Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan sistem politik, sosial, dan kemasyarakatan serta ekonomi

yang dibawa oleh arus reformasi telah menimbulkan semakin meningkatnya

tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

Tantangan pemerintah untuk merealisasikan tata kelola pemerintahan yang

baik (good government governance) sangatlah besar, mengingat pelayanan

publik yang dilakukan pemerintah telah tercemar dari berbagai bentuk

tindakan, kegiatan, dan modus usaha yang tidak sehat yang bermuara pada

praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Fenomena korupsi di dalam era reformasi banyak terjadi di Indonesia,

khususya di tingkat Pemerintah Daerah. Korupsi sebenarnya termasuk salah

satu bentuk tindakan yang dilarang di Indonesia karena merupakan tindak

pidana. Hal tersebut tertera pada Undang Undang Republik Indonesia nomor

28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas

dari korupsi, kolusi dan nepotisme pasal 1 ayat 3 yang berbunyi, korupsi

adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan

peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana

korupsi.

Melihat fenomena korupsi yang terus menjamur di Indonesia,

menyebabkan semakin kecilnya kepercayaan masyarakat akan kinerja

1
khususnya di instansi pemerintah. Korupsi menunjukan tantangan serius

terhadap pembangunan daerah. Di dalam dunia politik, korupsi mempersulit

demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good governance) dengan cara

menghancurkan proses formal.

Fenomena korupsi di daerah yang semakin terbuka, terjadi karena

terdapat perbedaan atau ketidak konsistensian peraturan yang dikeluarkan oleh

pemerintah pusat dan daerah. Money politics merupakan salah satu bentuk

terjadinya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) di daerah. Otonomi daerah

pada dasarnya di berikan kepada daerah agar pemerintah daerah dapat

meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan akuntabilitas pemerintah daerah untuk

tercapainya pemerintahan yang baik. Sejak diberlakukannya otonomi otonomi

daerah berdasarkan UU no. 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah di tahun

2001 telah terjadi kecenderungan korupsi di pemerintah daerah yang

meningkat.

Hingga akhir 2014, Indonesia masih mengalami korupsi yang relatif

tinggi. Dalam Corruption Perception Index 2014, Indonesia menempati posisi

117 dari 175 negara di dunia dengan skor 34 dari skala 0-100 (0 berarti sangat

korup dan 100 berarti sangat bersih). Dalam data tersebut juga diungkapkan

bahwa korupsi menempati urutan teratas dari 18 (delapan belas) faktor

penghambat kemudahan berusaha di Indonesia.

Terciptanya suatu pemerintah daerah yang akuntabel menjadi suatu

harapan tersendiri bagi masyarakat, sehingga tercipta suatu sistem

pertanggungjawaban pemerintah daerah sebagai entitas yang mengelola dan

bertanggung jawab atas penggunaan kekayaan daerah.

2
Akuntabilitas pada organisasi sektor publik, mempunyai arti bahwa

pengelolaan pemerintah daerah terdapat hubungan keagenan (teori keagenan)

antara masyarakat sebagai prinsipal dan pemerintah sebagai agen. Dari konsep

teori keagenan inilah bisa terjadi information asymmetry antara pihak

pemerintah (agent) yang memiliki akses langsung terhadap informasi dengan

pihak masyarakat (principal). Karena terjadi information asymmetry bisa

menyebabkan terjadinya korupsi atau penyelewengan oleh agent (pemerintah).

Untuk menghindari terjadinya korupsi di pemerintahan daerah, maka

pengelolaan pemerintah daerah harus akuntabel dan diperlukan sistem

pengawasan yang handal. Dengan terciptanya pemerintah daerah yang

akuntabel berarti semakin sedikit terjadinya permasalahan information

asymmetry, sehingga semakin sedikit peluang terjadinya penyelewengan atau

korupsi, oleh pihak pemerintah daerah (agent).

Salah satu dimensi akuntabilitas publik yang utama adalah

akuntabilitas keuangan (Mardiasmo, 2006). Akuntabilitas keuangan

merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan,

pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Sasarannya adalah laporan keuangan yang mencakup penerimaan,

penyimpanan dan pengeluaran keuangan instansi pemerintah (LAN dan

BPKP, 2001). Dengan demikian tingkat akuntabilitas Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD) yang dibuat oleh pemerintah daerah

menggambarkan tingkat akuntabilitas keuangan pemerintah daerah yang

menjadi kebutuhan penting dalam pelaksanaan otonomi daerah.

3
Berdasarkan paparan diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk

membuktikan teori yang menyatakan bahwa akuntabilitas publik berpengaruh

terhadap korupsi dan menambah referensi tentang peran akuntabilitas publik

dalam pemberantasan korupsi dengan menganalisis secara empiris tentang

Pengaruh Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Terhadap Tingkat Korupsi.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah opini audit laporan keuangan pemerintah daerah berpengaruh

terhadap tingkat korupsi.

2. Apakah tingkat sistem pengendalian intern laporan keuangan pemda

berpengaruh terhadap tingkat korupsi.

3. Apakah tingkat ketidakpatuhan terhadap UU laporan keuangan

pemerintah berpengaruh berpengaruh terhadap tingkat korupsi

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian yang telah diuraikan

sebelumnya, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh opini audit laporan keuangan

pemerintah daerah berpengaruh terhadap tingkat korupsi pemerintah

daerah.

4
2. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh tingkat sistem pengendalian

intern laporan keuangan pemerintah daerah terhadap tingkat korupsi

pemerintah daerah.

3. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh tingkat ketidakpatuhan

terhadap ketentuan perundang-undangan laporan keuangan pemerintah

daerah terhadap tingkat korupsi pemerintah daerah.

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi Akademisi Memberi sumbangan referensi bagi pengembangan ilmu

akuntansi sektor publik dalam perannya mengurangi korupsi yang banyak

terjadi di organisasi sektor publik di Indonesia, dan memberi masukan bagi

kegiatan penelitian yang lain di bidang akuntansi sektor publik terutama

mengenai pentingnya akuntabilitas bagi organisasi sektor publik.

2. Bagi Praktisi Memberi sumbangan referensi bagi pemerintah daerah dalam

pengambilan kebijakan mengenai akuntabilitas laporan keuangan dan

memberi sumbangan referensi bagi organisasi sektor publik yang

berwenang dalam menentukan pedoman penyelenggaraan pemerintahanan

terutama dalam kaitanya dengan akuntabilitas laporan keuangan dan

dalam usahanya mengurangi praktek korupsi yang banyak terjadi di

organisasi sektor publik di Indonesia.

5
1.4 Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan rencana penelitian ini, penulis menguraikan

keseluruhan isi proposal penelitian skripsi ini secara ringkas yang terdiri

dari beberapa bab, yakni :

BAB I : Bab ini menjelaskan mengenai uraian latar belakang masalah

yang ingin diteliti oleh penulis, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, serta Sistematika Pembahasan, Time Schedule

dan Biaya Penelitian.

BAB II : Bab ini mencakup landasan teori mengenai variabel yang diteliti

serta penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah

yang akan diteliti, kerangka konseptual, dan hipotesis untuk hasil

atau jawaban sementara untuk menjawab pertanyaan penelitian.

BAB III : Bab ini terdiri dari penjelasan mengenai deskripsi obyek

penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel,

populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode

pengumpulan data, serta metode analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini.

BAB IV : Bab ini mencakup diantaranya mengenai analisis data, dan

pembahasan.

BAB V : Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian disertai dengan

keterbatasan penelitian dan saran.

6
1.5 Time Schedule dan Biaya Penelitian

Time schedule penelitian

Tabel 1.1 Time Schedule

2018
TAHAP-TAHAP KEGIATAN
July Agus Sept Okt Nov Des

Konsultasi Proposal Penelitian

Ujian Proposal & Penelitian

Penelitian & Penulisan Draf

Skripsi

Konsultasi Hasil Penelitian

Ujian Skripsi

Penggandaan Skripsi

Biaya Penelitian sebesar tiga juta rupiah, yang terdiri dari :

a. Biaya administrasi, kertas dan tinta printer sebanyak Rp. 700.000,-

b. Biaya Ujian Proposal Penelitian, sebanyak Rp. 200.000,-

c. Biaya Penerbitan dalam Jurnal, sebanyak Rp. 300.000,-

d. Biaya Ujian Komprehensif Skripsi, sebanyak Rp. 800.000,-

e. Biaya Penggandaan dan Penjilidan, sebanyak Rp. 500.000,-

f. Biaya dan lain-lain, sebanyak Rp. 500.000,-

Jumlah Rp. 3.000.000,-

Anda mungkin juga menyukai