Lapkas CHF
Lapkas CHF
PENDAHULUAN
1. Definisi
Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak lagi mampu memompa darah
ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh walaupun darah balik masih
normal. Dengan kata lain, gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompakan darah dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik
tubuh (forward failure), atau kemampuan tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan
pengisian jantung yang tinggi (backward failure), atau kedua-duanya.3
2. Etiologi
Penyebab gagal jantung dapat diklasifikasikan ke dalam enam kategori utama:2,3
a. Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas miokard, dapat disebabkan oleh
hilangnya miosit (infark miokard), kontraksi yang tidak terkoordinasi (left bundle
branch block), kurangnya kontraktilitas (kardiomiopati)
b. Kegagalan jantung yang berhubungan dengan overload seperti hipertensi sistemik
(peningkatan tekanan darah di atas 140/90 mmHg) atau hipertensi pulmonal
(peningkatan tekanan darah di paru-paru akibat kongesti pulmonal)
c. Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas katup
d. Kegagalan yang disebabkan abnormalitas ritme kardiak (takikardi)
e. Kegagalan yang disebabkan abnormalitas perikard atau efusi perikard (tamponade)
f. Kelainan congenital jantung
3. Patofisiologi
1.1 Mekanisme dasar
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung
akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang
efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi volume sekuncup, dan
meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan meningkatkan volume akhir diastolik
ventrikel (LVDEP), terjadi peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri. Derajat
peningkatan tekanan bergantung pada kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya
LVDEP, terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri (LAP) karena atrium dan ventrikel
berhubungan langsung selama diastol. Peningkatan LAP diteruskan ke belakang ke dalam
pembuluh darah paru-paru, meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru. Apabila
tekanan hidrostatik anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik pembuluh
darah, akan terjadi transudasi cairan ke dalam interstisial. Jika kecepatan transudasi
cairan melebihi kecepatan drainase limfatik, akan terjadi edema interstisial. Peningkatan
cairan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes ke dalam alveoli dan terjadilah
edema paru.3,4
Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat akibat peningkatan kronis tekanan vena
paru. Hipertensi pulmonalis meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan.
Serangkaian kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada
jantung kanan yang akhirnya akan menyebabkan edema dan kongesti sistemik. 3
Perkembangan dari edema dan kongesti sistemik atau paru dapat diperberat oleh
regurgitasi fungsional dari katup-katup trikuspidalis atau mitralis secara bergantian.
Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi anulus katup antroventrikularis,
atau perubahan orientasi otot papilaris dan korda tendinae akibat dilatasi ruang.3,4
c. Hipertrofi ventrikel
Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel miokardium. Sarkomer
dapat bertambah secara paralel atau serial bergantung pada jenis beban hemodinamik
yang yang mengakibatkan gagal jantung. Sebagai contoh, suatu beban tekanan yang
ditimbulkan stenosis aorta akan disertai dengan meningkatnya ketebalan dinding tanpa
penambahan ukuran ruang dalam. Respon miokardium terhadap beban volume, seperti
pada regurgitasi aorta ditandai dengan dilatasi dan bertambahnya ketebalan dinding.
Kombinasi ini diduga terjadi akibat bertambahnya jumlah sarkomer yang tersusun secara
serial. Kedua pola hipertrofi ini disebut hipertrofi konsentris dan hipertrofi eksentris.
Apapun susunan pasti sarkomernya, hipertrofi miokardium akan meningkatkan kekuatan
kontraksi ventrikel.
5. Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi, foto toraks,
ekokardiografi-doppler. Kriteria Framingham dapat pula dipakai untuk diagnosis gagal jantung
yaitu dengan terpenuhinya 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
Adapun kriteria Framingham sebagai berikut:3,5,9
• Kriteria mayor :
a. Paroksismal nocturnal dispnu
b. Distensi vena leher
c. Ronki paru
d. Kardiomegali
e. Edema paru akut
f. Gallop S3
g. Peninggian tekanan vena jugularis
h. Refluks hepatojugular
• Kriteria minor :
a. Edema ekstremitas
b. Batuk malam hari
c. Dispnea d’effort
d. Hepatomegali
e. Efusi pleura
f. Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
g. Takikardia (>120 x/menit)
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan tanda vital
Pada gagal jantung ringan dan moderat, pasien sepertinya tidak mengalami gangguan saat
beristirahat, kecuali perasaan tidak nyaman saat berbaring pada permukaan datar selama
lima menit. Pada gagal jantung yang lebih berat, pasien harus duduk dengan tegak, dapat
mengalami sesak napas, dan kemungkinan tidak dapat mengucapkan satu kalimat lengkap
karena sesak napas yang dirasakan. Tekanan darah sistolik dapat normal atau tinggi pada
gagal jantung ringan, namun berkurang pada gagal jantung berat, karena adanya disfungsi
ventrikel kiri yang berat. Tekanan nadi dapat berkurang atau menghilang, menandakan
adanya penurunan stroke volume. Sinus takikardi merupakan tanda nonspesifik disebabkan
oleh peningkatan aktivitas adrenergik. Vasokonstriksi perifer menyebabkan dinginnya
ekstremitas bagian perifer dan sianosis pada bibir dan kuku juga disebabkan oleh aktivitas
adrenergik yang berlebih.
b. Pemeriksaan vena jugularis dan leher
Pemeriksaan vena jugularis memberikan perkiraan tekanan pada atrium kanan, dan secara
tidak langsung tekanan pada atrium kiri. Pemeriksaan tekanan vena jugularis dinilai terbaik
saat pasien tidur dengan kepala deangkat dengan sudut 450. Pada gagal jantung stadium dini,
tekanan vena jugularis dapat normal pada waktu istirahat namun dapat meningkat secara
abnormal seiring dengan peningkatan tekanan abdomen.
c. Pemeriksaan paru
Pulmonary crackles (ronkhi atau krepitasi) dihasilkan oleh transudasi cairan dari rongga
intravaskular ke dalam alveoli. Pada pasien dengan edema paru, ronki dapat didengar pada
kedua lapang paru dan dapat disertai wheezing ekspiratoar (asma kardial). Jika ditemukan
pada pasien tanpa penyakit paru, ronkhi spesifik untuk gagal jantung. Efusi pleura timbul
sebagai akibat meningkatnya tekanan sistem kapiler pleura, hasilnya adalah transudasi
cairan ke dalam rongga pleura.
d. Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan jantung sering tidak memberikan informasi yang berguna mengenai tingkat
keparahan gagal jantung. Jika kardiomegali ditemukan, maka apex cordis biasanya berubah
lokasi di bawah ICS V dan atau sebelah lateral dari midclavicularis line, dan denyut dapat
dipalpasi hingga 2 interkosta dari apex. Pada beberapa pasien, suara jantung ketiga (S3)
dapat terdengar dan dipalpasi pada apex. S3 atau prodiastolik gallop paling sering
ditemukan pada pasien dengan volume overload yang juga mengalami takikardi dan
takipneu, dan sering kali menandakan gangguan hemodinamika. Bising pada regurgitasi
mitral dan tricuspid biasa ditemukan pada pasien dengan gagal jantung tahap lanjut.
e. Abdomen dan ekstremitas
Hepatomegali adalah tanda yang penting tapi tidak umum pada pasien jantung. Jika
memang ada, hati yang membesar seringkali teraba lunak dan dapat berpulsasi saat sistol
jika terdapat regurgitasi katup trikuspid. Asites dapat timbul sebagai akibat transudasi
karena tingginya tekanan vena hepatik dan sistem vena yang berfungsi dalam drainase
peritoneum. Jaundice dapat ditemukan dan merupakan tanda gagal jantung stadium lanjut,
biasanya kadar bilirubin direk dan indirek meningkat. Ikterik ini disebabkan karena
terganggunya fungsi hepar sekunder akibat kongesti hepar dan hipoksia hepatoseluler.
Edema perifer adalah manifestasi cardinal jantung, namun hal ini tidaklah spesifik dan
biasanya tidak terdapat pada pasien yang telah mendapat diuretik. Edema perifer biasanya
simetris, beratya tergantung pada gagal jantung yang terjadi, dan paling sering terjadi sekitar
pergelangan kaki dan daerah pretibial pada pasien yang masih beraktivitas.
f. Cardiac cachexia
Pada gagal jantung kronis yang berat, dapat ditandai dengan penurunan berat badan dan
cachexia yang bermakana. Mekanisme dari cachexia pada gagal jantung dapat melibatkan
banyak faktor dan termasuk peningkatan resting metabolic rate, anorexia, nausea, dan
muntah akibat hepatomegali kongestif dan perasaan penuh pada perut. Jika ditemukan,
cachexia menandakan prognosis keseluruhan yang buruk.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan yang umum dilakukan pada gagal jantung antara lain adalah darah rutin, urin
rutin, elektrolit (Na dan K), ureum dan kreatinin, SGOT/SGPT, dan BNP. Pemeriksaan ini
mutlak harus dilakukan pada pasien dengan gagal jantung dengan tujuan untuk mendeteksi
anemia, gangguan elektrolit, menilai fungsi ginjal dan hati mangukur brain natriuretic
peptide (beratnya gangguan hemodinamik).
Foto thoraks
Pemeriksaan Chest X-Ray dilakukan untuk menilai ukuran dan bentuk jantung, struktur
dan perfusi dari paru. Kardiomegali dapat dinilai melalui pengukuran cardiothoracic ratio
(CTR) yang lebih dari 50%, atau ketika ukuran jantung lebih besar dari setengah ukuran
diameter dada, telah menjadi parameter penting pada follow-ip pasien dengan gagal
jantung.
EKG
Pemeriksaan EKG 12 lead dianjurkan untuk dilakukan. Kepentingan utama dari EKG
adalah untuk menilai ritme, menentukan keberadaan hipertrofi pada ventrikel kiri atau
riwayat Infark myocard (ada atau tidaknya Q wave). EKG normal biasanya menyingkirkan
adanya disfungsi diastolic pada ventrikel kiri.
Ekokardiografi
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai anatomi dan fungsi jantung, miokardium dan
pericardium, dan mengevalusi gerakan regional dinding jantung saat istirahat dan saat
diberikan stress farmakologis pada gagal jantung. Fitur yang paling penting pada evaluasi
gagal jantung adalah penilaian Left ventricular ejection fraction (LVEF), beratnya
remodeling ventrikel kiri, dan perubahan pada fungsi diastolik.
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS
Nama : Tn. GG
Usia : 55 tahun
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
Pendidikan : SMP
2. Anamnesis
- Keluhan Utama: Sesak nafas sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit
- Riwayat Perjalanan Penyakit: Pasien datang dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas ini
dirasakan sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu SMRS dan semakin menghebat sejak kurang
lebih 4 jam SMRS sehingga pasien datang ke rumah sakit. Sesak nafas ini timbul saat
beraktivitas ringan seperti menyapu halaman dan mandi. Sesak hilang bila pasien beristirahat dan
pasien juga mengeluhkan susah tidur dan sering terbangun dari tidurnya bila malam hari karena
sesak nafas dan membaik bila pasien duduk. Pasien juga mengatakan bila tidur lebih nyaman jika
menggunakan lebih dari 2 bantal. Sesak tidak disertai adanya nyeri dada. Selain itu pasien juga
mengeluh kedua tungkai bengkak sejak 2 hari yang lalu. Demam tidak ada, keringat dingin
malam hari tidak dirasakan, nafsu makan pasien normal. Mual dan muntah tidak ada. BAB dan
BAK biasa.
- Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat hipertensi diketahui sejak + 5 tahun yang lalu, namun
pasien tidak rutin mengkonsumsi obat, penyakit jantung, penyakit ginjal, diabetes mellitus, dan
dislipidemia disangkal.
- Riwayat Penyakit Keluarga : Dikeluarga pasien tidak ada yang menderita keluhan atau penyakit
seperti pasien. Riwayat hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, diabetes mellitus, dan
- Riwayat Sosial Ekonomi: Pasien tinggal dengan istri dan 2 orang anaknya, pasien bekerja
sebagai petani. Pasien aktif dalam kegiatan bermasyarakan dan bergereja di lingkungan rumah
pasien. Pasien tidak mengkonsumsi rokok, pasien peminum alkohol namun sudah berhenti sejak
7 tahun lalu.
3. Pemeriksaan Fisik
Nadi : 90x/menit
Pernapasan : 26 x/menit
Temperatur : 36,6 0C
Inspeksi : Statis & dinamis, simetris kanan = kiri, retraksi dinding dada
Auskultasi : Sp.Vesikuler (+) normal pada paru kanan dan kiri, wheezing
Jantung
sinistra
Palpasi : Iktus kordis teraba ICS VII linea aksilaris anterior sinistra
linea sternalis sinistra, dan batas kiri jantung ICS VII linea aksilaris
anterior sinistra.
Abdomen
Palpasi : Lemas (+) , nyeri tekan (-), Hepar teraba 4 jbac tepi tumpul, nyeri
(-), konsistensi kenyal, permukaan licin. Lien tidak teraba, ballotement (-).
−/−
Ektremitas : akral hangat, edema +/+ ,
4,95 x
Eritrosit 4.25 – 5.40/mm3
106/mm3
150.000 –
Trombosit 244 x 103/mm3
450.000/mm3
4. Diagnosis
5. Penatalaksanaan
O2 3-4L/menit
Captopril 3x1,25mg
ISDN 2x5mg
Nonfarmakologis :
Memposisikan semi fowler
Mengurangi asupan cairan dalam rangka mengurangi beban jantung
Mengurangi asupan garam untuk mengurangi retensi cairan dalam tubuh
6. Rencana Pemeriksaan
EKG
Foto Thoraks
Cek Na, K, Cl
FOLLOW UP:
O : KU:TSS Kes : CM
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis terlihat di ICS VII linea aksilaris anterior sinistra
Palpasi : Iktus kordis teraba ICS VII linea aksilaris anterior sinistra
Perkusi : Batas kanan linea parasternalis dekstra, batas atas ICS II linea
sternalis sinistra, dan batas kiri jantung ICS VII linea aksilaris anterior sinistra.
P : O2 3-4L/menit
Captopril 3x1,25mg
ISDN 2x5mg
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis terlihat di ICS VII linea aksilaris anterior sinistra
Palpasi : Iktus kordis teraba ICS VII linea aksilaris anterior sinistra
Perkusi : Batas kanan linea parasternalis dekstra, batas atas ICS II linea
sternalis sinistra, dan batas kiri jantung ICS VII linea aksilaris anterior sinistra.
P : Furosemid 1x40 mg
Captopril 3x1,25mg
ISDN 2x5mg
O : KU:TSS Kes : CM
Inspeksi : Iktus kordis terlihat di ICS VII linea aksilaris anterior sinistra
Palpasi : Iktus kordis teraba ICS VII linea aksilaris anterior sinistra
Perkusi : Batas kanan linea parasternalis dekstra, batas atas ICS II linea
sternalis sinistra, dan batas kiri jantung ICS VII linea aksilaris anterior sinistra.
P : Furosemid 1x40 mg
Captopril 3x1,25mg
ISDN 2x5mg
Rawat Jalan
PEMBAHASAN
Pasien Tn. GG 55 tahun dengan keluhan sesak nafas sejak 1 minggu SMRS semakin
menghebat sejak kurang lebih 4 jam SMRS sehingga pasien datang ke rumah sakit . Dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan bahwa diagnosis adalah gagal
jantung kongestif (CHF ) dengan penyebab utamanya adalah Hypertension Heart Disease
(HHD).
Hipertensi merupakan beban pressure overload bagi miokard yang dapat mengakibatkan
hipertrofi ventrikel kiri dan gangguan fungsi diastolic (asimptomatik/subklinik) dan akhirnya
dapat menyebabkan gangguan sistolik ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel kiri merupakan respon
terhadap kenaikan wall stress ventrikel kiri akibat hipertensi dan suatu upaya untuk
mengembalikan wall stress ventrikel kiri kepada nilai normal, mempertahankan fungsi sistolik
ventrikel kiri dan mengurangi kemungkinan terjadinya gangguan perfusi miokard. Respon
adaptasi tersebut terbatas. Seperti pada pasien ini, bila tekanan darah tetap tinggi dimana pasien
sudah mengalami hipertensi selama 5 tahun dan tidak rutin mengkonsumsi obat maka akan
terjadi remodeling, perubahan struktur miokard dan gangguan fungsi jantung.
Sesak napas yang merupakan keluhan utama pada pasien ini disebabkan oleh karena
adanya kongesti pulmoner, dengan adanya akumulasi dari cairan interstisial yang menstimulasi
pernapasan cepat dan dangkal yang khas untuk sesak napas yang disebabkan oleh penyakit
jantung. Sesak napas pada malam hari saat pasien tidur merupakan akibat pasien tidur dalam
keadaan datar sehingga aliran balik darah meningkat, akibatnya ventrikel kanan juga
memompakan darah yang lebih banyak ke arteri pulmonalis.
Edema kedua tungkai pada pasien ini terjadi karena adanya kongesti vena sistemik
sebagai akibat gagal jantung kanan. Gagal jantung kanan dapat terjadi akibat meningkatnya
tekanan vaskular paru sehingga akhirnya membebani ventrikel kanan. Selain itu disfungsi
ventrikel kiri juga berpengaruh langsung terhadap fungsi ventrikel kanan melalui fungsi
anatomis dan biokimiawinya. Kedua ventrikel mempunyai satu dinding yang sama (septum
interventrikularis) yang terletak dalam pericardium. Perubahan-perubahan biokimia seperti
berkurangnya cadangan norepinefrin miokardium selama gagal jantung juga dapat merugikan
kedua ventrikel.
DAFTAR PUSTAKA
1. Madeline, Carleton PF. Disfungsi Mekanis Jantung dan Bantuan Sirkulasi. Dalam:
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Price SA, Wilson LM. Editor. Edisi
keenam. Jakarta: EGC. 2005; 630-40
2. Ghanie A. Gagal Jantung Kronik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I. Editor. Jilid kedua Edisi kelima. Jakarta: Interna Publishing. 2009;
1596-1604
3. Gray HH, Dawkins KD, Morgan JM, Simpsom IA. Gagal Jantung. Dalam : Lecture
Notes Kardiologi. Edisi keempat. Jakarta : Erlangga Medical Series. 2002; 80-97
4. Kusmana D, Setianto B, Tobing, PL. Gagal Jantung Kronik. Dalam : Standar Pelayanan
Medik RS. Jantung Harapan dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Edisi kedua. Jakarta.
2003; 170-80
5. Guideline for the Prevention, Detection and Management of Chronic Heart Failure in
Australia. National Heart Foundation of Australia. Serial on Internet. 2011. [cited on June
1, 2013]. Available from :
www.heartfoundation.org.au/.../chronic_heart_failure_guidelines_2011.pdf
6. Ismail D. Penyakit Jantung Hipertensi : Patogenesis dan Patofisiologi Terkini. Makmun,
LH, Alwi I, Mansjoer A. Dalam : Prosiding Simposium Pendekatan Holistik Penyakit
Kardiovaskuler II. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2003
7. American Heart Association. Heart Disease and Stroke Facts, 2006 Update. Dallas,
Texas: AHA, 2006.
8. Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, et.al editor.
Cardiology. In: Harrison’s manual of medicine 17th ed. USA: McGraw Hill, 2009: 730-5.
9. Lily Ismudiati Rilantono,dkk.;Buku Ajar Kardiologi;Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia,2004,hal 173-181