Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOMPK KE 2

MATA KULIAH : TATA kELOLA PERUSAHAAN


ANGGOTA :
1. Jamal (1510112049)
2. Fadel Muhamad Fadillah (1510112058)
3. Alfian Suradiansyah (1510112064)

1. Sebut dan jelaskan Komite dibawah Dekom menurut:


a) Peraturan Mentri Negara BUMN
1) Komite Audit bertugas :
 Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilakukan oleh
Satuan Pengawasan Intern maupun Auditor Eksternal sehingga dapat
dicegah pelaksanaan dan pelaporan yang tidak memenuhi standar;
 Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem
pengendalian manajemen perusahaan serta pelaksanaannya;
 Memastikan bahwa telah terdapat prosedur review yang memuaskan
terhadap informasi yang dikeluarkan BUMN, termasuk brosur, laporan
keuangan berkala, proyeksi/forecast dan lain-lain informasi keuangan
yang disampaikan kepada pemegang saham;
 Mengindentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian
Komisaris/Dewan Pengawas;
 Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Komisaris/Dewan
Pengawas sepanjang masih dalam lingkup tugas dan kewajiban
Komisaris/Dewan Pengawas berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

2) Komite Lainnya, terdiri dari namun tidak terbatas pada Komite Pemantau
Manajemen Risiko, Komite Nominasi dan Remunerasi, dan Komite
Pengembangan Usaha.

b) Peraturan BI
1) Komite Audit paling kurang terdiri dari 1 (satu) orang Komisaris
Independen yang merangkap sebagai Ketua, 1 (satu) orang Pihak
Independen yang memiliki keahlian di bidang keuangan atau akuntansi,
dan 1 (satu) orang Pihak Independen yang memiliki keahlian di bidang
hukum atau perbankan.
2) Komite Pemantau Risiko paling kurang terdiri dari 1 (satu) orang
Komisaris Independen yang merangkap sebagai Ketua, 1 (satu) orang
Pihak Independen yang memiliki keahlian di bidang keuangan, dan 1
(satu) orang Pihak Independen yang memiliki keahlian di bidang
manajemen risiko.
3) Keanggotaan Komite Remunerasi dan Nominasi paling kurang terdiri dari
1 (satu) orang Komisaris Independen merangkap sebagai Ketua, 1 (satu)
orang Komisaris, dan 1 (satu) orang Pejabat Eksekutif yang
membawahkan sumber daya manusia atau 1 (satu) orang perwakilan
pegawai.

c) UU PT No. 40 Tahun 2007


1) Komite Audit memiliki tugas dan tanggung jawabpaling sedikit meliputi :
 Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan
Emiten atau Perusahaan Publik kepada publik dan/atau pihak otoritas
antara lain laporan keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya terkait
dengan informasi keuangan Emiten atau Perusahaan Publik;
 melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berhubungan dengan kegiatan Emiten atau Perusahaan
Publik
 memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan
pendapat antara manajemen dan Akuntan atas jasa yang diberikannya;
 memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai
penunjukan Akuntan yang didasarkan pada independensi, ruang
lingkup penugasan, dan imbalan jasa;
 melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor
internal dan mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas
temuan auditor internal;
 melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan manajemen
risiko yang dilakukan oleh Direksi, jika Emiten atau Perusahaan Publik
tidak memiliki fungsi pemantau risiko di bawah Dewan Komisaris;
 menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan
pelaporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik;
 menelaah dan memberikan saran kepada Dewan Komisaris terkait
dengan adanya potensi benturan kepentingan Emiten atau Perusahaan
Publik; dan
 menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi Emiten atau
Perusahaan Publik.

2. Peran dan Tanggungjawab dari sekertaris perusahaan?


 Mewakili direksi dalam hubungannya dengan lembaga/institusi baik pemerintah
maupun swasta
 Memantau kepatuhan perusahaan terhadap ketentuan peraturan perundang-
perundangan yang berlaku di bidang Pasar Modal dan Bursa Efek
 Mendukung penerapan dan pelaksanaan Good Corporate Governance di
Perusahaan
 Mengelola dan mengembangkan citra positif perusahaan melalu pengembangan
hubungan internal dan eksternal melalui kegiatan kehumasan
 Mengelola penyelenggaraan perusahaan oleh Direksi dan Dewan Komisaris agar
sesuai dengan anggaran dasar Perusahaan dan peraturan lainnya, diantaranya
penyelenggaraan aksi korporasi
 Memonitor berbagai kegiatan kesekretariatan korporasi dan protokoler,
korespondensi dan kerumahtanggaan yang terkait dengan Direksi dan Dewan
Komisaris
 Menjalin komunikasi dan hubungan kerja yang baik dengan pihak internal,
eksternal dan mitra kerja
 Mengkoordinasikan kegiatan yang berkaitan dengan penerimaan dan
penyampaian informasi korporasi serta pelaksanaan rapat Direksi dan Dewan
Komisaris
 Memberikan pelayanan kepada para pemangku kepentingan atas setiap informasi
yang dibutuhkan yang berkaitan dengan kondisi perusahaan
 Sebagai penghubung antara perusahaan dengan Otoritas Jasa Keuangan, Bursa
Efek Indonesia, otoritas pasar modal lainnya, dan masyarakat.

3. Jelaskan mengenai Komisaris Independen menurut:


a. Peratutan BEI tgl 1 Juli 2000 mengenai kriteria komisaris independen.
1) Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Pemegang Saham Pengendali
Perusahaan Tercatat yang bersangkutan;
2) Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan direktur dan/atau komisaris
lainnya Perusahaan Tercatat yang bersangkutan;
3) Tidak bekerja rangkap sebagai direktur di perusahaan lainnya yang
terafiliasi dengan Perusahaan Tercatat yang bersangkutan;
4) Memahami peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal

b. Peraturan Bapepam LK No.IX.1.5 mengenai keberadaan Komisaris


Independen.
Sebagaimana disebutkan didalam nomor 1 yakni dibagian ketentuan umum
poin b,keberadaannya ialah wajib. "Emiten atau Perusahaan Publik wajib
memiliki Komite Audit." (Bapepam LK No.IX.1.5 , nomor 1 poin b)

4. Jelaskan Prinsip Perlakuan yang setara untuk Pemegang Saham menurut :


A. OECD
Berdasarkan prinsip OECD ke-3, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan. Dalam
menjamin kesamaan hak untuk saham dengan kelas yang sama, yaitu:
a) Pada seri kelas yang sama, seluruh saham harus memiliki hak yang sama;
b) Semua investor harus dapat memperoleh informasi tentang hak masing-
masing seri dan kelas saham sebelum melakukan pembelian saham ;dan
c) Setiap perubahan pada hak suara harus mendapatkan persetujuan terlebih
dahulu dari pemegang saham yang memperoleh dampak negatif dari
perubahan hak suara tersebut.
B. UU PT
Berdasarkan UU RI No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) dan
peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK),
yaitu sebagai berikut (World Bank, 2010):
UU PT Pasal 53 ayat (2) menyatakan setiap saham dalam klasifikasi yang sama
memberikan kepada pemegangnya hak yang sama. Pasal ini merupakan dasar
hukum perlakuan yang sama pada kelompok saham yang sama.

C. Peraturan Bapepam LK
Peraturan Bapepam-L KVIII.C.7 mewajibkan perusahaan mengungkapkan jenis
saham dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CALK). Ketentuan ini
memungkinkan calon investor mengetahui jenis dan karakteristik saham
perusahaan sebelum melakukan pembelian saham.

D. KNKG
Pedoman umum GCG Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG) juga mengatur beberapa hal terkait Pemegang
Saham yang dinyatakan sebagai berikut:
a) Pedoman Pelaksanaan 1.1.a, tentang prinsip one-share-one-vote, merupakan
wujud perlakuan yang sama kepada seluruh kelompok pemegang saham
yang memiliki hak suara.
b) Pedoman Pelaksanaan 1.1.e, tentang hak pemegang saham dalam hal
terdapat lebih dari satu jenis dan klasifikasi saham dalam perusahaan.
Pemegang saham berhak:
• Mengeluarkan suara sesuai dengan jenis, klasifikasi dan jumlah saham
yang dimiliki; dan
• Setiap pemegang saham berhak untuk diperlakukan setara berdasarkan
jenis dan klasifikasi saham yang dimilikinya.

5. Jelaskan mengenai transaksi pihak berelasi yang berpotensi Abusive ?

Salah satu yang mengandung potensi tindakan yang bersifat abusive dari suatu
kelompok pemegang saham-saham tertentu (yaitu pemegang saham pengendali) kepada
kelompok pemegang saham lainnya (yaitu pemegang saham non-pengendali) adalah
transaksi pihak berelasi/mengandung benturan kepentingan.

Transaksi antar pihak berelasi/mengandung benturan kepentingan dapat mencakup


transaksi yang bersifat operasional dan rutin, seperti transaksi penjualam dan pembelian
barang dan jasa, serta dapat berupa transaksi strategis seperti pendanaan, investasi,
merger, dan lainnya. Transaksi antar pihak berelasi dapat dilakukan dengan tujuan
efisiensi, misalnya seperti penghematan biaya penjualan dan pemasaran, menjaga
kemandirian ketersediaan dan kualitas bahan baku, dan lainnya. Namun demikian,
transaksi berelasi/mengandung benturan kepentingan juga berpotensi menjadi abusive
terhadap pihak tertentu. Transaksi abusive tersebut terjadi ketika manajemen dan/atau
pemegang saham pengendali dapat mengarahkan transaksi yang hanya menguntungkan
perusahaan yang dikendalikannya dan menyebabkan kerugian di perusahaan tersebut.

Menurut prinsip OECD ke-3, sub-prinsip A.2, terdapat beberapa upaya yang dapat
dilakukan untuk menangani transaksi pihak berelasi yang berpotensi abusive, yaitu
sebagai berikut:

• Memberlakukan regulasi yang mewajibkan pengungkapan transaksi pihak berelasi


/mengandung benturan kepentingan yang dilakukan perusahaan.
• Memberlakukan regulasi yang menegaskan peran Dewan Komisaris dalam melakukan
pengawasan terhadap transaksi pihak herelasi/mengandung benturan kepentingan
sebagai wujud tanggung jawab anggota Dewan Komisaris kepada perusahaan dan
seluruh pemegang saham.
• Memberlakukan regulasi yang mengatur bahwa transaksi yang dilakukan untuk
kepentingan kelompok usaha tertentu harus dikompensasikan dengan penerimaan
manfaat sepadan dari kelompok usaha lainnya.
6. Jelaskan menurut UUPM Pasal 95 mengenai insider trading?

Perdangan saham yang dilakukan dengan menggunakan informasi dari "orang


dalam", dapat dilakukan oleh "orang dalam" (insider) atau pihak yang menerima,
mendapatkan serta mendengar informasi tersebut. Yang dimaksud dengan “orang
dalam” dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) pasal
95 ini adalah :
a. komisaris, direktur, atau pegawai Emiten atau Perusahaan Publik;
b. pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik;
c. orang perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau karena
hubungan usahanya dengan Emiten atau Perusahaan Publik memungkinkan
orang tersebut memperoleh informasi orang dalam; atau
d. Pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak lagi menjadi Pihak
dimaksud dalam huruf a, huruf b, maupun huruf c.

Jadi dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM)
pasal 95 melarang bagi orang dalam yaitu komisaris, direktur, atau pegawai Emiten
atau Perusahaan Publik untuk melakukan pembelian atau penjualan atas Efek Emiten
atau Perusahaan Publik yang bersangkutan didasarkan atas pertimbangan bahwa
kedudukan orang dalam seharusnya mendahulukan kepentingan Emiten, Perusahaan
Publik, atau pemegang saham secara keseluruhan termasuk di dalamnya untuk tidak
menggunakan informasi orang dalam untuk kepentingan diri sendiri atau Pihak lain.

Selain itu juga, orang dalam dari suatu Emiten atau Perusahaan Publik yaitu
para pemegang saham utama yang melakukan transaksi dengan perusahaan lain juga
dikenakan larangan untuk melakukan transaksi atas Efek dari perusahaan lain
tersebut, meskipun yang bersangkutan bukan orang dalam dari perusahaan lain
tersebut. Hal ini karena informasi mengenai perusahaan lain tersebut lazimnya
diperoleh karena kedudukannya pada Emiten atau Perusahaan Publik yang melakukan
transaksi dengan perusahaan lain tersebut

7. Jelaskan mengenai Struktur Dewan berdasarkan model Anglosaxon dan Model


Continental European?

One-tier systems banyak dipakai di negara anglo-saxon seperti US, UK, Canada
dan Australia. Sedangkan two-tier system banyak dipakai di negara Eropa daratan
seperti Jerman, Belanda. Indonesia termasuk menganut sistem two-tier.
Dalam one-tier system, peran dewan komisaris (pengawas) dan peran dewan
direksi (pelaksana/eksekutif) dijadikan dalam satu wadah. Wadah ini disebut board of
director (BOD). Penyatuan ini membuat tidak jelasnya peran dari pengawas dan
pelaksana. Sedangkan di dalam two-tier system, peran dewan komisaris dan dewan
direksi dipisah secara jelas. Dewan komisaris akan mengawasi kerja dewan direksi.

Di dalam one-tier corporate governance system, ada empat tipe struktur board:
1. Semua direktur eksekutif adalah anggota board. Top managers adalah juga
anggota board. ini banyak ditemukan pada perusahaan kecil, perusahaan
keluarga dan start-up business.
2. Mayoritas anggota board adalah direktur eksekutif. Di struktur ini ada
direktur non-eksekutif dalam board namun jumlahnya sedikit (minoritas)
3. Mayoritas adalah direktur non-eksekutif. Sebagian besar dari direktur non-
eksekutif ini adalah direktur independen.
4. Semua non-eksekutif direktur adalah anggota board. Banyak ditemukan
dalam organisasi non-laba. Struktur ini hampir mirip dengan struktur two-
tier Eropa.

Untuk two-tier corporate governance system, struktur yang ada ialah terdiri dari
dua board:
1. Dewan pengawas (supervisory board). Ini terdiri dari direktur non-eksekutif
independent dan direktur non-eksekutif tidak independent (connected).
2. Dewan pelaksana (executive board). Ini terdiri dari semua direktur
pelaksana spt. CEO, CFO, COO, CIO (C-level management).

8. Peran akuntan profesional dalam memfasilitasi pelaksanaan Hak Pemegang Saham?

Audit laporan keuangan tahunan harus dilakukan oleh auditor independen yang
kompeten dan berkualitas, dalam rangka memberikan jaminan eksternal dan obyektif
kepada dewan dan pemegang saham bahwa laporan keuangan yang cukup mewakili
posisi keuangan dan kinerja perusahaan dalam semua hal yang material. Auditor
eksternal harus bertanggung jawab kepada pemegang saham dan berutang tugas untuk
perusahaan dalam melaksanakan pemeriksaan profesional karena dalam pelaksanaan
audit.

Anda mungkin juga menyukai