K dan E (+) Tidak bergerak

B(+), K dan E (-) Bergerak 6,5Ω


C5802D
3 Q3
NPN B(-), K dan E (+) Tidak bergerak

B(+), K dan E (-) Tidak bergerak


A608E
4 Q4
PNP B(-), K dan E (+) Bergerak 9 Ω

B(+), K dan E (-) Bergerak 7 Ω


BD203M
5 Q5
NPN B(-), K dan E (+) Tidak bergerak
Berikut adalah gambar Transistor yang kami gunakan:

Transistor 2SA608 Transistor C5149

Transistor BU2520AF Transistor 2SC5802

Transistor BD203
Gambar 4.2 Gambar transistor pada percobaan
6. Analisa Hasil Percobaan

Pada percobaan kali ini kita menentukan basis, emitor, kolektor dari

masing masing transistor sebelum menentukan kita harus mengetahui NPN

dan PNP. Cara mengetahui transistor NPN dan PNP adalah sebagai berikut.

Pastikan saklar atau switch multimeter dalam posisi ohm meter dengan

pengali 1X atau diatasnya. Ambil salah satu pruf (hitam atau merah) sebagai

pruf acuan kita, dalam contoh ini kita ambil pruf hitam sebagai acuan dan

hubungkan ke salah satu kaki transistor lalu hubungkan pruf merah ke kaki

lainnya secara bergantian. Jika jarum multimeter bergerak berarti transistor

adalah NPN dan kaki yg terhubung ke pruf hitam adalah Basis. Tapi kalau

acuan sebagi pruf merah dan pruf hitam dihubungkan ke kaki lainnya secara

bergantian dan jarum multimeter bergerak berarti transistor tersebut adalah

PNP lalu kaki yg terhubung ke pruf merah adalah basis.

Selanjutnya untuk menentukan kaki kolektor dan emitor, pastikan kita

sudah melakukan cara diatas untuk mengetahui kaki basis daritransistor. Jika

NPN berarti basis harus terhubung ke ke pruf Hitam dan jika PNP berarti

basis harus terhubung ke pruf merah. Hubungkan pruf lainya pada kaki

transistor yang lain secara bergantian dan lakukan pembacaan nilai tahanan

pada display multimeter. Untuk mengetahui mana kaki emitor dan kolektor

biasanya terdapat nilai tahanan yang berbeda. Untuk kolektor relatif memiliki

nilai tahanan yang lebih besar sedikit daripada nilai tahanan emitor. Jadi

dengan melihat nilai tahanannya secara teliti (ingat bedanya hanya sedikit)

kita dapat menentukan mana kaki emitor dan mana kaki kolektor.
2.5PENGUKURAN TEGANGAN DC DAN ARUS DC

1. Tujuan Percobaan

Mahasiswa dapat mengukur tegangan DC dan arus DC dan dapat

membandingkan hasil pengukuran Multimeter Analog dengan Multimeter

Digital.

2. Gambar Rangkaian

Gambar 5.1 Pengukuran Tegangan DC dan arus DC


3. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang di butuhkan pada percobaan ini adalah:

1. Resistor 5 buah

2. Multimeter Analog 1 buah

3. Multimeter Digital 1 buah

4. Power Supply DC 1 buah

4. Langkah- langkah percobaan

1. Catat nilai resistansi berdasarkan cincin warna resistor

2. Atur tegangan DC power supply sampai 2 VDC


3. Putar selector Multimeter pertama pada pengukuran arus DC dan

Multimeter ke dua pada pengukuran tegangan DC

4. Rangkailah rangkaian seperti gambar 5.1 di atas

5. Catatlah hasil pengukuran pada tabel 5.1

6. Selesai melakukan pengukuran, rapihkan peralatan dan kembalikan

pada tempat semula

7. Membuat analisa hasil percobaan yang telah dilakukan

5. Hasil Percobaan

Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Tegangan DC dan Arus DC

Tegangan (V) Arus (A)

No Resis Resistansi (Ω) Analog Digital Analog Digital

tor

1 R1 2,2×10 5% 150/100=1 1,493 8/10=0,8 0,84

,5

2 R2 2,7×0,1 5% 200/100=2 1,685 65/10=6, 6,35

3 R3 1,5×100 5% 150/100=1 1,501 5/10=0,5 0,35

,5

4 R4 4,7×100 5% 155/100=1 1,502 5/10=0,5 0,25

,55

5 R5 1,0×10 5% 250/100=2 1,477 15/10=1, 1,49

,5 5
Perhitungan Arus (Ampere) Multimeter Analog
𝑣
1. I =𝑅
1,5
= = 0.06
22
𝑣
2. I = 𝑅
2
= = 7,40
0,27
𝑉
3. I = 𝑅
1,5
= = 0,01
150
𝑉
4. I =𝑅
1,55
= = 0,003
470
𝑉
5. I = 𝑅
2,5
= = 0,25
10

Perhitungan Arus (Ampere) Multimeter Digital


𝑉
1. I = 𝑅
1,493
= = 0,06
22
𝑉
2. I =𝑅
1,685
= = 6,24
0,27
𝑉
3. I =𝑅
1,501
= = 0,01
150
𝑉
4. I =𝑅
1,502
= = 0,003
470
𝑉
5. I = 𝑅
1,477
= = 0,147
10

Berikut adalah error pengukuran nilai dari percobaan tersebut:


Rumus : Multimeter Analog (tegangan)

𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑠𝑢𝑝𝑝𝑙𝑦 –𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔


Error (%) = × 100 %
𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑠𝑢𝑝𝑝𝑙𝑦

1,5 −1,5
R1 : Error (%) = × 100%
1,5

0
= × 100%
1,5

= 0 × 100%

= 0%

1,5 −2
R2 : Error (%) = × 100 %
1,5

−0,5
= × 100%
1,5

= 0,33 × 100%

= 33%

1,5 −1,5
R3 : Error (%) = × 100%
1,5

0
= 1,5 × 100 %

=0%

1,5−1,55
R4 : Error (%) = × 100 %
1,5

− 0,05
= × 100 %
1,5
= 0,03 × 100 %

= 3%

1,5−1,5
R5 : Error (%) = × 100 %
1,5

0
= 1,5 × 100 %

= 0 × 100 %

=0%

Multimeter Digital

1,5−1,493
R1: Error (%) = × 100 %
1,5

0,007
= × 100 %
1,5

= 0,004 × 100 %

= 0,4 %

1,5−1,685
R2 : Error (%) = × 100 %
1,5

− 0,185
= × 100 %
1,5

= 0, 123 × 100 %

= 12,3 %

1,5−1,5
R3 : Error (%) = 1,5
× 100 %
0
= × 100 %
1,5

= 0 %

1,5−1,502
R4 : Error (%) = × 100 %
1,5

− 𝑜,𝑜𝑜2
= × 100%
1,5

= 0,0013 × 100 %

= 0,13 %

1,5−1,477
R5 : Error (%) = × 100 %
1,5

0,023
= × 100 %
1,5

= 0,015 × 100 %

= 1,5 %

Resistor Pengukuran Tegangan (V) Error Pengukuran

Analog Digital Analog Digital

2,2×10 5% 1,5 1,493 0% 0,4 %

2,7×0,1 5% 2 1,685 33 % 12,3 %

1,5×100 5% 1,5 1,5 0% 0%

4,7×100 5% 1,55 1,502 3% 0,13 %

1,0×10 5% 1,5 1,477 0% 1,5 %


Error Pada Pembagi Arus

𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 − 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
Error (%) = × 100 %
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎 𝑛

0,8 −0,06
R1 : Error (%) = × 100%
0,8

0.74
= × 100%
0,8

= 0,925 × 100%

= 92,5 %

7,40−6,5
R2 : Error (%) = × 100 %
7,40

0,9
= × 100%
7,4

= 0,12 × 100%

= 12 %

0,5−0,01
R3 : Error (%) = × 100%
0,5

0,49
= × 100 %
0,5

= 98 %

0,5−0,03
R4 : Error (%) = × 100 %
0,5
0,047
= × 100 %
0,5

= 0,94 × 100 %

= 94 %

1,5−0,25
R5 : Error (%) = × 100 %
1,5

1,25
= × 100 %
1,5

= 0,83 × 100 %

= 83 %

Multimeter Digital

0,84−0,06
R1: Error (%) = × 100 %
0,84

0,78
= 0,84 × 100 %

= 0,92 × 100 %

= 92 %

6,35−6,24
R2 : Error (%) = × 100 %
6,35

0,11
= 6,35 × 100 %

= 0, 017 × 100 %

= 1,7 %
0,35−𝑜,01
R3 : Error (%) = × 100 %
0,35

0,34
= × 100 %
0,35

= 0.97 × 100 %

= 97 %

0,25−0,03
R4 : Error (%) = × 100 %
0,5

0,22
= 0,25 × 100%

= 0,88 × 100 %

= 88 %

1,5
R5 : Error (%) = 1,5 × 100 %

1,49−0,147
= × 100 %
1,49

= 0,90 × 100 %

= 90 %

Resistor Pengukuran Arus (A) Error Pengukuran

Analog Digital Analog Digital

2,2×10 5% 0,8 0.84 92,5 % 92 %

2,7×0,1 5% 6,5 6,35 12 % 1,7 %


1,5×100 5% 0,5 0,35 98 % 97 %

4,7×100 5% 0,5 0,25 94 % 88 %

1,0×10 5% 1,5 1,499 83 % 90 %

6. Analisa Hasil Percobaan

Dari percobaan diatas kami menghitung error kesalahan,

dibuktikan kalau kesalahan yang terjadi karena kami tidak menaikkan

tegangan maupun arus sesuai dengan yang dibatasi, dari percobaan itu juga

memiliki kesalahan karena kami tidak kalibrasi multimeter. Dengan nilai

error yang sangat tinggi itu membuktikan kalau pengukuran membutuhkan

ketelitian yang sangat tinggi


2.7 HUKUM OHM DAN HUKUM KIRCHOFF

1. Tujuan Percobaan

Agar mahasiswa dapat menghitung besar arus/tegangan dengan

ukum ohm dan khirchoff .dapat menghitung besar resistansi ekivalen dari

suatu rangkaian resistor besar campuran dan dapat membuat analisa

rangkaian listrik resistor dengan hukum ohm dan kirchoff.

2. Gambar Rangkaian

Gambar 7.1 Rangkaian Pembagi Tegangan


Gambar 7.2 Rangkaian Pembagi Arus

3. Alat dan Bahan

1. Power Supply DC

2. modul No -09 khirchoff’s law

3. Multimeter Digital

4. Jumper

4. Langkah-Langkah Percobaan

A. hukum kirchoff (pembagi tegangan)

1) tentukanlah R ekivalen dan hitunglah terlebih dahulu nilai untuk

IS,ER1dan ER2 pada rangkaian seperti gambar 2.2.


Besarnya tegangan arus yang mengalir dalam rangkaian adalah :

𝑉
I= 𝑅1+𝑅2

Tegangan pada R2 adalah :

V2 = I . R2

𝑉
=
𝑅1+𝑅2
.R2

𝑅2
V2 = 𝑅!+𝑅2. V

Degan cara yang sama tegangan pada R1 diperoleh

𝑅2
V1 = 𝑅1+𝑅2

2) berimasukan tegangan EB sebesar 10 V, lakukanlah pengukuran IS, ER1

dan ER2 dengan multimeter digital. Bandingkanlah hasil pengukuran dan

hasil perhitungan yang anda lakukan. Kemudian catat hasilnya ke dalam

tabel 2.1.

3) ulangi langkah 1 dan 2 dengan mengubah nilai EB sesuai petunjuk

instruktur.
B. hukum khirchoff (pembagi arus)

1) tentukanlah R ekivalen dan hitunglah terlebih dahulu nilai untuk IS, ER1

dan ER2 pada rangkaian seperti gambar 2.3.

𝑅1.𝑅2
V = I1 . R1 = I2. R2 V=I.
𝑅!+𝑅2

𝑅1 𝑅1.𝑅2
V1 = 𝑅1+𝑅2. V Rek =
𝑅1+𝑅2

𝑅1.𝑅2 𝑅2
I1R1 = I I1 = 𝑅1+𝑅2 . I
𝑅1+𝑅2

𝑅1.𝑅2 𝑅1
I2R2 = I I2 = 𝑅1+𝑅2. I
𝑅1+𝑅2

2) berimasukan tegangan EB sebesar 10 V, lakukanlah pengukuran IR1 dan

IR2 dengan multimeter digital. Bandingkanlah hasil pengukuran dan

hasil perhitungan yang anda lakukan. Kemudian catat hasilnya ke dalam

tabel 2.1.

3) ulangi langkah 1 dan 2 dengan mengubah nilai EB sesuai petunjuk

instruktur.
5. Hasil Percobaan

Tabel .71 hasil pengukuran

EB ER1 ER2
No Hasil IS (ampere)
(volt) (volt) (volt)

Pengukuran
10,04 0,31 3,196 6,35
1

Perhitungan
0,33 3,33 6,66

Pengukuran
12,4 0,38 4,00 7,83
2

Perhitungan
0,4 4 8

Pengukuran
13 0,42 4,14 8,43
3

Perhitungan
0,43 4,33 8,66

Pengukuran
15,4 0,48 4,94 9,89
4

Perhitungan
0,5 5 10

5 Pengukuran
16,1 0,52 5,20 10,57
Perhitungan
0,53 5,33 10,66

Rumus perhitungan

𝑉 10 10
1. I = = = =0,33 A
𝑅1+𝑅2 10+20 30

R1 10 100
ER1/V1 = R1+R2xV= 10+20 x10 = = 3,33 V
30

R2 20 200
ER2/V2 = R1+R2xV=10+20 x10 = = 6,66 V
30

V 12 12
2.. I = R1+R2 =10+20 = 30 =0,4 A

R1 10 120
ER1/V1 = R1+R2xV= 10+20 x12 = = 4V
30

R2 20 240
ER2/V2 = R1+R2xV=10+20 x 12 = = 8V
30

V 13 13
3. I = R1+R2 =10+20 = 30 = 0,43 A

R1 10 130
ER1/V1 = R1+R2xV= 10+20 x13 = = 4,33 V
30

R2 20 240
ER2/V2 = R1+R2xV=10+20 x13 = = 8,66 V
30

V 15 15
4. I = R1+R2 =10+20 = 30 =0,5 A

R1 10 150
ER1/V1 = R1+R2xV= 10+20 x15 = = 5V
30

R2 20 260
ER2/V2 = R1+R2xV=10+20 x15 = 30
= 10 V
V 16 16
5. I = R1+R2 =10+20 = 30 =0,53 A

R1 10 160
ER1/V1 = R1+R2xV= 10+20 x16 = = 5,33 V
30

R2 20 320
ER2/V2 = R1+R2xV=10+20 x16 = x = 10,66
30

Tabel 7.2 hasil pengukuran

EB IR1 IR2
No Hasil IS (ampere)
(volt) (volt) (volt)

0,28 0,19 0,09


Pengukuran
1 10,06

Perhitungan 0,3 0,2 0,1

0,34 0,20 0,11


Pengukuran
2 12,07

Perhitungan 0,36 0,24 0,12

0,34 0,23 0,12


Pengukuran
3 13,06

Perhitungan 0,39 0,26 0,13

0,40 0,23 0,14


Pengukuran
4 15,06

Perhitungan 0,45 0,3 0,15

0,46 0,30 0,14


5 Pengukuran
16,01
Perhitungan 0,48 0,32 0,16

Rumus perhitungan

R1xR2 50𝑥100 5000


Rekv=𝑅1+𝑅2 = 50+100 = = 33,3
150

𝑉 10
1. I =𝑅𝑒𝑘𝑣 = 33,3 = 0,3 A

𝑅2 100
I1 =𝑅1+𝑅2 𝑥𝐼 = 100+50 𝑥0,3 = 0,2 𝐴

𝑅1 50
I2 =𝑅1+𝑅2 𝑥𝐼 = 100+50 𝑥0,3 = 0,1 𝐴

𝑉 12
2. I =𝑅𝑒𝑘𝑣 = 33,3 = 0,36 A

𝑅2 100
I1 =𝑅1+𝑅2 𝑥𝐼 = 100+50 𝑥0,36 = 0,24 𝐴

𝑅1 50
I2 =𝑅1+𝑅2 𝑥𝐼 = 100+50 𝑥0,36 = 0,12 𝐴

𝑉 13
3. I =𝑅𝑒𝑘𝑣 = 33,3 = 0,39 𝐴

𝑅2 100
I1 =𝑅1+𝑅2 𝑥𝐼 = 100+50 𝑥0,39 = 0,26 𝐴

𝑅1 50
I2 =𝑅1+𝑅2 𝑥𝐼 = 100+50 𝑥0,39 = 0,13 𝐴

𝑉 15
4. I =𝑅𝑒𝑘𝑣 = 33,3 = 0,45 𝐴 A

𝑅2 100
I1 =𝑅1+𝑅2 𝑥𝐼 = 100+50 𝑥0,45 = 0,3 𝐴

𝑅1 50
I2 =𝑅1+𝑅2 𝑥𝐼 = 100+50 𝑥0,45 = 0,15 𝐴

𝑉 16
5. I =𝑅𝑒𝑘𝑣 = 33,3 = 0,48 𝐴
𝑅2 100
I1 =𝑅1+𝑅2 𝑥𝐼 = 100+50 𝑥0,48 = 0,32 𝐴

𝑅1 50
I2 =𝑅1+𝑅2 𝑥𝐼 = 100+50 𝑥0,48 = 0,16 𝐴

Tabel error hukum kirchoof pembagi tegangan dan pembagi arus (Is)

Tabel 7.3 perhitungan

Pembagi tegangan Pembagi arus error

No

Is ukur Is hitung Is ukur Is hitung Pembagi Pembagi

tegangan arus

1 0,33 0,33 0,29 0,30 0% 3,,3%

2 0,47 0,46 0,40 0,42 2,1% 4,7%

3 0,59 0,60 0,51 0,54 1,6% 5,0%

4 0,67 0,66 0,56 0,60 1,5% 6,6%

5 0,83 0,83 0,71 0,75 0% 5,3%


Tabel error hukum kirchoff pembagi tegangan dan pembagi arus (V1)

Tabel 7.4 perhitungan

Pembagi tegangan Pembagi arus Error

No

V ukur V hitung V ukur V hitung Pembagi Pembagi

tegangan arus

1 3,29 3,35 0,18 0,20 1,7% 2%

2 4,60 4,67 0,25 0,28 1,4% 2,2%

3 5,88 6,02 0,32 0,36 2,3% 4%

4 6,59 6,69 0,36 0,40 1,4% 4%

5 8,20 8,34 0,45 0,50 1,6% 5%

Tabel error hukum kirchoof pembagi tegangan dan pembagi arus (V2)

Tabel 7.5 perhitungan

Pembagi tegangan Pembagi arus Error

No

V ukur V hitung V ukur V hitung Pembagi Pembagi

tegangan arus

1 6,61 6,70 0,9 0,10 1,3% 1%

2 9,19 9,34 0,13 0,14 1,6% 2%

3 11,74 12,04 0,17 0,18 2,4% 3%


4 13,14 13,38 0,18 0,20 1,7% 3%

5 16,33 16,69 0,23 0,25 2,1% 4%

Grafik Pembagi Tegangan

Grafik Pengukuran Pembagi Arus


18
16 y = 1.5x + 8.7
R² = 0.9868
14 EB (Volt)
Tegangan (volt)

12 y = x + 5.796 ER1 (Volt)


10 R² = 0.9863
ER2 (Volt)
8
Linear (EB (Volt))
6 y = 0.5x + 2.898
4 R² = 0.9863 Linear (ER1 (Volt))

2 Linear (ER2 (Volt))


0 Linear ()
0 1 2 3 4 5 6
Is (Ampere)

Grafik 7.3 Pengukuran Pembagi Arus


Grafik Pengukuran Pembagi Tegangan
18 16
15
16
13
14 12
Eb , ER1 & ER2

12 10 9.89 10.57
9.14
10 7.83 8.43
8 6.35
4.94 5.4
6 4
3.196
4
2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Is (ampere)

Eb (volt) E R1 (volt) E R2 (volt)

Grafik 7.3 Pengukuran Pembagi Tegangan

Grafik Pembagi Arus


Grafik Pengukuran Pembagi Arus
0.5 0.46
0.45 0.4
0.4
0.34 0.34
0.35 0.3
0.28
Is , IR1 & IR2

0.3 0.26
0.23
0.25 0.2
0.19
0.2
0.14 0.14
0.15 0.11 0.12
0.09
0.1
0.05
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Eb (volt)
Series1 Series2 Series3

Grafik 7.5 Pengukuran Pembagi Arus

Grafik Perhitungan Pembagi Arus


0.6
0.48
0.5 0.45
0.39
0.36
Is , IR1 & IR2

0.4
0.3 0.3 0.32
0.3 0.24 0.26
0.2
0.2 0.15 0.16
0.1 0.12 0.13
0.1

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Eb (volt)

Series1 Series2 Series3

Grafik 7.6 Perhitungan Pembagi Arus


6. Analisa Hasil Percobaan

Berdasarkan percobaan hukum kirchoof pembagi tegangan untuk menghitung arus

dan tegangan menggunakan rumus :

𝑽 𝑹
Is=V𝑹𝟏+𝑹𝟐 E=𝑹𝟏+𝑹𝟐 x V

sedangkan untuk mengukur R ekivalen dan arus pada hukum kirchoof pembagi

𝑹𝟏.𝑹𝟐 𝑽 𝑹𝟏/𝑹𝟐
arus menggunakan rumus : Rekivalen=𝑹𝟏+𝑹𝟐Is=𝑹 𝒆𝒌𝒊𝒗𝒂𝒍𝒆𝒏 I=𝑹𝟏+𝑹𝟐 x I.

Dari tabel yang dibuat diatas kami mendapatkan tegangan dan arus yang kami

peroleh semakin meningkat, dan juga dari tabel eror diatas kami mendapatkan

eror tidak lebih dari 5 %.

Hukum Kirchoff Menghitung Arus Masuk dan Keluar

1. Pengukuran : = Is – IR1 – IR2

= 0.28 – 0.19 – 0.09

=0

2. Pengukuran = 0.34 – 0.20 – 0.11

= 0.03

3. Pengukuran = 0.34 – 0.23 – 0.12

= 0.01

4. Pengukuran = 0.40 – 0.26 – 0.14

=0

5. Pengukuran = 0.46 – 0.30 – 0.14

= 0.02
1. Perhitungan = 0.3 – 0.2 – 0.1

=0

2. Perhitungan = 0.36 – 0.24 – 0.12

=0

3. Perhitungan = 0.39 – 0.26 – 0.13

=0

4. Perhitungan = 0.45 – 0.3 – 0.15

=0

5. Perhitungan = 0.48 – 0.32 – 0.16

=0

7. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

hukum kirchoffpembagi teganggan hanya berlaku apabila rangkaian seri karena

dirangkaian seri maka arus yang mengalir pada masing−masing komponen sama

sedangkan hukum kirchoff pembagi arus hanya berlaku apabila rangkaiannya

paralel karena dirangkaian pralel, maka tegangan yang mengalir pada masing−

Masing komponen nilainya tentu sama hukum kirchoff pembagi arus berbanding

terbalik dengan hukum kirchoff pembagi teganga. Tegangan akan semakin besar

jatuh pada tahanan yang lebih besar pada rangkaian seri,sedangkan jumlah arus

akan semakin kecil apabila tahanan yang dilaluinya lebih besar.


Dari grafik pengukuran dan perhitungan diatas kami menyimpulkan jika

dalam grafik pembagi tegangan Is terhadap EB (Volt), ER1 (Ampere), ER2

(Ampere) grafik nya semakin lama semakin meningkat.

Dan juga grafik pembagi arus EB (Volt) terhadap Is (Ampere), IR1

(Ampere), IR2 (Ampere) juga semakin lama semakin meningkat.


BAB III

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan pratikum


ini adalah sebagai berikut:
a) Semakin tinggi error yang didapatkan, berarti semakin

rendah ketelitian dari praktikum kali ini.

b) Dalam melakukan pengukuran dengan enggunakan alat

ukur dasar fisika harus dengan benar dan sesuai standar

agar dapat memberikan hasil yang akurat.

c) Dalam melakukukan pengukuran dibutuhkan kecermatan

dan ketelitian dalam menentukkan skala.

d) Dalam pengukuran diperlukan pemahaman konsep dari

alat ukur dasar yang digunakan.

e) Besar hambatan resistor ditandai dengan garis warna

pada resistor diketahui dengan perhitungan dan

penunjukkan nilai-nilai warna resistor.

3.2 Saran

1. Hendaknya praktikum memahami konsep percobaan yang

akan dilakukan

2. Hendaknya praktikum memahami langkah-langkah

percobaan dan materi yang diberi

3. Sebaiknya anggota kelompok saling berkoordinasi


3.3 Daftar Pusaka

Saripatiah. Eva, http://klikbelajar.com/pengetahuan-

alam/laporan-praktikum-fisika-pengukuran-menggunakan-alat-

ukur-dasar / 10 Desember 2017

Renaldy. M, https://www.slideshare.net/dandi1975/laporan-

praktikum-fisika-dasar-multimeter-dan-hukum-ohm-43993381 /

10 Desember 2017

Rahdy, http://rahdy-

blogger.blogspot.co.id/2012/06/kapasitor.html / 10 Desember

2017

Anda mungkin juga menyukai