Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)

ANALISIS PERILAKU SEKSUAL BERISIKO PADA


REMAJA TERINFEKSI HIV DAN AIDS

Afritayeni*, Penti Dora Yanti, Rizka Angrainy


Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru, Pekanbaru 28294, Indonesia
*
afritayeni86@gmail.com

Submitted :17-10-2017, Reviewed:28-10-2017, Accepted:13-11-2017


DOI: http://doi.org/10.22216/jen.v3i1.2717

ABSTRAK
Permasalahan remaja Indonesia saat ini yaitu sebanyak 60% remaja mengaku telah mempraktikkan
seks pra nikah dan 50% dari pengidap HIV dan AIDS adalah kelompok usia remaja.Dampak buruk
dari perilaku seks bebas inilah yang mengakibatkan remaja Indonesia terganggu kesempatannya untuk
melanjutkan sekolah,memasuki dunia kerja, memulai berkeluarga dan menjadi anggota masyarakat
secara baik. Data dari Yayasan Sebaya Lancang Kuning menunjukkan kasus HIV-AIDS terbesar
kedua di duduki oleh remaja 15-24 tahun. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor perilaku seksual
berisiko pada remaja terinfeksi HIV/ AIDS di Kota Pekanbaru. Jenis penelitian ini merupakan
penelitian eksplanatory research dengan pendekatan kuantitatif.Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
April-Oktober 2017.Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 95 orang remaja yang
terinfeksi HIV/ AIDS di Yayasan Sebaya Lancang Kuning dengan teknik pengambilan sampel
accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder.
Analisis data menggunakan analisis multivariat dengan uji regresi logistik berganda. Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku seksual
remaja adalah dorongan seksual.

KataKunci : FaktorPerilaku, Perilaku Seksual Berisiko, Remaja Terinfeksi HIV dan AIDS

ABSTRACT
This time, the most problem of adolescents in Indonesia that consists of 60% adolescents admitted to
practice premarital sex and the other that consists of 50% of people living with HIV and AIDS werethe
group isadolescents. The negative consequences of sex behavior which causes an Indonesian teenager
disrupted opportunities continue study at school, enter the work force, starting become a family and
become a member of society as well. Data has taken from Yayasan Sebaya Lancang Kuning that shows
HIV-AIDS cases in second largest which provide by teens 15-24. The aim of this is research to analyze
factors in high risk sexual behavior in adolescents infected with HIV / AIDS in Pekanbaru. This research
is a explanatory research approach with quantitative study. This study was conducted of the month
from April to October 2017. The number of samples in this study were that consist of 95 adolescents
which infected with HIV / AIDS at the Foundation for Peer Lancang Kuning by sampling technique
with accidental sampling technique. Data was collected by using primary and secondary data. Analysis
of the data using multivariate analysis with multiple logistic regression test.Based on the results of this
study it can be concluded that the most dominant factor affecting teen sexual behavior is sex drive.

Keywords : Behavioral Factors, Sexual Behavior at Risk, Adolescents Infected with HIV and AIDS

PENDAHULUAN kejiwaan (mental emosional). Perubahan


Remaja merupakan masa peralihan fisik pada remaja ditandai dengan
dari masa anak-anak ke masa dewasa. munculnya tanda-tanda seks primer yaitu
Batasan usia remaja menurut WHO (badan berhubungan langsung dengan organ seks,
PBB untuk kesehatan dunia)adalah 12 dan tanda-tanda seks sekunder seperti
sampai 24 tahun. Pada Masa Remaja perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis
terjadi perubahan fisik sangat cepat, yang dan buah zakar bertambah besar,
tidak seimbang dengan perubahan terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih

Kopertis Wilayah X 69
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)

lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis, (1987), jumlah komulatif penderita HIV
cambang dan kumis disekitar kemaluan dari tahun 2014 sebanyak 150.296 orang.
dan ketiak. Pada remaja puteri pinggul Penderita HIV sedangkan total komulatif
melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, kasus AIDS sebanyak 55,799 orang. Kasus
payudara membesar, tumbuhnya rambut di HIV-AIDS yang paling banyak terjadi
ketiak dan sekitar kemaluan (Pubis) adalah pada kelompok usia reproduktif 25-
(Irianto, 2015) 29 tahun dan diikuti kelompok usia 20-24
Adaptasi perkembangan seksual tahun, sedangkan berdasarkan jenis
remaja berkaitan erat dengan sejauh mana kelamin lebih banyak terjadi pada laki laki
remaja melihat dirinya sendiri sebagai daripada perempuan (Ditjen PP & PL
makhluk seksual, mengenal orientasi Kemenkes RI & Kementrian Kesehatan
seksnya sendiri, menerima gejolak seks RI, 2014).
dan membentuk keterikatan seksual atau Berdasarkan data dari kemenkes RI
hubungan romantik. Proses adaptasi maret 2016, persentase infeksi AIDS
seksual ini merupakan bagian dari tertinggi dilaporkan pada kelompok umur
pencapaian identitas seksual(Bethsaida, 25-49 tahun (69,7%), diikuti kelompok
2013) umur 20-24 tahun (16,6%) dan selanjutnya
Masalah yang sering dialami remaja pada umur lebih dari 50 tahun. Persentase
adalah masalah yang berkaitan dengan faktor resiko AIDS tertinggi adalah
seksualitas atau kesehatan reproduksi. hubungan seks berisiko pada heteroseksual
Perubahan fisik dan mulai berfungsinya (73,8%), Lelaki Suka Lelaki (LSL)
organ reproduksi remaja terkadang (10,5%), penggunaan jarum suntik tidak
menimbulkan permasalahan, terutama steril pada penasun (5,2%) dan perinatal
apabila remaja kurang memiliki (2,6%). Kasus HIV dari tahun ketahun
pengetahuan yang cukup tentang selalu mengalami peningkatan pada tahun
kesehatan reproduksi. Permasalahan yang 2005 ditemukan sebanyak 859 kasus,
kompleks seiiring dengan masa transisi tahun 2014 ditemukan 32.711 orang ,
yang dialami remaja dapat berupa tahun 2015 ditemukan sebanyak 30.935
kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, orang dan sampai bulan maret 2016 sudah
terinfeksi Penyakit Menular Seksual, HIV ditemukan sebanyak 7.146
dan AIDS, serta penyalahgunaan NAPZA orang(Kementrian Kesehatan RI, 2016).
(Imron, 2012). Berdasarkan data-data tersebut dapat
Permasalahan lain yang dihadapi dilihat bahwa kasus HIV-AIDS selalu
remaja Indonesia saat ini sebanyak 60% mengalami peningkatan dari tahun ke
remaja mengaku telah mempraktikkan tahun, meskipun pada tahun 2015
seks pra nikah, dan 50% dari pengidap mengalami penurunan, tapi hal ini masih
HIV dan AIDS adalah kelompok usia perlu jadi perhatian karena kasus HIV-
remaja. Dampak buruk dari aktivitas dan AIDS ini merupakan kasus seperti gunung
perilaku seks bebas inilah yang es yang nampak hanya kasus yang
mengakibatkan remaja Indonesia dilaporkan saja. Berdasarkan kasus juga
terganggu kesempatannya untuk dapat dilihat bahwasanya kasus HIV-
melanjutkan sekolah, memasuki dunia AIDS banyak ditemukan pada usia 20-24
kerja, memulai berkeluarga, dan menjadi tahun hal ini menunjukkan bahwa kasus
anggota masyarakat secara baik(Imron, HIV-AIDS ini sudah terjadi pada mereka
2012). saat umur dibawah 20-24 tahun hanya
Berdasarkan data dari Kementerian terdeteksinya pada umur tersebut. Data
Kesehatan RI sampai dengan September tersebut menunjukan bahwa kasus HIV-
2014 didapatkan ada kecenderungan AIDS ini sangat rentan terjadi pada remaja
peningkatan jumlah kasus HIV dari tahun yang berumur 12-24 tahun.
ke tahun sejak pertama kali dilaporkan Menurut hasil survey yang telah

Kopertis Wilayah X 70
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)

dilakukan oleh Badan Koordinasi 2015 HIV 241 orang AIDS 168 orang,
Keluarga Berencana Nasional di 33 2016 HIV 261 orang AIDS 187 orang
provinsi pada tahun 2008, sebanyak 63% sedangkan pada bulan April sudah
remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan ditemukan kasus HIV sebanyak 70 orang
SMA sudah melakukan hubungan seksual dan AIDS 38 orang yang tentu di
di luar nikah. Menurut Fauzan dan Siarait penghujung tahun 2017 akan ditemukan
usia remaja mempunyai sifat ingin tahu kasus tambahan (Pencegahan, 2017)
yang sangat besar sehingga menyebabkan Kasus yang ditemukan di KPA adalah
mereka mencoba segala sesuatu yang kasus yang hanya dilaporkan oleh yayasan
menurut mereka menarik (Utara, 2013) ataupun LSM yang bertugas menjangkau
Tidak tersedia informasi yang tepat orang-orang yang berisiko terinfeksi
dan relevan tentang penyakit HIV-AIDS, HIV_AIDS. Selain data dari KPA data dari
sikap ingin tahu mereka bisa menyebabkan Yayasan Sebaya Lancang Kuning 2016
mereka masuk ke dalam sub-populasi juga menunjukkan bahwasanya kasus
berperilaku resiko tinggi. Selain itu, HIV-AIDS terbesar kedua di duduki oleh
masalah HIV-AIDS pada remaja selain remaja 15-24 tahun sebanyak 95 kasus.
berdampak secara fisik, juga dapat Yayasan Sebaya Lancang Kuning
berpengaruh terhadap kesehatan mental, merupakan yayasan pendamping Orang
emosi, keadaan ekonomi dan dengan HIV-AIDS (ODHA)(Kuning,
kesejahteraan sosial dalam jangka 2017).
panjang. Hal tersebut tidak hanya Banyaknya kasus HIV-AIDS
berpengaruh terhadap remaja itu sendiri, ditemukan pada remaja memaksa kita
tetapi juga terhadap keluarga, masyarakat untuk meninjau kembali pola perilaku
dan bangsa pada akhirnya(Utara, 2013). seksual pada remaja karena memang kasus
Pada presentasi di Prosiding APH HIV-AIDS lebih banyak penularannya
Coleh Yuli Amran juga mengemukan hasil melalui hubungan seksual. Seperti yang
penelitiannya yaitu dari 916 orang remaja diketahui masa remaja merupakan masa
SMP di Kota Padang tahun 2014 panca roba dimana remaja mempunyai
didapatkan 6,0% pernah berciuman bibir, perilaku ingin mencoba coba hal yang baru
dan 1,7% pernah melakukan hubungan termasuk mencoba-coba melakukan
seksual. Dari total sampel juga diketahui hubungan seks pranikah yang pada
7,9% (72 orang) mengatakan memiliki akhirnya mengarahkan mereka ke perilaku
teman yang pernah melakukan hubungan seksual berisiko. Remaja melakukan
seksual, 61% remaja memiliki hubungan seksula berisiko mungkin
pengetahuan yang rendah tentang disebabkan oleh adanya dorongan dari diri
kesehatan reproduksi. Sebanyak 68,2% sendiri untuk melakukan hubungan
remaja tidak tahu wadah atau tempat bagi seksual, pengalaman yang dilalui
mereka untuk remaja memperoleh mengenai seksual yang mengakibatkan
informasi mengenai program Kesehatan mereka untuk mengulanginya kembali,
Reproduksi remaja (KRR)(Wirawan, faktor emosional yang masih labil, dan
2016). kurangnya informasi yang benar tentang
Berdasarkan data yang didapatkan kesehatan repsoduksi terutama yang
dari Komisi Penanggulangan HIV-AIDS berhubungan dengan seksual
(KPA) Kota Pekanbaru bulan April 2017, Gambaran data diatas
didapatkan bahwa kasus HIV-AIDS selalu memperlihatkan remaja merupakan salah
mengalami peningkatan dari tahun ke satu kelompok yang rentan terhadap HIV-
tahun hal ini dapat dilihat dari 5 tahun AIDS dimana perilaku seksual remaja
terakhir yaitu pada tahun 2013 ditemukan menjadi pintu masuk menuju kejadian
kasus HIV 121 orang, AIDS 71 orang, HIV dan AIDS. Data diatas menunjukkan
2014 HIV 136 orang AIDS 111 orang, bahwa perilaku seksual remaja

Kopertis Wilayah X 71
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)

merupakan factor dominan yang sampling. Pengumpulan data dilakukan


menyebakan HIVdan AIDS pada Remaja. dengan menggunakan data primer dan
Penelitian inibertujuan untuk sekunder. Analisis data menggunakan
menganalisis faktor perilaku seksual analisis multivariat dengan uji regresi
berisiko pada remaja terinfeksi HIV-AIDS logistik berganda
di Kota Pekanbaru tahun 2017.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN 1. Data Univariat
Penelitian ini merupakan penelitian Pada penelitian ini didapat hasil
eksplanatory research dengan pendekatan data univariat pengetahuan, pengalaman,
kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan dari psikis, dorongan seksual, dan perilaku
bulan April-Oktober 2017. Jumlah sampel seksual remaja terinfeksi remaja terinfeksi
dalam penelitian ini adalah sebanyak 95 HIV-AIDS yang dapat dilihat pada tabel 1
orang remaja yang terinfeksi HIV/ AIDS di berikut :
Yayasan Sebaya Lancang Kuning dengan
teknik pengambilan sampel total

Tabel 1 Pengetahuan, Pengalaman, Psikis, Dorongan Seksual dan Perilaku Seksual


Remaja Terinfeksi HIV-AIDS
No. Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1. Baik 89 93,7
2. Buruk 6 6,3
Jumlah 95 100
Pengalaman
1. Buruk 76 80
2. Baik 19 20
Jumlah 95 100
Psikis
1. Terganggu 76 80
2. Tidak Terganggu 19 20
Jumlah 95 100
Dorongan Seksual
1. Ada 81 85,3
2. Tidak Ada 14 14,7
Jumlah 95 100
No. Perilaku Seksual Frekuensi Persentase (%)
1. Berisiko 77 81,1
2. Tidak Berisiko 18 18,9
Jumlah 95 100

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa 2. Analisis Bivariat


mayoritas pengetahuan responden baik
Untuk mengetahui hubungan dua
(89%), memiliki pengalaman buruk
variabel yaitu antara variabel independen
(76%), memiliki psikis yang terganggu
dengan variabel dependen maka
(76%), adanya dorongan untuk melakukan
digunakanlah analisis statistik bivariat.
seksual (81%) dan memimiliki perilaku
Pada penelitian ini analisis bivariat yang
seksual berisiko (77%).
digunakan adalah uji chi square. Analisis

Kopertis Wilayah X 72
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)

bivariat pengetahuan dan perilaku seksual


berisiko dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Seksual Remaja Terinfeksi HIV


AIDS
Perilaku Seksual P
Total
No Pengetahuan Berisiko Tidak Berisiko Value
N % N % N %
1 Baik 72 75,8 17 17,9 89 93,7
2 Buruk 5 5,3 1 1,1 6 6,3 1,000
Total 77 81,1 18 18,9 95 100

Berdasarkan hasil uji statistik antara = 0,05 yang berarti tidak terdapat
pengetahuan dengan perilaku seksual hubungan yang signifikan antara
diperoleh hasil bahwa P value = 1,000>∝ pengetahuan dengan perilaku seksual.

Tabel 3 Hubungan Pengalaman dengan Perilaku Seksual Remaja Terifeksi HIV-AIDS


Perilaku Seksual
Total P
No Pengalaman Berisiko Tidak Berisiko
Value
n % N % N %
1 Baik 5 5,3 14 14,7 19 20
2 Buruk 72 75,8 4 4,2 6 80 0,000
Total 77 81,1 18 18,9 95 100

Berdasarkan hasil uji statistik terdapat hubungan yang signifikan antara


antara pengalaman dengan perilaku pengalaman dengan perilaku seksual
seksual berisiko diperoleh hasil bahwa P remaja terinfeksi HIV-AIDS.
value = 0,000<∝ = 0,05 yang berarti

Tabel 4 Hubungan Dorongan Seksual dengan Perilaku Seksual Remaja Terinfeksi HIV-
AIDS
Perilaku Seksual
Dorongan Total P
No Berisiko Tidak Berisiko
Seksual Value
N % N % N %
1 Ada 76 80 5 5,3 81 85,3
2 Tidak Ada 1 1,1 13 13,7 14 14,7 0,000
Total 77 81,1 18 18,9 95 100

Berdasarkan hasil uji statistik seksual dengan perilaku seksual remaja


antara dorongan seksual dengan perilaku penderita HIV-AIDS.
seksual diperoleh hasil bahwa P value =
0,000>∝ = 0,05 yang berartiterdapat
hubungan yang signifikan antara dorongan

Kopertis Wilayah X 73
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)

Tabel 5 Hubungan Psikis dengan Perilaku Seksual Remaja Terinfeksi HIV-AIDS


Perilaku Seksual
Total P
No Psikis Berisiko Tidak Berisiko
Value
N % N % N %
1 Terganggu 71 74,7 5 6,3 76 80
2 Tidak Terganggu 6 6,3 13 13,7 19 20 0,000
Total 77 81,1 18 18,9 95 100

Berdasarkan hasil uji statistik antara psikis seksual.Berdasarkan analisis bivariat


dengan perilaku seksual diperoleh hasil dengan menggunakan uji chy square
bahwa P value = 0,000<∝ = 0,05 yang didapatkan variabel-variabel yang akan
berarti terdapat hubungan yang signifikan dilakukan analisis multivariat dengan
antara psikis dengan perilaku ditribusi yang dapat dilihat pada tabel 10
berikut :

Tabel 6 Hasil Seleksi Bivariat

Variabel p–value Keterangan


Pengetahuan 1,000 Tidak Masuk Multivariat
Pengalaman 0,000 Masuk Multivariat
Dorongan seksual 0,000 Masuk Multivariat
Psiksis 0,000 Masuk Multivariat

Pada Tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa 0,25) dimasukkan ke dalam analisis
hasil seleksi bivariat yang memiliki nilai p- multivariat. Pada penelitian ini variabel
value< 0,25 adalah variabel pengalaman, independen yang masuk ke dalam analisis
dorongan seksual, dan psikis. Ada tiga multivariat adalah pengalaman,dorongan
variabel indepeneden yang akan dilakukan seksual,dan psikis.Penelitian ini
analisis multivariat. menggunakan uji regresi logistik ganda
(Logistic Regression).
5.1.4 Analisis Multivariat Hasil analisis multivariat dengan
Setelah dilakukan analisis bivariat uji regresi logistik diperoleh hasil bahwa
selanjutnyadilakukan analisis multivariat variabel pengalaman dandorongan
yang bertujuan untuk mengetahui seksualberpengaruh terhadap perilaku
pengaruh variabel independen terhadap seksual remaja terinfeksi HIV-AIDS.
variabel dependen.Variabel bebas yang Selengkapnya hasil output dapat dilihat
memenuhi kriteria kemaknaan statistik (p< pada Tabel 7 berikut:
Tabel 7 Hasil Uji Regresi Logistik Model Summary

Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 40.115a .422 .680


a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.

Pada tabel di atas, untuk melihat menjelaskan variabel dependen,


kemampauan variabel independen dalam digunakan nilai Nagelkerke R square yang

Kopertis Wilayah X 74
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)

menunjukkan bahwa kemempuan variabel % faktor lain yang tidak diteliti yang
psikis, pengalaman, dan dorongan seksual mempengaruhi perilaku seksual remaja
dalam mempengaruhi perilaku seksual terinfeksi HIV-AIDS di Kota Pekanbaru
remaja terinfeksi HIV-AIDS sebesar 0,680 Hasil uji regresi linear berganda
atau 68,0 %, dan terdapat 100 %-68 %= 32 dapat dilihat pada tabel 8 berikut :
Tabel 8 Hasil Uji Regresi LinearBerganda

Variables in the Equation


95,0% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
a
Step 1 Psikis -1.517 1.770 .734 1 .391 .219 .007 7.043
Pengalaman 3.117 1.487 4.397 1 .036 22.584 1.226 416.164
Dor. Seksual 4.251 1.406 9.138 1 .003 70.145 4.458 1.104E3
Constant -3.077 .557 30.466 1 .000 .046

Persamaan regresi yang diperoleh 5.2. Pembahasan


dari hasil perhitungan adalah sebagai
1. Pengaruh Pengetahuan Remaja
berikut :
Terinfeksi HIV-AIDS dengan
Ln P= -3,077+1,517X1 + 3,117X2 +
Perilaku Seksual Berisiko
4,251X3
Pengetahuan kesehatan reproduksi
Hasil analisis dari variabel-variabel
sangat penting untuk remaja karena pada
yang diuji dapat dijelaskan sebagai
saat usia remaja terjadi perkembangan
berikut:
yang sangat dinamis baik secara biologi
1. Variabel pengetahuan secara bersama-
maupun psikologi dan ada beberapa faktor
sama tidak mempunyai pengaruh yang
yang mempengaruhi pengetahuan remaja
signifikan terhadap perilaku seksual
seperti informasi yang diterima, orang tua,
remaja terinfeksi HIV-AIDS karena
teman, orang terdekat, media massa dan
memiliki nilai p Value= 1,000 >0,05
seringnya diskusi. Rendahnya
serta nilai EXP (β)sebesar1,181.
pengetahuan pada remaja disebabkan
2. Variabel psikis secara bersama-sama
kurangnya informasi yang diterima
tidak mempunyai pengaruh yang
remaja(Sarwono, 2013). Remaja lebih
signifikan terhadap perilaku seksual
banyak menerima informasi dari media
remaja terinfeksi HIV-AIDS karena
elektronik seperti televisi, via handphone
memiliki nilai p Value= 0,391> 0,05
dll. Informasi di televisi sebagian besar
serta nilai EXP (β)sebesar 2,19
informasi hanya sebatas mengenai PMS
3. Variabel pengalaman secara bersama-
dan HIV-AIDS sedangkan informasi
sama mempunyai pengaruh yang
kesehatan reproduksi dan seksual masih
signifikan terhadap perilaku seksual
jarang. Adanya anggapan bahwa
remaja terinfeksi HIV- AIDS karena
membicarakan tentang kesehatan seksual
memiliki nilai p Value= 0,036<0,05
adalah hal yang memalukan dan tabu bagi
serta nilai EXP (β)sebesar 22,584.
keluarga dan masyarakat membuat remaja
4. Variabel dorongan seksual secara
yang haus informasi berusaha sendiri
bersama-sama mempunyai pengaruh
mencari informasi. Terkadang informasi
yang signifikan terhadap perilaku
yang di dapat malah menyesatkan dan
seksual remaja penderita HIV-AIDS
setengah-setengah. Menurut Surono
karena memiliki nilai p Value= 0,003 <
(1997) pengetahuan yang setengah-
0,05 serta nilai EXP(β) sebesar 70,145
setengah justru lebih berbahaya ketimbang

Kopertis Wilayah X 75
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)

tidak tahu sama sekali, tetapi hubungan seksual. Asumsi peneliti ini
ketidaktahuan juga membahayakan. sesuai dengan hasil penelitian yang
Pengetahuan seksual yang hanya setengah- dilakukan oleh (Maryatun &
setengah tidak hanya mendorong remaja Purwaningsih, 2012)dimana terdapat
untuk mencoba-coba, tapi juga bisa hubungan yang signifikan antara
menimbulkan salah persepsi (Nursal, pengetahuan dan perilaku seksual pranikah
2008). pada remaja anak jalanan di kota surakarta
Berdasarkan hasil penelitian dapat di dapatkan bahwa remaja anak jalanan
diketahui tidak ada hubungan pengetahuan yang mempunyai pengetahuan rendah
dengan perilaku seksual berisiko pada mempunyai peluang sebesar 4 kali lebih
remaja dimana dari hasil uji statistik secara besar melakukan perilaku seksual.
bivariat didapatkan P value 1,00 yang
artinya P > 0,05 tidak ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan
perilaku seksual berisiko pada remaja di 5.2.2 Pengaruh Psikis dengan Perilaku
Yayasan Sebaya Lancang Kuning Seksual Remaja
sehingga pada saat uji statistik tidak bisa Masa remaja merupakan masa
dilakukan uji multivariat sehingga tidak perubahan kejiwaan terjadi lebih lambat
ditemukan bahwa pengetahuan dari fisik dan labil meliputi perubahan 1)
mempengaruhi terjadinya perilaku seksual emosi: sensitif (mudah menangis, tertawa,
berisiko pada remaja. cemas dan frustasi), mudah bereaksi
Menurut asumsi peneliti tidak terhadap rangsangan luar, agresif sehingga
berpengaruhnya pengetahuan terhadap mudah berkelahi. 2) perkembangan
perilaku seksual berisiko penderita HIV intelegensia: mampu berpikir abstrak dan
AIDS disebabkan penelitian ini dilakukan senang memberi kritik, ingin mengatahui
setelah remaja terinfeksi HIV AIDS hal-hal baru sehingga muncul perilaku
sehingga didapatkan mayoritas ingin mencoba hal baru. Perilaku ingin
pengetahuannya baik yaitu 89 orang mencoba pada remaja ini sangat penting
(93,7%). Peneliti berasumsi pada saat dalam kesehatan reproduksi (Irianto,
remaja sebelum terinfeksi remaja tersebut 2015).
memiliki pengetahuan yang kurang Remaja merupakan masa transisi
mengenai perilaku seksual berisiko dari masa anak ke masa dewasa. Jiwa
sehingga mereka melakukan seksual remaja merupakan jiwa yang penuh
berisiko. Namun setelah mereka terinfeksi gejolak (strum and drang) dan lingkungan
mereka di rangkul oleh yayasan sebaya sosial remaja juga ditandai dengan
lancang kuning dan diberi pengetahuan perubahan sosial cepat yang
tentang perilaku seksual berisiko sesuai mengakibatkan kesimpang siuran norma.
dengan peran dari yayasan sebaya lancang Kondisi internal dan eksternal yang sama-
kuninga yaitu memberikan konseling dan sama bergejolak inilah yang menyebabkan
pelayanan kesehatan. Asumsi peneliti ini masa remaja lebih rawan dari pada tahap-
diperkuat dengan hasil data univariat yang tahap lain dari perkembangan jiwa
menunjukkan pengalaman remaja manusia. Pada masa remaja sering terjadi
mendapatkan edukasi seks sebelum gangguan kejiwaaan yang salah satunya
terinfeksi hanya sebanyak 40 orang . adalah tidak dapat mengidentifikasi peran
Selain itu peneliti juga berasumsi bahwa seksualnya sendiri atau kurang mempunyai
pengetahuan merupakan hal yang dapat citra seksual tentang dirinya sendiri
mencegah remaja untuk melakukan (Sarwono, 2013).
hubungan seksual berisiko karena dengan Kurangnya kemampuan remaja
pengetahuan yang baik maka remaja akan dalam mengidentifikasi peran seksualnya
lebih berhati hati dalam melakukan akan menyebabkan remaja mengalami

Kopertis Wilayah X 76
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)

permasalahan dalam perilaku seksualnya. perilaku seksual berisiko pada remaja di


Perilaku seksual merupakan segala tingkah Yayasan Sebaya Lancang Kuning tetapi
laku yang didorong oleh hasrat seksual pada saat uji statistik yang dilakukan
baik dengan lawan jenis maupun sesama secara multivariat tidak ditemukan bahwa
jenis. Bentuk bentuk tingkah laku ini psikis mempengaruhi terjadinya perilaku
bermacam-macam mulai dari perasaan seksual berisiko pada remaja
tertarik sampai tingkah laku berkencan, Menurut asumsi peneliti faktor
bercumbu dan bersenggama. Objek psikis mempunyai hubungan yang erat
seksualnya bisa orang lain, orang dalam untuk terjadinya perilaku seksual berisiko
khayalan atau diri sendiri. Sebagian dari akan tetapi faktor ini bukanlah faktor yang
tingkah laku itu memang tidak berdampak berpengaruh langsung, faktor psikis
apa-apa, terutama jika tidak ada akibat hanyalah sebagai faktor pencegah. Peneliti
fisik atau sosial yang dapat berasumsi apa bila psikis seorang remaja
ditimbulkannya. Tetapi, pada sebagian baik atau tidak terganggu maka remaja
perilaku seksual yang lain dampaknya bisa tersebut akan dapat mengendalikan dirinya
cukup serius seperti perasaan bersalah, untuk melakukan perilaku seksual
depresi, marah dll(Sarwono, 2013). berisiko. Pendapat peneliti ini juga
Untuk menghindari perilaku didukung oleh penelitian yang dilakukan
seksual berisiko seorang remaja oleh (Safitri & Uyun, 2007)dimana hasil
diharapkan mampu mengontrol dan penelitiannya didapatkan bahwa terdapat
mengarahkan emosinya dengan baik dan hubungan yang negatif yang sangat
cepat sehingga dapat mengontrol dirinya signifikan antara kontrol diri dengan
melakukan perilaku seksual berisiko. perilaku seksual pada remaja(r = -0,353, p
Kemampuan remaja untuk mengontrol < 0,01). Hasil tersebut memperlihatkan
emosi ini harus diikuti dengan kematangan bahwa siswa yang memiliki kontrol diri
emosi dari remaja tersebut. Remaja yang yang tinggi perilaku seksualnya rendah.
mampu mengontrol emosi biasanya akan Dengan demikian hipotesis yang diajukan
lebih sedikit melakukan perilaku dalam penelitian yakni ada hubungan
menyimpang seperti melakukan tindakan negatif antara kontrol diri dengan perilaku
perilaku seksual berisiko. seksual pada remaja dapat diterima
Berdasarkan penelitian yang kebenarannya
dilakukan oleh(Widowati, 2009)
menunjukkan bahwa ada hubungan negatif 5.2.3 Pengaruh Pengalaman dengan
antara kematangan emosi dengan perilaku Perilaku Seksual Berisiko
seksual pranikah pada remaja. Berdasarkan hasil penelitian yang
Hasil penelitian itu juga telah dilakukan didapatkan uji statistik
menunjukkan bahwa didalam melakukan antara pengalaman dengan seksual
hubungan seksual pranikah berhubungan berisiko diperoleh hasil bahwa P value =
erat dengan kematangan emosi remaja. 0,000<∝ = 0,05 yang berarti terdapat
Kematangan emosi ini berhubungan hubungan yang signifikan antara
dengan psikis remaja saat melakukan pengalaman dengan perilaku seksual
hubungan seksual pranikah. Hasil remaja terinfeksi HIV-AIDS. Hasil
penelitian ini juga didukung oleh hasil analisis multivariat dengan uji regresi
yang didapatkan dimana dari hasil logistik diperoleh hasil bahwa variabel
penelitian didapatkan bahwa ada hubungan pengalaman berpengaruh terhadap
psikis dengan perilaku seksual berisiko perilaku seksual remaja terinfeksi HIV-
pada remaja dimana dari hasil uji statistik AIDS dimana p value = 0,036<0,05
secara bivariat didapatkan p value 0,00 dengan nilai EXP (β)sebesar 22,584
yang artinya P < 0,05 ada hubungan yang Pengalaman seksual remaja
signifikan antara pengetahuan dengan merupakan hal-hal yang pernah dialami,

Kopertis Wilayah X 77
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)

dijalani, ditanggung dan sebagainya yang melakukan hubungan seksual secara


berhubungan dengan seks dan fungsi bergonta ganti pasangan tanpa
seksual remaja tersebut. Pengalaman memperhatikan kesakralan dari sebuah
seksual pada remaja tidak selamanya baik pernikahan. Peneliti berasumsi
terkadang pengalaman ada juga yang pengalaman yang sangat berpengaruh
buruk seperti halnya perilaku seksual untuk mendorong remaja terinfeksi HIV-
pranikah. AIDS di Yayasan Sebaya Lancang
Dampak dari seksual pranikah ini Kuninng melakukan seksual berisiko
terbagi atas dua yaitu aspek sosial- dalam penelitian ini adalah pengalaman
psikologis dan aspek medis. Berdasarkan yang berhubungan dengan rasa sakit hati
aspek sosial-psikologis melakukan atau kecewa yang dirasakan terhadap
hubungan seksual pranikah akan pasangan sebelumnya. Rasa kecewa inilah
menyebabkan remaja perasaan dan yang mengakibatkan remaja melakukan
kecemasan tertentu, sehingga bisa hubungan seksual secara berganti ganti
mempengaruhi kondisi dan kualitas pasangan sebagai bentuk pelampiasan diri
sumber daya manusia (remaja) yang akan terhadap hal hal yang dialaminya yang
datang. Dinilai Aspek medis meliputi berhubungan dengan seksual
kehamilan yang tidak diinginkan di usia Menurut (Irianto, 2015)faktor
muda, aborsi, meningkatnya risiko terkena pelampiasan diri tidak hanya datang dari
kanker rahim, dan terjangkit penyakit diri sendiri tetapi bisa disebabkan oleh
menular seksual yang salah satunya adalah orang lain, misalnya karena terlanjur
HIV-AIDS (Irianto, 2015). berbuat seks pranikah, maka seorang
Menurut Times Of India (2015), remaja khususnya wanita berpendapat
ketika si anak yang telah mendapat bahwa tidak ada lagi yang bisa
pengalaman seksual yang buruk di usia dibanggakan dalam dirinya, maka dalam
remaja, maka anak tersebut mengalami pikirannya tersebut ia akan merasa putus
trauma berkepanjangan dan ketika remaja asa dan mencari pelampiasan yang akan
akhirnya memutuskan untuk menikah, ada menjerumuskannya kedalam pergaulan
ketakutan untuk berhubungan seksual bebas yang mengarah ke perilaku seksual
dengan pasangannya. Menurut Sugiyanto berisiko.
(2013) menyatakan bahwa individu yang
pada masa anak‐anak mengalami 5.2.4 Pengaruh Dorongan Seksual
pengalaman buruk akan muda terjebak ke dengan Perilaku Seksual Berisiko
dalam aktivitas seks pada usia yang amat Berdasarkan hasil penelitian
muda dan memiliki kencenderungan untuk didapatkan bahwa terdapat hubungan yang
memiliki pasangan seksual yang berganti‐ signifikan antara dorongan seksual dengan
ganti. Pengalaman seksualitas yang terlalu perilaku seksual remaja penderita HIV-
dini sering memberi akibat di masa AIDS dimana berdasarkan hasil uji
dewasa. Seseorang yang sering melakukan statistik antara dorongan seksual dengan
hubungan seks pranikah tidak jarang akan perilaku seksual diperoleh hasil P value =
merasakan bahwa hubungan seks bukan 0,000>∝ = 0,05. Berdasarkan hasil uji
merupakan sesuatu yang sakral lagi statistik multivariat didapatkan bahwa
sehingga ia tidak akan dapat menikmati dorongan seksual berpengaruh terhadap
lagi hubungan seksual sebagai hubungan perilaku seksual remaja terinfeksi HIV-
yang suci melainkan akan merasakan AIDS dimana sig.
hubungan seks hanya sebagai alat untuk Perilaku seksual menurut
memuaskan nafsunya saja. (Suherman, 2013)merupakan segala
Sesuai dengan pernyataan diatas, bentuk perilaku yang didorong oleh hasrat
peneliti berasumsi bahwasanya memang seksual, baik dengan lawan jenis maupun
pengalaman akan mendorong remaja untuk dengan sesama jenis. Bentuk perilaku

Kopertis Wilayah X 78
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)

seksual, mulai dari bergandengan tangan pada usia dibawah 15 tahun. Pada masa ini
(memegang lengan pasangan), berpelukan remaja belum memiliki life skillyang
(seperti merengkuh bahu, merengkuh cukup sehingga mereka berisiko memiliki
pinggang), bercumbu (seperti cium pipi, perilaku berpacaran yang tidak sehat, salah
cium kening, cium bibir), meraba bagian satunya seks pranikah. Perilaku seks ini
tubuh yang sensitif, menggesek-gesekkan berisiko menyebabkan kehamilan diluar
alat kelamin sampai dengan memasukkan nikah, aborsi dan pernikahan remaja yang
alat kelamin. Perilaku seksual pranikah akan berdampak negatif terhadap masa
pada remaja akan muncul ketika remaja depan remaja, anak yang dikandung dan
mampu mengkondisikan situasi untuk juga keluarga. Lebih lanjut, perilaku seks
merealisasikan dorongan emosional dan pada remaja biasanya dilakukan dalam
pemikirannya tentang perilaku seksualnya rangka “coba-coba”, sehingga banyak
atau sikap terhadap perilaku remaja yang melakukan aktivitas seks
seksualnya(Sarwono, 2013). berisiko yang dapat menimbulkan penyakit
Dorongan seksual (motif seks) seksual menular dan HIV/AIDS(Psikolog,
bertujuan ntuk mengembangkan jenis 2017).
keturunan mahkluk manusia. Pada masa Sesuai pernyataan diatas dan hasil
remaja dorongan seks ini tampak lebih penelitian yang peneliti peroleh peneliti
menonjol sehingga akan mempengaruhi berasumsi bahwasanya pada awalnya
tingkah laku remaja tersebut. Dorongan remaja yang terinfeksi HIV-AIDS
seksual ini berdampak pada masalah melakukan seksual terdorong oleh rasa
seksual yang menjurus kepada perilaku cinta dan percaya kepada pasangannya
seksual negatif seperti menggandrungi melalui pacaran. Awalnya mereka percaya
pornografi, melakukan perbuatan bahwasanya pasangannya akan menjaga
perbuatan asusila yang tidak baik seperti kepercayaan tersebut, namun dengan
mendatangi tempat-tempat maksiat berjalannya waktu ternyata kenyataan
berhubungan dengan pelacur. Perbuatan tidak seperti yang diharapkan, karena dari
ini dapat membahayakan remaja itu sendiri pengalaman dapat dilihat bahwasanya
karena dapat tertular penyakit HIV- mereka sebagian besar merasa kecewa
AIDS(Willis, 2012). dengan pasangannya sehingga mereka
Perilaku seksual idealnya bisa melampiaskannya dengan melakukan
membawa ke arah positif apabila seksual berisiko. Peneliti juga berasumsi
dilakukan oleh manusia yang sudah selain dorongan rasa cinta mereka juga
menikah, namun apa bila perilaku seksual terdorong melakukan seksual berisiko
ini dilakukan oleh manusia yang belum karena mereka menyukai tontonan
menikah ini akan membawa ke arah pornografi. Tontonan ini membangkitkan
negatif. Seksual yang dilakukan sebelum hasrat mereka untuk melakukan hubungan
menikah ini disebut dengan perilaku seksual baik tontonan dalam negeri maupu
seksual pranikah. Seksual pranikah luar negeri.
merupakan segala tingkah laku yang Menurut(Suherman, 2013),
didorong oleh hasrat seksual dengan lawan menonton film film porno remaja asing
jenisnya melalui perbuatan yang tercermin yang dengan bangga atau dengan bebasnya
dalam tahap-tahap perilaku seksual dari melakukan free sex tanpa diserap dan
tahap paling ringan hingga tahap yang berfikir panjang yang akhirnya remaja
paling berat yang dilakukan sebelum tersebut mempraktekkannya sebagai upaya
pernikahan yang resmi menurut hukum untuk mendapat pengakuan, supaya dapat
maupun agama(Irianto, 2015). bergaul, membuktikan bahwa remaja
Berdasarkan survey kesehatan tersebut kuat, mampu yang selanjutnya
reproduksi remaja, lebih dari 30% remaja akan menyebabkan remaja tersebut
putra dan putri pertama kali berpacaran

Kopertis Wilayah X 79
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)

terbiasa melakukan perilaku seksual yang (2012). Dampak Pornografi


ditontonnya tersebut. Terhadap Perilaku Siswa Dan Upaya
Film porno adalah perilaku Guru Pembimbing Untuk
pencabulan atau perilaku yang tidak Mengatasinya. Konselor Jurnal
senonoh yang dipertontonkan secara Ilmiah Konseling, 1(1), 1–8.
umum atau dipertontonkan dipublik Retrieved from
dengan maksud dan tujuan untuk http://ejournal.unp.ac.id/index.php/k
merangsang secara seksual orang yang onselor%5CnDAMPAK
melihatnya, dengan ingatan dari aktivitas Imron, A. (2012). Pendidikan Kesehatan
seskual yang bersifat subjektif dan Reproduksi Remaja. Yogyakarta: Ar
mengacu pada situasi mental dan Ruzz Media.
efektifitas seseorang(Ratnawati, 2014). Irianto, K. (2015). Kesehatan Reproduksi.
Menurut Donald, dkk (2004) Bandung: Penerbit Alfabeta.
dalam(Haryani R, Mudjiran, & Syukur, Kementrian Kesehatan RI, D. J. P. dan P.
2012), pornografi dapat mengakibatkan P. (2016). Laporan HIV AIDS TW 1
perilaku negatif seperti mendorong remaja 2013 FINAL_2.pdf. Kemenkes RI.
untuk meniru melakukan tindakan seksual. Retrieved from
Para ahli di bidang kejahatan seksual http://www.aidsindonesia.or.id/ck_u
terhadap remaja juga menyatakan bahwa ploads/files/Final Laporan HIV
aktifitas seksual pada remaja yang belum AIDS TW 1 2016.pdf
dewasa selalu dipicu oleh 2 (dua) Kuning, yayasan S. L. (2017). CAPAIAN
kemungkinan yaitu pengalaman atau DUKUNGAN ODHA SEMESTER III
melihat. pornografi atau aktivitas porno – 2017 (Januari s.d Juni).
baik dari internet, HP, VCD, komik atau Maryatun, ., & Purwaningsih, W. (2012).
media lainnya akan terdorong mereka Hubungan Pengetahuan Dan Peran
untuk meniru melakukan tindakan seksual Keluarga Dengan Perilaku Seksual
terhadap anak lain ataupun siapapun obyek Pra Nikah Pada Remaja Anak
yang bisa mereka jangkau. Jalanan Di Kota Surakarta. Gaster |
Jurnal Ilmu Kesehatan, 9(1), 22–29.
SIMPULAN Retrieved from
Berdasarkan hasil penelitian dapat http://www.jurnal.stikes-
disimpulkan bahwafaktor yang paling aisyiyah.ac.id/index.php/gaster/articl
dominan mempengaruhi perilaku seksual e/view/31
remaja adalah dorongan seksual dengan Nursal, D. G. (2008). Faktor-Faktor Yang
nilai sig 0,003<0,05 dan faktor lainnya Berhubungan Dengan Perilaku
adalah pengalaman seksual (nilai sig Seksual Murid Smu Negeri Di Kota
0,036<0,05). Padang Tahun 2007. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas,
DAFTAR PUSTAKA 2(2), 175–180. Retrieved from
Bethsaida, J. (2013). Pendidikan http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.p
Psikologi Untuk Bidan. Yogyakarta: hp/jkma/article/view/29
Rapha Publishing. Pencegahan, B. dan P. P. D. K. K. P.
Ditjen PP & PL Kemenkes RI, & (2017). EVALUASI LAYANAN HIV
Kementrian Kesehatan RI. (2014). AIDS SEMESTER I 2017.
Data Statistik HIV di Indonesia Pekanbaru.
2014. Kemenkes RI. Retrieved from Psikolog, H. (2017). Berisikokah Perilaku
http://www.depkes.go.id/resources/d Seksual Remaja - HaloPsikolog.
ownload/pusdatin/infodatin/Infodatin Retrieved from
AIDS.pdf https://www.halopsikolog.com/berisi
Haryani R, M., Mudjiran, & Syukur, Y. kokah-perilaku-seksual-remaja/418/

Kopertis Wilayah X 80
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (69-81)

Ratnawati, M. (2014). Hubungan


Kebiasaan Menonton Film Porno
dengan Perilaku Seksual Remaja di
SMK Sasrawati Salatiga Kelas X
Otomotif. Universitas Kristen Satya
Wacana. Retrieved from
http://repository.uksw.edu/bitstream/
123456789/4867/1/T1_132010066_J
udul.pdf
Safitri, E., & Uyun, Q. (2007). Hubungan
kontrol diri dengan perilaku seksual
remaja. Universitas Islam Indonesia.
Retrieved from
https://mafiadoc.com/download-
program-studi-psikologi-universitas-
islam-indonesia-
_59d9f0311723dd13f518ae05.html
Sarwono, S. W. (2013). Psikologi
Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
Suherman, S. S. (2013). Yuk Kenali Seks.
Bandung: Penerbit Yrama Widya.
Utara, U. S. (2013). Universitas Sumatera
Utara. Universitas Sumatera Utara.
http://doi.org/10.1007/s13398-014-
0173-7.2
Widowati, P. C. (2009). Hubungan antara
kematangan emosi dengan perilaku
seksual pranikah pada remaja akhir.
Universitas Sanata Dharma.
Retrieved from
https://repository.usd.ac.id/2151/2/02
9114018_Full.pdf
Willis, S. S. (2012). Remaja dan
Masalanya. Bandung: Alfabeta.
Wirawan, W. (2016). FAKTOR -
FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN
PERILAKU BERISIKO
PENYAKIT HIV/AIDS PADA
REMAJA DI SMA - N 6
KECAMATAN PADANG
SELATAN KOTA PADANG
TAHUN 2016. Universitas Andalas,
44. Retrieved from
http://scholar.unand.ac.id/11245/2/B
AB I.pdf

Kopertis Wilayah X 81

Anda mungkin juga menyukai