Kelompok 1
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah CAM keperawatan Anak II
ini dengan judul “Malformasi Anorektal” tepat pada waktunya. Tak lupa sholawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
yang telah membawa kita berada di zaman terang benderang ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah berikutnya. Taklupa,kami mengucapkan
terimakasih kepada rekan kelompok kami yang telah bekerjasama dalam mengerjakan
makalah ini, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Malformasi anorektal merupakan kelainan kongenital tanpa anus atau
dengan anus tidak sempurna, sedangkan kloaka persisten diakibatkan karena
pemisahan antara traktus urinarius, traktus genitalia dan traktus digestivus
tidak terjadi. Banyak anak-anak dengan malformasi ini memiliki anus
imperforata karena mereka tidak memiliki lubang dimana seharusnya anus
ada. Walaupun istilah ini menjelaskan penampilan luar dari anak, istilah ini
lebih ditujukan pada kompleksitas sebenarnya dari malformasi. ( Wong, 2009
).
Insiden terjadinya malformasi anorektal berkisar dari 1500-5000
kelahiran hidup dengan sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki. 20 % -75 %
bayi yang menderita malformasi anorektal juga menderita anomali lain.
Kejadian tersering pada laki-laki dan perempuan adalah anus imperforata
dengan fistula antara usus distal uretra pada laki-laki dan vestibulum vagina
pada perempuan. (Alpers, 2006).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari rectum dan anus ?
2. Apa yang dimaksud dengan malformasi anorectal ?
3. Apa saja klasifikasi yang terdapat pada malformasi anorectal ?
4. Apa saja etiologi dari malformasi anorectal ?
5. Bagaimana manifestasi klinis pada malformasi anorectal ?
6. Bagaimana patofisiologi malformasi anorectal ?
7. Apasaja komplikasi yang terjadi pada malformasi anorectal ?
8. Bagaimana pemeriksaan yang dilakukan pada malformasi anorectal ?
1
2
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui dasar anatomi dan fisiologi dari rectum dan anus.
2. Untuk mengetahui apa itu malformasi anorectal.
3. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari malformasi anorectal.
4. Untuk mengetahui apa saja etiologi dari malformasi anorectal.
5. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis pada malformasi
anorectal.
6. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari malformasi anorectal.
7. Untuk mengetahui komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada malformasi
anorectal.
8. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan yang dilakukan pada
malformasi anorectal.
9. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari malformasi anorectal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Defekasi (buang air besar). Bila rectum bagian atas diregangkan oleh
isinya, reseptor tekanan merangsang sensasi defekasi yang mendesak. Aksi
defekasi dimulai secara voluntar: otot longitudinal rectum berkontraksi, kedua
otot sfingter anal bagian dalam dan luar dan otot puborektal relaksasi; rectum
memendek; dan isi tersebut ditekan oleh kontraksi anular dibantu oleh
peningkatan tekanan abdomen.
Frekuensi defekasi sangat bervariasi, dari tiga kali sehari, sampai tiga
kali seminggu, dan tergantung pada bagian terbesar kandungan makanan
(“serat”, terutama selulosa). Selulosa dimetabolisis oleh bakteri usus menjadi
metada dan gas lainnya yamg menimbulkan flatus menyertai, misalnya
kacang-kacangan. Diare (> 200 gr feses / hari), bila bila berlebihan dapat
mengakibatkan bahaya kehilangan air dan K, dan gangguan asam basa.
3
4
3) Fistula rektrouretra
5
a. Malformasi Anus
7
masuk lebih dari 1-2 cm. Tidak ada evakuasi mekonium sehingga perlu
segera dilakukan kolostomi. Bila tidak ada fistel dibuat invertogram.
Jika udara lebih dari 1 cm dari kulit perlu segera dilakukan kolostomi.
Kelainan Letak Rendah. Lubang fistel perineum biasanya terdapat diantara
vulva dan tempat letak anus normal, tetapi tanda timah anus yang buntu
ada diposteriornya. Kelainan ini umumnya menimbulkan obstipasi. Pada
stenosis anus, lubang anus terletak ditempat yang seharusnya tetapi sangat
sempit. Evakuasi feses tidak lancer sehingga biasanya harus segera
dilakukan tetapi definitive. Bila tidak ada fistel dan pada invertogram
udara kurang 1 cm dari kulit, dapat segera dilakukan pembedahan
definitive. Dalam hal ini evakuasi tidak ada, sehingga perlu dilakukan
kolostomi.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
An. R, usia 8 bulan, perempuan, klien dibawa oleh orangtua untuk pembuatan lubang
anus sesuai dengan instruksi dokter bedah sebelumnya. Operasi PSARP akan
dilakukan besok. Kondisi saat ini BAB lancar, flatus ada, mual muntah tidak ada,
produksi stoma lancar, kembung tidak ada. Saat dilakukan pengkajian, klien tampak
lemas, suhu tubuh 36,9 celsius, Nadi 110 x/menit, Respirasi 30 x /menit. Orang tua
klien tampak cemas menghadapi operasi anaknya. Orang tua tampak bertanya tentang
tindakan yang akan dilakukan kepada anaknya. Anak tampak rewel, tidak mau lepas
dari gendongan ibunya. Klien BAB spontan sejak lahir namun tidak dari lubang anus
melainkan dari lubang vagina (menurut persepsi orang tua saat itu). Klien lalu dirujuk
ke RSCM dan terdiagnosis Atresia Ani Fistel Rectovestibular. Klien dilakukan
kolostomi sigmoid pada tanggal usia 3 bulan. Klien lahir pada usia kehamilan 39
minggu, spontan, ditolong oleh bidan, dengan BBL 3000 gr, PBL 48 cm, langsung
menangis. Selama hamil ibu tidak mengalami masalah serius.
Terapi : Parasetamol 3x150 mg (k/p), Cefotaxime 2x500 mg, IVFD KaEN3B 1000 cc
+ KCL 25 meq, Ventolin : Bisolvon : NaCl = 1:1:1 (2x 1cc). Pemeriksaan Penunjang
: DPL : Hb : 9,8 gr/dl : Ht 27,9% : Leukosit : 15.000 gr/dl : Trombosit 45.000 : LED
40mm, Elektrolit : K : 2,56 meq/dl
Pengkajian fisik pasca PSARP : abdomen sebelah kiri terdapat kolostomi dengan
produksi feses lancar, terdapat kemerahan pada area sekitar anus. Pasca operasi
tampak luka jahitan di anus. Ibu memfiksasi posisi an.R dengan membedong bagian
pinggang kebawah dengan kain gendongan. BB 6,8, kg, TB 64 cm, klien tampak
rewel dan gelisah, selalu menangis ketika ada perawat yang datang untuk melakukan
tindakan. Skala nyeri (FLACC Scale) 5. Makan bubur/tim habis ½ porsi. Pasca
operasi minum bertahap. Kesadaran compos mentis, suhu 38 derajat Celsius,
frekuensi nadi 115 x/menit, RR 36 x/menit, mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis,
bising usus normal, akral hangat, CRT <2 detik, suara napas ronchi, terdengar batuk
sesekali, tidak terdapat nafas cuping hidung dan retraksi.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas diri
a. Pasien
Nama : An.R
Umur : 8 Bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Tidak terkaji
Agama : Tidak terkaji
Pendidikian : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Bangsa : Tidak terkaji
Tanggal masuk : Tidak terkaji
Tanggal pengkajian : Tidak terkaji
No RM : Tidak terkaji
Diagnosa medis : Atresia Ani Fistel Rectovestibular
b. Penanggung jawab
Nama : Tidak terkaji
16
17
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasca operasi anak menjadi rewel dan gelisah
b. Riwayat Penyakit Sekarang
klien dibawa oleh orang tua untuk pembuatan lubang anus sesuai
dengan instruksi dokter sebelumnya. Kondisinya BAB lancar, flatus
ada, mual muntah tidak ada, produksi stoma lancar, kembung tidak
ada, operasi PSARP telah dilakukan sehari sebelum pengkajian, Pasca
operasi anak menjadi rewel dan gelisah skala nyeri FLACC Scale 5
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien BAB spontan sejak lahir namun tidak dari lubang anus
melainkan dari lubang vagina (menurut persepsi orang tua saat itu),
klien lalu dirujuk ke RSCM dan terdiagnosis Atresia Ani Fistel
Rectovestibular, klien dilakukan kolostomi sigmoid pada usia 3 bulan.
d. Riwayat Nutrisi
Tidak terkaji, kaji riwayat nutrisi pasi
e. Riwayat Imunisasi
Tidak terkaji
18
f. Riwayat Kelahiran
Klien lahir pada usia kehamilan 39 minggu, spontan, ditolong oleh
bidan, dengan BBL 3000 gr, PBL 48 cm, lanngsung menangis, selama
hamil ibu tidak mengalami masalah serius.
g. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
1) Pertumbuhan
Tidak terkaji
2) Perkembangan
a) Fase motoric kasar = tidak terkaji
b) Fase motoric halus = tidak terkaji
h. Dampak Hospitalisasi
Tidak terkaji
i. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terkaji
j. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Tidak terkaji
3. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
b) GCS : 15
c) Tanda-tanda Vital : Nadi = 115x/menit
RR = 36x/menit
19
Suhu = 38oC
2) Antropometri
a) Berat badan sekarang : 6,8 Kg
b) Berat badan dahulu : Tidak terkaji
c) Tinggi badan : 64 cm
d) BB/U :
3) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem pernafasan
Tidak ada penggunaan otot tambahan, tidak ada retraksi
suprasternal, retraksi intercostal, pengembangan dada simetris,
fremitus taktil seimbang kanan dan kiri, auskultasi terdengan bunyi
ronhi, batuk (+). Respirasi pasien 36x/menit
b) Sistem kardiovaskuler
Saat dilakukan pengkajian konjungtiva tidak anemis, CRT<2 detik,
saat diperkusi terdengar suara dullness, saat di auskultasi bunyi
jantung terdengar normal S1 halus daripada bunyi S2 pada bagian
dasar, tidak terdapat suara tambahan S1 dan S2, tidak ada
peningkatan JVP, turgor kulit elastis, akral hangat.
c) Sistem Integumen
Tidak ada lesi,tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan pada area
kulit, nmun nyeri dirasakan dibagiian anus. Tampak luka jahitan di
anus, terdapat kolostomi
d) Sistem musculoskeletal
Tidak terkaji. Namun data yang harus dikaji adalah : Setelah
dilakukan pengkajian pada ekstremitas atas dan bawah pasien tidak
tampak kontraktur, tidak ada deformitas, tidak ada kekakuan,
reflek bisep/trisep +/+, reflek Achiles/patella +/+, dan persepsi
sensasi sesuai stimulus.
e) Sistem Perkemihan
20
4. Pola Aktivitas
No Aktivitas Sebelum operasi Sesudah
operasi
1 Pola Nutrisi
a. Makan
Frekuensi Tidak terkaji, Kaji ½ porsi habis
Jenis Frekuensi makan, jenis dan Bubur/tim
keluhan
Keluhan
b. Minum
Frekuensi Pasca operasi
22
3 Istirahat/tidur
a. Siang Tidak terkaji, kaji istirahat
b. Malam tidur siang, malam dan
c. Keluhan keluhannya
4 Personal Hygiene
a. Mandi Tidak terkaji, kaji
b. Gosok gigi frekuensi personal hygiene
c. Keramas pasien
d. Gunting
23
5. Data Psikologis
Pasien rewel dan gelisah
6. Data Sosial
Klien tampak gelisah dan rewel, selalu menagis ketika ada perawat yang
datang untuk melakukan tindakan.
7. Data Spiritual
Tdak terkaji
8. Data Penunjang
No Pemeriksaan Hasil Hasil Interprestasi
Rujukan
1 Hemoglobin 9,8 gr/dl 11,5 – 13,5 Rendah
2 Hematokrit 27,9 % 34 – 40 Rendah
3 Laju Endap Darah 40 mm 3-13 Tinggi
4 Kalium 2,56 meq/dl 3,6-5,8 meq/l Rendah
5 Leukosit 15.000 gr/dl 9.000-30.000 Normal
6 Trombosit 45.000 150.000- Rendah
400.000
9. Terapi
No Terapi Dosis Kegunaan
24
A. ANALISIS DATA
No. Analisa Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. Ds : Malformasi Anorektal Anxietas
Ibu klien bertanya (Pre-Operasi)
tentang tindakan apa Tindakan PSARP
yang akan dilakukan
kepada anaknya. Ketidaktahuan akan
prosedur yang akan
Do : dilakukan
Ibu klien tampak cemas
Anak klien tampak rewel Anak rewel, ibunya
dan tidak mau lepas dari tampak cemas
gendongan ibunya
Anak mengalami
hospitalisasi
Anxietas
25
Stimulasi dihantarkan
Korteks Cerebri
Nyeri dipersepsikan
Nyeri Akut
3. DO : Malformasi anorektal Resiko Infeksi
1. Abdomen sebelah (Post-Operasi)
kiri terdapat Post operasi
kolostomi
2. Paska operasi Adanya perlukaan
tampak luka jaringan
jahitan di anus
26
Secret menumpuk
Ronhi
B. Diagnosa Prioritas
1. Anxietas b.d kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur
pembedahan.
2. Nyeri akut b.d trauma saraf jaringan.
3. Resiko infeksi b.d prosedur pembedahan.
4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d nyeri pasca operasi.
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan mengabsorpsi
nutrient.
28
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Malformasi anorektal (anus imperforata) adalah malformasi kongenital
di mana rectum tidak mempunyai lubang keluar. Anus tidak ada, abnormal
atau ektopik. Kelainan anorektal umum pada laki-laki dan perempuan
memperlihatkan hubungan kelainan anorektal rendah dan tinggi diantara usus,
muskulus levator ani, kulit, uretra dan vagina ( Wong, L. Donna. 2009 ) .
Imperforata anus adalah tidak komplitnya perkembangan embrionik
pada distal usus (anus) atau tertutupnya anus secara abnormal. (Suryadi 2006 )
Malformasi anorektal adalah tidak terjadinya perforasi membran yang
memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang
tidak semputna. Anus tampat tidak rata atau sedikit cekung ke dalam atau
kadang terbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum
(purwanto,2001 ).
35
DAFTAR PUSTAKA
Nanny, Vivian. 2014. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta : Salemba
Medika
TN. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV Bagian I. Jakarta : Media Aesculapius
Huda, Amin dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
Mendri, Ni Ketut, dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit Dan Bayi
Wahab, Samik. 2012. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 2. Jakarta : EGC