KELOMPOK : 3
KELAS : B
DOSEN PEMBIMBING:
ii
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT karena atas petunjuk dan hidayah-Nya serta dorongan
dari semua pihak sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dengan baik
dan seksama.
Dengan selesainya laporan resmi praktikum ini, maka tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan
ini, khususnya kepada :
Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna dan tidak
luput dari kekurangan-kekurangan, baik dari segi materi maupun teknis penulisan. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan pembaca sangat dibutuhkan
untuk penyempurnaanya. Semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat untuk
rekan-rekan yang membaca terkait sediaan emulsi minyak jarak
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
iii
FORMULASI SEDIAAN.................................................................................................. 20
5.1 Formulasi 1 Emulsi .............................................................................................................. 20
5.2 Formulasi 2 Emulsi .............................................................................................................. 22
BAB VI .............................................................................................................................. 25
RANCANGAN PRODUKSI ............................................................................................. 25
6.1 Skema Kerja Formulasi 1 ..................................................................................................... 25
6.2 Skema Kerja Formulasi 2 ..................................................................................................... 26
BAB VIII ........................................................................................................................... 27
RANCANGAN EVALUASI ............................................................................................. 27
7.1 Organoleptis ......................................................................................................................... 27
7.2 Penetapan pH ....................................................................................................................... 27
7.3 Berat jenis............................................................................................................................. 27
7.4 Viskositas ............................................................................................................................. 28
7.5 Distribusi Ukuran Partikel .................................................................................................... 28
7.6 Tipe Emulsi .......................................................................................................................... 29
7.7 Uji Disentrifuge .................................................................................................................... 29
BAB XIII ........................................................................................................................... 30
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................... 30
8.1 Formulasi Terpilih................................................................................................................ 30
8.2 Hasil Evaluasi Sediaan ......................................................................................................... 31
8.3 Pembahasan .......................................................................................................................... 32
BAB IX .............................................................................................................................. 35
PENUTUP ......................................................................................................................... 35
9.1 Kesimpulan........................................................................................................................... 35
9.2 Saran..................................................................................................................................... 35
BAB X ............................................................................................................................... 36
RANCANGAN PENANDAAN ........................................................................................ 36
10.1 Kemasan Emulsi Ol. Ricini ................................................................................................ 36
10.2 Brosur Emulsi Ol. Ricini .................................................................................................... 37
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 40
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan
larutan air fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika air
yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase
pembantu emulsi ini disebut emulsi air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan
penstabilan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetes kecil yang
menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Bahan
pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar permukaan antara
tetesan dan fase eksternal dan membuat batas fisik di sekeliling partikel yang akan
berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan antara fase, sehingga
meningkatkan proses emulsifikasi sesama pencampuran (Farmakope Indonesia Edisi V).
Minyak jarak atau minyak kastroli (oleum ricini) sering digunakan sebagai obat
pencahar (laksatif) dan untuk menetralisasi rasa kembung (konstipasi) dan merangsang
pemuntahan. Konsumsi tinggi (di bawah dosis letal) minyak ini pada perempuan yang siap
melahirkan dapat menginduksi persalinan.
1
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, dapat dipaparkan tujuan
penulisan laporan praktikum sebagai berikut :
1. Untuk mengkaji pra formulasi dari bahan aktif Minyak jarak (Oleumricini)
2. Untuk mengetahui formulasi yang baik untuk pembuatan emulsi dan proses
pembuatan sediaan emulsi minyak jarak berdasarkan studi praformulasi.
3. Untuk mengetahui hasil evaluasi skala besar dari sediaan emulsi yang telah dibuat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Emulsi adalah sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase cairan dalam
sistem dispersi; yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan
lainnya; umumnya dimantapkan dengan zat pengemulsi. (Formularium Nasional :
412). Emulsi adalah suatu sistem terdispersi yang terdiri dari paling sedikit 2 fase
cairan yang tidak saling bercampur. Sebagian besar dari emulsi konvensional dalam
farmasi memiliki ukuran partikel terdispersi dalam diameter dari 0,1
sampai 100 mm. (RPS 18 th : 298)
Emulsi berasal dari kata emulgeo yang ertinya menyerupai milk, warna
emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang
mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau
emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam bij tersebut.
1. Kompoen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam
emulsi, terdiri atas:
3
a. Fase dispers / fase internal / fase diskontinu / fase terdispersi / fase dalam,
yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cairan
lain.
b. Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair dalam
emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung) emulsi
tersebut.
c. Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi.
1. Emulsi tipe O/W (Oil in Water) atau M/A (minyak dalam air), adalah emulsi yang
terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak
sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal.
2. Emulsi tipe W/O (Water in Oil) atau A/M (air dalam minyak), adalah emulsi yang
terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai
fase internal dan minyak sebagai fase eksternal.
(H. Syamsuni. 2006. "Farmasetika Dasar dan Hitunga Farmasi". Penerbit Buku
Kedokteran (EGC). Jakarta.)
2. Dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe O/W maupun W/O tergantung
banyak faktor misalnya sifat zat atau jenis efek terapi yang dikehendaki.
Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut
dengan daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik menarik antara
molekul yang tidak sejenis yang disebut dengan daya adhesi.Daya kohesi suatu zat
selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan
tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi
pada permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan.
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang
batas dua cairan yang tidak dapat bercampur. Tegangan yang terjadi antara dua
cairan tersebut dinamakan tegangan bidang batas. Semakin tinggi perbedaan
tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin
susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan
penambahan garam-garam anorganik atau senyawa-senyawa elektrolit, tetapi akan
berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu antara lain sabun.
a. Kelompok hidrofilik, yakni bagian dari emulgator yang suka pada air.
5
3. Teori Interparsial Film
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air
dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase
dispers. Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang
sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase dispers menjadi
stabil. Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang
dipakai adalah :
c. Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua
permukaan partikel dengan segera.
Jika minyak terdispersi kedalam air, satu lapis air yang langsung
berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan
lapisan berikutnya akan bermuatan yang berlawanan dengan lapisan didepannya.
Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh dua benteng
lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha
dari partikel minyak yang akan menggandakan penggabungan menjadi satu
molekul besar. Karena susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak
mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian antara sesama partikel akan
tolak menolak dan stabilitas emulsi akan bertambah. Terjadinya muatan listrik
disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara dibawah ini.
6
2.6 BAHAN PENGEMULSI (EMULGATOR)
1. Emulgator alam
Yaitu Emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat
digolongkan menjadi tiga golongan :
a. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan
a) Gom arab
Sangat baik untuk emulgator tipe O/W dan untuk obat minum. Kestabilan emulsi
yang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu :
- Kerja gom sebagai koloid pelindung
- Terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup kecil
sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi).
- Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat.
- Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri.
- Minyak lemak : PGA ½ kali berat minyak.
- Minyak lemak + minyak atsiri + Zat padat larut dalam minyak lemak.
- Bahan obat cair BJ tinggi seperti cloroform dan bromoform.
- Balsam-balsam.
- Oleum Ricini
b) Tragacanth
c) Agar-agar
d) Chondrus
e) Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, CMC 1-2 %.
b. Emulgator alam dari hewan
a) Kuning telur
b) Adeps lanae
c. Emulgator alam dari tanah mineral
a) Veegum / Magnesium Aluminium Silikat
b) Bentonit
d. Emulgator buatan
a) Sabun
b) Tween 20; 40; 60; 80
c) Span 20; 40; 80
7
2.7 CARA PEMBUATAN EMULSI
Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi yaitu :
1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana yang satu
mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming
bersifat reversibel artinya bila dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
2. Koalesen dan cracking (breaking) yaitu pecahnya emulsi karena film yang meliputi
partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnya irreversibel
(tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena:
- Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan PH, penambahan CaO
/ CaCL2
- Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan dan pengadukan.
3. Inversi yaitu peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi W/O menjadi
O/W atau sebaliknya dan sifatnya irreversible.
8
BAB III
Oleum Ricini
Penambahan emulgator
9
3.3 BAHAN AKTIF
Oleum Ricini Minyak jarak atau minyak kastroli Kolik, mual dan muntah. Hati-
sering digunakan sebagai obat hati pada wanita yang sedang
pencahar (laksatif) dan untuk hamil atau sedang haid. Jangan
menetralisasi rasa kembung dicampur dengan obat cacing
(konstipasi) dan merangsang yang dapat larut dalam minyak.
pemuntahan. Konsumsi tinggi (di
bawah dosis letal) minyak ini pada
perempuan yang siap melahirkan dapat
menginduksi persalinan.
10
2. Untuk mempermudah proses pencernaan
3. Untuk memudahkan pemakaian
4. Untuk memudahkan pencucian emulsi tipe m/a
5. Memberi efek emolient.
6. Memperlama khasiat
11
Kelarutan : Praktis tidak larut tetapi
terdispersi dalam air dan dapat bercampur
dengan alkohol sedikit larut dalam minyak
biji kapas.
Kegunaan : Sebagai emulgator dalam
fase minyak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
rapat
HLB Butuh : 4,3
12
glikol (10%) telah terbukti mempotensiasi
aktivitas antimikroba dari paraben dengan
adanya surfaktan nonionik dan mencegah
interaksi antara metil paraben dan
polisorbat.
13
OTT : fenolik, zat pengoksidasi kuat, seperti
peroksida dan permanganate.
Stabilitas : terpapar cahaya, kelembaban,
serta pemanasan menyebabkan perubahan
warna dan mengurangi aktivitas.
14
· Rasa : manis
· Bau : tidak berbau
· Pemeriaan : serbuk, granul atau
lempengan, higroskopis, warna putih, rasa
manis.
· Polimorfisme :-
· Ukuran partikel :-
· Kelarutan : sangat mudah larut dalam
air, sukar larut dalam etanol, metanol dan
asam asetat.
· Titik lebur : 1740 – 1790
· pKa / pKb :-
· Bobot jenis : 180,21 g/mol
· pH larutan : 4,5-7
· Stabilitas : Bersifat higroskopis
· Inkompatibilitas :-
· Kegunaan : Pemanis/Anti
Caplocking
15
Nama resmi : Natrii pada nilai tertentu
Dihydrogenphosphas dalam berbagai
Nama lain : Natrium dihidrogen fosfat aplikasi kimia.
RM/BM : NaH2PO4. 2 H2O/156,01
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau
serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asam
dan asin.
Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai larutan dapar pH 6 pH
7 dan pH 8
16
BAB IV
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan
larutan air fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika air
yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase
pembantu emulsi ini disebut emulsi air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan
penstabilan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetes kecil yang
menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Bahan
pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar permukaan antara
tetesan dan fase eksternal dan membuat batas fisik di sekeliling partikel yang akan
berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan antara fase, sehingga
meningkatkan proses emulsifikasi sesama pencampuran (Farmakope Indonesia Edisi V).
17
4.3 Keuntungan Sediaan Emulsi
- Bioavailabilitasnya besar
- Onset lebih cepat
- Penerimaan pasien mudah diberikan pada anak-anak
- Dapat mengontrol penampilan, viskositas dan derajat kekasaran dari emulsi
- Memudahkan penggunaannya bagi pasien yang sulit menelan
- Rasa obat pahit/ tidak enak bisa ditutupi oleh penambahan zat tambahan lain
- Mempertahankan stabilitas obat yang larut dalam minyak
- Suspensi merupakan sediaan yang aman, mudah di berikan untuk anak-anak, juga
mudah di atur penyesuaian dosisnya untuk anak-anak dan dapat menutupi rasa
pahit.
Rancangan Dosis
18
3. Dosis Lazim
Dosis Dewasa : 5ml -20 ml (FI IV hlm 897)
5 ml – 60 ml ( Medscape)
Dosis anak- anak :
< 2 tahun : 1ml -5 ml
2-12 tahun : 5 ml- 15 ml
> 12 tahun : 15 ml -60 ml
1
Anak umur 1 tahun = 13 𝑥 5 𝑚𝑙 = 0,38 𝑚𝑙 𝑥 0,957 𝑔/𝑚𝑙 = 0,37 𝑔
6
Anak umur 6 tahun = 15 𝑥 5 𝑚𝑙 = 1,67 𝑚𝑙 𝑥 0,957 𝑔/𝑚𝑙 = 1,60 𝑔
12
Anak umur 12 tahun = 20 𝑥 5 𝑚𝑙 = 3 𝑚𝑙 𝑥 0,957 𝑔/𝑚𝑙 = 2,87 𝑔
4. Dosis Pemakaian
Anak umur 1 – 6 tahun = 0,37 g – 1,60 g ( ½ - 1 sendok takar)
Anak umur 6 – 12 tahun = 1,60 g – 2,87 g ( 1 - 2sendok takar)
5. Volume Pemakaian
Anak umur 1 – 6 tahun = (2,5 ml- 5ml) x 3 = 7,5 ml -15 ml
Anak umur 8 – 12 tahun = (10 ml -15 ml)x 3 =15ml – 30 ml
19
BAB V
FORMULASI SEDIAAN
Formula 1
Perhitungan :
35
1. Oleum Ricini : 100 × 60 𝑚𝑙 = 21𝑔~20𝑔
0,5
2. CMC-Na : 100 × 60 𝑚𝑙 = 0,3𝑔
10
3. Gliserol : 100 × 60 𝑚𝑙 = 6𝑔 × 1,2629 = 7,58 𝑚𝑙 ~ 7,58𝑔
0,1
4. Na.Benzoat : 100 × 60 𝑚𝑙 = 0,06𝑔
0,02
5. Nipasol : 100
× 60 𝑚𝑙 = 0,012𝑔
20
20
6. Sirupus simplex : 100 × 60 𝑚𝑙 = 12𝑔
0,02
7. BHT : × 60 𝑚𝑙 = 0,012𝑔
100
33,33
8. Aquadest : × 60 𝑚𝑙 = 19,98𝑚𝑙 ~20𝑚𝑙
100
1. Gliserin
Umur BB (Kg) ADI < 10 mg/kgBB
6-12 tahun 12 kg – 23 kg 120 – 230 mg
Umur 6 - 12 tahun
Kandungan Gliserin
15 𝑚𝑙
Dalam 15 ml = 60 𝑚𝑙 𝑥 7,58 ml = 1,90 g
30 𝑚𝑙
Dalam 30 ml = 𝑥 7, 58 ml = 3,79 g
60 𝑚𝑙
21
6-12 tahun 12 kg – 23 kg 30 mg- 57,5 mg
Formula 2
Nama bahan Fungsi Kadar % yang Jumlah
digunakan
Oleum Ricini Bahan aktif 35%-67% 35% 20 g
Span 20 Emulgator 1%-15% 7,14% 4,33 g
Tween 80 Emulgator 1%-15% 2,86% 2,25 g
Sirupus simplex Pemanis 20%-40% 20% 12 g
Sorbitol Pemanis 20%-35% 20% 12 g
Gliserin Stabilisator <20% 5% 3,79 g
Propilenglikol Stabilisator 10%-20% 5% 3,1 g
Na.Benzoat Pengwet 0,02%-0,5% 0,1% 0,06 g
Nipasol Pengawet 0,02% 0,02% 0,012 g
Pewarna kuning Pewarna q.s q.s 5- 10 gtt
Perasa nangka Perasa q.s q.s 5-10 gtt
Aquadest Pelarut
Perhitungan :
35
1. Oleum Ricini : 100 × 60 𝑚𝑙 = 21𝑔~20𝑔
0,5
2. Span 20 : 100 × 60 𝑚𝑙 = 0,3𝑔
10
3. Tween 80 : 100 × 60 𝑚𝑙 = 6𝑔 × 1,2629 = 7,58 𝑚𝑙 ~ 7,58𝑔
22
0,1
4. Na.Benzoat : 100 × 60 𝑚𝑙 = 0,06𝑔
0,02
5. Nipasol : × 60 𝑚𝑙 = 0,012𝑔
100
20
6. Sirupus simplex : 100 × 60 𝑚𝑙 = 12𝑔
0,02
7. BHT : × 60 𝑚𝑙 = 0,012𝑔
100
33,33
8. Aquadest : × 60 𝑚𝑙 = 19,98𝑚𝑙 ~20𝑚𝑙
100
1. Propilenglikol
Umur BB (Kg) ADI 25 mg/kgBB
6- 12 tahun 12 – 23 kg 302- 575 mg
Umur 6- 12 tahun
Kandungan Propilenglikol
15 𝑚𝑙
Dalam 15 ml = 60 𝑚𝑙 𝑥 3 g = 0,75 g
30 𝑚𝑙
Dalam 30 ml = 60 𝑚𝑙 𝑥 3 g= 1, 5 g
23
Kandungan sorbitol
15 𝑚𝑙
Dalam 15 ml = 60 𝑚𝑙 𝑥 12 g = 3 g
30 𝑚𝑙
Dalam 30 ml = 60 𝑚𝑙 𝑥 12 g = 6 g
24
BAB VI
RANCANGAN PRODUKSI
Kalibrasi botol 60 ml
Ditambahkan perasa dan pewarna q.s sesuai dengan sediaan yang dikehendaki
aduk ad homogen
25
6.2 Skema Kerja Formulasi 2
Kalibrai botol 60 ml
Ditimbang gliserin dicampurkan kedalam mortir yang sudah berisi tween aduk ad
homogen (campuran 2)
RANCANGAN EVALUASI
7.1 Organoleptis
Warna
Rasa
Bau
7.2 Penetapan pH
Alat : pH meter
Persyaratan : 5,5 -6,5,0
Prosedur :
a. Ambil pH meter, buka penutup KCl jenuh
b. Bilas elektrode dengan aquadest, lalu keringkan dengan kertas tisu halus.
c. Kalibrasi pH meter dengan larutan pH standar
d. Bilas elektrode dengan aquadest, lalu keringkan dengan kertas tisu halus.
e. Tuang sediaan dalam gelas beker ± 50 ml
f. Celupkan elektrode kedalam sediaan ad terbenam
g. Tekan tombol pH pada alat pH meter
h. Baca pH yang tertera pada alat
27
7.4 Viskositas
Alat : Viskosimeter Brookfield
Persyaratan : 37-396 cps (SNI)
Cara kerja :
a. Bilas viskometer brookfield dengan menggunakan aquadest lalu dikeringkan
dengan tisu
b. Tuang sediaan sebanyak 80 ml ke dalam beaker glass
c. Letakkan beker geas tepat dibawah pengaduk viskometer lalu turunkan pengaduk
tersebut ke dalam cairan yang terdapat dalam beker
d. Tekan tombol on dan pastikan jarum pembaca skala pada posisi nol.
e. Pehatikan jarum merah pada viskometer
f. Tunggu hingga perputaran stabil
g. Saat stabil, tekan secara bersamaan tombol on dan tombol belakang viskometer
h. Catat angka yang ditunjuk oleh jarum merah
i. Angka yang tertera dikalikan dengan faktor koreksi yang ada
j. Ulangi proses sebanyak 3x
28
7.6 Tipe Emulsi
a. Pewarnaan
Alat : Gelas arloji, methylene blue dan sudan III
Persyaratan :
- Jika dengan methylene blue dapat bercampur, maka emulsi tipe minyak dalam
air
- Jika dengan sudan III dapat bercampur, maka emulsi tipe air dama minyak
Prosedur :
a. Letakkan beberapa tetes emulsi di gelas arloji, bagi menjadi 2 bagian
b. Tambahkan methylene blue pada bagian I dan sudan III pada bagian II, kemudian
diaduk
c. Jika dengan methylene blue dapat bercampur, maka emulsi tipe minyak dalam air.
Jika dengan sudan III dapat bercampur, maka emulsi tipe air dama minyak
29
BAB XIII
Formula 2 Emulsi
30
9. Ditimbang propilenglikol, untuk melarutkan Na. Benzoat, lalu masukkan kedalam
campuran 2
10. Ditimbang sirupus simplex masukkan kedalam campuran 2 sedikit demi sedikit
aduk ad homogen
11. Ditimbang sorbitol masukkan kedalam campuran 2 sedikit demi sedikit aduk ad
homogen
12. Masukkan fase minyak campuran 1 kedalam campuran 2 adek ad homogeny, ad
terbentuk corpus emulsi
13. Ditambahkan perasa (nangka) dan pewarna(kuning) q.s aduk ad homogen
14. Dimasukkan kedalam botol yang sudah dikalbrasi sebelumnya
31
Bobot piknometer
+ aqua = 59,31 g
Vol. aqua = 24,16 g
Replikasi 1
59,31 𝑔 − 33,32 𝑔
24,16 𝑚𝑙
= 1,08 g/ml
5. Ukuran ukuran terkecil = 0,01 µm - -
Partikel ukuran terbesar = 0,07 µm
6. Tipe Emulsi - Pewarnaan : homogen - Pewarnaan : Tipe minyak
pada methylene blue homogen dalam air (m/a)
pada
methylene
blue maka
tipe m/a,
homogen
pada sudan
III maka tipe
a/m
8.3 Pembahasan
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain dalam bentuk tetesan kecil. Sistem ini biasanya distabilkan dengan emulgator.
Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fase
terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu:
a. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi di dalam fase air.
b. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi di dalam fase minyak
32
Emulsi merupakan salah satu sediaan yang kurang stabil. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi ketidakstabilan dari emulsi di antaranya adalah suhu pemanasan tidak
konstan, perbedaan intensitas pengadukan, pencampuran kurang merata, ketidaktelitian
dalam pengamatan kestabilan emulsi. Adapun parameter ketidakstabilan suatu emulsi
adalah terjadinya flokulasi, creaming, koalesen, ostwald ripening dan inversi fase.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan faktor yang
penting karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang
digunakan. Salah satu emulgator yang banyak digunakan adalah golongan koloid hirofilik
contohnya adalah gom arab. Mekanisme kerja emulgator ini adalah menaikkan viskositas
medium pendispersi sehingga didapatkan sediaan emulsi yang stabil. Pada praktikum kali
ini menggunakan metode basah. Metode basah yaitu suatu metode dalam pembuatan
emulsi dengan cara zat pengemulsi ditambahkan kedalam air (zat pengemulsi umumnya
larut dalam air) agar membentuk suatu mucilago, kemudian minyak perlahan-lahan
ditambahkan untuk membentuk emulsi, kemudiaan diencerkan dengan sisa air.
Zat aktif yang digunakan yaitu minyak jarak yang sebagai obat pencahar (laksatif) dan
untuk menetralisasi rasa kembung (konstipasi) dan merangsang pemuntahan. Konsumsi
tinggi (di bawah dosis letal) minyak ini pada perempuan yang siap melahirkan dapat
menginduksi persalinan. . Selain itu, terdapat juga bahan-bahan lain yaitu cmc- na dan
tween-span sebagai emulgator, BHT sebagai antioksidan, Nipasol sebagai pengawet,
Natrium Sitrat dan Asam sitrat sebagai dapar, Propilenglikol sebagai penstabil, sirup
simplex sebagai pemanis. Jenis emulsi minyak jarak yaitu tipe minyak dalam air. Karena
jumlah fase minyak yang ditambahkan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah fase air.
Minyak jarak akan terdispersi didalam air membentuk globul-globul yang telah di lapisi
oleh emulgator.
Setelah sediaan emulsi jadi kelompok kami melakukan beberapa pengujian diantaranya
adalah :
1. Organoleptis
Dari hasil pemeriksaan secara organoleptis didapatkan hasil bau nangka yang dapat
menutupi bau dari minyak jarak. Warna sediaan kelompok kami yaitu kuning dengan
rasa nangka untuk lebih menarik agar mudah dikonsumsi oleh anak-anak.
2. Bobot Jenis
33
Bobot jenis yang dihasilkan oleh kelompok kami adalah 1,08 g/ml. Hal ini sudah
memenuhi persyaratan dikarenakan persyaratan bobot jenis dari sediaan emulsi harus
lebih besar dari bobot jenis air (1,0g/ml). Bobot jenis yang besar dipengaruhi oleh
banyaknya penambahan zat tambahan. Bobot jenis berpengaruh pada kualitas mutu
sediaan produk.
3. Viskositas
Pada pengujian viskositas menggunakan viskometer rotasi diuji dengan berbagai
kecepatan dengan satu kali replikasi. Adapun kami menggunakan spindel 61 dengan
kecepatan 12 rpm, 30 rpm dan 60 rpm dan faktor koreksi berturut-turut ialah 20, 10,
dan 5. Didapatkan nilai viskositas pada speed 12 yaitu 390 cps; speed 30 yaitu 315 dan
speed 60 yaitu 247 cps. Viskositas berpengaruh pada kemudahan dalam penuangan
serta kecepatan sedimentasi. Bila viskositas tinggi maka akan sulit untuk dituang dan
sulit untuk terjadi sedimentasi, sedangkan bila viskositas rendah maka sediaan akan
menjadi encer dan mudah terjadi sedimentasi. Dari data kelompok kami menunjukkan
bahwa viskositas semakin menurun dengan kenaikan pengadukan, maka dapat
disimpulkan bahwa sediaan emulsi memiliki aliran non newtonian.
4. pH
Pada sediaan kami menghasilkan pH 4,43 yang tidak memenuhi persyaratan pH.. Hal
ini dapat dipengaruhi oleh sifat bahan tambahan yaitu bersifat basa atau asam. Semakin
banyak bahan tambahan yang digunakan bersifat asam maka akan semakin
menurunkan nilai pH. pH berpengaruh pada stabilitas dalam pernyimpanan.
5. Ukuran Partikel
Berdasarkan pengamatan di bawah mikroskop pada sediaan emulsi, kami
mendapatkan nilai ukuran terkecil adalah 0,01 µm dan ukuran terbesar adalah 0,07
µm. ukuran yang tidak seragam dipengaruhi oleh faktor pada saat pencampuran yang
kurang lama dan kecepatan pengadukan.
6. Tipe emulsi
Pada pengujian tipe emulsi dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pewarnaan dan
pengenceran. Pada uji pewarnaan dilakukan pada dua gelas arloji yang diberi beberapa
tetes emulsi kemudian masing masing gelas arloji ditetesi dengan metilen blue dan
Sudan III kemudian diaduk. Hasil yg homogen ditunjukkan oleh emulsi yang dicampur
dengna metilen blue. Hal ini menunjukkan bahwa tipe emulsi yang dihasilkan yaitu tipe
m/a.
34
BAB IX
PENUTUP
9.1 Kesimpulan
1. Formulasi yang baik agar sediaan emulsi berkualitas harus memenuhi aspek-
aspek farmasetik meliputi stabilitas (stability), keamanan (safety), efektifitas
(efectivity), dan aseptabilitas (acceptability).
2. Hasil Evaluasi Skala Besar Sediaan Emulsi
a. Bentuk Sediaan : Emulsi Ol. Ricini
Kadar Bahan Aktif :
Dosis : Ol. Ricini 1,7 g/5 ml
Organoleptis :
Bau : nangka
Rasa : nangka
Warna : Kuning
Hasil Evaluasi : pH yang dihasilkan adalah 4.43 yang menunjukan
sediaan tidak memenuhi rentang persyaratan pH emulsi yang baik. Untuk
hasil evaluasi viskositas sediaan emulsi pada speed speed 12 yaitu 390 cps;
speed 315 yaitu 390 dan speed 60 yaitu 247 cps. Untuk hasil evaluasi BJ dari
emulsi juga memenuhi syarat karena melebihi BJ air yaitu 1,08 g/ml. Untuk
hasil evaluasi ukuran partikel berdasarkan pengamatan di bawah mikroskop
didapatkan nilai ukuran terkecil adalah 0,01µm dan ukuran terbesar adalah
0,07 µm. Dan untuk hasil tipe emulsi, yang didapatkan adalah tipe m/a.
Karena pada pengujian saat diberi metilen blue, hasilnya homogeny.
9.2 Saran
- Perlu dilakukan optimasi dan perbaikan formula untuk mendapatkan formula
yang layak produksi.
- Lakukan cara peracikan yang baik dan benar agar hasil yang didapatkan juga
sesuai.
35
BAB X
RANCANGAN PENANDAAN
36
10.2 Brosur Emulsi Ol. Ricini
RichEmuls
Emulsi Minyak Jarak
Komposisi :
Tiap satu sendok takar (5 ml ) mengandung:
Oleum Ricini 1,7 g/5ml
Bahan Tambahan qs
Indikasi :
sebagai laksativa untuk penggunaan oral
dan sebagai anti peradangan untuk
penggunaan topikal pada rambut dan kulit
Kontra indikasi :
penderita dengan gangguan usus buntu,
radang usus, luka pada perut, lambung
rusak, ibu hamil, atau wanita menstuasi dan
penderita hipersensitifitas.
Perhatian :
pemberian harus berhati-hati pada pasien
gangguan hipersensitivitas serta
penggunaan jangka panjang pada pasien
penderita usus buntu. Harap hubungi dokter
bila gejala belum sembuh dalam 2 hari atau
rasa sakit tidak bberkurang dalam 5 hari.
Efek samping:
penggunaan jangka panjang serta dosis
besar menyebabkan pusing elektrolit
disorder, luka pada perut, muntah, dan
diare.
Aturan pakai:
1 kali sehari
Kurang dari 2 tahun : ½ - 3 sendok takar
2-12 tahun : 3 – 9 sendok takar
lebih dari 12 tahun : 9 -12 sendok takar
37
LAMPIRAN
Uji Disentrifuge
38
Uji Ukuran Partikel
39
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2006. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Buhler, Volker. 1998. Generic Drug Formulations Two Edition. BASF : Fine Chemical
Sweetman. 2009. Martindale The Complete Drug Reference Thirty-Six Edition. London :
Pharmaceutical Press
Tjay, Drs.Ton Hoan. 2015. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek
Sampingnya. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
40