Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Terapi Koginitif


Sasaran : Kelompok Lansia
Tempat :
Hari/ Tanggal :
Pukul :
Lama Waktu :
Penyuluh : Kelompok 4 Komunitas II Mahasiswa Keperawatan …Universitas
Jambi Angkatan 2016

A. Tujuan Intruksional Umum(TUK)


Setelah mengikuti kegiatan terapi kognitif ini membuat peserta dapat melatih emosi,
perasaan, hati dan juga pikiran lebih focus dan terarah.

B. Tujuan Intruksional Khusus(TIK)


Setelah mengikuti terapi kognitif diharapkan :
a. Peserta mampu mengingat objek yang di berikan
b. Peserta mampu menyebutkan nama dari gambar yang di berikan
c. Peserta mampu menyebutkan di mana gambar yang di berikan hidup
d. Peserta mampu menirukan suara dari gambar yang di berikan

C. Materi
Terlampir

D. Metode Terapi Kognitif


1. Ceramah
2. Permainan

E. Media dan Alat


1. Kertas bergambar
2. Speaker
3. Microphone
F. Pengorganisasian
Ketua : Sri Tiyani
Moderator : Ria Ramadani Wansya Putri
Fasilitator :
 Hanna Pramesti
 Robbi Mediansyah
 Rina Mariani
 Rayhan Firdauzy
 Jogi Anggara
 Wahyudi Ramadhan Pane
 Martono Saputra
 Eva Dwifitria
Observer :
 Nisnaini Anggraini
 Nelvi Putri
Rincian tugas :
a. Ketua
1) Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Melakukan kontrak waktu
4) Menutup kegiatan
b. Moderator
1) Memperperkenalkan diri dan anggota kelompok
2) Menjelaskan tentang mekanisme terapi aktifitas kelompok
3) Menjelaskan peraturan dari terapi aktifitas kelompok
4) Menjalankan kegiatan terapi aktifitas kelompok
c. Fasilitator
1) Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai terapi aktivitas kelompok
2) Memotivasi peserta agar berpartisipasi dalam terapi aktivitas kelompok
3) Memotivasi peserta untuk tetap semangat dalam terapi aktivitas kelompok
4) Membantu peserta menjawab pertanyaan jika peserta tidak tahu
d. Observer
1) Mengobservasi jalannya proses terapi kognitif
2) Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta selama terapi kognitif
berlangsung.
3) Memberikan penjelasan kepada tim tentang evaluasi kegiatan penyuluhan

G. Setting Tempat

Keterangan :
: Ketua : Fasilitator

: Moderator : Observer

: Peserta
H. Kegiatan Penyuluhan
No. Tahapan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Media
Masyarakat
1. Pendahuluan a. Memberi salam a. Menjawab Speaker, dan
( 5 menit ) b. Memperkenalkan diri salam mikrofon
c. Melakukan kontrak waktu b. Memperhatikan
d. Menjelaskan tentang terapi c. Memperhatikan
kognitif yang di lakukan d. Memperhatikan
e. Menjelaskan tujuan terapi e. Memperhatikan
kognitif
f. Menjelaskan peraturan terapi
kognitif yang di lakukan.
2. Terapi a. Fasil memutar lagu dan a. Mendengarkan Kertas
kognitif memberhentikan lagu b. Menjawab bergambar ,
secara random. c. Mengambil speker dan
b. Memberikan pertanyaan hadiah mikrofon
kepada peserta yang terkena d. Mendengarkan
c. Memberikan hadiah e. Menjawab
d. Fasil memutar lagu dan f. Mengambil
memberhentikan lagu hadiah
secara random
e. Memeberikan pertanyaan
kepada peserata yang
terkena
f. Memberikan hadiah
4. Penutup a. Menanyakan perasaan a. Menjawab Speaker, dan
( 5 menit) peserta perasaan mikrofon
b. Membagikan bingkisan b. Mengambil
c. Menutup terapi kognitif bingkisan
c. Meninggalkan
ruangan
I. Evaluasi Pembelajaran
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan Media dan Alat
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan yang digunakan
dalam penyuluhan yaitu :
 Microphone
 Speaker
 Kertas bergambar
b. Kontrak
Dalam kegiatan terapi kognitif telah dilakukan kontrak mengenai waktu, tempat
pada tanggal 8 November 2018.
2. Evaluasi Proses
Peserta kegiatan terapi kognitif mampu mengikuti jalannya kegiatan dengan baik
dan penuh antusias. Selama kegiatan terapi kognitif berlangsung, peserta aktif
mengikuti kegiatan. Mahasiswa melakukan komunikasi dua arah untuk saling
mengenal dan menjelaskan tujuan kedatangan mahasiswa ke panti, sehingga peserta
tidak meninggalkan tempat diadakannya kegiatan saat acara berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
Peserta kegiatan mampu menyatakan perasaannya setelah mengikuti kegiatan terapi
kognitif.
MATERI TERAPI KOGNITIF PADA LANSIA

1. Pengertian Terapi
Terapi kognitif merupakan terapi jangka pendek, terstruktur, berorientasi, terhadap
masalah saat ini, dan bersifat terapi individu. Terapi kognitif akan lebih bermanfaat jika
digabung dengan pendekatan perilaku. Kemudian terapi ini disatukan dan di kenal
dengan terapi perilaku kognitif. Terapi ini memerlukan individu sebagai agen yang
berfikir aktif dan berinteraksi dengan dunianya. Tugas perawat adalah secara aktif dan
langsung membantu klien mempertimbangkan kembali stressor dan mengidentifikasi
pola pemikiran atau keyakinan yang tidak akurat untuk mengatasi masalah klien dari
perspektif kognitif.

2. Tujuan Terapi
Tujuan pelaksanaan terapi kognitif pada lansia ialah :
a. Membantu klien dalam mengidentifikasi, menganalisis dan menentang keakuratan
kognisi negative klien.
b. Menjadikan atau melibatkan klien subjek terhadap realitas
c. Memodifikasi proses pemikiran yang salah dengan membantu klien mengubah cara
berfikir atau mengembangkan pola pikir yang rasional
d. Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal asumsi yang maladaptive
pikiran yang mengganggu secara otomatis, serta proses pikiran tidak logis yang
dibesar-besarkan. Berfokus pada ikiran individu yang menentukan sifat
fungsionalnya (Videbeck, 2008)
e. Menghilangkan sindrom depresi dan mencegah kekambuhan dengan mengubah cara
berfikir maladaptive dan otomatis. Klien harus menyadari kesalahan cara
berfikirnya. Kemudian klien harus belajar cara merespon kesalahan tersebut dengan
cara yang lebih adaptif. Dengan presfektif kognitif, klien dilatih untuk mengenal dan
menghilangkan pikiran-pikiran dan harapan-harapan negative. Cara lain adalah
dengan membantu klien mengidentifikasi kondisi negative, mencarikan alternative,
membuat skema, yang sudah ada menjadi fleksibel, dan mencari kognisi perilaku
yang baru dan lebih adaptif.
f. Membantu menargetkan proses berfikir serta perilaku yang menyebabkan dan
mempertahankan panik dan kecemasan. Dilakukan dengan cara penyuluhan klien,
restrukturisasi kognitif, pernafasan relaksasi terkendali, umpan balik biologi,
mempertanyakan bukti, memeriksa alternative, dan reframing
g. Menempatkan individu pada situasi yang biasanya memicu perilaku gangguan
obsessive kompulsif dan selanjutnya mencegah responnya. Misalnya dengan cara
pelimpahan atau pencegahan respon, mengidentifikasi, dan merestrukturisasi distorsi
kognitif melalui psikoedukasi
h. Membantu individu mempelajari respon relaksasi, membentuk hierarki situasi fobia,
dan kemudian secara bertahap dihadapkan pada situasinya sambil tetap
mempertahankan respon relaksasi misalnya dengan cara desensitisasi sistematis.
Restrukturisasi kognitif bertujuan untuk mengubah presepsi klien terhadap situasi
yang ditakutinya
i. Membantu individu memandang dirinya sebagai orang yang berhasil bertahan hidup
dan bukan sebagai korban, misalnya dengan cara restrukturisasi kognitif
j. Membantu mengurangi gejala klien dengan restrukturisasi system keyakinan yang
salah
k. Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan latihan praktik untuk
meningkatkan aktifitas sosialnya
l. Membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan-pesan internal.

3. Indikasi Terapi
Terapi kognitif efektif untuk sejumlah kondisi psikiatri yang lazim, terutama:
a. Depresi (ringan sampai sedang)
b. Gangguan panik dan gangguan cemas menyeluruh atau kecemasan
c. Individu yang mengalami stress emosional
d. Gangguan obsesif kompulsif (obsessive compulsive disorder) yang sering terjadi
pada orang dewasa dan memiliki respon terhadap terapi perilaku dan antidepresan
jarang terjadi pada awal masa anak-anak, meskipun kompulsi terisolasi sering terjadi
e. Gangguan fobia (misalnya agoraphobia, fobia sosial, fobia spesifik)
f. Gangguan stress pasca trauma (post traumatic stress disorder)
g. Gangguan makan
h. Gangguan mood
i. Gangguan psikoseksual
j. Mengurangi kemungkinan kekambuhan berikutnya.
4. Teknik Pelaksanaan Terapi
Teknik yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan terapi diantaranya :
a. Mendukung klien untuk mengidentifikasi kognisi atau area berpikir dan keyakinan
yang menyebabkannnya khawatir
b. Mengguanakan teknik pertanyaan Socratic yaitu meminta klien untuk
menggambarkan, menjelaskan, dan menegaskan pikiran negative yang
merendahkan dirinya. Dengan demikian klien mulai melihat bahwa asumsi
tersebut tidak logis dan tidak rasional
c. Mengidentifikasi interpretasi yang lebih realistis mengenai diri sendiri, nilai diri
dan dunia. Dengan demikian klien membentuk nilai dan keyakinan baru dan
distress emosional menjadi hilang.

5. Fase Terapi
Terapi kognitif dipraktekkan diluar sesi terapi dan menjadi modal utama dalam
mengubah gejala. Terapi berlangsung lebih kurang 12-16 sesi yang terdiri atas 3 fase:
a. Fase awal (sesi 1-4)
1) Membentuk hubungan terapeutik dengan klien
2) Mengajarkan klien tentang bentuk kognitif yang salah serta pengaruhnya
terhadap emosi dan fisik
3) Menentukan tujuan terapi
4) Mengajarkan klien untuk mengevaluasi pikiran-pikiran yang otomatis.
b. Fase pertengahan (sesi 5-12)
1) Mengubah secara berangsur-angsur kepercayaan yang salah
2) Membantu klien mengenal akar kepercayaan diri. Klien diminta
mempraktekkan keterampilan berespon terhadap hal-hal yang menimbulkan
depresi dan memodifikasinya.
c. Fase akhir (sesi 13-16)
1) Menyiapkan klien untuk terminasi dan memprediksi situasi beresiko tinggi yang
relevan untuk terjadinya kekambuhan.
2) Mengonsolidasikan pembelajaran melalui tugas-tugas terapi sendiri.

6. Strategi Pendekatan
Strategi pendekatan terapi kognitif, antara lain :
a. Menghilangkan pikiran otomatis
b. Menguji pikiran otomatis
c. Mengidentifikasi asumsi maladaktif
d. Menguji validitas asumsi maladaktif

Anda mungkin juga menyukai