Anda di halaman 1dari 19

RESPON PERTUMBUHAN TERHADAP SUHU

KELAS B/ SEMESTER VI

Kelompok 5:

RENA DWI HUMAIROH ULYA (E1A013041)


ISMA YULIANTI ISMAIL (E1A013022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa karena atas hidayah
dan inayah-Nya, makalah yang berjudul “Respon Pertumbuhan Terhadap Suhu” dapat
diselesaikan.Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pembaca
tentang bagaimana mekanisme respon pertumbuhan tumbuhan terhadap factor eksternal seperti
suhu.Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna karena kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
memotivasi kepada semua pihak yang membaca.

Harapan kami semoga tulisan ini bisa bermanfaat untuk pembaca khususnya di kalangan
para mahasiswa jurusan Biologi.

Mataram, 13 Juni 2016

Kelompok 5

KELOMPOK 5 RESPON PERTUMBUHAN TERHADAP SUHU 2


DAFTAR ISI

Kata pengantar.....................................................................................................................2

Daftar Isi..............................................................................................................................3

Daftar Gambar.....................................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................5
B. Rumusan Masalah....................................................................................................7
C. Tujuan......................................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Suhu dan Pertumbuhan..........................................................................8


B. Keterkaitan Temperatur dengan Pertumbuhan Tanaman.........................................8
C. Respon Pertumbuhan Terhadap Suhu......................................................................13

BAB III PENUTUP.............................................................................................................19

A. Kesimpulan..............................................................................................................19
B. Saran........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

KELOMPOK 5 RESPON PERTUMBUHAN TERHADAP SUHU 3


DAFTAR GAMBAR

Gambar B.1 Kurva temperature terhadap laju pertumbuhan tanaman..........................................14

Gambar B.2 Kurva temperatur daun terhadap laju fotosintesis/respirasi.....................................15

KELOMPOK 5 RESPON PERTUMBUHAN TERHADAP SUHU 4


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua makhluk hidup dalam hidupnya mengalami proses perubahan biologis
seperti perubahan bentuk, ukuran, maupun volumenya. Perubahan tersebut terjadi
disebabkan semua organisme tersebut mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Tumbuhan adalah makhluk hidup yang mempunyai ciri sebagaimana makhluk hidup
lainnya. Salah satu ciri tumbuhan adalah mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel pada suatu organisme. Pertumbuhan bersifat
tidak dapat kembali (irreversible). Proses pertumbuhan biasanya diikuti dengan
pertambahan berat tubuh. Pertumbuhan diikuti dengan perkembangan yang merupakan
proses saling terkait. Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan diawali dengan
pertumbuhan bakal biji dan bakal buah (Campbell, 2008).
Tahap berikutnya yaitu perkecambahan. tumbuhan yang telah mengalami
perkecambahan kemudian akan mengalami pertumbuhan sampai akhirnya menjadi
tumbuhan dewasa yang dapat menghasilkan biji kembali. Pertumbuhan pada tanaman
dapat dilihat dari makin besarnya suatu tanaman yang disebabkan oleh jumlah sel yang
bertambah banyak dan bertambah besar. Suatu kecambah akan tumbuh menjadi tanaman
yang utuh. Selain tumbuh, tanaman juga mengalami perkembangan, yaitu proses menuju
kedewasaan secara seksual di mana tanaman sudah siap untuk menghasilkan
keturunan.Faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan salah
satunya adalah suhu atau temperature. Suhu berpengaruh terhadap fisiologi tumbuhan,
antara lain mempengaruhi kerja enzim Oleh karena itu, suhu mempengaruhi proses
pertumbuhan tumbuhan (Campbell, 2008).
Suhu sebagai faktor lingkungan dapat mempengaruhi produksi tanaman secara
fisik maupun fisiologis. Secara fisik, suhu merupakan bagian yang dipengaruhi oleh
radiasi sinar matahari dan dapat diestimasikan berdasarkan keseimbangan panas. Secara
fisiologis, suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, fotosintesis, pembukaan

KELOMPOK 5 RESPON PERTUMBUHAN TERHADAP SUHU 5


stomata, dan respirasi. Selain itu, suhu merupakan salah satu penghambat dalam proses
fisiologi untuk sistem produksi tanaman ketika suhu tanaman berada diluar suhu optimal
terendah maupun tertinggi.(Campbell, 2003).
Panas berlebihan dapat mengganggu dan akhirnya membunuh suatu tumbuhan
dengan cara mendenaturasi enzim-enzimnya dan merusak metabolismenya dalam
berbagai cara.Salah satu fungsi transpirasi adalah pendinginan melalui penguapan. Pada
hari yang panas, misalnya temperature daun berkisar 3°C sampai 10°C di bawah suhu
sekitar. Tentunya, cuaca panas dan kering juga cenderung menyebabkan kekurangan air
pada banyak tumbuhan; penutupan stomata sebagai respon terhadap cekaman ini akan
menghemat air, namun mengorbankan pendinginan melalui penguapan tersebut. Sebagian
besar tumbuhan memiliki respon cadangan yang memungkinkan mereka untuk bertahan
hidup dalam cekaman panas Di atas suatu temperature tertentu- sekitar 40°C pada
sebagian besar tumbuhan yang menempati daerah empat musim, sel-sel tumbuhan mulai
mensintesis suatu protein khusus dalam jumlah yang cukup banyak yang disebut protein
kejut panas (heat-shock protein). Protein kejut panas ini kemungkinan mengapit enzim
serta protein lain dan membantu mencegah denaturasi(Campbell, 2003)..
Satu permasalahan yang dihadapi tumbuhan ketika temperature lingkungan turun
adalah perubahan ketidakstabilan membrane selnya. Ketika sel itu didinginkan di bawah
suatu titik kritis, membrane akan kehilangan kecairannya karena lipid menjadi terkunci
dalam struktur Kristal. Keadaan ini mengubah transport zat terlarut melewati membrane,
juga mempengaruhi fungsi protein membrane. Tumbuhan merespon terhadap cekaman
dingin dengan cara mengubah komposisi lipid membrannya. Contohnya adalah
meningkatnya proporsi asam lemak tak jenuh, yang memiliki struktur yang mampu
menjaga membrane tetap cair pada suhu lebih rendah dengan cara menghambat
pembentukan Kristal. Modifikasi molekuler seperti itu pada membrane membutuhkan
waktu beberapa jam hingga beberapa hari. Pada suhu di bawah pembekuan, Kristal es
mulai terbentuk pada sebagian besar tumbuhan. Jika es terbatas hanya pada dinding sel
dan ruang antar sel, tumbuhan kemungkinan akan bertahan hidup. Namun demikian, jika
es mulai terbentuk di dalam protoplas, Kristal es yang tajam itu akan merobek membrane
dan organel yang dapat membunuh sel tersebut. Beberapa tumbuhan asli di daerah yang
memiliki musim dingin sangat dingin (seperti maple, mawar, rhodendron) memiliki

KELOMPOK 5 RESPON PERTUMBUHAN TERHADAP SUHU 6


adaptasi khusus yang memungkinkan mereka mampu menghadapi cekaman pembekuan
tersebut. Sebagai contoh, perubahan dalam komposisi zat terlarut sel-sel hidup
memungkinkan sitosol mendingin di bawah 0°C tanpa pembentukan es, meskipun Kristal
es terbentuk dalam dinding sel (Campbell, 2003).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian suhu dan pertumbuhan?
2. Bagaimana keterkaitan antara suhu dengan pertumbuhan tanaman?
3. Bagaimana respon pertumbuhan terhadap suhu?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian suhu dan pertumbuhan.
2. Untuk mengetahui keterkaitan antara suhu dengan pertumbuhan tanaman.
3. Untuk mengetahui bagaimana respon pertumbuhan terhadap suhu.

KELOMPOK 5 RESPON PERTUMBUHAN TERHADAP SUHU 7


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Suhu dan Pertumbuhan


Suhu mencakup dua aspek yaitu derajat dan insolasi. Insolasi menunjukan energi
panas dari matahari dengan satuan gram/kalori/cm2/jam. Dimana 1 grm kalori digunakan
untuk menaikan suhu satu gram air sebesar 10C.Suhu menunjukkan derajat panas benda.
Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara
mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom
dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun
gerakan di tempat getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin
tinggi suhu benda tersebut.
Pertumbuhan adalah proses kenaikan volume yang bersifat irreversibel (tidak
dapat balik), dan terjadi karena adanya pertambahan jumlah sel dan pembesaran dari tiap-
tiap sel. Pada proses pertumbuhan biasa disertai dengan terjadinya perubahan bentuk.
Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif.Sedangkan perkembangan
adalah proses menuju dewasa. Proses perkembangan berjalan sejajar dengan
pertumbuhan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan proses yang
tidak dapat diukur. Dengan kata lain, perkembangan bersifat kualitatif, tidak dapat
dinyatakan dengan angka (Giyanto, 2014).

B. Keterkaitan Temperatur dengan Pertumbuhan Tanaman


Tidak seperti hewan yang bersifat homeothermic, tanaman tingkat tinggi tidak
mampu mempertahankan sel-sel dan jaringan-jaringanya pada suatu temperatur optimum
yang konstan, dan arena itu,daun, batang dan akar tumbuhan biasanya berada dalam
kisaran beberapa derajat dari temperatur udara dan tanah sekelilingnya. Karena hal
tersebut pertumbuhan dan metabolisme tanaman snagat dipengaruhi oleh perubahan
temperatur lingkungan. Tetapi, sukar untuk menetapkan secara tepat hubungan antara
proses-proses pada tanaman dan temperatur lingkungan, sebab adanya varibilitas yang
ekstrim dari temperatur tanah dan udara, misalnya temperatur daun bergantung pada:

KELOMPOK 5 RESPON PERTUMBUHAN TERHADAP SUHU 8


1. Waktu (variasi regular sepanjang hari).
2. Bulan (variasi regular musiman).
3. Keawanan dan kecepatan angina (variasi iireguler jangka pendek).
4. Kedudukan dalam kanopi (misalnya daun yang terkena sinar matahari dan daun
yang ternaungi).
5. Ketinggian diatas permukaan tanah.
6. Dimensi daun.

Temperatur akar disamping tergantung terutama pada waktu dan bulan tetapi juga pada:
1. Kedalaman di bawah permukaan tanah.
2. Sifat tanah yang menetukan absorpsi dan transmisi panas (terutama kelembaban
tanah, keraptan massa dan sifat permukaan tanah) (Fitter dan Hay, 1991).
Disamping masalah variabilitas ini, ditemukan bahwa perbedaan pada tahap
perkembangan tanaman, dan perbedaan proses fisiologis dapat empunyai temperatur
optimum yang berbeda. Misalnya pada Tulipa spp., temperatur optimum untuk berbagai
tahap perkembangan bunga bervariasi antara 8oC dan 23oC, temperatur optimum ini
selaras dengan perubahan temperatur musiman pada wilayah tumbuh yang asli dari
spesies ini. Selanjutnya perkembangan reproduksi dari spesies tertentu lebih dikendalikan
oleh temperatur malam hari daripada temperatur siang hari, dan banyak proses, terutama
perkecambahan, dipercepat oleh temperatur yang berubah-ubah (Fitter dan Hay, 1991).
Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Suhu mempengaruhi beberpa proses fisiologis penting yaitu:
1. Buka dan menututupnya stomata
2. Transpirasi
3. Penyerapan air dan nutrisi (unsur hara)
4. Fotosintesis
5. Respirasi
6. Kinerja enzim
Peningkatan suhu sampai titik optimum akan diikuti oleh peningkatan proses-
proses tersebut dan setelah melewati titik optimum proses tersebut mulai dihambat baik
secara fisik maupun kimia. Menurunnya aktivitas enzim (degradasi enzim).
Pada tanaman hortikultura suhu merupakan faktor penting dalam pembentukan
primordia bunga, dimana dalam pembentukan bunga tanaman dibutuhkan suhu optimal
yaitu suhu yang dibutuhkan tanaman dalam pembentukan primordia bunga. Dimana
dalam pembentukan bunga tanaman memerlukan suhu optimal yaitu suhu yang
dibutuhkan oleh tanaman dalam pembentukan primordia bunga. Selian itu
jugamempengaruhi aktivitas mikroorganisme dan enzim pada suhu yang rendah 00C

KELOMPOK 5 RESPON PERTUMBUHAN TERHADAP SUHU 9


umumnya aktivitas organisme tidak aktif atau dorman sedangkan pada suhu yang tinggi
akan menimbulkan proses pembentukan protein dan enzim yang bercerai berai/rusak
(denaturasi) (Giyanto, 2014).
a. Tumbuhan dan Suhu Tinggi
Suhu Tinggi sering merupakan masalah yang lebih kritis dari pada suhu rendah.
Kerusakan akibat panas terjadi karena tidak tersedianya sejumlah air dalam tubuhnya
untuk proses pendinginan. Berikut ini akibat dari suhu yang tinggi terhadap tumbuhan:
1. Jaringan parenkim menjadi tebal
2. Daun kecil-kecil
3. Daun berambut/lapisan llilin/kutikula menjdi lebih tebal
4. Mengubah orientasi daun menjadi lebih vertikal
5. Mengulung daun

Efek Suhu tinggi terhadap membran dan metabolisme

1. Kerusakan yang disebabkan suhu tinggi terhadap tumbuhan biasanya kemukakan


karena terdenaturasinya enzim.
2. Suhu tinggi juga mengubah komponen membran sehingga menyebabkan
kerusakan membran.
Pada tumbuhan yang toleran terhadap suhu tinggi, memiliki proporsi asam lemak
jenuh yang lebih besar dibanding yang tidak toleran (C3). Kekentalan membran akan
meningkat pada suhu yang tinggi menyebabkan gangguan pada permeabilitas dan fungsi
katalitik protein membran. Membran dengan asam lemak jenuh menyebabkan sedikitnya
cairan pada membran, ini akan mempertahanan kekuatan ikatan hidrofobik sehingga
stabilitas membran dan interaksi antara lemak dan protein membran.
Panas berlebihan dapat mengganggu dan akhirnya membunuh suatu tumbuhan
dengan cara mendenaturasi enzim-enzimnya dan merusak metabolismenya dalam
berbagai cara. Salah satu fungsi transpirasi adalah pendinginan melalui penguapan. Pada
hari yang panas, misalnya temperature daun berkisar 3°C sampai 10°C di bawah suhu
sekitar. Tentunya, cuaca panas dan kering juga enderung menyebabkan kekurangan air
pada banyak tumbuhan; penutupan stomata sebagai respon terhadap cekaman ini akan
menghemat air, namun mengorbankan pendinginan melalui penguapan tersebut. Sebagian
besar tumbuhan memiliki respon cadangan yang memungkinkan mereka untuk bertahan
hidup dalam cekaman panas Di atas suatu temperature tertentu- sekitar 40°C pada
sebagian besar tumbuhan yang menempati daerah empat musim, sel-sel tumbuhan mulai

KELOMPOK 5 RESPON PERTUMBUHAN TERHADAP SUHU 10


mensintesis suatu protein khusus dalam jumlah yang cukup banyak yang disebut protein
kejut panas (heat-shock protein). Protein kejut panas ini kemungkinan mengapit enzim
serta protein lain dan membantu mencegah denaturasi (Campbell, 2003).
b. Tumbuhan dan Suhu dingin
Pada umumnya tumbuhan terhenti pertumbuhannya pada suhu 60C. Adapun
munculnya tanda-tanda kerusakan akibat suhu rendah ini tergantung pada spesies, umur
dan lamanya periode suhu rendah. Adapun tanda-tanda kerusakan tersebut sebagai
berikut:
1) Kecambah menunjukkan pengurangan luas daun
2) Daun akan menggulung

Selain terjadi kerusakan daria luar maka kerusakan pun terjadi juga pada
metabolisme akibat suhu dingin:

1) Aliran protoplasma terganggu


2) Protein menggumpal sehingga mengakibatkan enzim tidak aktif
3) Pada titik beku akan terbentuk kristal es di ruang antar sel
4) Pembekuan secara cepat, akan terbentuk kristal-kristal es pada cairan sel yang
tingkat volumenya akan lebih besar dari ukuran sel
5) Akar akan menjadi kurang permiabel sehingga menyebabkan fisiologis
kekeringan
6) Mengurangi respirasi,, fotosintesis, dan sintesa protein

Aklimitasi tumbuhan yang hidup didaerah dingin dengan cara:

1) Meningkatkan phosfat organik dan mengubah amilum menjadi gula


2) Menungkatkan glikoprotein sehingga protoplasma menjadi lebih resisten
terhadap dehidrasi.
Satu permasalahan yang dihadapi tumbuhan ketika temperature
lingkungan turun adalah perubahan ketidakstabilan membrane selnya. Ketika sel
itu didinginkan di bawah suatu titik kritis, membrane akan kehilangan
kecairannya karena lipid menjadi terkunci dalam struktur Kristal. Keadaan ini
mengubah transport zat terlarut melewati membrane, juga mempengaruhi fungsi
protein membrane. Tumbuhan merespon terhadap cekaman dingin dengan cara
mengubah komposisi lipid membrannya. Contohnya adalah meningkatnya
proporsi asam lemak tak jenuh, yang memiliki struktur yang mampu menjaga

KELOMPOK 5 RESPON PERTUMBUHAN TERHADAP SUHU 11


membrane tetap cair pada suhu lebih rendah dengan cara menghambat
pembentukan Kristal. Modifikasi molekuler seperti itu pada membrane
membutuhkan waktu beberapa jam hingga beberapa hari. Pada suhu di bawah
pembekuan, Kristal es mulai terbentuk pada sebagian besar tumbuhan. Jika es
terbatas hanya pada dinding sel dan ruang antar sel, tumbuhan kemungkinan akan
bertahan hidup. Namun demikian, jika es mulai terbentuk di dalam protoplas,
Kristal es yang tajam itu akan merobek membrane dan organel yang dapat
membunuh sel tersebut. Beberapa tumbuhan asli di daerah yang memiliki musim
dingin sangat dingin (seperti maple, mawar, rhodendron) memiliki adaptasi
khusus yang memungkinkan mereka mampu menghadapi cekaman pembekuan
tersebut. Sebagai contoh, perubahan dalam komposisi zat terlarut sel-sel hidup
memungkinkan sitosol mendingin di bawah 0°C tanpa pembentukan es, meskipun
Kristal es terbentuk dalam dinding sel (Campbell, 2003).

C. Respon Pertumbuhan Terhadap Suhu

Pertumbuhan tumbuhan sangat dipengaruhi suhu. Perubahan beberapa derajat saja


dapat menyebabkan perubahan dalam laju pertumbuhan. Tiap spesies atau varietas
mempunyai suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Dibawah suhu
minimum tumbuhan tidak akan tumbUh, pada suhu optimum laju pertumbuhan tumbuhan
paling tinggi, dan diatas suhu maksimum tumbuhan tidak tumbuh dan bahkan mati.
Pertumbuhan berbagai spesies lazimnya menyesuaikan diri dengan suhu lingkungan
alaminya. Spesies alpin dan spesies kutub utura mempunyai suhu minimum, optimum,
dan maksimum yang rendah, spesies tropika mempunyai suhu utama yang jauh lebih
tinggi. Tumbuhan yang tumbuh mendekati suhu minimum atau maksimumnya akan
sering mengalami tekanan (Salisbury dan Ross, 1992).

Jaringan yang berbeda pada tumbuhan yang sama mempunyai suhu utama yang
berbeda. Contohnya perbedaan suhu pertumbuhan optimum untuk permukaan atas dan
bawah tepal (akronim untuk petal dan sepal yang tampak serupa) tulip atau bunga crocus.

KELOMPOK 5 RESPON PERTUMBUHAN TERHADAP SUHU 12


Kajian di Jerman, sejak penelitian Julius von Sachs tahun 1863, menunjukkan bahwa
suhu rendah (3o-7oC) paling baik untuk pertumbuhan permukaan bawah jaringan tepal.
Suhu tersebut menyebabkan tulip atau bunga crocus menutup, sedangkan suhu lebih
tinggi (10o-17oC) paling baik bagi pertumbuhan permukaan atas jaringan tepal,
menyebabkan bunga membuka. Perubahan suhu mendadak sekecil 0.2 sampai 1oC sering
menyebabkan pertumbuhan yang cepat serta terjadinya pembukaan dan penutupan bunga
tulip, walaupun kedua sisi tepal itu berbeda sekitar 10oC (Salisbury dan Ross, 1992).

Suhu tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan jaringan. Selang suhu tertentu


sering mengawali tahap kritis pada daur hidup tumbuhan, yakni: perkecambahan biji,
awal perbungaan, dan induksi atau berakhirnya dormansi pada tumbuhan tahunan.
Respon perkembangan sering dipengaruhi oleh faktor lingkungan selain suhu, antara lain:
intensitas cahaya, lama cahaya, dan kelembaban (Salisbury dan Ross, 1992).

Respon laju pertumbuhan tanaman terhadap satu kisaran temperatur yang luas
(konstan), umunya dapat ditunjukkan oleh satu kurva asimetris yang berbentuk genta
seperti yang terlihat pada gambar berikut:

Gambar B.1 Kurva temperature terhadap laju pertumbuhan tanaman


(Fitter dan Hay, 1991)
Dari kurva diatas, dimungkinkan untuk membaca tiga temperatur cardinal klasik
yaitu temperatur minimum dan maksimum, dimana pertumbuhan berhenti seluruhnya,
dan kisaran temperatur optimum dimana kecepatan pertumbuhan tertinggi dapat
dipertahankan, dengan anggapan bahwa temperatur merupakan faktor pembatas
pertumbuhan.

KELOMPOK 5 RESPON PERTUMBUHAN TERHADAP SUHU 13


Respon karakteristik pertumbuhan tanaman terhadap temperatur muncul karena
peningkatan temepratur mempengaruhi proses biokimia didalam dua cara yang
antagonistic mutualistic. Pertama, dengan naiknya temperatur sel tanaman, kecepatan
pergerakan dari molekul-molekul yang bereaksi semakin bertambah, menyebabkan
tabrakan antarmolekul yang semakin sering, dan laju reaksi semakin cepat, pengaruh ini
umum terjadi pada kebanyakan reaksi kimia. Tetapi, pada hakekatnya, semua reaksi yang
terjadi didalam sel dipercepat oleh enzim yang aktivitasnya tergantung pada pemeliharaan
yang tepat dari struktur tersier (bentu-bentuk tiga dimensi) ke dalam mana reagen harus
dapat melekat tepat agar bereaksi. Dengan naiknya temperatur, peningkatan rangsangan
molekuler cenderung merusak struktur tersier, yang diikuti oleh penurunan aktivitas
enzim dan laju reaksi. Secara menyeluruh, pada temperatur sub-optimum, ketidak-aktifan
enxzm karena panas hanyalah ringan, dank arena itu respon terhadap peningkatan
temperatur adalah positif. Didalam kisaran optimum, perubahan temperatur mempunyai
pengaruh kecil terhadap proses tersebut, sebab kedua pengaruh yang antagonistic tadi
seimbang, artinya percepatan laju reaksi oleh peningkatan rangsangan panas sesuai
denngan penurunan laju oleh kerusakan enzim. Tetapi diatas optimum, denaturasi panas
secara cepat menghancurkan enzim itu, diikuti oleh terhentinya reaksi dengan cepat. Jadi,
kurva asimetris merupakan hasil bertahap dari suatu pola sigmoid peningkatan kecepatan
metabolik terutama yang disebabkan oleh peningkatan frekuensi benturan, yang diikuti
oleh penurunan kecepatan seacara tiba-tiba karena ketidak-aktifan enzim karena panas
(Fitter dan Hay, 1991)
Proses-proses individu yang memberi sumbangan terhadap pertumbuhan tanaman
tidak semuanya memberi respon terhadap temperatur dengan cara yang sama. Misalnya,
fotosintesis bruto pada banyak spesies yang berasal dari daerah iklim sedang terhenti
pada temperatur hanya beberapa derajat dibawah 0oC (minimum) dan cukup baik diatas
40oC (maksimum), dengan kecepatan optimum dalam kisaran 20-35oC (Gambar B.1)

KELOMPOK 5 RESPON PERTUMBUHAN TERHADAP SUHU 14


Gambar B.2 Kurva temperatur daun terhadap laju fotosintesis/respirasi
(Fitter dan Hay, 1991)
Sebaliknya, laju respirasi menjadi lemah dibawah 20oC, tetapi karena
metabolisme yang terganggu oleh panas, pada temperatur yang lebih tinggi, laju itu
meningkat cepat sampai pada temperatur kompensasi dimana kecepatan respirasi sama
dengan kecepatan fotosintesis bruto dan tidak ada fotosintesis neto. Akibatnya, respon
fotosintesis neto (fotosintesis bruto-respirasi) terhadap temperatur sama dengan
pertumbuhan keseluruhan.
Karena pola respon yang pasti terhadap temperatur bervariasi antara spesies dan
proses, maka penting adanya satu ekspresi kuantitatif respon-respon tersebut, terutama
pada temperatur sub-optimal. Pada umunya digunakan Nilai Q10 atau Q5 dimana

, sama pula untuk Q5.

Karena telah didapatkan bahwa nilai Q10 untuk reaksi kimia in vitro biasanya
sekitar 2, secara normal dianggap bahwa nilai Q 10 yang lebih dari 2 menunjukkan satu
proses tanaman dibawah pengendalian metabolik, sedangkan nilai dibawah 2
menunjukkan bahwa pengendalian proses yang sedang diteliti, dibatasi oleh suatu proses
fisik yang murni seperti difusi atau oleh suatu reaksi fotokimia. Tetapi, meskipun
anggapan ini umumnya berguna, nilai Q untuk proses-proses tanaman hendaknya
diperlaukan dengan hati-hati sebab hal itu tergantung temperatur sebab respon tanaman
terhadap temperatur tidak benar-benar eksponensial.
Ketika memperkirakan respon pertumbuhan terhadap suhu, sering kita
mendalilkan berlangsungnya reaksi enzim yang dipengaruhi oleh dua faktor berlawanan,
yakni: kenaikan suhu meningkatkan energi kinetik molekul yang bereaksi dan
meningkatkan laju reaksi, tapi kenaikan suhu juga meningkatkan laju denaturasi enzim.

KELOMPOK 5 RESPON PERTUMBUHAN TERHADAP SUHU 15


Adanya respon positif bila suhu meningkat dari minimum ke optimum, ternyata
meningkat bila suh menurun mendekati titik beku. Pada vernalisasi , pemanjanan
tumbuhan tertentu pada suhu rendah selama beberapa minggu menyebabkan tumbuhan
mampu berbunga, biasanya setelah dikembalikan ke suhu normal. Suhu rendah pada
musim gugur sering menyebabkan atau membantu berlangsungnya dormansi pada banyak
biji, tunas, atau organ dibawah tanah. Suhu rendah pada musim semi dapat membantu
berakhirnya dormansi pada organ yang sama. Suhu rendah mula-mula menyebabkan
dormansi pada tumbuhan, tapi suhu rendah yang berkelanjutan akan mengakhiri
dormansi.
Vernalisasi merupakan induksi pendinginan yang diperlukan oleh tumbuhan
sebelum mulai perbungaan. Vernalisasi sebenarnya tidak khusus untuk perbungaan, tetapi
diperlukan pula oleh biji-biji tumbuhan tertentu sebelum perkecambahan. Respon
terhadap suhu dingin ini bersifat kualitatif (mutlak), yaitu pembungaan akan terjadi atau
pembungaan tidak akan terjadi. Lamanya periode dingin haruslah beberapa hari sampai
beberapa minggu, tergantung sepesiesnya. Spesies semusim pada musim dingin, dua
tahunan, dan banyak spesies tahunan dari daerah beriklim sedang yang membutuhkan
vernalisasi semacam itu agar berbunga. Biji, umbi, dan kuncup banyak spesies tanaman
di daerah beriklim sedang membutuhkan stratifikasi (beberapa minggu diletakkan dalam
penyimpanan yang dingin dan lembab) untuk mematahkan dormansi. Jadi vernalisasi
secara harfiah berarti membuat suatu keadaan tumbuhan seperti musim semi, yaitu
menggalakkan pembungaan sebagai respon terhadap hari-hari yang panjang selama
musim semi (Gardner, 1991).
Pada tahun 1938, K. C. Hammer dan J. Bonner memulai eksperimen dengan
panjang siang dan malam buatan yang tidak perlu sama dengan suatu normal, yaitu siang
dua puluh empat jam. Mereka kemudian berpendapat bahwa cocklebur yang merupaka
tumbuhan pendek siang akan berbunga pada waktu gelapnya berterusan selama delapan
setengah jam, tanpa memperkirakan panjang waktu siang. Selanjutnya, jika waktu gelap
ini diganggu untuk seketika oleh pancaran cahaya, maka pohon cocklebur tidak akan
berbunga. (Mengganggu panjang waktu penyinaran dengan kegelapan tidak memiliki
arti). Keputusan yang sama juga telah diperoleh bagi tumbuhan panjang siang. Tumbuhan
tersebut memerlukan suatu waktu gelap yang lebih pendek daripada suatu panjang

KELOMPOK 5 RESPON PERTUMBUHAN TERHADAP SUHU 16


genting tanpa memperhitungkan panjang waktu pencahayaan. Walau bagaimanapun, jika
suatu malam yang lebih panjang dari panjang genting diganggu oleh suatu pancaran
cahaya yang sekejap, maka tumbuhan siang panjang akan berbunga. Dengan demikian,
dapatlah dibuat kesimpulan bahwa panjang waktu gelap yang mengakibatkan
pembungaan, bukannya panjang waktu pencahayaan. Dalam keadaan alami, jelaslah
siang yang lebih pendek senantiasa berfungsi dengan malam yang lebih panjang, dan
begitulah sebaliknya.
Bukti-bukti bahwa rangsanagan dingin dihasilkan di dalam meristem atau kuncup
dan bukan didalam daun diperoleh dari empat fenomena: (1) biji yang telah mengalami
imbibisi mudah divernalisasi, (2) pengenaan suhu dingin hanya pada daun, akar, atau
batang tidak efektif, (3) biji yang sedang berkembang pada tanaman induk dapat dan
seringkali sudah tervernalisasi apabila tepat pada waktu suhu dingin berlangsung sebelum
biji menjadi kering, dan (4) tanaman yang ditanam dari kuncup liar suatu daun yang
sudah tervernalisasi telah tergalakkan untuk berbunga .
Vernalisasi pada biji dapat dinolkan dengan pengenaan kondisi yang parah, seperti
kekeringan atau temperatur tinggi (30-355̊C) selama periode beberapa hari. Pada
percobaan yang dilakukan oleh Lysenko di Uni soviet, mengenai biji serealia musim
dingin yang divernalisasi dan dipertahankan biji dalam keadaan kering menyebabkan
proses devernalisasi (penghilangan vernalisasi). Percobaan yang dilakukan Lysenko itu
tidak berlaku di mana saja, mungkin karena telah tersedia kultivar tipe musim semi yang
teradaptasi.Vernalisasi pada rumput-rumputan tahunan tertentu, ternyata lebih kompleks,
selain dingin, juga diperlukan beberapa fotoperiode pendek. Contohnya pada rumput
orchard, penggalakan pembungaan terjadi secara alamiah, dan diperlukan suhu ingin
untuk menggalakkan pembungaan pada spesies-spesies tersebut .
Organ tumbuhan yang dapat menerima rangsangan vernalisasi sangat bervariasi
yaitu biji, akar, embrio, pucuk batang. Apabila daun tumbuhan yang memerlukan
vernalisasi mendapat perlakuan dingin, sedangkan bagian pucuk batangnya dihangatkan,
maka tumbuhan tidak akan berbunga (tidak terjadi vernalisasi).Pada Secale cereale,
vernalisasi pada tanaman ini terjadi di dalam biji dan semua jaringan yang dihasilkannya
berasal dari meristem yang tervernalisasi. Pada Chrysantheum, vernalisasi hanya dapat
terjadi pada meristemnya (Istati, 2015).

KELOMPOK 5 RESPON PERTUMBUHAN TERHADAP SUHU 17


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Suhu sebagai faktor lingkungan dapat mempengaruhi produksi tanaman secara fisik
maupun fisiologis. Secara fisik, suhu merupakan bagian yang dipengaruhi oleh radiasi sinar
matahari dan dapat diestimasikan berdasarkan keseimbangan panas. Secara fisiologis, suhu
dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, fotosintesis, pembukaan stomata, dan respirasi.
Selain itu, suhu merupakan salah satu penghambat dalam proses fisiologi untuk sistem
produksi tanaman ketika suhu tanaman berada diluar suhu optimal terendah maupun
tertinggi.Variasi suhu berdasarkan waktu baik musiman atau harian, kesemua variasi ini akan
mempengaruhi penyebaran dan fungsi tumbuhan. Suhu tumbuhan kurang lebih sama dengan
suhu lingkungannya,suhu merupakan faktor terpenting dalam penyebaran tumbuhan.Suhu
merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Suhu mempengaruhi beberpa proses fisiologis penting yaitu buka dan
menututupnya stomata, transpirasi, penyerapan air dan nutrisi (unsur hara), fotosintesis, dan
respirasi. Vernalisasi merupakan induksi pendinginan yang diperlukan oleh tumbuhan
sebelum mulai perbungaan. Respon terhadap suhu dingin ini bersifat kualitatif (mutlak),
yaitu pembungaan akan terjadi atau pembungaan tidak akan terjadi.
B. Saran
-

KELOMPOK 5 RESPON PERTUMBUHAN TERHADAP SUHU 18


DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A., dan Jane B. Reece. 2003.Biologi Edisi KelimaJilid 2, Jakarta: Erlangga.

Campbell, Neil A., dan Jane B. Reece. 2008.Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2.Jakarta : Erlangga.

Fitter, A.H., dan Hay, R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Gardner, dkk., 1991.Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Giyanto. 2014. Pengaruh Faktor Suhu Terhadap Pertumbuhan Tanaman. Diakses dari

http://agroklimatologipertanian.blogspot.co.id pada Senin, 13 Juni 2016 puku 12.35

WITA.

Istati, A., dkk. 2015.Makalah Fisiologi Tumbuhan. Diakses dari http://www.academia.edu/pada

Senin, 13 Juni 2016 puku 12.35 WITA.

Salisbury, F.B., dan Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB Bandung.

Yahsa, P. 2015. Respon Tumbuhan Terhadap Suhu.Diakses dari http://www.academia.edu/pada

Senin, 13 Juni 2016 puku 12.35 WITA.

KELOMPOK 5 RESPON PERTUMBUHAN TERHADAP SUHU 19

Anda mungkin juga menyukai