ABSTRAK
Permasalahan remaja Indonesia saat ini yaitu sebanyak 60% remaja mengaku telah mempraktikkan
seks pra nikah dan 50% dari pengidap HIV dan AIDS adalah kelompok usia remaja.Dampak buruk
dari perilaku seks bebas inilah yang mengakibatkan remaja Indonesia terganggu kesempatannya untuk
melanjutkan sekolah,memasuki dunia kerja, memulai berkeluarga dan menjadi anggota masyarakat
secara baik. Data dari Yayasan Sebaya Lancang Kuning menunjukkan kasus HIV-AIDS terbesar
kedua di duduki oleh remaja 15-24 tahun. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor perilaku seksual
berisiko pada remaja terinfeksi HIV/ AIDS di Kota Pekanbaru. Jenis penelitian ini merupakan
penelitian eksplanatory research dengan pendekatan kuantitatif.Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
April-Oktober 2017.Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 95 orang remaja yang
terinfeksi HIV/ AIDS di Yayasan Sebaya Lancang Kuning dengan teknik pengambilan sampel
accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder.
Analisis data menggunakan analisis multivariat dengan uji regresi logistik berganda. Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku seksual
remaja adalah dorongan seksual.
KataKunci : FaktorPerilaku, Perilaku Seksual Berisiko, Remaja Terinfeksi HIV dan AIDS
ABSTRACT
This time, the most problem of adolescents in Indonesia that consists of 60% adolescents admitted to
practice premarital sex and the other that consists of 50% of people living with HIV and AIDS werethe
group isadolescents. The negative consequences of sex behavior which causes an Indonesian teenager
disrupted opportunities continue study at school, enter the work force, starting become a family and
become a member of society as well. Data has taken from Yayasan Sebaya Lancang Kuning that shows
HIV-AIDS cases in second largest which provide by teens 15-24. The aim of this is research to analyze
factors in high risk sexual behavior in adolescents infected with HIV / AIDS in Pekanbaru. This research
is a explanatory research approach with quantitative study. This study was conducted of the month
from April to October 2017. The number of samples in this study were that consist of 95 adolescents
which infected with HIV / AIDS at the Foundation for Peer Lancang Kuning by sampling technique
with accidental sampling technique. Data was collected by using primary and secondary data. Analysis
of the data using multivariate analysis with multiple logistic regression test.Based on the results of this
study it can be concluded that the most dominant factor affecting teen sexual behavior is sex drive.
Keywords : Behavioral Factors, Sexual Behavior at Risk, Adolescents Infected with HIV and AIDS
Kopertis Wilayah X 69
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)
lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis, (1987), jumlah komulatif penderita HIV
cambang dan kumis disekitar kemaluan dari tahun 2014 sebanyak 150.296 orang.
dan ketiak. Pada remaja puteri pinggul Penderita HIV sedangkan total komulatif
melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, kasus AIDS sebanyak 55,799 orang. Kasus
payudara membesar, tumbuhnya rambut di HIV-AIDS yang paling banyak terjadi
ketiak dan sekitar kemaluan (Pubis) adalah pada kelompok usia reproduktif 25-
(Irianto, 2015) 29 tahun dan diikuti kelompok usia 20-24
Adaptasi perkembangan seksual tahun, sedangkan berdasarkan jenis
remaja berkaitan erat dengan sejauh mana kelamin lebih banyak terjadi pada laki laki
remaja melihat dirinya sendiri sebagai daripada perempuan (Ditjen PP & PL
makhluk seksual, mengenal orientasi Kemenkes RI & Kementrian Kesehatan
seksnya sendiri, menerima gejolak seks RI, 2014).
dan membentuk keterikatan seksual atau Berdasarkan data dari kemenkes RI
hubungan romantik. Proses adaptasi maret 2016, persentase infeksi AIDS
seksual ini merupakan bagian dari tertinggi dilaporkan pada kelompok umur
pencapaian identitas seksual(Bethsaida, 25-49 tahun (69,7%), diikuti kelompok
2013) umur 20-24 tahun (16,6%) dan selanjutnya
Masalah yang sering dialami remaja pada umur lebih dari 50 tahun. Persentase
adalah masalah yang berkaitan dengan faktor resiko AIDS tertinggi adalah
seksualitas atau kesehatan reproduksi. hubungan seks berisiko pada heteroseksual
Perubahan fisik dan mulai berfungsinya (73,8%), Lelaki Suka Lelaki (LSL)
organ reproduksi remaja terkadang (10,5%), penggunaan jarum suntik tidak
menimbulkan permasalahan, terutama steril pada penasun (5,2%) dan perinatal
apabila remaja kurang memiliki (2,6%). Kasus HIV dari tahun ketahun
pengetahuan yang cukup tentang selalu mengalami peningkatan pada tahun
kesehatan reproduksi. Permasalahan yang 2005 ditemukan sebanyak 859 kasus,
kompleks seiiring dengan masa transisi tahun 2014 ditemukan 32.711 orang ,
yang dialami remaja dapat berupa tahun 2015 ditemukan sebanyak 30.935
kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, orang dan sampai bulan maret 2016 sudah
terinfeksi Penyakit Menular Seksual, HIV ditemukan sebanyak 7.146
dan AIDS, serta penyalahgunaan NAPZA orang(Kementrian Kesehatan RI, 2016).
(Imron, 2012). Berdasarkan data-data tersebut dapat
Permasalahan lain yang dihadapi dilihat bahwa kasus HIV-AIDS selalu
remaja Indonesia saat ini sebanyak 60% mengalami peningkatan dari tahun ke
remaja mengaku telah mempraktikkan tahun, meskipun pada tahun 2015
seks pra nikah, dan 50% dari pengidap mengalami penurunan, tapi hal ini masih
HIV dan AIDS adalah kelompok usia perlu jadi perhatian karena kasus HIV-
remaja. Dampak buruk dari aktivitas dan AIDS ini merupakan kasus seperti gunung
perilaku seks bebas inilah yang es yang nampak hanya kasus yang
mengakibatkan remaja Indonesia dilaporkan saja. Berdasarkan kasus juga
terganggu kesempatannya untuk dapat dilihat bahwasanya kasus HIV-
melanjutkan sekolah, memasuki dunia AIDS banyak ditemukan pada usia 20-24
kerja, memulai berkeluarga, dan menjadi tahun hal ini menunjukkan bahwa kasus
anggota masyarakat secara baik(Imron, HIV-AIDS ini sudah terjadi pada mereka
2012). saat umur dibawah 20-24 tahun hanya
Berdasarkan data dari Kementerian terdeteksinya pada umur tersebut. Data
Kesehatan RI sampai dengan September tersebut menunjukan bahwa kasus HIV-
2014 didapatkan ada kecenderungan AIDS ini sangat rentan terjadi pada remaja
peningkatan jumlah kasus HIV dari tahun yang berumur 12-24 tahun.
ke tahun sejak pertama kali dilaporkan Menurut hasil survey yang telah
Kopertis Wilayah X 70
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)
dilakukan oleh Badan Koordinasi 2015 HIV 241 orang AIDS 168 orang,
Keluarga Berencana Nasional di 33 2016 HIV 261 orang AIDS 187 orang
provinsi pada tahun 2008, sebanyak 63% sedangkan pada bulan April sudah
remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan ditemukan kasus HIV sebanyak 70 orang
SMA sudah melakukan hubungan seksual dan AIDS 38 orang yang tentu di
di luar nikah. Menurut Fauzan dan Siarait penghujung tahun 2017 akan ditemukan
usia remaja mempunyai sifat ingin tahu kasus tambahan (Pencegahan, 2017)
yang sangat besar sehingga menyebabkan Kasus yang ditemukan di KPA adalah
mereka mencoba segala sesuatu yang kasus yang hanya dilaporkan oleh yayasan
menurut mereka menarik (Utara, 2013) ataupun LSM yang bertugas menjangkau
Tidak tersedia informasi yang tepat orang-orang yang berisiko terinfeksi
dan relevan tentang penyakit HIV-AIDS, HIV_AIDS. Selain data dari KPA data dari
sikap ingin tahu mereka bisa menyebabkan Yayasan Sebaya Lancang Kuning 2016
mereka masuk ke dalam sub-populasi juga menunjukkan bahwasanya kasus
berperilaku resiko tinggi. Selain itu, HIV-AIDS terbesar kedua di duduki oleh
masalah HIV-AIDS pada remaja selain remaja 15-24 tahun sebanyak 95 kasus.
berdampak secara fisik, juga dapat Yayasan Sebaya Lancang Kuning
berpengaruh terhadap kesehatan mental, merupakan yayasan pendamping Orang
emosi, keadaan ekonomi dan dengan HIV-AIDS (ODHA)(Kuning,
kesejahteraan sosial dalam jangka 2017).
panjang. Hal tersebut tidak hanya Banyaknya kasus HIV-AIDS
berpengaruh terhadap remaja itu sendiri, ditemukan pada remaja memaksa kita
tetapi juga terhadap keluarga, masyarakat untuk meninjau kembali pola perilaku
dan bangsa pada akhirnya(Utara, 2013). seksual pada remaja karena memang kasus
Pada presentasi di Prosiding APH HIV-AIDS lebih banyak penularannya
Coleh Yuli Amran juga mengemukan hasil melalui hubungan seksual. Seperti yang
penelitiannya yaitu dari 916 orang remaja diketahui masa remaja merupakan masa
SMP di Kota Padang tahun 2014 panca roba dimana remaja mempunyai
didapatkan 6,0% pernah berciuman bibir, perilaku ingin mencoba coba hal yang baru
dan 1,7% pernah melakukan hubungan termasuk mencoba-coba melakukan
seksual. Dari total sampel juga diketahui hubungan seks pranikah yang pada
7,9% (72 orang) mengatakan memiliki akhirnya mengarahkan mereka ke perilaku
teman yang pernah melakukan hubungan seksual berisiko. Remaja melakukan
seksual, 61% remaja memiliki hubungan seksula berisiko mungkin
pengetahuan yang rendah tentang disebabkan oleh adanya dorongan dari diri
kesehatan reproduksi. Sebanyak 68,2% sendiri untuk melakukan hubungan
remaja tidak tahu wadah atau tempat bagi seksual, pengalaman yang dilalui
mereka untuk remaja memperoleh mengenai seksual yang mengakibatkan
informasi mengenai program Kesehatan mereka untuk mengulanginya kembali,
Reproduksi remaja (KRR)(Wirawan, faktor emosional yang masih labil, dan
2016). kurangnya informasi yang benar tentang
Berdasarkan data yang didapatkan kesehatan repsoduksi terutama yang
dari Komisi Penanggulangan HIV-AIDS berhubungan dengan seksual
(KPA) Kota Pekanbaru bulan April 2017, Gambaran data diatas
didapatkan bahwa kasus HIV-AIDS selalu memperlihatkan remaja merupakan salah
mengalami peningkatan dari tahun ke satu kelompok yang rentan terhadap HIV-
tahun hal ini dapat dilihat dari 5 tahun AIDS dimana perilaku seksual remaja
terakhir yaitu pada tahun 2013 ditemukan menjadi pintu masuk menuju kejadian
kasus HIV 121 orang, AIDS 71 orang, HIV dan AIDS. Data diatas menunjukkan
2014 HIV 136 orang AIDS 111 orang, bahwa perilaku seksual remaja
Kopertis Wilayah X 71
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)
Kopertis Wilayah X 72
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)
Berdasarkan hasil uji statistik antara = 0,05 yang berarti tidak terdapat
pengetahuan dengan perilaku seksual hubungan yang signifikan antara
diperoleh hasil bahwa P value = 1,000>∝ pengetahuan dengan perilaku seksual.
Tabel 4 Hubungan Dorongan Seksual dengan Perilaku Seksual Remaja Terinfeksi HIV-
AIDS
Perilaku Seksual
Dorongan Total P
No Berisiko Tidak Berisiko
Seksual Value
N % N % N %
1 Ada 76 80 5 5,3 81 85,3
2 Tidak Ada 1 1,1 13 13,7 14 14,7 0,000
Total 77 81,1 18 18,9 95 100
Kopertis Wilayah X 73
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)
Pada Tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa 0,25) dimasukkan ke dalam analisis
hasil seleksi bivariat yang memiliki nilai p- multivariat. Pada penelitian ini variabel
value< 0,25 adalah variabel pengalaman, independen yang masuk ke dalam analisis
dorongan seksual, dan psikis. Ada tiga multivariat adalah pengalaman,dorongan
variabel indepeneden yang akan dilakukan seksual,dan psikis.Penelitian ini
analisis multivariat. menggunakan uji regresi logistik ganda
(Logistic Regression).
5.1.4 Analisis Multivariat Hasil analisis multivariat dengan
Setelah dilakukan analisis bivariat uji regresi logistik diperoleh hasil bahwa
selanjutnyadilakukan analisis multivariat variabel pengalaman dandorongan
yang bertujuan untuk mengetahui seksualberpengaruh terhadap perilaku
pengaruh variabel independen terhadap seksual remaja terinfeksi HIV-AIDS.
variabel dependen.Variabel bebas yang Selengkapnya hasil output dapat dilihat
memenuhi kriteria kemaknaan statistik (p< pada Tabel 7 berikut:
Tabel 7 Hasil Uji Regresi Logistik Model Summary
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
Kopertis Wilayah X 74
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)
menunjukkan bahwa kemempuan variabel % faktor lain yang tidak diteliti yang
psikis, pengalaman, dan dorongan seksual mempengaruhi perilaku seksual remaja
dalam mempengaruhi perilaku seksual terinfeksi HIV-AIDS di Kota Pekanbaru
remaja terinfeksi HIV-AIDS sebesar 0,680 Hasil uji regresi linear berganda
atau 68,0 %, dan terdapat 100 %-68 %= 32 dapat dilihat pada tabel 8 berikut :
Tabel 8 Hasil Uji Regresi LinearBerganda
Kopertis Wilayah X 75
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)
tidak tahu sama sekali, tetapi hubungan seksual. Asumsi peneliti ini
ketidaktahuan juga membahayakan. sesuai dengan hasil penelitian yang
Pengetahuan seksual yang hanya setengah- dilakukan oleh (Maryatun &
setengah tidak hanya mendorong remaja Purwaningsih, 2012)dimana terdapat
untuk mencoba-coba, tapi juga bisa hubungan yang signifikan antara
menimbulkan salah persepsi (Nursal, pengetahuan dan perilaku seksual pranikah
2008). pada remaja anak jalanan di kota surakarta
Berdasarkan hasil penelitian dapat di dapatkan bahwa remaja anak jalanan
diketahui tidak ada hubungan pengetahuan yang mempunyai pengetahuan rendah
dengan perilaku seksual berisiko pada mempunyai peluang sebesar 4 kali lebih
remaja dimana dari hasil uji statistik secara besar melakukan perilaku seksual.
bivariat didapatkan P value 1,00 yang
artinya P > 0,05 tidak ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan
perilaku seksual berisiko pada remaja di 5.2.2 Pengaruh Psikis dengan Perilaku
Yayasan Sebaya Lancang Kuning Seksual Remaja
sehingga pada saat uji statistik tidak bisa Masa remaja merupakan masa
dilakukan uji multivariat sehingga tidak perubahan kejiwaan terjadi lebih lambat
ditemukan bahwa pengetahuan dari fisik dan labil meliputi perubahan 1)
mempengaruhi terjadinya perilaku seksual emosi: sensitif (mudah menangis, tertawa,
berisiko pada remaja. cemas dan frustasi), mudah bereaksi
Menurut asumsi peneliti tidak terhadap rangsangan luar, agresif sehingga
berpengaruhnya pengetahuan terhadap mudah berkelahi. 2) perkembangan
perilaku seksual berisiko penderita HIV intelegensia: mampu berpikir abstrak dan
AIDS disebabkan penelitian ini dilakukan senang memberi kritik, ingin mengatahui
setelah remaja terinfeksi HIV AIDS hal-hal baru sehingga muncul perilaku
sehingga didapatkan mayoritas ingin mencoba hal baru. Perilaku ingin
pengetahuannya baik yaitu 89 orang mencoba pada remaja ini sangat penting
(93,7%). Peneliti berasumsi pada saat dalam kesehatan reproduksi (Irianto,
remaja sebelum terinfeksi remaja tersebut 2015).
memiliki pengetahuan yang kurang Remaja merupakan masa transisi
mengenai perilaku seksual berisiko dari masa anak ke masa dewasa. Jiwa
sehingga mereka melakukan seksual remaja merupakan jiwa yang penuh
berisiko. Namun setelah mereka terinfeksi gejolak (strum and drang) dan lingkungan
mereka di rangkul oleh yayasan sebaya sosial remaja juga ditandai dengan
lancang kuning dan diberi pengetahuan perubahan sosial cepat yang
tentang perilaku seksual berisiko sesuai mengakibatkan kesimpang siuran norma.
dengan peran dari yayasan sebaya lancang Kondisi internal dan eksternal yang sama-
kuninga yaitu memberikan konseling dan sama bergejolak inilah yang menyebabkan
pelayanan kesehatan. Asumsi peneliti ini masa remaja lebih rawan dari pada tahap-
diperkuat dengan hasil data univariat yang tahap lain dari perkembangan jiwa
menunjukkan pengalaman remaja manusia. Pada masa remaja sering terjadi
mendapatkan edukasi seks sebelum gangguan kejiwaaan yang salah satunya
terinfeksi hanya sebanyak 40 orang . adalah tidak dapat mengidentifikasi peran
Selain itu peneliti juga berasumsi bahwa seksualnya sendiri atau kurang mempunyai
pengetahuan merupakan hal yang dapat citra seksual tentang dirinya sendiri
mencegah remaja untuk melakukan (Sarwono, 2013).
hubungan seksual berisiko karena dengan Kurangnya kemampuan remaja
pengetahuan yang baik maka remaja akan dalam mengidentifikasi peran seksualnya
lebih berhati hati dalam melakukan akan menyebabkan remaja mengalami
Kopertis Wilayah X 76
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)
Kopertis Wilayah X 77
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)
Kopertis Wilayah X 78
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)
seksual, mulai dari bergandengan tangan pada usia dibawah 15 tahun. Pada masa ini
(memegang lengan pasangan), berpelukan remaja belum memiliki life skillyang
(seperti merengkuh bahu, merengkuh cukup sehingga mereka berisiko memiliki
pinggang), bercumbu (seperti cium pipi, perilaku berpacaran yang tidak sehat, salah
cium kening, cium bibir), meraba bagian satunya seks pranikah. Perilaku seks ini
tubuh yang sensitif, menggesek-gesekkan berisiko menyebabkan kehamilan diluar
alat kelamin sampai dengan memasukkan nikah, aborsi dan pernikahan remaja yang
alat kelamin. Perilaku seksual pranikah akan berdampak negatif terhadap masa
pada remaja akan muncul ketika remaja depan remaja, anak yang dikandung dan
mampu mengkondisikan situasi untuk juga keluarga. Lebih lanjut, perilaku seks
merealisasikan dorongan emosional dan pada remaja biasanya dilakukan dalam
pemikirannya tentang perilaku seksualnya rangka “coba-coba”, sehingga banyak
atau sikap terhadap perilaku remaja yang melakukan aktivitas seks
seksualnya(Sarwono, 2013). berisiko yang dapat menimbulkan penyakit
Dorongan seksual (motif seks) seksual menular dan HIV/AIDS(Psikolog,
bertujuan ntuk mengembangkan jenis 2017).
keturunan mahkluk manusia. Pada masa Sesuai pernyataan diatas dan hasil
remaja dorongan seks ini tampak lebih penelitian yang peneliti peroleh peneliti
menonjol sehingga akan mempengaruhi berasumsi bahwasanya pada awalnya
tingkah laku remaja tersebut. Dorongan remaja yang terinfeksi HIV-AIDS
seksual ini berdampak pada masalah melakukan seksual terdorong oleh rasa
seksual yang menjurus kepada perilaku cinta dan percaya kepada pasangannya
seksual negatif seperti menggandrungi melalui pacaran. Awalnya mereka percaya
pornografi, melakukan perbuatan bahwasanya pasangannya akan menjaga
perbuatan asusila yang tidak baik seperti kepercayaan tersebut, namun dengan
mendatangi tempat-tempat maksiat berjalannya waktu ternyata kenyataan
berhubungan dengan pelacur. Perbuatan tidak seperti yang diharapkan, karena dari
ini dapat membahayakan remaja itu sendiri pengalaman dapat dilihat bahwasanya
karena dapat tertular penyakit HIV- mereka sebagian besar merasa kecewa
AIDS(Willis, 2012). dengan pasangannya sehingga mereka
Perilaku seksual idealnya bisa melampiaskannya dengan melakukan
membawa ke arah positif apabila seksual berisiko. Peneliti juga berasumsi
dilakukan oleh manusia yang sudah selain dorongan rasa cinta mereka juga
menikah, namun apa bila perilaku seksual terdorong melakukan seksual berisiko
ini dilakukan oleh manusia yang belum karena mereka menyukai tontonan
menikah ini akan membawa ke arah pornografi. Tontonan ini membangkitkan
negatif. Seksual yang dilakukan sebelum hasrat mereka untuk melakukan hubungan
menikah ini disebut dengan perilaku seksual baik tontonan dalam negeri maupu
seksual pranikah. Seksual pranikah luar negeri.
merupakan segala tingkah laku yang Menurut(Suherman, 2013),
didorong oleh hasrat seksual dengan lawan menonton film film porno remaja asing
jenisnya melalui perbuatan yang tercermin yang dengan bangga atau dengan bebasnya
dalam tahap-tahap perilaku seksual dari melakukan free sex tanpa diserap dan
tahap paling ringan hingga tahap yang berfikir panjang yang akhirnya remaja
paling berat yang dilakukan sebelum tersebut mempraktekkannya sebagai upaya
pernikahan yang resmi menurut hukum untuk mendapat pengakuan, supaya dapat
maupun agama(Irianto, 2015). bergaul, membuktikan bahwa remaja
Berdasarkan survey kesehatan tersebut kuat, mampu yang selanjutnya
reproduksi remaja, lebih dari 30% remaja akan menyebabkan remaja tersebut
putra dan putri pertama kali berpacaran
Kopertis Wilayah X 79
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)
Kopertis Wilayah X 80
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)
Kopertis Wilayah X 81