Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN KOMPILASI

PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI RIAU

Disusun Oleh:

Kelompok I

Betrika Oktaresa 8-A/8


M. Fauzul Iman 8-A/19
Muh. Mafrukh Ramdhani 8-A/20
Pratiwi Parowung 8-A/22
Tien Saputri K.A 8-A/27

1
1. Pendahuluan
Analisis laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui apakah keadaan
keuangan, hasil usaha kemajuan keuangan memuaskan atau tidak
memuaskan. Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antar unsur-
unsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsur-unsur itu dari
tahun ke tahun dan untuk mengetahui arah perkembangannya.
Menurut Djarwanto (2001:111) manfaat analisis laporan keuangan
berdasarkan pada kepentingan para pemakai laporan yaitu :
a. Untuk mengetahui hubungan antara suatu perusahaan dengan
perusahaan lain baik dalam satu laporan keuangan maupun antar
laporan keuangan, sehingga apabila terjadi kelemahan dalam satu
atau beberapa perusahaan dari laporan keuangan akan diambil
tindakan untuk memperbaikinya.
b. Dapat dijadikan sebagai salah satu dasar dalam pengambilan
keputusan.
c. Bersama dengan anggaran kas dapat digunakan untuk memprediksi
laporan keuangan dimasa yang akan datang.
d. Untuk mengetahui posisi dan perkembangan dari satu atau beberapa
laporan keuangan sehingga dapat diramalkan kecenderungannya
pada masa yang akan datang.
Analisis yang dilakukan terhadap neraca dan laporan laba rugi merupakan
penelaahan hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan untuk
menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan entitas
yang bersangkutan. Metode dan teknis analisis (alat-alat analisis) yang
digunakan untuk mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam
laporan sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari setiap pos
tersebut dengan memperbandingkannya dengan periode yang lalu atau
membandingkannya dengan alat-alat pembanding yang lain seperti neraca
dan laporan laba rugi yang dibudgetkan ataupun dengan laporan keuangan
entitas lain yang sejenis.
Secara lengkap menurut Harahap (2004:195) kegunaan analisis laporan
keuangan ini dapat dikemukakan sebagi berikut :
a. Dapat memberikan informasi yang lebih luas,lebih dalam dari pada
yang terdapat pada laporan keuangan biasanya.
b. Dapat mengali informasi yang tidak tampak secara kasat mata
(eksplisit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik
laporan keuanngan (implicit).
c. Dapat mengetahui kesalahan-kesalahan yang terkandung dalam
laporan keuangan.
d. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat konsisten dalam
hubungannya dengan suatu laporan keuangan maupun kaitannya
dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
e. Mengetahui sifat-sifat hubungan akhirnya dilapangan untuk prediksi
dan peningkatan (rating).

2
f. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria
tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
g. Dapat membendingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain
dengan periode sebelumnya atau dengan standart industri normal
atau standart ideal.
h. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan, hasil usaha, struktur
keuangan dan sebagainya.
i. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dilakukan
perusahaan di masa yang akan datang.
j. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan.
Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan
merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain: (a) Dapat
menilai Prestasi perusahaan (b) Dapat memproyeksikan kauangan
perusahaan. (c) Dapat menilai kondisi masa lalu dan masa sekarang dari
aspek waktu tertentu. (d) Posisi keuangan(e) Hasil-hasil perusahaan (f)
Liquiditas ; (g) Solvabilitas ; (h) Aktivitas : (i) Rentabilitas dan Prifitabilitas ; (j)
Indikator pasar modal.

2. Metodologi dan Teknik Analisis Laporan Keuangan


Metode analisis laporan keuangan dilakukan dengan beberapa
metode, antara lain:
1) Metode Analisis Horizontal
Metode Analisis Horizontal dikenal juga dengan Metode Analisis
Dinamis. Metode ini menganalisis laporan keuangan untuk tiga periode
sehingga akan diketahui perkembangannya.
Salah satu teknik yang dipakai dalam metode ini adalah
Comparative Financial Statement (Analisis Perbandingan Laporan
Keuangan). Analisis perbandingan dilakukan dengan cara
membandingkan unsur-unsur laporan keuangan suatu periode dengan
periode lainnya.
2) Metode Analisis Vertikal
Metode Analisis Vertikal dikenal juga dengan istilah Metode
Analisis Statis, karena hanya membandingkan pos-pos laporan
keuangan pada tahun (periode) yang sama, sehingga memperlihatkan
persentase suatu pos terhadap pos lainnya. Teknik yang digunakan
dalam metode ini, adalah:
(1) Analisis Common-Size Financial Statements
Analisis ini dilakukan dengan menunjukkan pos-pos dalam
laporan keuangan sebagai persentase dari pos dasar (pos dengan
nilai 100%).
Contohnya persentase belanja pegawai terhadap total belanja
yang dikeluarkan pemda. Hasil perhitungan ini selanjutnya dianalisis
apakah belanja pegawai terlalu besar sehingga belanja untuk

3
pelayanan pada masyarakat porsinya lebih sedikit, dan seterusnya.
(2) Analisis Rasio (Ratio Analysis)
Analisis rasio dilakukan dengan menunjukkan hubungan antara
dua pos. Rasio ini diperoleh dengan membagi angka suatu pos
dengan angka pos lainnya, misalnya analisis rasio derajat
desentralisasi, rasio belanja operasi terhadap total belanja, dan
sebagainya.

3. Analisis terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)


Kompilasi se-Provinsi Riau Tahun 2011:

A. Analisis LKPD atas Neraca

(1) Analisis atas Pertumbuhan Pos-Pos Neraca

Analisis pertumbuhan pos-pos neraca dilakukan dengan


membandingkan pertambahan pos-pos neraca pada tahun yang
dinilai tingkat pertumbuhannya dengan pos neraca yang
bersangkutan tahun sebelumnya selama periode 2 tahun yaitu
Tahun Anggaran 2011 yaitu membandingkan pos-pos neraca 2011
dengan 2010 sedangkan analisis 2010 dengan membandingkan
pos-pos neraca 2010 dengan 2009. Analisis pos-pos neraca yaitu:
a. Pertumbuhan Total Aset

Pertumbuhan Total Aset adalah membandingkan


pertambahan total aset pada tahun yang dinilai tingkat
pertumbuhannya dengan total aset tahun sebelumnya selama
periode 2 tahun yaitu posisi per 31 Desember 2011 dan 2010.
Rumusnya:
Total Aset n – Total
Aset n-1
Pertumbuhan Total Aset = X 100%
Total Aset n-1

Pertumbuhan Total Aset untuk seluruh Pemda yang ada


di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011 adalah
14,77%, dan untuk posisi 31 Desember 2010 adalah 11,91%.

Dari hasil analisis terhadap perbandingan pertumbuhan


Total Aset masing-masing pemda, diketahui yang memperoleh
tingkat pertumbuhan Total Aset tertinggi dan terendah untuk
masing-masing Pemda tahun 2011 dan 2010 adalah sebagai
berikut:

4
Tingkat Pertumbuhan Total Aset

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Kepulauan Meranti 176,51 Kampar 5,77

2010 Kampar 20,57 Kuantan 2,33


Singingi

b. Pertumbuhan Aset Lancar

Pertumbuhan Aset Lancar adalah membandingkan


pertambahan Aset Lancar pada tahun yang dinilai tingkat
pertumbuhannya dengan Aset Lancar tahun sebelumnya
selama periode 2 tahun yaitu posisi per 31 Desember 2011 dan
2010 . Rumusnya:
Total Aset Lancar n –
Pertumbuhan Aset Total Aset Lancar n-1
= X 100%
Lancar
Total Aset Lancar n-1

Pertumbuhan Aset Lancar untuk seluruh Pemda yang


ada di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011 adalah
78,86%, dan untuk posisi 31 Desember 2010 adalah 29,64%.

Dari hasil analisis terhadap perbandingan pertumbuhan


Aset Lancar masing-masing pemda, diketahui yang
memperoleh tingkat pertumbuhan Aset Lancar tertinggi dan
terendah untuk masing-masing Pemda tahun 2011 dan 2010
adalah sebagai berikut:
Tingkat Pertumbuhan Aset Lancar

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Kuantan Singingi 473,62 Kampar (49,46)

2010 Indragiri Hulu 1262,27 Rokan Hulu (83,77)

c. Investasi Jangka Panjang

Pertumbuhan Investasi Jangka Panjang adalah


membandingkan pertambahan Investasi Jangka Panjang pada
tahun yang dinilai tingkat pertumbuhannya dengan Investasi
Jangka Panjang tahun sebelumnya selama periode 2 tahun
yaitu posisi per 31 Desember 2011 dan 2010. Rumusnya:

5
Total Investasi Jangka
Panjang n – Total
= Investasi Jangka Panjang
Pertumbuhan Investasi n-1 X 100%
Jangka Panjang
Total Investasi Jangka
Panjang n-1

Pertumbuhan Investasi Jangka Panjang untuk seluruh


Pemda yang ada di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember
2011 adalah 9,61% dan untuk posisi 31 Desember 2010 adalah
4%.
Dari hasil analisis terhadap perbandingan pertumbuhan
Investasi Jangka Panjang masing-masing pemda, diketahui
yang memperoleh tingkat pertumbuhan Investasi Jangka
Panjang tertinggi dan terendah untuk masing-masing Pemda
tahun 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut:
Tingkat Pertumbuhan Investasi Jangka Panjang

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Kepulauan Meranti 200,00 Kampar (26,90%)

2010 Rokan Hilir 10,75 Pekanbaru (127,30)

d. Aset Tetap

Pertumbuhan Aset Tetap adalah membandingkan


pertambahan Aset Tetap pada tahun yang dinilai tingkat
pertumbuhannya dengan Aset Tetap tahun sebelumnya selama
periode 2 tahun yaitu posisi per 31 Desember 2011 dan 31
Desember 2010. Rumusnya:
Total Aset Tetap n –
Pertumbuhan Aset Total Aset Tetap n-1
= X 100%
Tetap
Total Aset Tetap n-1

Pertumbuhan Aset Tetap untuk seluruh Pemda yang ada


di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011 adalah
9,37% dan posisi 31 Desember 2010 adalah 10,94%.

Dari hasil analisis terhadap perbandingan pertumbuhan


Aset Tetap masing-masing pemda, diketahui yang memperoleh
tingkat pertumbuhan Aset Tetap tertinggi dan terendah untuk
masing-masing Pemda tahun 2011 dan 2010 adalah sebagai
berikut:

6
Tingkat Pertumbuhan Aset Tetap

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Kepulauan Meranti 392,08 Dumai 4,44

2010 Kampar 29,74 Kuantan 3,10


Singingi

e. Dana Cadangan

Pertumbuhan Dana Cadangan adalah membandingkan


pertambahan Dana Cadangan pada tahun yang dinilai tingkat
pertumbuhannya dengan Total Dana Cadangan tahun
sebelumnya selama periode 2 tahun yaitu posisi per 31
Desember 2011 dan 31 Desember 2010.
Total Dana Cadangan
n – Total Dana
Pertumbuan Dana = Cadangan n-1 X 100%
Cadangan Total Dana Cadangan
n-1

Pertumbuhan Dana Cadangan untuk seluruh Pemda


yang ada di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011
adalah 101,78% dan posisi 31 Desember 2010 adalah
39,95%.

Pertumbuhan Dana Cadangan yang dapat diukur hanya


Pemda Provinsi Riau. Kecuali Pemkab Bengkalis untuk TA
2011, seluruh Pemkab/Pemkot tidak membentuk dana
cadangan sehingga tingkat pertumbuhan Pemkab/Pemkot
tersebut tidak dapat diukur karena pemda tersebut tidak
membuat dana cadangan secara rutin selama 3 Tahun
Anggaran. Pertumbuhan Dana Cadangan Pemprov Riau untuk
TA 2011 sebesar 30,49% dan TA 2010 sebesar 39,95%.

f. Aset Lainnya
Pertumbuhan Aset Lainnya adalah membandingkan
pertambahan Aset Lainnya pada tahun yang dinilai tingkat
pertumbuhannya dengan total aset tahun sebelumnya selama
periode 2 tahun yaitu posisi per 31 Desember 2011 dan 31
Desember 2010.
Total Aset Lainnya n –
Pertumbuan Aset Total Aset Lainnya n-1
Lainnya = X 100%
Total Aset Lainnya n-1

7
Pertumbuhan Aset Lainnya untuk seluruh Pemda yang
ada di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011 adalah
72,30% dan posisi 31 Desember 2010 adalah 31,33%.

Dari hasil analisis terhadap perbandingan pertumbuhan


Aset Lainnya masing-masing pemda, diketahui yang
memperoleh tingkat pertumbuhan Aset Lainnya tertinggi dan
terendah untuk masing-masing Pemda tahun 2011 dan 2010
adalah sebagai berikut:
Tingkat Pertumbuhan Aset Lainnya

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Siak 3509,84 Pekanbaru (0,31)

2010 Kampar 440,89 Indragiri Hilir (100,00)

g. Total Kewajiban

Pertumbuhan Total Kewajiban adalah membandingkan


pertambahan Total Kewajiban pada tahun yang dinilai tingkat
pertumbuhannya dengan Total Kewajiban tahun sebelumnya
selama periode 2 tahun yaitu posisi per 31 Desember 2011,
dan 2010.
Total Kewajiban n – Total
Pertumbuhan Total Kewajiban n-1
= X 100%
Kewajiban
Total Kewajiban n-1

Pertumbuhan Total Kewajiban untuk seluruh Pemda


yang ada di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011
adalah 95,21%, dan untuk posisi 31 Desember 2010 adalah
45,22%.
Dari hasil analisis terhadap perbandingan pertumbuhan
Total Kewajiban masing-masing pemda, diketahui yang
memperoleh tingkat pertumbuhan Total Kewajiban tertinggi dan
terendah untuk masing-masing Pemda tahun 2011 dan 2010
adalah sebagai berikut:
Tingkat Pertumbuhan Total Kewajiban

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Kepulauan Meranti 1.258,87 Rokan Hilir (100)

2010 Rokan Hulu 22.935,47 Indragiri Hulu (94,41)

8
h. Kewajiban Jangka Pendek
Pertumbuhan Kewajiban Jangka Pendek adalah
membandingkan pertambahan Kewajiban Jangka Pendek pada
tahun yang dinilai tingkat pertumbuhannya dengan total
Kewajiban Jangka Pendek tahun sebelumnya selama periode 2
tahun yaitu posisi per 31 Desember 2011 dan posisi per 31
Desember 2010.
Total Kewajiban Jangka
Pendek n – Total
Pertumbuhan Total = Kewajiban Jangka X 100%
Kewajiban Jangka Pendek n-1
Pendek
Total Kewajiban Jangka
Pendek n-1

Pertumbuhan Kewajiban Jangka Pendek untuk seluruh


Pemda yang ada di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember
2011 adalah 95,35% dan posisi 31 Desember 2010 adalah
45,37%.
Dari hasil analisis terhadap perbandingan pertumbuhan
Kewajiban Jangka Pendek masing-masing pemda, diketahui
yang memperoleh tingkat pertumbuhan Kewajiban Jangka
Pendek tertinggi dan terendah untuk masing-masing Pemda
tahun 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut:
Tingkat Pertumbuhan Kewajiban Jangka Pendek

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Kepulauan Meranti 1258,87 Rokan Hilir (100%)

2010 Rokan Hulu 22.935,47 Indragiri Hulu (94,41)

i. Kewajiban Jangka Panjang

Pertumbuhan Kewajiban Jangka Panjang adalah


membandingkan pertambahan Kewajiban Jangka Panjang
pada tahun yang dinilai tingkat pertumbuhannya dengan
Kewajiban Jangka Panjang tahun sebelumnya selama periode
2 tahun yaitu posisi per 31 Desember 2011 dan 2010.
Total Kewajiban Jangka
Panjang n – Total
Pertumbuhan Total = Kewajiban Jangka X 100%
Kewajiban Jangka Panjang n-1
Panjang
Total Kewajiban Jangka
Panjang n-1

Pertumbuhan Kewajiban Jangka Panjang untuk seluruh


Pemda yang ada di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember

9
2011 adalah minus 83,25% dan posisi 31 Desember 2010
adalah minus 36,61%.

Tingkat Pertumbuhan Kewajiban Jangka Panjang yang


dapat dihitung adalah Pemkab Indragiri Hilir dan Bengkalis.
Terhadap Pemda lainnya tidak dapat dihitung karena tidak ada
Kewajiban Jangka Panjang pada Pemda tersebut. Dari hasil
analisis terhadap perbandingan pertumbuhan Kewajiban
Jangka Panjang, diketahui bahwa kedua Pemda tersebut
mengalami penurunan tingkat pertumbuhan Dana Cadangan
yang terlihat sebagai berikut:
Tingkat Pertumbuhan Kewajiban Jangka Panjang (%)
Tahun
Pemkab Bengkalis Pemkab Indragiri Hilir

2011 (100) (66,70)

2010 (40) (32,85)

j. Total Ekuitas Dana


Pertumbuhan Ekuitas Dana adalah membandingkan
pertambahan Ekuitas Dana pada tahun yang dinilai tingkat
pertumbuhannya dengan Ekuitas Dana tahun sebelumnya
selama periode 2 tahun yaitu posisi per 31 Desember 2011 dan
2010.
Total Ekuitas Dana n –
Pertumbuhan Total Total Kewajiban Ekuitas
Ekuitas Dana = Dana n-1 X 100%
Total Ekuitas Dana n-1

Pertumbuhan Ekuitas Dana untuk seluruh Pemda yang


ada di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011 adalah
14,22%, dan untuk posisi 31 Desember 2010 adalah 11,74%.
Dari hasil analisis terhadap perbandingan pertumbuhan
Ekuitas Dana masing-masing pemda, diketahui yang
memperoleh tingkat pertumbuhan Ekuitas Dana tertinggi dan
terendah untuk masing-masing Pemda tahun 2011 dan 2010
adalah sebagai berikut:
Tingkat Pertumbuhan Ekuitas Dana

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Kepulauan Meranti 170,5 Kampar 6,04

2010 Indragiri Hulu 25,18 Kuantan 2,06


Singingi

10
k. Ekuitas Dana Lancar
Pertumbuhan Ekuitas Dana Lancar adalah
membandingkan pertambahan Ekuitas Dana Lancar pada
tahun yang dinilai tingkat pertumbuhannya dengan Ekuitas
Dana Lancar tahun sebelumnya selama periode 2 tahun yaitu
posisi per 31 Desember 2011 dan posisi 31 Desember 2010.
Rumusnya:
Total Ekuitas Dana
Lancar n – Total Ekuitas
Pertumbuhan Ekuitas = Dana Lancar n-1 X 100%
Dana Lancar
Total Ekuitas Dana
Lancar n-1

Pertumbuhan Ekuitas Dana Lancar untuk seluruh


Pemda yang ada di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember
2011 adalah 76,90% dan posisi 31 Desember 2010 adalah
28%.
Dari hasil analisis terhadap perbandingan pertumbuhan
Ekuitas Dana Lancar masing-masing pemda, diketahui yang
memperoleh tingkat pertumbuhan Ekuitas Dana Lancar tertinggi
dan terendah untuk masing-masing Pemda tahun 2011 dan
2010 adalah sebagai berikut:
Tingkat Pertumbuhan Ekuitas Dana Lancar

Tertinggi Terendah
Tahun
Nama Pemda % Nama %
Pemda

2011 Kuantan Singingi 16.328,10 Rokan Hulu 534,80

2010 Indragiri Hilir 224,97 Kota Dumai (1.508,54)

l. Ekuitas Dana Investasi


Pertumbuhan Ekuitas Dana Investasi adalah
membandingkan pertambahan Ekuitas Dana Investasi pada
tahun yang dinilai tingkat pertumbuhannya dengan Ekuitas
Dana Investasi tahun sebelumnya selama periode 2 tahun yaitu
posisi per 31 Desember 2011 dan 31 Desember 2010.
Rumusnya:
Ekuitas Dana Investasi n
– Ekuitas Dana Investasi
Pertumbuhan Ekuitas = n-1 X 100%
Dana Investasi
Total Ekuitas Dana
Investasi n-1

Pertumbuhan Ekuitas Dana Investasi untuk seluruh


Pemda yang ada di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember

11
2011 adalah 9,76% dan posisi 31 Desember 2010 adalah
10,72%.
Dari hasil analisis terhadap perbandingan pertumbuhan
Ekuitas Dana Investasi masing-masing pemda, diketahui yang
memperoleh tingkat pertumbuhan Ekuitas Dana Investasi
tertinggi dan terendah untuk masing-masing Pemda tahun 2011
dan 2010 adalah sebagai berikut:
Tingkat Pertumbuhan Ekuitas Dana Investasi

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Kepulauan Meranti 382,02 Kota Dumai 4,40

2010 Kampar 27,34 Provinsi Riau 0,10

m. SILPA
Pertumbuhan SILPA adalah membandingkan
pertambahan SILPA pada tahun yang dinilai tingkat
pertumbuhannya dengan SILPA tahun sebelumnya selama
periode 2 tahun yaitu posisi per 31 Desember 2011 dan 31
Desember 2010. Rumusnya:

SILPA n – SILPA n-1


Pertumbuhan SILPA = X 100%
Total SILPA n-1

Pertumbuhan SILPA untuk seluruh Pemda yang ada di


wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011 adalah 76,03%
dan posisi 2010 adalah 47,00%.
Dari hasil analisis terhadap perbandingan pertumbuhan
SILPA masing-masing pemda, diketahui yang memperoleh
tingkat pertumbuhan SILPA tertinggi dan terendah untuk
masing-masing Pemda tahun 2011 dan 2010 adalah sebagai
berikut:
Tingkat Pertumbuhan SILPA

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %


2011 Kuantan Singingi 1.582,85 Rokan Hilir 8,34
2010 Provinsi Riau 254,10 Rokan Hulu (82,27)

12
2) Analisis atas Proporsi Kelompok Aset

Analisis proporsi kelompok aset dilakukan untuk periode tiga


tahun. Analisis proporsi kelompok aset dilakukan dengan
membandingkan kelompok aset yang dianalisis dengan total aset
pada tahun yang bersangkutan.
Aset yang dianalisis adalah proporsi aset tetap, aset lancar,
dan aset lainnya terhadap total aset berdasarkan angka absolut dan
persentase.
(1) Analisis Proporsi Aset Tetap
Proporsi Aset Tetap dihitung dengan membandingkan
jumlah aset tetap dengan Total Aset pada tahun yang dianalisis
selama periode 2 tahun yaitu posisi per 31 Desember 2011 dan
2010. Rumusnya:

Aset Tetap
Proporsi Aset Tetap = X 100%
Total Aset

Proporsi Aset Tetap untuk seluruh Pemda yang ada di


wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011 adalah 84,18%
dan posisi 2010 adalah 88,33%.
Dari hasil analisis terhadap Proporsi Aset Tetap masing-
masing pemda, diketahui yang memperoleh tingkat proporsi
tertinggi dan terendah pada tahun 2011 dan 2010 adalah
sebagai berikut:

Proporsi Aset Tetap

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Siak 97,46 Indragiri Hilir 78,69

2010 Kuantan 97,46 Kepulauan 28,63


Singingi Meranti

(2) Analisis Proporsi Aset Lancar


Proporsi Aset Lancar dihitung dengan membandingkan
jumlah Aset Lancar dengan Total Aset pada tahun yang
dianalisis selama periode 2 tahun yaitu posisi per 31 Desember
2011 dan 2010. Rumusnya:

13
Aset Lancar
Proporsi Aset Lancar = X 100%
Total Aset

Proporsi Aset Lancar untuk seluruh Pemda yang ada di


wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011 adalah 9,90%,
dan posisi 31 Desember 2010 adalah 6,35%.
Dari hasil analisis terhadap Proporsi Aset Lancar
masing-masing pemda, diketahui yang memperoleh tingkat
proporsi tertinggi dan terendah pada tahun 2011 dan 2010
adalah sebagai berikut:

Proporsi Aset Lancar

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Indragiri Hilir 18,92 Kota Pekanbaru 1,03

2010 Kepulauan Meranti 69,12 Kuantan Singingi 1,55

(3) Analisis Proporsi Aset Lainnya


Proporsi Aset Lainnya dihitung dengan membandingkan
jumlah Aset Lainnya dengan Total Aset pada tahun yang
dianalisis selama periode 2 tahun yaitu posisi per 31 Desember
2011 dan 31 Desember 2010. Rumusnya:

Aset Lainnya
Proporsi Aset Lainnya = X 100%
Total Aset

Proporsi Aset Lainnya untuk seluruh Pemda yang ada di


wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011 adalah 0,85%,
dan posisi 31 Desember 2010 adalah 0,56%.
Tidak seluruh Pemda dapat diukur tingkat pertumbuhan
Aset Lainnya, karena tidak seluruh pemda mempunyai Aset
Lainnya. Dari hasil analisis, diketahui yang memperoleh tingkat
proporsi tertinggi dan terendah pada tahun 2011 dan 2010
adalah sebagai berikut:

14
Proporsi Aset Lainnya

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Kota Dumai 2,96 Bengkalis 0,00

2010 Kota Pekanbaru 2,96 Kabupaten Siak 0,02

3) Analisis Tingkat Likuiditas


Analisis rasio likuiditas dimaksudkan untuk menilai
kemampuan pemerintah daerah memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Rasio likuiditas dihitung menggunakan rumus:

Aset Lancar
Rasio Lancar = X 100%
Kewajiban Lancar
Tingkat Likuiditas untuk seluruh Pemda yang ada di wilayah
Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011 adalah 862,12 % posisi
2010 adalah 941,62 %, dan 2009 sebesar 1.055,88 %.
Tidak seluruh pemda dapat diukur tingkat likuiditasnya,
karena beberapa pemda tidak mempunyai Kewajiban Lancar.
Pemda yang tidak mempunyai Kewajiban Lancar adalah sebagai
berikut:
 Tahun 2011 Kabupaten Rokan Hilir
 Tahun 2010 Kabupaten Pelalawan
 Tahun 2009 Kabupaten Pelalawan, Rokan Hilir dan Meranti.
Dari hasil analisis terhadap Tingkat Likuiditas masing-masing
pemda yang dapat diukur tingkat likuiditasnya, diketahui yang
memperoleh tingkat tertinggi dan terendah pada tahun 2011, 2010,
dan 2009 adalah sebagai berikut:

Tingkat Likuiditas

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %


2011 Pemkab Siak 24.674,68 Pemprov Riau 188,78

2010 Pemkot Pekanbaru 107.356,57 Pemkab Rokan Hulu 51,35

2009 Pemkab Siak 1.343.782,12 Pemkab Indragiri Hulu 9,87

15
4) Analisis Rasio Hutang terhadap Ekuitas Dana
Rasio ini digunakan untuk mengatahui bagian dari setiap
rupiah ekuitas dana yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan
hutang. Rasio ini mengindikasikan seberapa besar pemerintah
daerah terbebani oleh hutang. Rasio ini dihitung dengan
menggunakan rumus:

Rasio Hutang Terhadap Total Hutang


Ekuitas = X 100%
Jumlah Ekuitas Dana

Rasio Hutang terhadap Ekuitas Dana untuk seluruh Pemda


yang ada di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011 adalah
1,16%, 2010 adalah 0,68% sedangkan 2009 adalah 0,52%.
Tidak seluruh pemda dapat diukur ratio hutang terhadap
ekuitasnya karena pemda yang bersangkutan tidak mempunyai
Hutang. Pemda yang tidak mempunyai hutang adalah Kabupaten
Kepulauan Meranti tahun 2009.

Dari hasil analisis terhadap Rasio Hutang terhadap Ekuitas


Dana masing-masing pemda, diketahui yang memperoleh tingkat
proporsi tertinggi dan terendah pada tahun 2011, 2010 dan 2009
adalah sebagai berikut:
Rasio Hutang Terhadap Ekuitas Dana

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %


2011 Pemprov Riau 3,57 Rokan Hilir 0,00
2010 Rokan Hulu 3,41 Pekanbaru 0,00
Pelalawan
2009 Indragiri Hulu 7,46 Pelalawan 0,00
Rokan Hilir 0,00
Meranti 0,00

B. Analisis LKPD atas LRA


1. Analisis Rasio Keuangan atas LRA
Analisis rasio keuangan dilakukan untuk tiga periode Laporan
Keuangan dan analisis rasio keuangan terdiri dari:
a) Analisis Pendapatan
(1) Rasio Derajat Desentralisasi
Rasio ini menunjukkan derajat kontribusi PAD
terhadap total pendapatan daerah dan semakin tinggi
kontribusi PAD maka semakin tinggi kemampuan

16
pemerintah daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi.
Rasio derajat desentralisasi dihitung dengan rumus :

Rasio Derajat Total PAD


=
Desentralisasi Keuangan
Total Pendapatan Daerah
Rasio Derajat Desentralisasi Keuangan untuk
seluruh Pemda yang ada di wilayah Provinsi Riau posisi 31
Desember 2011 adalah 14,30 %, 2010 adalah 14,43%
sedangkan 2009 adalah 17,08%.
Dari hasil analisis, diketahui yang memperoleh Rasio
Derajat Desentralisasi Keuangan tertinggi dan terendah
pada tahun 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut:
Rasio Derajat Desentralisasi Keuangan

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Provinsi Riau 40,62 Kuantan singingi 2,40


Provinsi Riau
2010 39,51 Kepulauan Meranti 2,59
Provinsi Riau
2009 41,85 Indragiri Hulu 1,92

(2) Rasio Kemandirian


Rasio kemandirian ditunjukan rasio total PAD
terhadap total pendapatan dan rasio pendapatan transfer
terhadap total pendapatan. Dua rasio tersebut mempunyai
makna yang berbeda yaitu rasio PAD terhadap total
pendapatan mempunyai makna yang berkebalikan rasio
transfer terhadap total pendapatan. Semakin besar angka
rasio PAD maka kemandirian keuangan daerah semakin
besar, sebaliknya semakin besar angka rasio transfer
semakin kecil kemandirian daerah dalam mendanai belanja
daerah.
Oleh karena itu, daerah yang mempunyai
kemandirian yang tinggi adalah daerah yang mempunyai
rasio PAD tinggi sekaligus rasio transfer rendah.
Rasio ini dihitung dengan menggunakan dua formula yaitu:
- Rasio Kemandirian Keuangan Daerah:
Rasio Total PAD
Kemandirian
=
Keuangan
Pendapatan Transfer Pemerintah
Daerah
Pusat/Provinsi + Pinjaman

17
Dalam hal ini, untuk seluruh pemda di wilayah Provinsi
Riau tidak terdapat realisasi pinjaman selama TA 2011,
2010 dan 2009.
- Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah:
Rasio Total Pendapatan Transfer
Ketergantungan
=
Keuangan
Total Pendapatan Daerah
Daerah

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah dan


Ketergantungan Keuangan Daerah untuk 3 periode adalah
sebagai berikut:
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Tertinggi Terendah
Nama Pemda % Nama Pemda %
Tahun
2011 Provinsi Riau 68,49 Kuantan Singingi 2,47
2010 Provinsi Riau 65,55 Kepulauan Meranti 2,75
2009 Provinsi Riau 71,97 Indragiri Hulu 1,96

Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah

Tertinggi Terendah
Nama Pemda % Nama Pemda %
Tahun
2011 Kuantan Singingi 97,37 Provinsi Riau 59,31

2010 Kuantan Singingi 97,18 Provinsi Riau 60,27

2009 Indragiri Hulu 98,08 Provinsi Riau 58,14

b) Analisis Belanja
(1) Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja
Rasio ini menginformasikan mengenai porsi belanja daerah
dialokasi untuk belanja operasi. Belanja operasi merupakan
belanja yang manfaatnya habis dikonsumsi dalam satu
tahun anggaran, sehingga belanja operasi ini sifatnya
jangka pendek. Rasio belanja operasi dihitung terhadap
total belanja dengan rumus:

18
Rasio Belanja Operasional Realisasi Belanja Operasional
=
Terhadap Total Belanja
Total Realisasi Belanja

Rasio Belanja Operasional Terhadap Total Belanja


untuk seluruh Pemda yang ada di wilayah Provinsi Riau
posisi 31 Desember 2011 adalah 72,49%, 2010 adalah
70,26% sedangkan 2009 adalah64,35%.
Dari hasil analisis, diketahui yang memperoleh Rasio
Belanja Operasional Terhadap Total Belanja tertinggi dan
terendah pada tahun 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai
berikut:
Rasio Belanja Operasional Terhadap Total Belanja

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Kota Dumai 86,07 Rokan Hilir 58,76

2010 Indragiri Hulu 90,86 Rokan Hilir 53,63

2009 Indragiri Hulu 83,06 Rokan Hilir 44,76

(2) Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja


Rasio ini menginformasikan mengenai porsi belanja daerah
yang dialokasikan untuk invenstasi dalam bentuk belanja
modal pada tahun anggaran yang bersangkutan. Rasio
belanja modal terhadap total belanja dengan rumus
sebagai berikut:
Rasio Belanja Modal Realisasi Belanja Modal
Terhadap Total =
Belanja Total Realisasi Belanja

Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja untuk


seluruh Pemda yang ada di wilayah Provinsi Riau posisi 31
Desember 2011 adalah 27,41%, 2010 adalah 29,71%
sedangkan 2009 adalah 35,60%.
Dari hasil analisis, diketahui yang memperoleh Rasio
Belanja Modal Terhadap Total Belanja tertinggi dan
terendah pada tahun 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai
berikut:

19
Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Rokan Hilir 41,23 Kota Dumai 13,93

2010 Rokan Hilir 46,37 Indragiri Hulu 9,14

2009 Rokan Hilir 55,23 Indragiri Hulu 16,94

(3) Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja


Rasio ini menginformasikan mengenai porsi belanja daerah
yang dialokasikan untuk belanja pegawai. Rasio belanja
pegawai dihitung dengan rumus:

Realisasi Belanja Pegawai


Rasio Belanja Pegawai
=
Terhadap Total Belanja
Total Realisasi Belanja

Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja


untuk seluruh Pemda yang ada di wilayah Provinsi Riau
posisi 31 Desember 2011 adalah 40,07%, 2010 adalah
41,48% sedangkan 2009 adalah 34,77%.
Dari hasil analisis, diketahui yang memperoleh Rasio
Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja tertinggi dan
terendah pada tahun 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai
berikut:
Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Kota Pekanbaru 57,98 Provinsi Riau 24,94

2010 Indragiri Hulu 65,19 Provinsi Riau 28,27

2009 Indragiri Huli 59,72 Rokan Hilir 22,78

2. Analisis pertumbuhan (growth) akun-akun LRA (Pendapatan)


Analisis pertumbuhan akun-akun LRA dilakukan untuk
periode tiga tahun. Analisis pertumbuhan ini harus bersumber
dari LRA dengan jumlah LPKD yang sama selama tiga tahun
tersebut. Analisis pertumbuhan mencakup akun-akun LRA dalam
kelompok Pendapatan, PAD, pendapatan transfer, dan
pendapatan lainnya dan kelompok belanja dan pembiayaan
berdasarkan angka absolut dan persentase,antara lain:

20
a) Analisis pertumbuhan pendapatan
Analisis petumbuhan pendapatan adalah analisis yang
berhubungan akun pendapatan yang terdiri dari analisis
pertumbuhan total pendapatan, PAD, pendapatan transfer, dan
pertumbuhan lain-lain PAD yang sah.

Analisis Pertumbuhan Total Pendapatan adalah


membandingkan pertambahan Total Pendapatan pada tahun
yang dinilai tingkat pertumbuhannya dengan Total Pendapatan
tahun sebelumnya selama periode 2 tahun yaitu posisi per 31
Desember 2011, 2010. Rumusnya:
Total Pendapatan n –
Pertumbuhan Total Total Pendapatan n-1
Pendapatan = X 100%
Total Pendapatan n-1

Pertumbuhan Total Pendapatan untuk seluruh Pemda


yang ada di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011
adalah 28,37%, 2010 adalah 30,58%.

Dari hasil analisis terhadap perbandingan pertumbuhan


Total Pendapatan masing-masing pemda, diketahui yang
memperoleh tingkat pertumbuhan Total Pendapatan tertinggi
dan terendah untuk masing-masing Pemda tahun 2011, 2010
adalah sebagai berikut:
Tingkat Pertumbuhan Total Pendapatan

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Kepulauan Meranti 81,66 Siak (0,49)

2010 Bengkalis 46,02 Kuantan 12,95


Singingi

Lebih lanjut analisis pertumbuhan akun pendapatan


adalah sebagai berikut:
(2) Analisis Pertumbuhan PAD
Analisis petumbuhan PAD adalah pertambahan PAD
dihitung dengan membandingkan pertambahan PAD pada
tahun yang dinilai tingkat pertumbuhannya dengan Total
PAD tahun sebelumnya selama periode 2 tahun yaitu
posisi per 31 Desember 2011, 2010. Rumusnya:
Total PAD n – Total
Pertumbuhan PAD PAD n-1
= X 100%
Total PAD n-1

21
Pertumbuhan PAD untuk seluruh Pemda yang ada
di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011 adalah
27,18%, 2010 adalah 10,33%.

Dari hasil analisis terhadap perbandingan


pertumbuhan PAD masing-masing pemda, diketahui yang
memperoleh tingkat pertumbuhan PAD tertinggi dan
terendah untuk masing-masing Pemda tahun 2011, 2010
adalah sebagai berikut:
Tingkat Pertumbuhan PAD

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Dumai 103,56 Siak (24,68)

2010 Indragiri Hulu 191,69 Siak (36,47)

(3) Analisis Pertumbuhan Pendapatan Transfer


Analisis Pertumbuhan Pendapatan Transfer adalah
membandingkan pertambahan Pendapatan Transfer pada
tahun yang dinilai tingkat pertumbuhannya dengan Total
Pendapatan Transfer tahun sebelumnya selama periode 2
tahun yaitu posisi per 31 Desember 2011, 2010.
Rumusnya:
Total Pendapatan
Transfer n – Total
Pertumbuhan = Pendapatan Transfer X 100%
Pendapatan n-1
Transfer
Total Pendapatan
Transfer n-1

Pertumbuhan Pendapatan Transfer untuk seluruh


Pemda yang ada di wilayah Provinsi Riau posisi 31
Desember 2011 adalah 27,96%, 2010 adalah 34,80%.

Dari hasil analisis terhadap perbandingan


pertumbuhan Total Pendapatan Transfer masing-masing
pemda, diketahui yang memperoleh tingkat pertumbuhan
Total Pendapatan Transfer tertinggi dan terendah untuk
masing-masing Pemda tahun 2011, 2010 adalah sebagai
berikut:

22
Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Transfer

Tertinggi Terendah
Tahun
Nama Pemda % Nama %
Pemda

2011 Kepulauan Meranti 87,19 Siak 3,41

2010 Bengkalis 51,06 Pekanbaru 12,90

(4) Analisis Pertumbuhan Lain-Lain PAD yang sah


Analisis Petumbuhan Pendapatan Lain-Lain PAD
yang sah adalah membandingkan pertambahan
Pendapatan Lain-Lain PAD yang Sah pada tahun yang
dinilai tingkat pertumbuhannya dengan Pendapatan Lain-
Lain PAD yang Sah tahun sebelumnya selama periode 2
tahun yaitu posisi per 31 Desember 2011, 2010.
Rumusnya:
Pendapatan Lain-Lain
PAD yang Sah n –
Pertumbuhan = Pendapatan Lain-Lain X 100%
Pendapatan Lain- PAD yang Sah n-1
Lain PAD yang
Sah Total Pendapatan
Lain-Lain PAD yang
Sah n-1

Pertumbuhan PAD untuk seluruh Pemda yang ada


di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011 adalah
46,94%, 2010 adalah 1,36%.

Dari hasil analisis terhadap perbandingan


pertumbuhan Pendapatan Lain-Lain PAD yang sah
masing-masing pemda, diketahui yang memperoleh
tingkat pertumbuhan Pendapatan Lain-Lain PAD yang Sah
tertinggi dan terendah untuk masing-masing Pemda tahun
2011, 2010 adalah sebagai berikut:
Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Lain-Lain PAD yang
Sah
Tahun
Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Dumai 127,57 Siak (32,72)

2010 Indragiri Hulu 9.011,41 Kuantan (57,91)


Singingi

23
b) Analisis Pertumbuhan Belanja
Analisis petumbuhan belanja adalah analisis yang
berhubungan akun belanja yang terdiri dari analisis
pertumbuhan total belanja, belanja operasi dan belanja modal.

Analisis Pertumbuhan Total Belanja adalah


membandingkan pertambahan Total Belanja pada tahun yang
dinilai tingkat pertumbuhannya dengan Total Belanja tahun
sebelumnya selama periode 2 tahun yaitu posisi per 31
Desember 2011, 2010. Rumusnya:
Total Belanja n – Total
Pertumbuhan Total Belanja n-1
Belanja = X 100%
Total Belanja n-1

Pertumbuhan Total Belanja untuk seluruh Pemda yang


ada di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011 adalah
19,40%, 2010 adalah (4,33)%.

Dari hasil analisis terhadap perbandingan pertumbuhan


Total Belanja masing-masing pemda, diketahui yang
memperoleh tingkat pertumbuhan Total Belanja tertinggi dan
terendah untuk masing-masing Pemda tahun 2011, 2010
adalah sebagai berikut:
Tingkat Pertumbuhan Total Belanja

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Kepulauan Meranti 128,45 Pelalawan (100)

2010 Rokan Hulu 20,55 Bengkalis (30,71)

Lebih lanjut analisis pertumbuhan akun Belanja adalah


sebagai berikut:
(1) Analisis Pertumbuhan Belanja Operasi
Analisis petumbuhan Belanja Operasi adalah
pertambahan Belanja Operasi dihitung dengan
membandingkan pertambahan pada tahun yang dinilai
tingkat pertumbuhannya dengan Total Belanja Operasi
tahun sebelumnya selama periode 2 tahun yaitu posisi per
31 Desember 2011, 2010. Rumusnya:
Total Belanja Operasi
n – Total Belanja
Pertumbuhan = Operasi n-1 X 100%
Belanja Operasi
Total Belanja Operasi
n-1

24
Pertumbuhan Belanja Operasi untuk seluruh Pemda
yang ada di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember
2011 adalah 16,29%, 2010 adalah 2,87%.

Dari hasil analisis terhadap perbandingan


pertumbuhan Belanja Operasi masing-masing pemda,
diketahui yang memperoleh tingkat pertumbuhan Belanja
Operasi tertinggi dan terendah untuk masing-masing
Pemda tahun 2011, 2010 adalah sebagai berikut:
Tingkat Pertumbuhan Belanja Operasi

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Kepulauan Meranti 77,11 Pelalawan (79,31)

2010 Rokan Hulu 16,01 Bengkalis (16,18)

(2) Analisis Pertumbuhan Belanja Modal


Analisis Pertumbuhan Belanja Modal adalah
membandingkan pertambahan Belanja Modal pada tahun
yang dinilai tingkat pertumbuhannya dengan Total Belanja
tahun sebelumnya selama periode 2 tahun yaitu posisi per
31 Desember 2011, 2010. Rumusnya:
Total Belanja Modal n
– Total Belanja Modal
Pertumbuhan = n-1 X 100%
Belanja Modal
Total Belanja Modal n-
1

Pertumbuhan Belanja Modal untuk seluruh Pemda


yang ada di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember
2011 adalah 3,02%, 2010 adalah (7,17)%.

Dari hasil analisis terhadap perbandingan


pertumbuhan Total Belanja Modal masing-masing pemda,
diketahui yang memperoleh tingkat pertumbuhan Total
Belanja Modal tertinggi dan terendah untuk masing-masing
Pemda tahun 2011, 2010 adalah sebagai berikut:
Tingkat Pertumbuhan Belanja Modal

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Kepulauan Meranti 51,29 Pelalawan (20,63)

2010 Rokan Hulu 4,85 Pelalawan (18,85)

25
c) Analisis Pertumbuhan Pembiayaan
Analisis petumbuhan pembiayaan adalah analisis yang
berhubungan akun pembiayaan yang terdiri dari analisis
pertumbuhan total pembiayaan neto, penerimaan pembiayaan,
dan pengeluaran pembiayaan.
(1) Analisis Pertumbuhan Total Pembiayaan Netto

Analisis Pertumbuhan Total Pembiayaan Netto


adalah membandingkan pertambahan Total Pembiayaan
Netto pada tahun yang dinilai tingkat pertumbuhannya
dengan Total Pembiayaan Netto tahun sebelumnya selama
periode 3 tahun yaitu posisi per 31 Desember 2011, 2010.
Rumusnya:
Total Pembiayaan
Netto n – Total
Pertumbuhan Total = Pembiayaan Netto n-1 X 100%
Pembiayaan Netto
Total Pembiayaan
Netto n-1

Pertumbuhan Total Pembiayaan Netto untuk seluruh


Pemda yang ada di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember
2011 adalah 34,57%, 2010 adalah (64,19)%.

Dari hasil analisis terhadap perbandingan pertumbuhan


Total Pembiayaan Netto masing-masing pemda, diketahui
yang memperoleh tingkat pertumbuhan Total Pembiayaan
Netto tertinggi dan terendah untuk masing-masing Pemda
tahun 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut:
Tingkat Pertumbuhan Total Pembiayaan Netto

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Indragiri Hilir 247,74 Kepulauan (2.892,49)


Meranti

2010 Indragiri Hulu 9.253,05 Dumai (117,18)

(2) Analisis Pertumbuhan Penerimaan Pembiayaan


Analisis petumbuhan Penerimaan Pembiayaan
adalah pertambahan Penerimaan Pembiayaan dihitung
dengan membandingkan pertambahan Penerimaan
Pembiayaan pada tahun yang dinilai tingkat
pertumbuhannya dengan Total Penerimaan Pembiayaan
tahun sebelumnya selama periode 3 tahun yaitu posisi per
31 Desember 2011 dan 2010 dengan rumus:

26
Total Penerimaan
Pembiayaan n – Total
Pertumbuhan = Penerimaan X 100%
Penerimaan Pembiayaan n-1
Pembiayaan
Total Penerimaan
Pembiayaan n-1
Pertumbuhan Penerimaan Pembiayaan untuk
seluruh Pemda yang ada di wilayah Provinsi Riau posisi
31 Desember 2011 adalah 41,84%, 2010 minus 60,50%.
Seluruh kabupaten tingkat pertumbuhannya dapat
diukur kecuali pada TA 2010 untuk Kabupaten Indragiri
Hulu dan Kabupaten Kepulauan Meranti karena tidak ada
penerimaan pembiayaan pada TA 2009.
Dari hasil analisis terhadap perbandingan
pertumbuhan Penerimaan Pembiayaan masing-masing
pemda, kecuali 2 pemda yang disebutkan di atas diketahui
yang memperoleh tingkat pertumbuhan Penerimaan
Pembiayaan tertinggi dan terendah untuk masing-masing
Pemda tahun 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai
berikut:
Tingkat Pertumbuhan Penerimaan Pembiayaan
Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Kab. Kep. Meranti 21.975,23 Kab.Rokan Hulu (83,07)

2010 Kab. Rokan Hulu (18,93) Kota Dumai (95,82)

(3) Analisis Pertumbuhan Pengeluaran Pembiayaan


Analisis Pertumbuhan Pengeluaran Pembiayaan
adalah membandingkan pertambahan Pengeluaran
Pembiayaan pada tahun yang dinilai tingkat
pertumbuhannya dengan Pengeluaran Pembiayaan tahun
sebelumnya selama periode 3 tahun yaitu posisi per 31
Desember 2011, 2010, dan 2009. Rumusnya:
Total Pengeluaran
Pembiayaan n – Total
Pertumbuhan = Pengeluaran X 100%
Pengeluaran Pembiayaan n-1
Pembiayaan
Total Pengeluaran
Pembiayaan n-1

Pertumbuhan Pengeluaran Pembiayaan untuk


seluruh Pemda yang ada di wilayah Provinsi Riau posisi
31 Desember 2011 adalah 79,42%, 2010 adalah minus
15,43%.

27
Seluruh kabupaten tingkat pertumbuhannya dapat
diukur kecuali pada TA 2011 untuk Kab Pelalawan karena
tidak ada pengeluaran pembiayaan pada TA 2011 di
Pemda yang bersangkutan, sedangkan TA 2010 untuk
Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Kepulauan Meranti
karena tidak ada pengeluaran pembiayaan pada TA 2009.

Dari hasil analisis terhadap perbandingan


pertumbuhan Total Pengeluaran Pembiayaan masing-
masing pemda, diketahui yang memperoleh Tingkat
Pertumbuhan Pengeluaran Pembiayaan tertinggi dan
terendah untuk masing-masing Pemda tahun 2011, 2010
dan 2009 adalah sebagai berikut:
Tingkat Pertumbuhan Pengeluaran Pembiayaan
Tahun Tertinggi Terendah
Nama Pemda % Nama Pemda %
2011 Kab. Rokan Hulu 6.476,92 Kep. Meranti (100,00)
2010 Kab Indragiri Hulu 10.251,69 Kab Pelalawan (100,00)

3. Analisis Varians (selisih)

Analisis varians (selisih) dilakukan dengan cara


menghitung selisih antara realisasi pos-pos pendapatan, pos-pos
belanja dengan anggaran pos-pos pendapatan dan pos-pos
belanja yang ditetapkan.Rumus Varians Pendapatan:
Realisasi Pendapatan -
Varians Pendapatan Anggaran Pendapatan
= X 100%
Anggaran Pendapatan
Varians Pendapatan untuk seluruh Pemda yang ada di
wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011 adalah 10,57%,
2010 adalah 2,28% sedangkan 2009 adalah minus 5,10%.
Seluruh Pemda dapat diukur variance-nya kecuali pada
Kabupaten Meranti untuk TA 2009 karena belum menyusun
Laporan Keuangan TA 2009. Dari hasil analisis terhadap varians
pendapatan masing-masing pemda, diketahui yang memperoleh
varians Pendapatan tertinggi dan terendah untuk masing-masing
Pemda tahun 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut:
Tahun
Tingkat Varians Pendapatan

Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Bengkalis 31,94 Rokan Hilir (15,27)

2010 Kepulauan Meranti 30,43 Rokan Hulu (12,10)

2009 Kampar 10,93 Rokan Hilir (25,65)

28
Sedangkan Rumus Varians Belanja:
Anggaran Belanja – Realisasi
Varians Belanja Belanja
= X 100%
Total Anggaran Belanja

Varians Belanja untuk seluruh Pemda yang ada di wilayah


Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011 adalah minus 15,35%,
2010 adalah minus 16,70% sedangkan 2009 adalah
minus19,10%.

Seluruh Pemda dapat diukur varians belanja kecuali


Kabupaten Kepulauan Meranti untuk TA 2009, karena pemda
pada tahun 2009 belum menyusun laporan keuangan.

Dari hasil analisis terhadap varians belanja masing-masing


pemda, diketahui yang memperoleh varians Belanja tertinggi dan
terendah untuk masing-masing Pemda tahun 2011, 2010 dan
2009 adalah sebagai berikut:
Tingkat Varians Belanja

Tahun Tertinggi Terendah

Nama Pemda % Nama Pemda %

2011 Kampar (4,91) Rokan Hilir (27,83)

2010 Indragiri Hulu (5,85) Rokan Hilir (32,17)

2009 Kampar (5,40) Indragiri Hulu (40,60)

Rincian selengkapnya atas kompilasi Tabulasi atas Analisis


Kinerja Keuangan dapat dilihat pada Lampiran Nomor 5.

29

Anda mungkin juga menyukai