Anda di halaman 1dari 25

Sebagai Negara kepulauan sumber-sumber energi alternatif berbasis air yang berkelanjutan dan

terbarukan (energi arus laut/sungai,energi ombak, energi pasang surut permukaan laut, dan energi
perbedaan temperatur antara permukaan laut dan dasar laut (OTEC) cukup melimpah . Dari
sumber-sumber energi alternatif tersebut, yang tersedia melimpah namun belum dimanfaatkan
secara optimal adalah sumber energi yang berasal dari arus laut/sungai. Sumber ini banyak
terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia, khsususnya Indonesia bagian Timur yang memiliki
sumber arus dengan kecepatan cukup kuat. Potensi arus laut banyak ditemukan di Selat-selat
NTB, NTT, Maluku dan Papua. Sedangkan potensi arus sungai cukup banyak ditemui di
Sumatra,Kalimantan dan Papua.

Keuntungan penggunaan energi arus laut/sungai adalah selain ramah lingkungan juga energi arus
laut/sungai mempunyai densitas yang jauh lebih besar dibandingkan dengan energi angin (830
kali) sehingga dengan kapasitas yang sama, dimensi turbin arus akan jauh lebih kecil
dibandingkan turbin angin (lebih efisien).

Turbin arus Sungai

Listrik adalah sumber utama dalam kehidupan. Tanpa listrik maka aspek-aspek yang lain, seperti
aspek ekonomi,sosial, keamanan dan pendidikan tidak akan berjalan. Faktanya, masih banyak
wilayah-wilayah yang memiliki sumber kecepatan arus cukup besar tetapi wilayahnya belum
sepenuhnya terlayani oleh listrik PLN sehingga aspek-aspek seperti disebutkan di atas menjadi
tidak berjalan dengan baik. Kondisi inilah yang menyebabkan suatu Daerah menjadi terbelakang
tingkat pembangunan-nya dibanding Daerah lainya yang sudah terlayani listrik.

Pada dasanya sistem operasional turbin arus Sungai sama dengan Turbin arus laut. Perbedaan-
nya adalah arus laut bergerak dua arah (bi-direction) sedangkan arus sungai bergeak satu arah
(mono-direction). Perhitungan-perhitungan ukuran bilah turbin, radial arms,poros turbin dan
komponen lainnya mengikuti prinsip perhitungan yang sama dengan perhitungan desain turbin
arus laut.

Manfaat :

 Dapat diaplikasikan di Sungai yang memiliki kecepatan arus sekitar 2.5 m/dt. Sebagai
sumber energi listrik bagi peduduk di wilayah pedalaman (Kalimantan,Papua,Sumatra
atau Daerah Aliran Sungai (DAS) di Pulau Jawa)

 Membantu Pemerintah dalam program pengembangan dan pemanfaatan sumber energi


terbarukan untuk pembangkit listrik sehingga mampu mengurangi polusi dan kerusakan
lingkungan.

 Dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan dan wisata teknologi ( jika dipasang di
wilayah pariwisata atau sungai di perkotaan (Taman kota)

DESAIN TURBIN ARUS SUNGAI


Perhitungan Daya listrik didasarkan pada formula :

Dimana :

0.593 adalah besaran efisiensi berdasarkan ketetapan Betz (Betz law)

r adalah density air (Kg/m3)

A luasan penampang piringan turbin (m2)

V besaran kecepatan arus (m/det)

Pada Daerah yang memiliki selisih ketinggian desain turbin di Sungai dibuat dengan sistem
membuat Dam (bendungan) aliran sungai. Akibat terjadi suatu pressure head (Selisih tekanan)
antara bagian atas dan bagian bawah maka aliran yang dibendung tadi kemudian dialirkan
menuju rotor turbin dengan kecepatan aliran yang lebih besar sehingga akan memutar rotor
turbin, seperti gambar di bawah ini :

Gambar.1 tipikal Turbin arus sungai sistem


bendungan (dam)

Konstruksi ini memerlukan biaya yang sangat mahal dan tidak sesuai dengan sungai yang
memiliki permukaan datar.

Desain ini berbeda untuk desain turbin untuk aliran sungai datar seperti yang pada umumnya
terdapat di sejumlah sungai-sungai besar di Sumatra,Kalimantan atau Papua. Tidak diperlukan
bendungan (Dam) untuk menahan tekanan air, tetapi cukup dilengkapi dengan duct sebagai
pemercepat aliran.

Energi listrik dihasilkan dengan cara mengubah energi kinetik arus laut yang di alirkan ke rotor
turbin kemudian melalui generator dirubah menjadi listrik. Pada struktur turbin tanpa Duct,
energi yang dihasilkan oleh rotor relatif kecil karena penurunan tekanan aliran di daerah sekitar
rotor sangat kecil sehingga aliran juga kecil. Dengan menggunakan duct, maka arus dapat
dipercepat hampir dua kali lipat karena terjadi penurunan tekanan (Pressure drop yang cukup
besar) sehingga menyebabkan peningkatan kecepatan aliran menuju rotor . Peningkatan
kecepatan ini berpengaruh pada semakin besar-nya tenaga yang dihasilkan untuk menghasilkan
listrik, atau dengan kata lain untuk menghasilkan tenaga yang sama maka dimensi dari rotor bisa
deperkecil hampir separohnya sehingga akan menghemat biaya produksi.

Selain fungsi tersebut, beberapa keuntungan dari turbin yang menggunakan Duct adalah :

 Efisiensi turbin menjadi lebih besar sehingga dengan kebutuhan tenaga yang sama, tidak
memerlukan ukuran peralatan pendukung yang terlalu besar.

 Dapat melindungi turbin dari benda-benda di sungai yang dapat mengganggu operasional
turbin.

 Melindungi turbin dari terpaan gelombang yang dapat menyebabkan turunnya efisiensi.

 Melindungi turbin dari sinar matahari secara langsung sehingga akan menghambat
pertumbuhan binatang/tumbuhan laut yang menempel pada daun turbin.

 Pada corong duct dapat dipasang kisi-kisi untuk mencegah kotoran,atau barang-barang
lainnya masuk ke turbin.

 Aliran pada duct yang dipercepat akan mempercepat putaran turbin sehingga dapat
mengurangi ongkos pembuatan gear box.

Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan untuk mendesain bentuk duct agar menghasilkan
efisiensi operasional yang paling optimum, termasuk pengujian model duct yang pernah di
lakukan oleh UPT-BPPH, BPPT di kolam uji tarik (Towing tank ) Laboratorium
Hidrodinamika . Hasilnya adalah dengan penggunaan Duct mampu meningkatkan kecepatan
aliran disekitar rotor serta aliran menjadi lebih steady (tidak bergantung pada perubahan
kecepatan aliran di luar duct). .

Dalam paper yang ditulis oleh Ponta dan Dutt (1999),’An Improved vertical axis water current
turbine incorporating a channeling device”, telah didesain sebuah duct untuk ditempatkan di
Sungai sehingga arus sungai yang melewati daerah kerja rotor akan dipercepat. Tipe duct ini
terbuka di atasnya. Desain ini sangat cocok untuk sungai tanpa ketinggian statis (static head) atau
sungai yang mendatar tanpa riam seperti gambar di bawah ini :
Gambar.2 Turbin arus sungai desain Ponta dan
Dutt

Keuntungan dari turbin ini adalah tidak membutuhkan bendungan (dam) sehingga biaya produksi
menjadi jauh lebih murah serta tidak terlalu menghalangi lalu lintas perahu yang melewati alur
sungai tersebut.

Literatur lainnya yang ditulis oleh Kirke,B.K (2005).” Developments in ducted water current
turbines” dilaporkan hasil desain duct dari gabungan potongan foil sehingga foil tersebut
membentuk leher dan corong duct. Dari hasil penelitian terbukti mampu meningkatkan efisiensi
daya turbin.

Gambar .3 Duct hasil desain Brian Kirkie


Gambar.4 Prototipe Duct di Bengkel UPT-BPPH

Gambar.5 Rotor turbin berputar di dalam Duct

Faktor kelayakan :

Teknis

Sejak tahun 2006, UPT BPPH,BPPT telah melaksanakan penelitian pengembangan potensi arus
laut di beberapa lokasi di Seluruh wilayanh Indonesia, dimulai dari Pemetaan numerik, Desain
turbin, desain Duct (selubung), pembuatan dan uji model di Laboratorium Hidrodinamika sampai
ke skala pembuatan prototipe dimana pada awal tahun 2010 telah berhasil di uji cobakan di Selat
Flores-NTT.

Untuk teknologi turbin arus di sungai, pada dasarnya tidak ada perbedaan prinsipiil antara
desain turbin di laut dan di Sungai, bahkan teknologi turbin di sungai relatif lebih mudah. UPT-
BPPH,BPPT sedang merintis kerjasama desain dan pemasangan Turbin Arus Sungai di
Kabupaten Nunukan, Kalimantan.

Ekonomis.

Suatu kenyataan bahwa masih banyak saudara-saudara kita yang sampai dengan saat ini belum
bisa menikmati layanan listrik PLN dikarenakan keterbatasan supply bahan bakar untuk
pembangkit listrik maupun lokasi yang sulit dijangkau untuk keperluan transmisi dan distribusi
sehingga secara ekonomis PLN merasa tidak profitable (tarif listrik lebih rendah dari biaya
operasional). Instalasi turbin arus ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan di atas,
khususnya bagi Daerah-daerah yang memiliki Sungai-sungai dengan kecepatan arus cukup deras
dan layak untuk di pasang turbin arus. Biaya pembuatan dan perawatan di desain se ekonomis
mungkin sehingga penduduk setempat mampu untuk meng-operasikannya.

Disamping itu, untuk wilayah area sungai di perkotaan, pemasangan turbin arus Sungai ini
disamping dapat digunakan sebagai sarana pendidikan juga bisa dimanfaatkan sebagai sarana
wisata (taman teknologi) untuk memperkenalkan kepada warga (khususnya para pelajar ) tentang
pentingnya pemanfaatan sumber energy terbarukan yang ramah lingkungan dan tidak akan
pernah habis sampai akhir zaman.

Minggu, 16 Agustus 2015 − 09:25 WIB

.
A+ A-
Pasang surut air laut selama ini hanya dibiarkan saja. Kekuatan pasang surut mengakibatkan arus
laut memiliki energi yang luar biasa dan bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik.

Sejauh ini kendala utama pemanfaatan energi pasang surut adalah biaya pembangunan dam dan
dinding pembatas. Tapi, tantangan tersebut sudah ditangani para peneliti dari Inggris.

Mereka menciptakan turbin yang dapat digunakan pada kedalaman 30 meter di laut. Turbin
tersebut memiliki bentuk horizontal dan biayanya cukup ekonomis sehingga disebut dengan
Transverse Horizontal Axis Water Turbine (THAWT). Ada sejumlah perbedaan antara turbin
konvensional dengan turbin model baru. Model turbin THWAT dapat digunakan di perairan yang
dangkal, berkecepatan rendah, dan perairan pasang surut.

Turbin itu dikembangkan peneliti dari Universitas Oxford dan Kepler Energy. Mereka fokus
pengembangan pada konfigurasi turbin yang terbuat dari hydrofoil karbon. Itu membuat air yang
menggerakkan turbin lebih efisien. Fenomena itu disebut dengan blockage turbin dan
mendapatkan proporsi energi yang lebih besar. ”Desain baru itu mampu meningkatkan kinerja
turbin angin Darrieus yang vertikal,” kata Guy Houlsby, profesor teknik sipil dari Universitas
Oxford, dikutip Reuters.

Umumnya turbin Darrieus berbentuk paralel dalam perputarannya. ”Dengan desain ulang yang
kita lakukan, turbin memiliki bentuk yang kuat,” imbuhnya. Peter Dixon, Kepala Kepler Energy,
menyatakan bahwa turbin THAWT yang sudah dipatenkan itu merupakan produk yang paling
efisien. Turbin tersebut mampu menghasilkan energi lebih besar dibandingkan produk lainnya.
”Turbin itu mampu menghasilkan listrik dengan biaya yang lebih ekonomis,” paparnya.

Turbin berukuran satu kilometer dapat menghasilkan 30 megawatt dalam puncak performanya.
Itu sudah dipasang di Bristol Channel, Inggris. Proyek itu memakan biaya sekitar USD224 juta
dan dapat dioperasikan pada 2021. Beberapa pakar memandang turbin tersebut dapat memasok
5% kebutuhan listrik di Inggris. Ke depannya, turbin THAWT juga dapat digunakan di perairan
Indonesia.

Selain Inggris, Kanada juga menjadi negara yang terus mengembangkan potensi energi pasang
surut itu. Fundy Ocean Research Centre for Energy (FORCE) merupakan pemain utama dalam
pemanfaatan energi pasang surut di Kanada. Mereka telah mengembangkan uji coba di Bay of
Fundy, Kanada. ”Untuk mengukur kekuatan energi di Bay of Fundy, kita membangun instrumen
di bawah laut untuk mengetahui seperti apa yang terjadi di bawah perairan,” kata Tony Wright,
manajer FORCE, dikutip Hydroworld .

Adapun, instrumen yang dipasang adalah TiME (Turbulence in Marine Environments ). Alat itu
bertujuan untuk mengidentifikasi karakter air laut untuk apakah menghasilkan energi pasang
surut atau tidak. Pemasangan TiMe itu seperti survei seperti yang dilakukan di Soundof Islay dan
the Inner Sound, di Pentland Firth, Skotlandia, Inggris.

Laporan Transparency Market Research menunjukkan, pasar energi arus laut mencapai USD25
juta pada 2013. Itu diperkirakan akan meningkat 64,1% dari 2014 hingga 2020 mencapai
USD10,1 miliar. ”Generasi baru energi dari laut akan menjadi potensi terbesar bagi
pengembangan energi ramah lingkungan dan berkelanjutan,” demikian keterangan Transparency
Market Research.

Energi laut yang paling potensial adalah pasang surut dan arus laut. Keduanya akan
menghasilkan 3.712 megawatt pada 2020. Pasar terbesar energi laut adalah Eropa. Ke depannya,
Korea Selatan (Korsel) juga menjadi pasar utama. Selama ini Korsel menjadi pasar yang
bergerak paling cepat dalam energi arus laut dan pasang surut tersebut. Selain itu, Australia akan
menjadi pemimpin dalam pasar energi dengan menciptakan 25 megawatt sebelum 2020.

”Komersialisasi energi tersebut akan mendorong penciptaan infrastruktur dan penelitian,”


demikian keterangan Transparency Market Research. Seperti apa sebenarnya energi pasang
surut? Penyebab utama terjadinya arus laut bisa karena adanya pasang surut yang diakibatkan
oleh interaksi bumi, bulan, dan matahari. Selain itu, bisa juga disebabkan oleh arus geostropik
karena gaya coriolis akibat rotasi bumi serta perbedaan sanilitas, suhu, dan kepadatan.
Bagaimana dengan di Indonesia?

Umumnya arus laut disebabkan pasang surut yang menyimpan energi besar. Energi pasang surut
merupakan salah satu jenis energi terbarukan yang relatif lebih mudah diprediksi jumlahnya
dibandingkan energi angin dan energi surya. Air laut merupakan fluida dengan massa jenis yang
lebih tinggi, hingga 800 kali udara. Selain itu, sifat fenomena pasang surut yang dapat diprediksi
berdasarkan wilayah diikuti dengan pemantauan yang kontinu mampu menjaga pasokan energi
listrik dari pembangkit listrik jenis ini.

Pemanfaatan energi pasang surut dulu dikembangkan di Eropa dan pantai timur Amerika Utara
dalam bentuk turbin. Energi yang dihasilkan untuk menggiling gandum. Pada abad ke 19, energi
pasang surut digunakan untuk menghasilkan listrik. Pembangkit listrik tenaga pasang surut skala
besar pertama di dunia adalah Rance Tidal Power Station yang dibangun di Prancis dan mulai
beroperasi sejak tahun 1966.

Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut

[Type the document titl PEMBANGKIT


LISTRIK TENAGA ARUS LAUT

LATAR BELAKANG
Sebagai negara kepulauan, Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki potensi alam
yang melimpah. Tidak hanya dari potensi daratan saja, perairan Indonesia juga turut menjadi
potensi yang mampu menjadi sumber energi alternatif lainnya. Berdasarkan penelitian, perairan
Indonesia dapat diolah menjadi pengganti energi listrik tanpa menyebabkan gas rumah kaca.
Energi tersebut dapat tercipta dari elevasi pasang surut, perbedaan temperatur, arus, gelombang,
dan angin di tepi pantai Indonesia. Namun, kondisi perairan Indonesia yang sangat potensial
tersebut masih belum termanfaatkan secara menyeluruh. Hal ini dikarenakan perlunya
pengembangan lebih lanjut, dan tentu saja didukung dengan adanya teknologi dan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang mampu mengembangkan potensi tersebut.
Klasifikasi potensi lautan Indonesia pada umumnya dibedakan menjadi sumber daya
terbarukan (renewable resources) dan tidak terbarukan (non-renewable resources).
Untuk renewable resources, Indonesia memiliki potensi seperti sumber daya perikanan
(perikanan tangkap dan budidaya), mangrove, terumbu karang, padang lamun, energi gelombang,
pasang surut, angin dan suhu. Sedangkan untuk non-renewable resources, potensi lautan tersebut
tersebar dalam bentuk sumber daya minyak dan gas bumi dan berbagai jenis mineral. Selain dua
jenis sumber daya tersebut, juga terdapat berbagai macam jasa lingkungan kelautan yang dapat
dikembangkan untuk pembangunan kelautan seperti pariwisata bahari, industri maritim, jasa
angkutan, dan sebagainya.
Menurut Prof. Safwan Hadi, Ph.D (Dosen Teknik Oseanografi ITB), selain potensi diatas,
lautan Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti sumber energi listrik.
Pengembangan energi listrik tersebut berasal dari potensi elevasi pasang surut, perbedaan
temperatur, arus, gelombang, dan angin di tepi pantai Indonesia. Wilayah perairan Indonesia
memiliki arus laut yang kuat sehingga menyimpan potensi yang dapat dimanfaatkan secara
maksimal untuk membangkitkan energi listrik tersebut.
Saat ini, Indonesia berusaha untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga arus dan
gelombang. Di balik usaha tersebut, masih terdapat beberapa kendala, seperti converter yang
belum mampu menghasilkan daya yang maksimal. Selain teknologi yang belum memadai,
pengembangan ini turut memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu
mengembangkan hal tersebut. "Hingga saat ini, Indonesia telah melakukan pemetaan daerah
potensial tersebut, hanya menunggu perkembangan lebih lanjut untuk memanfaatkan potensi
tersebut," tutur Prof. Safwan Hadi, Ph.D.
Indonesia memiliki arus dan gelombang laut yang sangat potensial untuk dikembangkan.
Potensi ini tersebar diberbagai daerah. Untuk energi gelombang, bagian selatan Jawa dan bagian
barat Sumatera merupakan tempat potensi gelombangnya cukup besar untuk dikembangkan,
karena wilayahnya yang langsung menghadap ke laut lepas, yaitu Samudera Hindia. Untuk
energi dari elevasi pasang surut, daerah paling potensial terdapat di Malaka dan Digul.
Sedangkan untuk pembangkit dari potensi suhu atau lebih dikenal sebagai Ocean Thermal
Energy Conversion (OTEC), Indonesia berpotensi di daerah perairan Bali, Sulawesi hingga
perairan Papua. Hal ini terjadi karena Indonesia bagian barat memiliki lautan yang dangkal
sehingga perbedaan suhunya tidak cukup signifikan, berbeda dengan perairan di daerah timur
Indonesia yang kedalamannya cukup besar. Sementara potensi angin pesisir tersebar di daerah
selatan Jawa dan Nusa Tenggara Barat.
Sedangkan untuk potensi energi arus tersebar di daerah selat Indonesia. Menurut
Prof.Safwan Hadi, Ph.D, selat-selat tersebut berpotensi menghaslkan energi arus karena
intensitasnya yang relatif besar, serta didukung oleh ketersediaan air laut yang luas dibandingkan
negara lain. Sebut saja Selat Malaka, Laut Jawa, Selat Makassar, Selat Lombok, dan perairan
sekitar Kepulauan Lesser Sunda. Selat-selat tersebut memiliki nilai rapat daya yang cukup besar,
yaitu berkisar antara 0,06 - 64 kW per meter kubik.
Dari penelitian PL Fraenkel (J Power and Energy Vol 216 A, 2002) lokasi yang ideal
untuk instalasi pembangkit listrik tenaga arus mempunyai kecepatan arus dua arah (bidirectional)
minimum 2 meter per detik. Yang ideal adalah 2.5 m/s atau lebih. Kalau satu arah (sungai/arus
geostropik) minimum 1.2-1.5 m/s. Kedalaman tidak kurang dari 15 meter dan tidak lebih dari 40
atau 50 meter. Relatif dekat dengan pantai agar energi dapat disalurkan dengan biaya rendah.
Cukup luas sehingga dapat dipasang lebih dari satu turbin dan bukan daerah pelayaran atau
penangkapan ikan.

KONVERSI ENERGI MEKANIK MENJADI ENERGI LISTRIK BERBASIS ARUS


LAUT INDONESIA
Pengembangan teknologi ekstraksi energi arus laut lazimnya dilakukan dengan mengadopsi
prinsip teknologi energi angin yang telah lebih dulu berkembang, yaitu dengan mengubah energi
kinetik arus laut menjadi energi rotasi dan energi listrik. Daya yang dihasilkan oleh turbin arus
laut jauh lebih besar dari pada daya yang dihasilkan oleh turbin angin, karena rapat massa air laut
lebih besar dari rapat massa udara. Kapasitas daya yang dihasilkan dapat dihitung dengan
pendekatan matematis yang memformulasikan daya yang melewati suatu permukaan atau luasan,
maka rumus umum yang digunakan adalah formulasi Fraenkel (1999) yaitu:

P = 0.593 x rho x A x (V3)

Dimana :
P = daya (watt);
ρ = rapat massa air (kg/m³);
A = luas penampang (m²); dan
V = kecepatan arus (m/s)
Dalam proses konversi energi Kinetik menjadi energi listrik pada sistem pembangkit
listrik tenaga air laut, terdapat beberapa teknologi yang saat ini sudah di terapkan, antara lain :
1. Sea Flow

Teknologi Sea Flow merupakan teknologi turbin yang dibuat oleh Marine Current Turbine atau
MCT, merupakan salah satu jenis turbin tipe vertical, bekerja seperti pembangkit listrik tenaga
angin yang dibenamkan di dalam laut. Teknologi ini merupakan konversi energi arus laut yang
pertama kali berhasil dipasang dengan daya keluaran rata – rata sekitar 300 kW dan nilai cut in
speed sebesar 0,6 m/s (sumber : Laporan Akhir Kegiatan Identifikasi Pengembangan Teknologi
Energi Arus Laut BALITBANG Kementrian Kelautan dan Perikanan).
Kincir memutar rotor yang menggerakan generator yang terhubung kepada sebuah kotak gir atau
disebut gearbox. Kincir tersebut dipasangkan pada sebuah sayap yang membentang horizontal
dari sebuah batang silinder yang diborkan ke dasar laut. Turbin tersebut dapat disusun dalam
barisan-barisan sehingga menjadi ladang pembangkit listrik. Demi menjaga agar ikan dan
makhluk hidup lainnya tidak terluka oleh alat ini, kecepatan rotor diatur 10-20 rpm.

2. PLTAL Kobol

Teknologi pembangkit listrik arus laut kobold merupakan salah satu jenis pembangkit listrik
yang menggunakan turbin type horizontal. Turbin kobold merupakan hasil dari kerjasama antara
Indonesia dengan tim mekanik dan elektrik pada Pda Archamedae Italy. Teknologi kobold
mengadopsi konsep propeller (baling – baling kapal) yang diputar arus vertical yang mampu
menghasilkan daya sebesar 110 Kw. Pembangkit listrik tenaga arus laut menggunakan kobold
merupakan salah satu Marine Current Turbine dalam menghasilkan energi kinetik air menjadi
energi listrik.
Salah satu badan nasional yang telah mengaplikasikan penggunaan teknologi ini dalam bentuk
prototype adalah Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi (BPPT). Menurut Erwandi
selaku ketua tim perekayasa UPT Hidrodinamika Indonesia BPPT pemilihan teknologi turbin ini
konstruksinya sederhana, mudah pembuatannya, mudah pemeliharaannya, dan juga terjangkau
harganya. Lebih lanjut Erwandi mengatakan bahwa prototype teknologi ini hampir seluruh
komponen dalam pembuatannya adalah komponen dalam negeri hanya generator dan inverternya
saja yang dibeli dari luar negeri.

3. Helical Turbine Gorlof

Teknologi helical turbine gorlov merupakan teknologi turbin yang terdiri dari satu atau lebih
helical blades yang berputar mengelilingi silinder seperti mur baut. Teknologi turbin helical
gorlov merupakan turbin air hasil evolusi dari desain turbin darrieus, yaitu dengan mengubah
bilah kincirnya. Helical turbine gorlov diciptakan oleh Profesor Alexander M. Gorlov dari
Universitas Northeastern. Turbin ini mulai dikembangkan pada tahun 1995. Di Indonesia
sendiripun teknologi turbin gorlov ini telah mulai dikembangkan dan telah dapat di desain oleh
perusahaan lokal, salah satunya oleh perusahaan T – files yang didirikan oleh para alumni ITB.
Pada tahun 2009 teknologi ini mulai diaplikasikan di kawasan Bali dan Lombok.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SISTEM KONVERSI ENERGI GELOMBANG


MENJADI LISTRIK

Kekurangan dari energi arus laut adalah output-nya mengikuti grafik sinusoidal sesuai
dengan respons pasang surut akibat gerakan interaksi Bumi-Bulan-Matahari. Pada saat pasang
purnama, kecepatan arus akan deras sekali, saat pasang perbani, kecepatan arus akan berkurang
kira-kira setengah dari pasang purnama. Kekurangan lainnya adalah biaya instalasi dan
pemeliharaannya yang cukup besar. Kendati begitu bila turbin arus laut dirancang dengan
kondisi pasang perbani, yakni saat di mana kecepatan arus paling kecil, dan dirancang untuk
bekerja secara terus-menerus tanpa reparasi selama lima tahun, maka kekurangan ini dapat
diminimalkan dan keuntungan ekonomisnya sangat besar. Hal yang terakhir ini merupakan
tantangan teknis tersendiri untuk para insinyur dalam desain sistem turbin, sistem roda gigi, dan
sistem generator yang dapat bekerja secara terus-menerus selama lebih kurang lima tahun.

Keuntungan penggunaan energi arus laut adalah selain ramah lingkungan, energi ini juga
mempunyai intensitas energi kinetik yang besar dibandingkan dengan energi terbarukan yang
lain. Hal ini disebabkan densitas air laut 830 kali lipat densitas udara sehingga dengan kapasitas
yang sama, turbin arus laut akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan turbin angin. Keuntungan
lainnya adalah tidak perlu perancangan struktur yang kekuatannya berlebihan seperti turbin
angin yang dirancang dengan memperhitungkan adanya angin topan karena kondisi fisik pada
kedalaman tertentu cenderung tenang dan dapat diperkirakan. Energi ombak adalah energi yang
bisa didapat setiap hari, tidak akan pernah habis dan tidak menimbulkan polusi karena tidak ada
limbahnya. Di samping nilai ekonomis yang cukup menjanjikan ada hal-hal lain yang dapat
memberikan keuntungan di bidang lingkungan hidup. Energi ini lebih ramah Iingkungan, tidak
menimbulkan polusi suara, emisi C02, maupun polusi visual dan sekaligus mampu memberikan
ruang kepada kehidupan laut untuk membentuk koloni terumbu karang di sepanjang jangkar
yang ditanam di dasar laut. Pada kasus-kasus seperti ini biasanya lebih menguntungkan karena
ikan dan binatang laut selalu lebih banyak berkumpul.

Referensi:
http://www.getsttpln.com/2014/03/arus-laut-sebagai-sumber-energi-listrik.html
https://pltal.wordpress.com/
http://www.itb.ac.id/news/4475.xhtml

Tidal Energy (Energi Pasang Surut)

3 Nov 2012

Teknologi Energi Meiki 0 Comments

Apa itu Tidal Energy?

Energi pasang surut (Tidal Energy) merupakan energi yang terbarukan. Prinsip kerja nya sama dengan
pembangkit listrik tenaga air,dimana air dimanfaatkan untuk memutar turbin dan mengahasilkan energi
listrik.Energi diperoleh dari pemanfaatan variasi permukaan laut terutama disebabkan oleh efek gravitasi
bulan, dikombinasikan dengan rotasi bumi dengan menangkap energi yang terkandung dalam
perpindahan massa air akibat pasang surut.
Listrik tenaga pasang surut adalah salah satu teknologi yang sedang berkembang saat ini, yang
memanfaatkan energi potensial kinetik dan gravitasi pada aliran pasang surut. Jika dibandingkan dengan
sumber-sumber energi terbarukan lainnya, aliran pasang surut merupakan sumber energi yang relatif
dapat diandalkan, pergerakan pasang surut dapat diprediksi secara akurat dalam arah, waktu dan
besarnya.

Jika dibandingkan dengan energi angin dan surya, energi tidal memiliki sejumlah keunggulan antara lain:
energi listrik yang dihasilkan bisa dimanfaatkan secara gratis, tidak membutuhkan bahan bakar, tidak
menimbulkan efek rumah kaca, produksi listrik stabil karena pasang surut air laut bisa diprediksi, lebih
hemat ruang dan tidak membutuhkan teknologi konversi yang rumit. Kelemahan energi ini diantaranya
adalah membutuhkan alat konversi yang handal yang mampu bertahan dengan kondisi lingkungan laut
yang keras yang disebabkan antara lain oleh tingginya tingkat korosi dan kuatnya arus laut.

Energi pasang surut diperkirakan sekitar 500 sampai 1000 m kWh pertahun. Pembangkit listrik tenaga
pasang surut (PLTPs) terbesar di dunia terdapat di muara sungai Rance di sebelah utara Perancis.
Pembangkit listrik ini dibangun pada tahun 1966 dan berkapasitas 240 MW.

Dua jenis energi pasang surut yang dapat dimanfaatkan:

1. Energi Kinetik: arus antara surut dan pasang surut bergelombang.

2. Energi Potensial: Selisih ketinggian antara pasang tinggi dan rendah.

Bagaimana Cara Kerja Turbin Bawah Air tersebut?

Cara kerja turbin tersebut sangat sederhana, ia bekerja seperti turbin angin, tetapi bilah-bilah turbin
tersebut digerakkan oleh arus air, bukannya oleh angin.
Diagram berikut menunjukkan bagaimana gaya tarik gravitasi bulan dan matahari mempengaruhi pasang
surut di Bumi. Besarnya tarik ini tergantung pada massa benda dan jarak yang jauh. Bulan memiliki efek
yang lebih besar di bumi walaupun memiliki massa kurang dari matahari karena bulan jauh lebih dekat
ke bumi. Gaya gravitasi bulan menyebabkan lautan untuk tonjolan sepanjang sumbu yang mengarah
langsung ke bulan. Rotasi bumi menyebabkan naik turunnya gelombang.

Ketika matahari dan bulan berada di garis tarik gravitasi mereka di bumi menggabungkan dan
menyebabkan “musim semi” pasang. Ketika diposisikan dalam diagram pertama di atas, 90 satu sama
lain, tarik gravitasi mereka masing-masing menarik air ke arah yang berbeda, menyebabkan “perbani”
pasang.

Periode rotasi bulan adalah sekitar 4 minggu, sementara satu rotasi bumi membutuhkan waktu 24 jam,
ini menghasilkan siklus pasang surut sekitar 12,5 jam. Perilaku pasang surut mudah ditebak dan ini
berarti bahwa jika dimanfaatkan, energi pasang surut bisa menghasilkan tenaga untuk periode waktu
tertentu. Ini periode pembangkit listrik yang dapat digunakan untuk mengimbangi pembangkit dari
bentuk-bentuk lain seperti fosil atau nuklir yang memiliki konsekuensi lingkungan. Meskipun hal ini
berarti bahwa pasokan tidak akan memenuhi permintaan, mengimbangi bentuk berbahaya dari generasi
merupakan titik awal yang penting untuk energi terbarukan.

Jenis-Jenis Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut


 Tidal Fences: biasanya dibangun antara pulau-pulau kecil atau antara daratan dan pulau-pulau.
Putaran terjadi karena arus pasang surut untuk menghasilkan energi.

Teknologi Tidal Fence skala besar digunakan juga sebagai jem-batan penghubung antarpulau di antara
selat. Menggunakan instalasi yang hampir sama dengan Tidal Power namun terpisah dengan turbin arus
antara 5 sampai 8 knot (5.6 sampai 9 mil/jam) dapat dimanfaatkan energi lebih besar dari pembangkit
listrik tenaga angin karena densitas air 832 kali lebih besar dari udara (5 knot arus = velositas angin 270
km/jam).

Skala besar pembangkit tenaga arus ini sepanjang 4 km telah dimulai dikerjakan di kepulauan Dalupiri
dan Samar, Filipina sekaligus membuat jembatan penghubung pada empat pulaunya. Proyek ini
disponsori oleh Blue Energy Power System-Canada yang telah mengomersialkan diri dengan berbagai
modul turbin dalam berbagai skala. Diestimasi energi yang nantinya dihasilkan di Filipina ini maksimum
sebesar 2200 MW dengan minimum rata-rata sebesar 1100 MW setiap hari. Hal ini didasarkan dengan
kecepatan arus rata-rata sebesar 8 knots pada kedalaman sekitar 40 meter. Modul turbin Davis yang
dipakai dapat mengonversi listrik pada lokasi tertentu seperti di sungai sebesar 5 kW sampai 500 kW
sedangkan instalasi di laut bisa menghasilkan 200 MW sampai 8000 MW.

 Barrage Tidal Plants: adalah jenis yang paling umum dari pembangkit pasang surut.
Menggunakan bendungan untuk menjebak air, dan ketika mencapai ketinggian yang sesuai
karena air pasang, air dilepaskan agar mengalir melalui turbin yang akan menggrakkan generator
listrik.
Teluk yang ujungnya sempit sangat cocok diterapkan. Ketika air pasang menghasilkan tingkat air yang
berbeda di dalam dan di luar dam, pintu-pintu air akan terbuka, air yang mengalir melewati turbin akan
menjalankan generator untuk menghasilkan listrik. Pemanfaatan energi ini memerlukan daerah yang
cukup luas untuk menampung air laut (reservoir area) dan bangunan dam bisa dijadikan jembatan
transportasi. Tidal Power dibedakan menjadi dua yaitu kolam tunggal dan kolam ganda. Pada sistem
pertama energi dimanfaatkan hanya di saat periode air surut atau air naik. Sedangkan sistem kolam
ganda memanfaat-kan aliran dalam dua arah. Perbedaan tinggi antara permukaan air di kolam dan
permukaan air laut pada instalasi ini semakin tinggi semakin baik. Di Jepang, sistem ini telah mulai
dikembangkan di Laut Ariake, Kyushu yang memiliki variasi pasut tertinggi. Di muara sungai Severn,
Inggris juga telah mulai direncanakan instalasi berskala besar untuk 12 GW listrik.

 Tidal Turbines: Terlihat seperti turbin angin, sering tersusun dalam baris tapi berada di dalam air.
Arus pasang surut memutar turbin untuk menciptakan energi.
Teknologi ini berfungsi sangat baik pada arus pantai yang ber-gerak sekitar 3.6 dan 4.9 knots (4 dan 5.5
mph). Pada kecepatan ini, Turbin arus berdiameter 15 meter dapat menghasilkan energi sama dengan
turbin angin yang berdiameter 60 meter. Lokasi ideal turbin arus pasut ini tentunya dekat dengan pantai
pada kedalaman antara 20-30 meter. Energi listrik yang dihasilkan menurut Perusahaan Marine Current
Turbine-Inggris adalah lebih besar dari 10 MW per 1 km2, dan 42 lokasi yang berpotensi di Inggris telah
teridentifikasi perusahaan ini. Lokasi ideal lainnya yang dapat dikembangkan terdapat di Filipina, Cina
dan tentunya Indonesia.

Penelitian pemanfaatan energi arus pasut sejak tahun 1920 te-lah dilakukan oleh beberapa ne-gara
seperti Perancis, Amerika Serikat, Rusia dan Kanada. Se-telah lebih dari 40 tahun, stasiun Frances La
Rance adalah satu-satunya industri Pembangkit Listrik Tenaga Arus Pasang Surut dengan skala besar di
dunia. Memproduksi 240 MW listrik lewat instalasi Tidal Power melewati daerah estuari sungai Rance,
dekat Saint Malo. Instalasi ini telah ada sejak 1966 dan menyuplai 90 persen kebutuhan listrik wilayah
itu. Di Rusia, Murmansk memanfaatkan 0,4 MW listrik dari jenis yang sama. Tidak jauh dari Indonesia,
ada Australia yang memanfaatkannya di Kimberly dan Cina sebesar 8 MW. Di Canada stasiun Annapolis
Royal, Nova Scotia telah memproduksi sekitar 20 MW listrik Tidal Turbine untuk keperluan
masyarakatnya. Di kota Hammerfest, Norwegia, listrik telah sukses dibangkitkan dengan memanfaatkan
arus pasang di pantai dan mencukupi sebagian kebutuhan listrik kota dengan modul turbin Blades.

Generasi pertama Pembangkit Listrik Tidal:

- Tidal Fences

- Barriage style Tidal Power Plants

Generasi Kedua Pembangkit Listrik Tidal :

 Tidal Underwater Wind turbines

- Vertical Axis

- Horizontal Axis

 THAWT Device

Kekurangan Pembangkit Listrik Tidal Generasi Kedua adalah saat ini biaya yang dikeluarkan masih mahal:

1. Mahal untuk membangun dan memelihara

2. Sebuah fasilitas1.085MW bisa membutuhkan biaya sebanyak 1,2 miliar dolar AS untuk
membangun dan menjalankan.
Transverse Horizontal Axis Water Turbine (THAWT):

THAWT ini telah diusulkan sebagai perangkat yang dapat dengan mudah ditingkatkan dan membutuhkan
lebih sedikit pondasi, bearings seals dan generator dari perangkat aliran aksial yang lebih konvensional.
Perangkat THAWT merupakan varian horizontal digunakan pada turbin cross-flow Darrieus.

Sebuah partikel fluida melewatipertemuandua set bilahturbin cross-flow Darrieus. Salah satu sisididepan
turbin sebagai tempat masuk fluida, dan di sisi belakang sebagai tempat fluida keluar.

Kelebihan dari perangkat ini adalah memungkinkan untuk membangun unit yang lebih panjang sehingga
kekakuan dan kekuatan dapat ditingkatkan, mengurangi biaya keseluruhan dari pondasi, bantalan, seal,
dan generator. Sebuah perangkat dengan skala penuh mungkin memiliki diameter 10 - 20 m dan akan
beroperasi di kedalaman aliran 20 - 50 m.Ukuran THAWT tidak dibatasi oleh kedalaman air di mana
peralatan tersebut ditempatkan. Pembangkit listrik hingga 100 mw dapat dicapai dengan sebuah
rangkaian yang hanya tersidiri dari 10 perangkat THAWT.

Sebagai perbandingan, jika perangkat THAWT diperpanjang di wilayah yang sama saat ini sebagai
perangkat aliran aksial, maka:

 Generator yang dibutuhkan lebih sedikit,

 Primary Seal yg dibutuhkan lebih sedikit, dan

 Pondasi yang lebih sedikit.

Sehingga:
 Biaya modal menjadil lebih rendah,

 Menurunkan biaya pemeliharaan, dan

 Menurunkan biaya operasional

Potensi energi tidal di Indonesia termasuk yang terbesar di dunia. Sekarang inilah saatnya bagi Indonesia
untuk mulai menggarap energi ini. Jika bangsa kita mampu memanfaatkan dan menguasai teknologi
pemanfaatan energi tidal, ada dua keuntungan yang bisa diperoleh yaitu, pertama, keuntungan
pemanfaatan energi tidal sebagai solusi pemenuhan kebutuhan energi nasional dan, kedua, kita akan
menjadi negara yang mampu menjual teknologi tidal yang memberikan kontribusi terhadap devisa
negara. Belajar dari India yang mampu menjadi salah satu pemain teknologi turbin angin dunia (dengan
produk turbin angin Suzlon), maka tujuan yang kedua bukanlah hal yang terlalu muluk untuk kita
wujudkan.

Sumber: Dari berbagai sumber

Keunggulan Dari Pemanfaatan Energi Pasang Surut


Share on:
http://bene rg i.com/keunggulan-dari-pemanfaata n-ene rgi-pasang-surut

Energi pasang surut merupakan salah satu bentuk energi terbarukan yang dihasilkan oleh
pasang surutnya gelombang air laut. Energi ini disebut juga sebagai Tidal Energy yang memiliki
metoda sama persis dengan teknologi pembangkit listrik menggunakan tenaga air.

Seperti kita ketahui, air sendiri memiliki manfaat sebagai pemutar turbin sehingga dapat
menghasilkan listrik untuk digunakan dalam kehidupan manusia. Tidal Energy ini termasuk salah
satu energi alternatif yang pemanfaatannya masih belum banyak diaplikasikan sampai saat ini.
Hal ini dikarenakan biaya awal pemanfaatannya membutuhkan biaya yang begitu besar.
Energi Pasang Surut Air Laut

Seperti kita ketahui, semakin banyaknya penggunaan energi bahan bakar fosil saat ini membuat
energi fosil sendiri semakin berkurang pasokannya. Krisis energi yang saat ini dialami oleh dunia
dikarenakan semakin berkurangnya bahan bakar fosil di dunia. Untuk mengurangi
ketergantungan terhadap bahan bakar fosil atau minyak bumi, maka salah satu alternatif yang
bisa dijadikan solusi adalah dengan memanfaatkan energi pasang surut. Selain itu, dengan
memanfaatkan Tidal Energy ini juga dapat meningkatkan efisiensi.

Tidal Energy juga sendiri sebenarnya sudah lama dimanfaatkan di benua Eropa. Tidal Energy
sendiri dimanfaatkan berbentuk turbin kemudian diubah menjadi energi gerak atau energi
mekanik. Sementara untuk pembangunan industri pembangkit listrik dengan energi pasang surut
dalam skala besar sendiri di bangun pertama kali di Prancis. Seperti kita ketahui, air laut
termasuk fluida yang memiliki massa jenis lebih besar, bahkan memiliki massa jenis sampai 800
kali lebih besar dari udara. Tak hanya itu saja, fenomena dari pasang surut ini juga bisa
diprediksi sesuai dengan wilayah tertentu yang bisa memasok energi listrik dengan stabil secara
berkesinambungan.

Dengan memanfaatkan energi pasang surut ini tentunya memiliki berbagai macam keunggulan.
Tidal Energy ini termasuk sumber energi yang terbarukan karena pasang surut air laut ini akan
terus terjadi dan tak akan habis hingga bermilyar-milyar tahun lamanya. Tidal energi ini juga
termasuk energi yang begitu handal. Karena kita dapat memprediksi dengan mudah kapan
terjadinya pasang air laut lalu kemudian terjadinya surut air laut. Hal ini berbeda halnya dengan
mengetahui pola cuaca secara acak.

Keunggulan dari Tidal Energy lainnya adalah energi ini tak akan menghasilkan efek gas rumah
kaca atau pemanasan global, seperti halnya pada limbah berbahaya dan bahan bakar fosil. Selain
itu, hal ini juga kemungkinan terjadi pada salah satu energi terbarukan yakni energi nuklir.
Bahkan bendungan kecil dan juga waduk yang dibangun untuk memanfaatkan energi ini bisa
melindungi pelabuhan maupun kota terdekat akibat gelombang yang berbahaya ketika terjadi
badai besar.

Listrik yang dihasilkan dari Tidal Energy ini juga termasuk energi terbarukan yang begitu
efisien. Pasalnya, tingkat efisiensi dari pemanfaatan Tidal Energy ini bisa mencapai hingga 80%.
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa Tidal Energy ini memiliki tingkat efisiensi sebanyak 3
kali lebih besar jika dibandingkan dengan penggunaan minyak bumi dan batu bara.

Akan tetapi, yang menjadi hambatan dalam pemanfaatan Tidal Energy ini adalah dalam
memanfaatkan Tidal Energy membutuhkan biaya yang begitu fantastis. Sehingga hal ini dirasa
kurang efektif jika dibandingkan penggunaan bahan bakar fosil. Walaupun begitu, biaya
pemeliharaan dari Tidal Energy ini tergolong cukup rendah. Selain itu, pembangkit listrik untuk
energi pasang surut ini juga hanya dibangun sekali saja. Sehingga Tidal Energy ini tergolong
lebih efektif dan efisien.

Kebutuhan Listrik Riau Tinggi, Menteri Jonan Pantau PLTU Tenayan


Dian Ihsan Siregar • Minggu, 18 Dec 2016 20:57 WIB

listrik

Ekonomi Energi

 twitter

 facebook

 google+
Menteri ESDM Ignasius Jonan saat meninjau PLTU di Pekanbaru, Riau -- Foto: Istimewa

Metrotvnews.com, Jakarta: Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius
Jonan didampingi Gubernur Riau, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan dan Direksi PLN pada
hari Minggu, 18 Desember 2016 meninjau proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Tenayan (2x110 MW) di Pekanbaru, Riau. Progres pembangunan PLTU sudah mencapai 95
persen per November 2016.

Dengan beroperasinya PLTU Tenayan ini, maka sistem kelistrikan Riau akan semakin kuat dalam
melayani kebutuhan listrik yang terus meningkat rata-rata 9 persen per tahun.

Baca juga

 Delapan Desa di Perbatasan Indonesia-PNG Merasakan Listrik 24 Jam

 Kementerian ESDM Berharap Hemat Anggaran Rp22 Triliun

 Tol Listrik Atasi Krisis Listrik

 Brandconnect Genjot Efisiensi Perusahaan dengan Penerapan Teknologi Digital

"Apabila PLTU Tenayan beroperasi, maka akan ada tambahan 220 MW, ini merupakan salah satu upaya
Pemerintah untuk memenuhi pasokan listrik di Riau," kata Jonan dalam keterangan tertulisnya, Minggu
(18/12/2016).

Disela-sela kunjungan, Jonan mengapreasiasi pertumbuhan infrastruktur kelistrikan di Riau. Selain itu,
dirinya mengaku ketersediaan dan keberlangsungan bahan baku harus menjadi perhatian utama.
"Permintaan saya agar pasokan batubara untuk PLTU ini terjamin, tidak akan terhenti, juga dicarikan alat
agar konsumsi energi dari 900 gr per kWh menjadi 500 gr per kWh sehingga lebih efisien, agar tarif
listriknya lebih baik," ungkap Jonan.

Menteri ESDM Ignasius Jonan saat meninjau PLTU di Riau -- Foto: Istimewa

Dengan 2 mesin turbin, katanya, pembangkit ini mengkonsumsi 3.000 ton batu bara setiap bulan nya
dengan kalori 3.800-4.700 kkal (kalori rendah). Sementara sumber batu baranya berasal dari Jambi dan
Sumatera Selatan.

Ditempat yang sama, Direktur Bisnis Regional Sumatera PLN Amir Rosidin menerangkan, setiap unit PLTU
Tenayan membutuhkan kurang lebih sekitar satu juta ton batu bara per tahun. Sementara itu, terkait
penambahan pasokan listrik untuk Riau, PLN juga telah berhasil mendapatkan tambahan pasokan 3x25
MW dari Balai Pungut yang juga mulai beroperasi.
Oleh karena itu, pasokan listrik pada tahun depan akan lebih baik bila dibandingkan dengan tahun ini.
"Saat ini beban di Riau yakni 570 MW dengan adanya tambahan kapasitas Balai Pungut dan Tenayan
sebesar 110 MW maka kapasitas pembangkit menjadi 662 MW. Nanti ada tambahan lagi 110 MW dan
akan operasi maksimal awal bulan februari tahun 2017 sehingga totalnya sekitar 772 MW," kata Amir.

Penambahan infratruktur kelistrikan di Riau ini penting untuk mengimbangi peningkatan permintaan
listrik yang semakin tinggi. Untuk tahun ini saja permintaan listrik meningkat hingga 9 persen.

"Percepatan pembangunan infrastruktur kelistrikan sangat penting untuk memenuhi permintaan energi
listrik warga Riau, untuk itu PLN bekerja 24 jam agar hal tersebut bisa terwujud, tak lupa kami
berterimakasih kepada Pemerintah Daerah setempat yang sangat kooperatif membantu penyelesaian
pembangunan infrastruktur kelistrikan di Riau," tutup Amir.

(Des)

Anda mungkin juga menyukai