Disusun Oleh :
1. Nila Noviyanti (20161660053)
2. Tri Utami Ningsih (20161660056)
3. Nur Faizun (20161660134)
S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur memanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan
hidayahnya dapat menyelesaikan makalah tentang “ACUTE LYMPHOBLASTIC
LEUKEMIA (ALL)” .
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Anak. Menyadari bahwa
dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan,
ataupun penulisannya. Oleh karena itu mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
penelitian di rskanker dharmais (2000-2008), lla banyak ditemukan pada anak laki-laki
dengan usia 1-5tahun. Lla l1 dengan risiko biasa adalah jenis lla terbanyak.dari penelitian,
44,9%pasien meninggal dan 27,5 % hidup.
1.2 Tujuan
Tujuan penulis dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa mengetahui pengertian
ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUKEMIA (ALL), sifat, gejala dan penyebab, klasifikasi,
fase perjalanan penyakit, patofisiologi, cara pengobatan dan diagnosa Acute
Lymphoblastic Leukemia.
2
BAB II
2.1 Definisi
Leukemia lymphoblastic akut ( ALL atau juga disebut leukemia limfositik akut )
adalah kanker darah dan sumsum tulang . Kanker jenis ini biasanya semakin memburuk
dengan cepat jika tidak diobati .ALL adalah jenis kanker yang paling umum pada anak-
anak . Pada anak yang sehat , sumsum tulang membuat sel-sel induk darah ( sel yang
belum matang ) yang menjadi sel-sel darah dewasa dari waktu ke waktu . Sebuah sel
induk dapat menjadi sel induk myeloid atau sel induk limfoid (National Cancer Institute,
2014).
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah suatu keganasan pada sel-sel prekursor
limfoid, yakni sel darah yang nantinya akan berdiferensiasi menjadi limfosit T dan
limfosit B. LLA ini banyak terjadi pada anak-anak yakni 75%, sedangkan sisanya terjadi
pada orang dewasa. Lebih dari 80% dari kasus LLA adalah terjadinya keganasan pada
sel T, dan sisanya adalah keganasan pada sel B. Insidennya 1 : 60.000 orang/tahun
dan didominasi oleh anak-anak usia < 15 tahun, dengan insiden tertinggi pada usia 3-5
tahun (Landier dkk, 2004)
3
2.2 Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1. Genetik
a. Keturunan
1) Adanya Penyimpangan Kromosom
Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital,
diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia,
sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma
Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan
neurofibromatosis. Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat
dengan adanya perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21
atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti
pada aneuploidy.
2) Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik
dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran.
Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan insidensi leukemia yang sangat
tinggi
b. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan
kromosom dapatan, misal : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang
dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia akut, khususnya
ALL.
2. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan
leukemia pada hewan termasuk primata. Penelitian pada manusia menemukan
adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan
pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus
RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan. (Wiernik, 1985). Salah satu virus
yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell
Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia.
4
3. Bahan Kimia dan Obat-obatan
a. Bahan Kimia
Paparan kromis dari bahan kimia (misal : benzen) dihubungkan dengan
peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering
terpapar benzen. Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan
resiko tinggi dari AML, antara lain : produk – produk minyak, cat , ethylene
oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik
b. Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II)
dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan
AML. Kloramfenikol, fenilbutazon,dan methoxypsoralen dilaporkan
menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML
4. Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ALL) ditemukan pada pasien-
pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain
seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari
ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang
mendapat terapi radiasi misal : pembesaran thymic, para pekerja yang terekspos
radiasi dan para radiologis .
5. Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain
disebut Secondary Acute Leukemia ( SAL ) atau treatment related leukemia.
Termasuk diantaranya penyakit Hodgin, limphoma, myeloma, dan kanker payudara.
Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang digunakan termasuk golongan
imunosupresif selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan DNA
5
Gejala lain yang dapat ditemukan yaitu:
1. Anemia: mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada
2. Anoreksia, kehilangan berat badan, malaise
3. Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel
leukemia), biasanya terjadi pada anak
4. Demam, banyak berkeringat pada malam hari(hipermetabolisme)
5. Infeksi mulut, saluran napas, selulitis, atau sepsis. Penyebab tersering
adalah gramnegatif usus
6. Stafilokokus, streptokokus, serta jamur
7. Perdarahan kulit, gusi, otak, saluran cerna, hematuria
8. Hepatomegali, splenomegali, limfadenopati
9. Massa di mediastinum (T-ALL)
10. Leukemia SSP (Leukemia cerebral); nyeri kepala, tekanan intrakranial
naik, muntah,kelumpuhan saraf otak (VI dan VII), kelainan neurologik fokal,
dan perubahan statusmental.
2.4 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan Leukemia Limfositik
Akut adalah:
1. Pemeriksaan sumsum tulang Leukemia Limfositik Akut (BMP / Bone
Marrow Punction):
b) Peningkatan protein
6
3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel
kanker ke organ tersebut
5. Sitogenik : 50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa:
7
untuk sembuh pada penderita ini. Jika sel leukemik kembali muncul di otak, maka obat
kemoterapi disuntikkan ke dalam cairan spinal sebanyak 1-2 kali/minggu. Pemunculan
kembali sel leukemik di buah zakar, biasanya diatasi dengan kemoterapi dan terapi
penyinaran.
Penatalaksanaan lain:
1. Pelaksanaan kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan kanker
ini menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia. Tergantung pada
jenis leukemia, pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari dua
obat atau lebih.
8
memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin,
prednison dan asparaginase.
b. Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi
yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk
mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat.
Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.
c. Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP.
Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis
yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang
berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk
mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat
d. Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap
ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun. Angka harapan hidup yang
membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak
dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80%
orang dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami
harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif
yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.
2. Terapi Biologi
Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi untuk
meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui
suntikan di dalam pembuluh darah balik. Bagi pasien dengan leukemia limfositik
kronis, jenis terapi biologi yang digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan
mengikatkan diri pada sel-sel leukemia. Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan
untuk membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Bagi
penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang digunakan adalah
bahan alami bernama interferon untuk memperlambat pertumbuhan sel-sel
leukemia.
9
3. Terapi Radiasi
Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi
tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin
yang besar akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh
tempat menumpuknya sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan radiasi
yang diarahkan ke seluruh tubuh. (radiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum
transplantasi sumsum tulang.)
4. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)
Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell).
Transplantasi sel induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang tinggi,
radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel leukemia
sekaligus sel-sel darah normal dalam sumsum tulang. Kemudian, pasien akan
mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat melalui tabung fleksibel yang
dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau leher. Sel-sel darah yang
baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi ini. Setelah
transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap di rumah sakit
selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi sampai
sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih
dalam jumlah yang memadai.
5. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%.
Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan
transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
6. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya).
Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
7. Sitostatika.
Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau MTX) pada
waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (oncovin),
rubidomisin (daunorubycine), sitosin, arabinosid, L-asparaginase, siklofosfamid atau
CPA, adriamisin dan sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi
bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat akibat
samping berupa alopesia, stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiagis.
Hendaknya lebih berhziti-hati bila jumiah leukosit kurang dari 2.000/mm3.
8. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang
suci hama).
10
9. Imunoterapi,
merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel
leukemia cukup rendah (105 - 106), imunoterapi mulai diberikan. Pengobatan yang
aspesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Corynae bacterium
dan dimaksudkan agar terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh.
Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi.
Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk antibodi yang spesifik terhadap sel
leukemia, sehingga semua sel patologis akan dihancurkan sehingga diharapkan
penderita leukemia dapat sembuh sempurna.
10. Cara pengobatan.
Setiap klinik mempunyai cara tersendiri bergantung pada pengalamannya. Umumnya
pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan mendapatkan masa remisi
yang lebih lama. Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai pola dasar
pengobatan sebagai berikut:
a. Induksi
Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian berba-
gai obat tersebut di atas, baik secara sistemik maupun intratekal sam-
pai sel blast dalam sumsum tulang kurang dari 5%.
b. Konsolidasi
Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
c. Rumat (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa
remisi yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika
separuh dosis biasa.
d. Reinduksi
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan
setiap 3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi se-
lama 10-14 hari.
e. Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat.
Untuk hal ini diberikan MTX intratekal pada waktu induksi
untuk mencegah leukemia meningeal dan radiasi kranial sebanyak
2.4002.500 rad. untuk mencegah leukemia meningeal dan leukemia
serebral. Radiasi ini tidak diulang pada reinduksi.
11
f. Pengobatan imunologik
Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali
dan dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna.
(Sutarni Nani, 2003).
12
9) Pola Seksual : Pada pasien anak-anak pola seksual belum dapat dikaji.
10) Pola Hubungan Peran : Pasien anak-anak biasanya merasa kehilangan
kesempatan bermain dan berkumpul bersama teman-teman serta belajar.
11) Pola Keyakinan dan Nilai : Anak pra sekolah mengalami kelemahan umum
dan ketidakberdayaan melakukan ibadah.
12) Pengkajian tumbuh kembang anak.
c. Pemeriksaan Diagnostik
Count Blood Cells : indikasi normocytic, normochromic anemia
Hemoglobin : bisa kurang dari 10 gr%
Retikulosit : menurun/rendah
Platelet count : sangat rendah (<50.000/mm)
White Blood cells : > 50.000/cm dengan peningkatan immatur WBC
(“kiri ke kanan”)
Serum/urin uric acid : meningkat
Serum zinc : menurun
Bone marrow biopsy : indikasi 60 – 90 % adalah blast sel dengan
erythroid
prekursor, sel matur dan penurunan megakaryosit
Rongent dada dan biopsi kelenjar limfa : menunjukkan tingkat kesulitan
tertentu
13
2.8 Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1 Resiko infeksi NOC : NIC :
Definisi : Peningkatan Immune Status Infection Control (Kontrol
resiko masuknya organisme Knowledge : Infection infeksi)
patogen control a. Bersihkan lingkungan
Faktor-faktor resiko : Risk control setelah dipakai pasien
a. Prosedur Infasif Kriteria Hasil : lain
b. Ketidakcukupan a. Klien bebas dari b. Pertahankan teknik
pengetahuan untuk tanda dan gejala isolasi
menghindari infeksi c. Batasi pengunjung bila
paparan patogen b. Mendeskripsikan perlu
c. Trauma proses penularan d. Instruksikan pada
d. Kerusakan jaringan penyakit, factor yang pengunjung untuk
dan peningkatan mempengaruhi mencuci tangan saat
paparan lingkungan penularan serta berkunjung dan setelah
e. Ruptur membran penatalaksanaannya, berkunjung
amnion c. Menunjukkan meninggalkan pasien
f. Agen farmasi kemampuan untuk e. Gunakan sabun
(imunosupresan) mencegah timbulnya antimikrobia untuk
g. Malnutrisi infeksi cuci tangan
h. Peningkatan d. Jumlah leukosit f. Cuci tangan setiap
paparan lingkungan dalam batas normal g. sebelum dan sesudah
patogen e. Menunjukkan tindakan kperawtan
i. Imonusupresi perilaku hidup sehat h. Gunakan baju, sarung
j. Ketidakadekuatan tangan sebagai alat
imum buatan pelindung
k. Tidak adekuat i. Pertahankan
pertahanan sekunder lingkungan aseptik
(penurunan Hb, selama pemasangan
Leukopenia, alat
penekanan respon j. Ganti letak IV perifer
inflamasi) dan line central dan
l. Tidak adekuat dressing sesuai dengan
pertahanan tubuh petunjuk umum
primer (kulit tidak k. Gunakan kateter
utuh, trauma intermiten untuk
jaringan, penurunan menurunkan infeksi
kerja silia, cairan kandung kencing
tubuh statis, l. Tingktkan intake
perubahan sekresi nutrisi
pH, perubahan m. Berikan terapi
peristaltik) antibiotik bila perlu
m. Penyakit Infection Protection
kronikhiperplasia (proteksi terhadap infeksi)
dinding bronkus,
14
alergi jalan nafas, a. Monitor tanda dan
asma. gejala infeksi sistemik
n. Obstruksi jalan dan lokal
nafas : spasme jalan b. Monitor hitung
nafas, sekresi granulosit, WBC
tertahan, banyaknya c. Monitor kerentanan
mukus, adanya jalan terhadap infeksi
nafas buatan, sekresi d. Batasi pengunjung
bronkus, adanya e. Saring pengunjung
eksudat di alveolus, terhadap penyakit
adanya benda asing menular
di jalan nafas. f. Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
g. Pertahankan teknik
isolasi k/p
h. Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
i. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
j. Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
k. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
l. Dorong masukan
cairan
m. Dorong istirahat
n. Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
o. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
p. Ajarkan cara
menghindari infeksi
q. Laporkan kecurigaan
infeksi
r. Laporkan kultur positif
15
yang diminta atau aktifitas disertai peningkatan perasaan terhadap
sehari hari. tekanan darah, nadi keterbatasan
dan RR. c. Kaji adanya factor
Batasan karakteristik : b. Mampu melakukan yang menyebabkan
a. melaporkan secara verbal aktivitas sehari hari kelelahan
adanya kelelahan atau (ADLs) secara d. Monitor nutrisi dan
kelemahan. mandiri sumber energi
b. Respon abnormal dari tangadekuat
tekanan darah atau nadi e. Monitor pasien akan
terhadap aktifitas adanya kelelahan fisik
c. Perubahan EKG yang dan emosi secara
menunjukkan aritmia atau berlebihan
iskemia f. Monitor respon
d. Adanya dyspneu atau kardivaskuler terhadap
ketidaknyamanan saat aktivitas
beraktivitas. g. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
Faktor factor yang pasien
berhubungan :
a. Tirah Baring atau Activity Therapy
imobilisasi a. Kolaborasikan dengan
b. Kelemahan Tenaga Rehabilitasi
menyeluruh Medik
c. Ketidakseimbangan dalammerencanakan
antara suplei progran terapi yang
oksigen dengan tepat.
kebutuhan b. Bantu klien untuk
d. Gaya hidup yang mengidentifikasi
dipertahankan. aktivitas yang mampu
dilakukan
c. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yangsesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
d. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
e. Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
f. Bantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
16
g. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
h. Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
i. Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
j. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
k. Monitor respon fisik,
emoi, social dan
spiritual
3 Resiko terhadap klien tidak menunjukkan a. Gunakan semua
cedera/perdarahan yang bukti-bukti perdarahan tindakan untuk
berhubungan dengan mencegah perdarahan
penurunan jumlah trombosit khususnya pada daerah
ekimosis
b. Cegah ulserasi oral dan
rectal
c. Gunakan jarum yang
kecil pada saat
melakukan injeksi
d. Menggunakan sikat
gigi yang lunak dan
lembut
e. Laporkan setiap tanda-
tanda perdarahan
(tekanan darah
menurun, denyut nadi
cepat, dan pucat)
f. Hindari obat-obat yang
mengandung aspirin
g. Ajarkan orang tua dan
anak yang lebih besar
ntuk mengontrol
perdarahan hidung
4 Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Definisi : Penurunan cairan Fluid balance Fluid management:
intravaskuler, interstisial, Hydration a. Timbang
dan/atau intrasellular. Ini Nutritional Status : Food and popok/pembalut jika
mengarah ke dehidrasi, Fluid Intake diperlukan
kehilangan cairan dengan Kriteria Hasil : b. Pertahankan catatan
pengeluaran sodium a. Mempertahankan intake dan output yang
urine output akurat
Batasan Karakteristik : sesuai dengan
17
a. Kelemahan usia dan BB, BJ c. Monitor status hidrasi (
b. Haus urine normal, HT kelembaban membran
c. Penurunan turgor normal mukosa, nadi adekuat,
kulit/lidah b. Tekanan darah, tekanan darah
d. Membran nadi, suhu tubuh ortostatik ), jika
mukosa/kulit kering dalam batas diperlukan
e. Peningkatan denyut normal d. Monitor vital sign
nadi, penurunan c. Tidak ada tanda e. Monitor masukan
tekanan darah, tanda dehidrasi, makanan / cairan dan
penurunan Elastisitas turgor hitung intake kalori
volume/tekanan kulit baik, harian
nadi membran f. Kolaborasikan
f. Pengisian vena mukosa lembab, pemberian cairan IV
menurun tidak ada rasa g. Monitor status nutrisi
g. Perubahan status haus yang h. Berikan cairan IV pada
mental berlebihan suhu ruangan
h. Konsentrasi urine i. Dorong masukan oral
meningkat j. Berikan penggantian
i. Temperatur tubuh nesogatrik sesuai
meningkat output
j. Hematokrit k. Dorong keluarga untuk
meninggi membantu pasien
k. Kehilangan berat makan
badan seketika l. Tawarkan snack ( jus
(kecuali pada third buah, buah segar )
spacing) m. Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
Faktor-faktor yang muncul meburuk
berhubungan: n. Atur kemungkinan
a. Kehilangan volume tranfusi
cairan secara aktif o. Persiapan untuk
b. Kegagalan tranfusi
mekanisme
pengaturan
5 Perubahan membran pasien tidak mengalami a. Inspeksi mulut setiap
mukosa mulut : stomatitis mukositis oral hari untuk adanya
yang berhubungan dengan ulkus oral
efek samping agen b. Gunakan sikat gigi
kemoterapi berbulu lembut,
aplikator berujung
kapas, atau jari yang
dibalut
kasa
c. Berikan pencucian
mulut yang sering
dengan cairan salin
normal atau tanpa
larutan
bikarbonat
18
d. Gunakan pelembab
bibir
e. Hindari penggunaan
larutan lidokain pada
anak kecil
f. Berikan diet cair,
lembut dan lunak
g. Inspeksi mulut setiap
hari
h. Dorong masukan
cairan dengan
menggunakan sedotan
i. Hindari penggunaa
swab gliserin, hidrogen
peroksida dan susu
magnesi
j. Berikan obat-obat anti
infeksi sesuai
ketentuan
k. Berikan analgetik
19
f. Mudah merasa h. Monitor jumlah nutrisi
kenyang, sesaat dan kandungan kalori
setelah mengunyah i. Berikan informasi
makanan tentang kebutuhan
g. Dilaporkan atau nutrisi
fakta adanya j. Kaji kemampuan
kekurangan pasien untuk
makanan mendapatkan nutrisi
h. Dilaporkan adanya yang dibutuhkan
perubahan sensasi
rasa Nutrition Monitoring
i. Perasaan a. BB pasien dalam batas
ketidakmampuan normal
untuk mengunyah b. Monitor adanya
makanan penurunan berat badan
j. Miskonsepsi c. Monitor tipe dan
k. Kehilangan BB jumlah aktivitas yang
dengan makanan biasa dilakukan
cukup d. Monitor interaksi anak
l. Keengganan untuk atau orangtua selama
makan makan
m. Kram pada abdomen e. Monitor lingkungan
n. Tonus otot jelek selama makan
o. Nyeri abdominal f. Jadwalkan
dengan atau tanpa pengobatan dan
patologi tindakan tidak selama
p. Kurang berminat jam makan
terhadap makanan g. Monitor kulit kering
q. Pembuluh darah dan perubahan
kapiler mulai rapuh pigmentasi
r. Diare dan atau h. Monitor turgor kulit
steatorrhea i. Monitor kekeringan,
s. Kehilangan rambut rambut kusam, dan
yang cukup banyak mudah patah
(rontok) j. Monitor mual dan
t. Suara usus muntah
hiperaktif k. Monitor kadar
u. Kurangnya albumin, total protein,
informasi, Hb, dan kadar Ht
misinformasi l. Monitor makanan
kesukaan
Faktor-faktor yang m. Monitor pertumbuhan
berhubungan : dan perkembangan
a. Ketidakmampuan n. Monitor pucat,
pemasukan atau kemerahan, dan
mencerna makanan kekeringan jaringan
atau mengabsorpsi konjungtiva
zat-zat gizi o. Monitor kalori dan
berhubungan intake nuntrisi
dengan faktor
20
biologis, psikologis p. Catat adanya edema,
atau ekonomi. hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
q. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
7 Nyeri NOC : NIC :
Definisi : Pain Level, Pain Management
Sensori yang tidak Pain control, a. Lakukan pengkajian
menyenangkan dan Comfort level nyeri secara
pengalaman emosional Kriteria Hasil : komprehensif
yang muncul secara aktual a. Mampu mengontrol termasuk lokasi,
atau potensial kerusakan nyeri (tahu penyebab karakteristik, durasi,
jaringan atau nyeri, mampu frekuensi, kualitas dan
menggambarkan adanya menggunakan tehnik faktor presipitasi
kerusakan (Asosiasi Studi nonfarmakologi b. Observasi reaksi
Nyeri Internasional): untuk mengurangi nonverbal dari
serangan mendadak atau nyeri, mencari ketidaknyamanan
pelan intensitasnya dari bantuan) c. Gunakan teknik
ringan sampai berat yang b. Melaporkan bahwa komunikasi terapeutik
dapat diantisipasi dengan nyeri berkurang untuk mengetahui
akhir yang dapat diprediksi dengan pengalaman nyeri
dan dengan durasi kurang menggunakan pasien
dari 6 bulan. manajemen nyeri d. Kaji kultur yang
Batasan karakteristik : c. Mampu mengenali mempengaruhi respon
a. Laporan secara nyeri (skala, nyeri
verbal atau non intensitas, frekuensi e. Evaluasi pengalaman
verbal dan tanda nyeri) nyeri masa lampau
b. Fakta dari observasi d. Menyatakan rasa f. Evaluasi bersama
c. Posisi antalgic nyaman setelah nyeri pasien dan tim
untuk menghindari berkurang kesehatan lain tentang
nyeri e. Tanda vital dalam ketidakefektifan
d. Gerakan melindungi rentang normal kontrol nyeri masa
e. Tingkah laku lampau
berhati-hati g. Bantu pasien dan
f. Muka topeng keluarga untuk
g. Gangguan tidur mencari dan
(mata sayu, tampak menemukan dukungan
capek, sulit atau h. Kontrol lingkungan
gerakan kacau, yang dapat
menyeringai) mempengaruhi nyeri
h. Terfokus pada diri seperti suhu ruangan,
sendiri pencahayaan dan
i. Fokus menyempit kebisingan
(penurunan persepsi i. Kurangi faktor
waktu, kerusakan presipitasi nyeri
proses berpikir, j. Pilih dan lakukan
penurunan interaksi penanganan nyeri
(farmakologi, non
21
dengan orang dan farmakologi dan inter
lingkungan) personal)
j. Tingkah laku k. Kaji tipe dan sumber
distraksi, contoh : nyeri untuk
jalan-jalan, menentukan intervensi
menemui orang lain l. Ajarkan tentang teknik
dan/atau aktivitas, non farmakologi
aktivitas berulang- m. Berikan analgetik
ulang) untuk mengurangi
k. Respon autonom nyeri
(seperti diaphoresis, n. Evaluasi keefektifan
perubahan tekanan kontrol nyeri
darah, perubahan o. Tingkatkan istirahat
nafas, nadi dan p. Kolaborasikan dengan
dilatasi pupil) dokter jika ada
l. Perubahan keluhan dan tindakan
autonomic dalam nyeri tidak berhasil
tonus otot (mungkin q. Monitor penerimaan
dalam rentang dari pasien tentang
lemah ke kaku) manajemen nyeri
m. Tingkah laku
ekspresif (contoh : Analgesic Administration
gelisah, merintih, a. Tentukan lokasi,
menangis, waspada, karakteristik, kualitas,
iritabel, nafas dan derajat nyeri
panjang/berkeluh sebelum pemberian
kesah) obat
n. Perubahan dalam b. Cek instruksi dokter
nafsu makan dan tentang jenis obat,
minum dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
Faktor yang berhubungan : d. Pilih analgesik yang
Agen injuri (biologi, kimia, diperlukan atau
fisik, psikologis) kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
e. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
f. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
g. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
h. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
22
pemberian analgesik
pertama kali
i. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
j. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
8 Kerusakan intergritas kulit NOC : Tissue Integrity : NIC : Pressure Management
b/d edema dan menurunnya Skin and Mucous a. Anjurkan pasien untuk
tingkat aktivitas Membranes menggunakan pakaian
Definisi : Perubahan pada Kriteria Hasil yang longgar
epidermis dan dermis a. Integritas kulit yang b. Hindari kerutan padaa
baik bisa tempat tidur
Batasan karakteristik : dipertahankan c. Jaga kebersihan kulit
a. Gangguan pada (sensasi, elastisitas, agar tetap bersih dan
bagian tubuh temperatur, hidrasi, kering
b. Kerusakan lapisa pigmentasi) d. Mobilisasi pasien
kulit (dermis) b. Tidak ada luka/lesi (ubah posisi pasien)
c. Gangguan pada kulit setiap dua jam sekali
permukaan kulit c. Perfusi jaringan baik e. Monitor kulit akan
(epidermis) d. Menunjukkan adanya kemerahan
Faktor yang berhubungan : pemahaman dalam f. Oleskan lotion atau
Eksternal : proses perbaikan minyak/baby oil pada
a. Hipertermia atau kulit dan mencegah derah yang tertekan
hipotermia terjadinya sedera g. Monitor aktivitas dan
b. Substansi kimia berulang mobilisasi pasien
c. Kelembaban udara e. Mampu melindungi h. Monitor status nutrisi
- Faktor mekanik (misalnya : kulit dan pasien
alat yang dapat mempertahankan i. Memandikan pasien
menimbulkan luka, tekanan, kelembaban kulit dan dengan sabun dan air
restraint) perawatan alami hangat
a. Immobilitas fisik
b. Radiasi
c. Usia yang ekstrim
d. Kelembaban kulit
e. Obat-obatan
Internal :
a. Perubahan status
metabolik
b. Tulang menonjol
c. Defisit imunologi
d. Faktor yang
berhubungan
dengan
perkembangan
e. Perubahan sensasi
23
f. Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan)
g. Perubahan status
cairan
h. Perubahan
pigmentasi
i. Perubahan sirkulasi
j. - Perubahan
turgor (elastisitas
kulit)
24
25
BAB III
WOC
infiltrasi
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Leukemia lymphoblastic akut ( ALL atau juga disebut leukemia limfositik akut )
adalah kanker darah dan sumsum tulang . Kanker jenis ini biasanya semakin memburuk
dengan cepat jika tidak diobati .ALL adalah jenis kanker yang paling umum pada anak-
anak . Pada anak yang sehat , sumsum tulang membuat sel-sel induk darah ( sel yang
belum matang ) yang menjadi sel-sel darah dewasa dari waktu ke waktu . Sebuah sel
induk dapat menjadi sel induk myeloid atau sel induk limfoid .
Leukemia adalah keganasan organ pembuat darah, sehingga sumsum tulang
didominasi oleh limfoblas yang abnormal. Leukemia limfoblastik akut adalah keganasan
yang sering ditemukan pada masa anak-anak (25-30% dari seluruh keganasan pada
anak), anak laki lebih sering ditemukan dari pada anak perempuan, dan terbanyak pada
anak usia 3-4 tahun. Faktor risiko terjadi leukimia adalah faktor kelainan kromosom,
bahan kimia, radiasi faktor hormonal,infeksi virus
4.2 Saran
Dalam makalah ini agar dapat dijadikan sebagai refrensi pembelajaran untuk
mahasiswa serta meningkatan kemampuan teori yang ada. Dalam penyusunan mkalah
ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mohon saran.
27
28
DAFTAR PUSATAKA
Aster, Jon. 2007. Sistem Hematopoietik dan Limfoid dalam Buku Ajar Patologi Edisi 7.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Atul, Mehta dan A. Victor Hoffbrand. 2006. At a Glance Hematologi.Edisi 2. Jakarta: Erlangga
Baldy, Catherine M. 2006. Komposisi Darah dan Sistem Makrofag-Monosit dalam Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit
buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Landier W, Bhatia S, Eshelman DA, Forte KJ, Sweeney T, Hester AL, et al.Development of risk-based
guidelines for pediatric cancer survivors: the Children'sOncology Group Long-Term Follow-
Up Guidelines from the Children's OncologyGroup Late Effects Committee and Nursing
Discipline. J Clin Oncol. Dec 152004;22(24):4979-90.
Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa
Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC;.2. Tucke
29