Standar Spasial PDF
Standar Spasial PDF
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................................1
I.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
I.2. TUJUAN...........................................................................................................................2
BAB II..........................................................................................................................................4
RUANG LINGKUP STANDARISASI..........................................................................................4
II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR....................................4
II.2. STANDAR SATUAN GAMBAR.......................................................................................8
II.3. STANDAR PENAMAAN FILE DAN DIREKTORI............................................................9
II.4. STANDAR PENAMAAN LAYER DAN ENTITAS............................................................9
II.5. STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL......................................................................15
II.6. STANDAR JENIS TOPOLOGI......................................................................................22
II.7. STANDAR PENULISAN TEKS.....................................................................................23
II.8. STANDAR FORMAT PENCETAKAN ..........................................................................24
II.8.1. Elemen – Elemen Peta Pendaftaran.....................................................................24
II.8.2. Metode Pembuatan Layout...................................................................................31
II.9. STANDAR LEGENDA...................................................................................................32
BAB III.......................................................................................................................................34
VALIDASI DATA.......................................................................................................................34
II.1. RUANG LINGKUP VALIDASI DATA.............................................................................34
Struktur Data Spasial DXF
BAB I
PENDAHULUAN
P
eta dapat didefinisikan sebagai representasi permukaan fisik bumi
yang ditampilkan secara grafik pada bidang planar. Peta
menampilkan isyarat, simbol dan hubungan spasial diantara fitur
geografik. Adakalanya peta menekankan, mengeneralisasi dan
menghilangkan fitur tertentu sesuai dengan kebutuhan peta tersebut.
Sebagai contoh, jalan kereta api mungkin saja ditampilkan pada peta
transportasi tetapi dihilangkan dari peta jalan.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, maka teknologi
pemetaan juga berkembang ke arah Sistem Informasi Geografik atau
sering disingkat dengan SIG. SIG adalah integrasi antara data geografik,
data atribut dan data – data bereferensi geografik lainnya didalam sebuah
sistem terkomputerisasi sebagai alat bantu untuk mengambil keputusan.
SIG dipakai untuk mengumpulkan, menyimpan, memanggil, menganalisa
dan menampilkan data spasial. Dalam hubungannya dengan basis data
relasional dan peta digital, SIG dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Sist fis
em Informasi Geogra
Gambar
Gambar XX.1.Hubungan
Hubungan Antara
AntaraBasis
BasisData,
Data,CAD, dandan
CAD, SIG SIG
memperoleh informasi spasial yang tergambar pada peta digital dari data
base relasional atau sebaliknya, pengguna bisa memperoleh informasi
yang tersimpan pada basis data relasional melalui peta digital.
Dengan demikian jelas sekali terlihat bahwa tidak bisa dilakukan
komparasi atau perbandingan antara kemampuan software - software
CAD (AutoCad, Microstation) dengan software - software SIG (Smallworld,
Arc GIS, MapInfo) karena memang 'wilayah kerja' software tersebut
berbeda. Hal ini dikarenakan software - software CAD dirancang bukan
untuk mengelola sistem informasi geografis, sebaliknya software -
software SIG dibuat dengan kondisi editing tool yang tidak terlalu baik.
Meskipun beberapa software CAD sekarang ini dilengkapi dengan modul
untuk mengelola data spasial seperti AutoCad dengan AutoCad Map dan
Microstation dengan Microstation Geographic, masih tetap saja ada
kelemahannya yaitu software - software tersebut tidak bisa menangani
data - data spasial dengan ukuran yang besar. Berbeda sekali dengan
software - software GIS yang memang dipersiapkan untuk mengelola data
geografis dengan ukuran yang besar. Untuk mengatasi keterbatasan
editing tool pada perangkat lunak SIG, maka peta digital bisa dibuat
dengan menggunakan perangkat lunak CAD yang mempunyai 'engine'
topologi. Selanjutnya peta – peta digital tersebut diimport ke dalam SIG.
Keuntungan yang bisa diperoleh dengan mensinergikan dua perangkat
lunak CAD dan SIG adalah kecepatan penggambaran dan kemampuan
pengelolaan data spasial. Kendala yang dihadapi dalam mensinergikan dua
perangkat lunak tersebut adalah mengenai format data. Seperti telah
diketahui bersama, data - data tekstual yang diorganisasikan dalam suatu
database relasional memiliki banyak sekali kaidah agar tercipta suatu
kondisi dimana tabel – tabel yang membetuk database tersebut normal
(tidak ada redudancy dan duplikasi data). Redudancy data biasanya
dikurangi dengan memecah tabel menjadi beberapa tabel dan masing –
masing tabel tersebut direlasikan dengan sebuah 'foreign key'. Duplikasi
data dapat dikurangi dengan penggunaan 'primary key' yaitu sebuah nilai
(value) yang unik yang membedakan suatu objek dengan objek lainnya.
Norma – norma tersebut tidak pernah ditemukan pada peta digital
dengan format CAD. Seorang operator CAD bisa memasukkan entity apa
saja pada peta digital tanpa terikat oleh norma – norma basis data
relasional. Seorang operator bahkan bisa membuat sebuah layer yang
hanya dimengerti oleh dirinya sendiri. Hal ini tentu saja akan menyulitkan
dalam proses integrasi data nantinya. Oleh karena itu, perlu dibuat suatu
standarisasi mengenai peta digital, sehingga menjamin peta tersebut
dapat diintegrasikan dengan database relasional.
I.2. TUJUAN
Tujuan pembuatan standar struktur data DXF ini adalah untuk
menerapkan standar yang jelas dalam pembuatan peta digital di
lingkungan Badan Pertanahan Nasional. Dengan standar struktur data ini,
BAB II
RUANG LINGKUP STANDARISASI
93O 96O 99O 102O 105O 108O 111O 114O 117O 120O 123O 126O 129O 132O 135O 138O 141O
94O30' 97O30' 100O30' 103O30' 106O30' 109O30' 112O30' 115O30' 118O30' 121O30' 124O30' 127O30' 130O30' 133O30' 136O30' 139O30'
46.2 47.1 47.2 48.1 48.2 49.1 49.2 50.1 50.2 51.1 51.2 52.1 52.2 53.1 53.2 54.1
314
313
312
02.002
003
002
001
01 02 03 54 55 56
Gambar 3. Pembagian Lembar Skala 1:10000
13 14 15 16
01 02 03 04
7 8 9
Skala 1 : 2.500, No. Lembar 02.002-06
4 5 6
Skala 1 : 1.000, No. Lembar 02.002-06-5
1 2 3
3 4
Skala 1 : 1.000, No. Lembar 02.002-06-5
3 4
Skala 1 : 500, No. Lembar 02.002-06-5-1
Kode Kantor
Kode Kecamatan 1
Kode Desa1
Kode Desa2
Dan Seterusnya...
Kode Kecamatan 2
Kode Desa1
Kode Desa2
Dan Seterusnya...
Dan Seterusnya...
SIG akan selalu diambil dari layer batas persil dengan identitas persil yang
bersangkutan akan selalu diambil dari entity teks pada layer identitas
persil. Jika penamaan layer dan tipe entitynya tidak konsisten, maka
logika pemrograman dalam proses import sulit untuk diterapkan. Selain
nama layer, tipe entity yang terdapat pada suatu layer juga harus sama.
Sebagai contoh : layer batas persil tidak boleh memiliki entity selain
polyline. Contoh lainnya adalah layer NIB tidak boleh memiliki entity selain
teks. Hal ini dilakukan untuk menjamin tidak ada kesalahan penempatan
entity pada suatu layer.
Secara umum nama layer didefinisikan sebagai 6 digit desimal dan
dikelompokkan berdasarkan layer batas administrasi, layer kadastral,
layer perairan, layer transportasi, layer titik tinggi geodesi, layer titik
dasar teknis, layer bangunan, layer teks, layer penggunaan tanah, layer
kontur dan layer bingkai / frame dan layer raster. Standar penamaan
layer tersebut adalah sebagai berikut:
Layer Administrasi
Nama Warna Kombinasi Entity
Deskripsi
Layer DXF R,G,B
Layer Kadastral
Nama Warna Kombinasi Entity
Deskripsi
Layer DXF R,G,B
Layer Perairan
Nama Warna Kombinasi Entity
Deskripsi
Layer DXF R,G,B
Layer Transportasi
Nama Warna Kombinasi Entity
Deskripsi
Layer DXF R,G,B
Layer Bangunan
Nama Warna Kombinasi Entity
Deskripsi
Layer DXF R,G,B
Layer Teks
Nama Warna Kombinasi Entity
Deskripsi
Layer DXF R,G,B
Layer Kontur
Nama Layer Deskripsi Warna Kombinasi Entity
DXF R,G,B
Layer Frame
Nama Layer Deskripsi Warna Kombinasi Entity
DXF R,G,B
Layer Raster
Nama Layer Deskripsi Warna Kombinasi Entity
DXF R,G,B
Setiap entity titik didefinisikan sebagai blok atau blok atribut. Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah pemberian simbol bagi titik tersebut.
Khusus untuk titik yang mempunyai identitas seperti titik GPS, titik tinggi,
dan lain – lain dibuat dengan blok atribut sehingga dimungkinkan setiap
simbol titik tersebut berafiliasi dengan text yang menjelaskan titik
tersebut. Posisi titik akan dijelaskan oleh insertion point dari blok tersebut
dan identitas titik yang bersangkutan akan diterangkan oleh atribut blok
tersebut. Penamaan blok-blok atribut tersebut adalah sebagai berikut :
Nama Objek Nama Blok
Node
Jakarta
Vertek
Vertek
Node X Y Node 2
1 X1 Y1 Node 5
2 X2 Y2
Node 4
Node 1
3 X3 Y3
4 X5 Y4
Node 3
5 X5 Y5
1 1 2 Link 1
Node 5
2 2 3 Link 5
Link 2
3 3 1
Node 4
4 1 2 Node 1
Link 4
Link 7
5 4 4 Link 6
6 3 2
Node 3
7 5 5 Link 3
Node 2
Poligon Link Link 1
Node 5
Link 5
Link 2
A 1, 5, 4 A D
Node 4
Node 1 Link 7
B 2, 5, 6, 7 Link 4
Link 6 B
C 3, 4, 6 C
Node 3
Link 3
D 7
3 Map Extent C
A D
Node 4
Node 1 Link 7
4 A C Link 4
5 A B
Link 6 B
C
6 C B Node 3
7 B D Link 3
Salah : Dua Garis Dengan Bentuk Dan Posisi Yang Sama Benar : Satu Garis Saja
Vertek Vertek
Node Node
Node Node
Vertek Vertek
Salah (cross) : Tidak Ada Vertek Benar : Ada Vertek
Vertek Vertek
Node Node
Node Node
Vertek Vertek
Node Node
Node Node
02356
6. Node clustering. Jarak antar setiap node dalam suatu peta digital
harus harus dibatasi dengan toleransi tertentu. Beberapa node
yang berdekatan melebihi tolerasi disebut dengan cluster.
Cluster Node
Node
Node Segmen I Pseudo Node
Node Segmen II Node
Sliver Poligon
Duplikasi
Segmen Pendek
Persilangan / Cross
Undershoot
Overshoot
Cluster Nodes
Pseudo Node
Penyederhanaan Garis
didalam persil dan tidak overlap dengan teks lainnya seperti teks
nib atau teks nomor GS/SU. Dalam satu desa, tidak ada nomor
hak yang sama.
4. Teks nama unsur – unsur transportasi ditulis lengkap (tanpa
singkatan) atau disingkat dengan pola yang teratur. Penulisan
teks – teks tersebut dilakukan dengan pola “title case”, yaitu
semua kata diawali dengan huruf kapital. Titik insert teks nama
jalan harus berada didalam batas jalan / tidak boleh diluar dan
dekat dengan garis tengah jalan tetapi tidak overlap.
5. Teks nama unsur - unsur perairan ditulis lengkap (tanpa
singkatan) dengan pola “title case” . Titik insert teks tersebut
harus berada didalam batas sungai, selokan atau saluran dan
dekat dengan garis tengah sungai, selokan atau saluran tetapi
tidak overlap.
2. Informasi Tepi
Informasi tepi dibatasi dengan garis kontinyu dengan jarak 2 cm
di sebelah kanan bidang gambar. Informasi tepi ini berukuran
0.2cm
8cm
100 0 200 400 600 700
0.1cm 2cm
(b)Kotak Lokasi
Kotak ini adalah untuk menunjukkan lokasi desa dan
kecamatan pada lembar tesebut. Kotak lokasi dibuat
dengan ukuran 15 cm x 4 cm. Kotak lokasi dibagai
menjadi empat baris dengan jarak antar baris 1 cm dan
dua kolom dengan lebar kolom pertama 5.5 cm. Isi kolom
pertama baris petama dan kolom pertama baris ketiga
adalah KECAMATAN, sedangkan isi baris kedua kolom
pertama dan baris keempat kolom pertama adalah
DESA/KELURAHAN. Ukuran garis kotak adalah 0.33 mm.
Ukuran huruf adalah Arial dengan ukuran 12. Penulisan
huruf rata kiri dan terletak dibagian tengah kotak.
(d)Kotak Legenda
Kotak legenda berisikan simbol unsur – unsur alam
maupun buatan manusia yang digunakan dalam peta.
Ukuran kotak legenda adalah:
Skala Peta Ukuran Kotak Legenda
1 : 10000 15 cm x 16 cm
1 : 2500 15 cm x 31 cm
1 : 1000 15 cm x 21 cm
(g)Kotak Pengesahan
Kotak pengesahan dibuat dengan ukuran :
Skala Peta Ukuran Kotak Pengesahan
1 : 10000 15 cm x 10 cm
1 : 2500 15 cm x 12 cm
1 : 1000 15 cm x 12 cm
4. Bingkai Peta
Bingkai peta pendaftaran adalah garis persegi panjang yang
mengelilingi bidang gambar dan informasi tepi. Bingkai peta
pendaftaran ini berjarak masing-masing 3 cm disekeliling bidang
gambar dan informasi tepi.
Layout peta dibuat pada 'layout tile', dengan muka peta yang
berupa viewport. Ukuran viewport tersebut disesuaikan dengan ukuran
muka peta seperti yang dijelaskan diatas. Dengan demikian, peta
pendaftaran tetap kontinyu dalam satu desa, tetapi dalam proses
pencetakan bisa ditampilkan perlembar.
Pemotongan peta menjadi satu lembar tidak perlu dilakukan karena alasan
berikut ini:
1. Pemotongan peta per lembar tersebut menghambat
pembentukan peta tunggal. Seperti diketahui, ukuran dan
cakupan peta berbeda – beda untuk skala 1:10000, 1:2500,
1:1000. Akibatnya, area yang sama pada skala 1:10000 dibuat
menjadi 1 file skala 1:10000, 16 file skala 1:2500 dan 144 file
skala 1:1000. Jika suatu bidang tanah yang terdapat pada peta –
peta tersebut dipecah atau digabungkan akan timbul
permasalahan peta mana yang akan diedit.
2. Pembuatan peta indeks menjadi tidak efisien.
3. Pemotongan peta per lembar cenderung mengakibatkan
permasalahan pada saat edge matching. Seringkali dijumpai
objek jalan bertemu dengan objek sungai, objek sungai yang
buntu, jalan buntu yang tidak terhubung sama sekali ke jalan
lainnya, dan lain – lain. Selain itu pula, antara persil – persil yang
bersebelahan tetapi terletak pada lembar yang berbeda sering
kali tidak match (terjadi gap atau overlap).
4. Proses pencarian suatu bidang tanah juga sangat sulit jika peta –
peta tersebut dibagi – bagi per lembar.
LEGENDA
JALAN JARINGAN
Jalan Aspal / Beton TL Tiang Listrik
Jalan Tanah TP Tiang Telepon
Jalan Setapak Menara Transmisi
Pipa
REL
Rel Kereta Api TITIK TETAP
Rel Lori Titik Dasar Teknik Orde 0 Atau Orde 1
Titik Dasar Teknik Orde 2
JEMBATAN Titik Dasar Teknik Orde 3
Jembatan Beton Titik Dasar Teknik Orde 4
Jembatan Besi Titik Dasar Teknik Orde 4 Lokal
Jembatan Kayu 30.5 Tinggi Titik Tanah
PERTANIAN KONTUR
S Sawah 12 Interval Kontur 2 m
Ld Ladang 10 Interval Kontur 10 m
Tb Tambak
BAB III
VALIDASI DATA
1. Nama layer. Meskipun tidak ada pada standar layer ini, layer 0
adalah layer default format DXF. Demikian pula dengan layer
defpoints. Jadi layer 0 dan layer defpoints bukan merupakan layer
yang salah. Layer 0 hanyaboleh memiliki entity viewport saja.
2. Kesalahan link.
Beberapa kesalahan yang tertinggal dalam proses clean up harus
dihilangkan atau tetap dibiarkan, sesuai dengan jenis topologi yang
akan dibangun. Pertimbangan – pertimbangan dalam melakukan
koreksi kesalahan data tersebut antara lain sebagai berikut:
Teks NIB terdiri dari 5 digit numerik, misalnya : 02341. NIB tidak
berisi alfanumerik.
6. Posisi centroid harus didalam poligon.
Posisi centroid, ditentukan oleh insertion point jika centroid tersebut
berupa teks atau blok. Walaupun sebuah teks sekilas terlihat seperti
di dalam sebuah poligon, tetapi jika insertion pointnya berada diluar
poligon maka centroid tersebut masih salah seperti terlihat pada
gambar :
13452
Insertion Point
Insertion Point
13452
Salah: insertion point diluar poligon Benar : insertion point didalam poligon