Tugas AMSP Kel 1 Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Tugas AMSP Kel 1 Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Disusun Oleh:
Kelompok I
1
1. Pendahuluan
Analisis laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui apakah keadaan
keuangan, hasil usaha kemajuan keuangan memuaskan atau tidak
memuaskan. Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antar unsur-
unsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsur-unsur itu dari
tahun ke tahun dan untuk mengetahui arah perkembangannya.
Menurut Djarwanto (2001:111) manfaat analisis laporan keuangan
berdasarkan pada kepentingan para pemakai laporan yaitu :
a. Untuk mengetahui hubungan antara suatu perusahaan dengan
perusahaan lain baik dalam satu laporan keuangan maupun antar
laporan keuangan, sehingga apabila terjadi kelemahan dalam satu
atau beberapa perusahaan dari laporan keuangan akan diambil
tindakan untuk memperbaikinya.
b. Dapat dijadikan sebagai salah satu dasar dalam pengambilan
keputusan.
c. Bersama dengan anggaran kas dapat digunakan untuk memprediksi
laporan keuangan dimasa yang akan datang.
d. Untuk mengetahui posisi dan perkembangan dari satu atau beberapa
laporan keuangan sehingga dapat diramalkan kecenderungannya
pada masa yang akan datang.
Analisis yang dilakukan terhadap neraca dan laporan laba rugi merupakan
penelaahan hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan untuk
menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan entitas
yang bersangkutan. Metode dan teknis analisis (alat-alat analisis) yang
digunakan untuk mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam
laporan sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari setiap pos
tersebut dengan memperbandingkannya dengan periode yang lalu atau
membandingkannya dengan alat-alat pembanding yang lain seperti neraca
dan laporan laba rugi yang dibudgetkan ataupun dengan laporan keuangan
entitas lain yang sejenis.
Secara lengkap menurut Harahap (2004:195) kegunaan analisis laporan
keuangan ini dapat dikemukakan sebagi berikut :
a. Dapat memberikan informasi yang lebih luas,lebih dalam dari pada
yang terdapat pada laporan keuangan biasanya.
b. Dapat mengali informasi yang tidak tampak secara kasat mata
(eksplisit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik
laporan keuanngan (implicit).
c. Dapat mengetahui kesalahan-kesalahan yang terkandung dalam
laporan keuangan.
d. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat konsisten dalam
hubungannya dengan suatu laporan keuangan maupun kaitannya
dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
e. Mengetahui sifat-sifat hubungan akhirnya dilapangan untuk prediksi
dan peningkatan (rating).
2
f. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria
tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
g. Dapat membendingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain
dengan periode sebelumnya atau dengan standart industri normal
atau standart ideal.
h. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan, hasil usaha, struktur
keuangan dan sebagainya.
i. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dilakukan
perusahaan di masa yang akan datang.
j. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan.
Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan
merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain: (a) Dapat
menilai Prestasi perusahaan (b) Dapat memproyeksikan kauangan
perusahaan. (c) Dapat menilai kondisi masa lalu dan masa sekarang dari
aspek waktu tertentu. (d) Posisi keuangan(e) Hasil-hasil perusahaan (f)
Liquiditas ; (g) Solvabilitas ; (h) Aktivitas : (i) Rentabilitas dan Prifitabilitas ; (j)
Indikator pasar modal.
3
pelayanan pada masyarakat porsinya lebih sedikit, dan seterusnya.
(2) Analisis Rasio (Ratio Analysis)
Analisis rasio dilakukan dengan menunjukkan hubungan antara
dua pos. Rasio ini diperoleh dengan membagi angka suatu pos
dengan angka pos lainnya, misalnya analisis rasio derajat
desentralisasi, rasio belanja operasi terhadap total belanja, dan
sebagainya.
4
Tingkat Pertumbuhan Total Aset
5
Total Investasi Jangka
Panjang n – Total
= Investasi Jangka Panjang
Pertumbuhan Investasi n-1 X 100%
Jangka Panjang
Total Investasi Jangka
Panjang n-1
d. Aset Tetap
6
Tingkat Pertumbuhan Aset Tetap
e. Dana Cadangan
f. Aset Lainnya
Pertumbuhan Aset Lainnya adalah membandingkan
pertambahan Aset Lainnya pada tahun yang dinilai tingkat
pertumbuhannya dengan total aset tahun sebelumnya selama
periode 2 tahun yaitu posisi per 31 Desember 2011 dan 31
Desember 2010.
Total Aset Lainnya n –
Pertumbuan Aset Total Aset Lainnya n-1
Lainnya = X 100%
Total Aset Lainnya n-1
7
Pertumbuhan Aset Lainnya untuk seluruh Pemda yang
ada di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011 adalah
72,30% dan posisi 31 Desember 2010 adalah 31,33%.
g. Total Kewajiban
8
h. Kewajiban Jangka Pendek
Pertumbuhan Kewajiban Jangka Pendek adalah
membandingkan pertambahan Kewajiban Jangka Pendek pada
tahun yang dinilai tingkat pertumbuhannya dengan total
Kewajiban Jangka Pendek tahun sebelumnya selama periode 2
tahun yaitu posisi per 31 Desember 2011 dan posisi per 31
Desember 2010.
Total Kewajiban Jangka
Pendek n – Total
Pertumbuhan Total = Kewajiban Jangka X 100%
Kewajiban Jangka Pendek n-1
Pendek
Total Kewajiban Jangka
Pendek n-1
9
2011 adalah minus 83,25% dan posisi 31 Desember 2010
adalah minus 36,61%.
10
k. Ekuitas Dana Lancar
Pertumbuhan Ekuitas Dana Lancar adalah
membandingkan pertambahan Ekuitas Dana Lancar pada
tahun yang dinilai tingkat pertumbuhannya dengan Ekuitas
Dana Lancar tahun sebelumnya selama periode 2 tahun yaitu
posisi per 31 Desember 2011 dan posisi 31 Desember 2010.
Rumusnya:
Total Ekuitas Dana
Lancar n – Total Ekuitas
Pertumbuhan Ekuitas = Dana Lancar n-1 X 100%
Dana Lancar
Total Ekuitas Dana
Lancar n-1
Tertinggi Terendah
Tahun
Nama Pemda % Nama %
Pemda
11
2011 adalah 9,76% dan posisi 31 Desember 2010 adalah
10,72%.
Dari hasil analisis terhadap perbandingan pertumbuhan
Ekuitas Dana Investasi masing-masing pemda, diketahui yang
memperoleh tingkat pertumbuhan Ekuitas Dana Investasi
tertinggi dan terendah untuk masing-masing Pemda tahun 2011
dan 2010 adalah sebagai berikut:
Tingkat Pertumbuhan Ekuitas Dana Investasi
m. SILPA
Pertumbuhan SILPA adalah membandingkan
pertambahan SILPA pada tahun yang dinilai tingkat
pertumbuhannya dengan SILPA tahun sebelumnya selama
periode 2 tahun yaitu posisi per 31 Desember 2011 dan 31
Desember 2010. Rumusnya:
12
2) Analisis atas Proporsi Kelompok Aset
Aset Tetap
Proporsi Aset Tetap = X 100%
Total Aset
13
Aset Lancar
Proporsi Aset Lancar = X 100%
Total Aset
Aset Lainnya
Proporsi Aset Lainnya = X 100%
Total Aset
14
Proporsi Aset Lainnya
Aset Lancar
Rasio Lancar = X 100%
Kewajiban Lancar
Tingkat Likuiditas untuk seluruh Pemda yang ada di wilayah
Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011 adalah 862,12 % posisi
2010 adalah 941,62 %, dan 2009 sebesar 1.055,88 %.
Tidak seluruh pemda dapat diukur tingkat likuiditasnya,
karena beberapa pemda tidak mempunyai Kewajiban Lancar.
Pemda yang tidak mempunyai Kewajiban Lancar adalah sebagai
berikut:
Tahun 2011 Kabupaten Rokan Hilir
Tahun 2010 Kabupaten Pelalawan
Tahun 2009 Kabupaten Pelalawan, Rokan Hilir dan Meranti.
Dari hasil analisis terhadap Tingkat Likuiditas masing-masing
pemda yang dapat diukur tingkat likuiditasnya, diketahui yang
memperoleh tingkat tertinggi dan terendah pada tahun 2011, 2010,
dan 2009 adalah sebagai berikut:
Tingkat Likuiditas
15
4) Analisis Rasio Hutang terhadap Ekuitas Dana
Rasio ini digunakan untuk mengatahui bagian dari setiap
rupiah ekuitas dana yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan
hutang. Rasio ini mengindikasikan seberapa besar pemerintah
daerah terbebani oleh hutang. Rasio ini dihitung dengan
menggunakan rumus:
16
pemerintah daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi.
Rasio derajat desentralisasi dihitung dengan rumus :
17
Dalam hal ini, untuk seluruh pemda di wilayah Provinsi
Riau tidak terdapat realisasi pinjaman selama TA 2011,
2010 dan 2009.
- Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah:
Rasio Total Pendapatan Transfer
Ketergantungan
=
Keuangan
Total Pendapatan Daerah
Daerah
Tertinggi Terendah
Nama Pemda % Nama Pemda %
Tahun
2011 Provinsi Riau 68,49 Kuantan Singingi 2,47
2010 Provinsi Riau 65,55 Kepulauan Meranti 2,75
2009 Provinsi Riau 71,97 Indragiri Hulu 1,96
Tertinggi Terendah
Nama Pemda % Nama Pemda %
Tahun
2011 Kuantan Singingi 97,37 Provinsi Riau 59,31
b) Analisis Belanja
(1) Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja
Rasio ini menginformasikan mengenai porsi belanja daerah
dialokasi untuk belanja operasi. Belanja operasi merupakan
belanja yang manfaatnya habis dikonsumsi dalam satu
tahun anggaran, sehingga belanja operasi ini sifatnya
jangka pendek. Rasio belanja operasi dihitung terhadap
total belanja dengan rumus:
18
Rasio Belanja Operasional Realisasi Belanja Operasional
=
Terhadap Total Belanja
Total Realisasi Belanja
19
Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja
20
a) Analisis pertumbuhan pendapatan
Analisis petumbuhan pendapatan adalah analisis yang
berhubungan akun pendapatan yang terdiri dari analisis
pertumbuhan total pendapatan, PAD, pendapatan transfer, dan
pertumbuhan lain-lain PAD yang sah.
21
Pertumbuhan PAD untuk seluruh Pemda yang ada
di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember 2011 adalah
27,18%, 2010 adalah 10,33%.
22
Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Transfer
Tertinggi Terendah
Tahun
Nama Pemda % Nama %
Pemda
23
b) Analisis Pertumbuhan Belanja
Analisis petumbuhan belanja adalah analisis yang
berhubungan akun belanja yang terdiri dari analisis
pertumbuhan total belanja, belanja operasi dan belanja modal.
24
Pertumbuhan Belanja Operasi untuk seluruh Pemda
yang ada di wilayah Provinsi Riau posisi 31 Desember
2011 adalah 16,29%, 2010 adalah 2,87%.
25
c) Analisis Pertumbuhan Pembiayaan
Analisis petumbuhan pembiayaan adalah analisis yang
berhubungan akun pembiayaan yang terdiri dari analisis
pertumbuhan total pembiayaan neto, penerimaan pembiayaan,
dan pengeluaran pembiayaan.
(1) Analisis Pertumbuhan Total Pembiayaan Netto
26
Total Penerimaan
Pembiayaan n – Total
Pertumbuhan = Penerimaan X 100%
Penerimaan Pembiayaan n-1
Pembiayaan
Total Penerimaan
Pembiayaan n-1
Pertumbuhan Penerimaan Pembiayaan untuk
seluruh Pemda yang ada di wilayah Provinsi Riau posisi
31 Desember 2011 adalah 41,84%, 2010 minus 60,50%.
Seluruh kabupaten tingkat pertumbuhannya dapat
diukur kecuali pada TA 2010 untuk Kabupaten Indragiri
Hulu dan Kabupaten Kepulauan Meranti karena tidak ada
penerimaan pembiayaan pada TA 2009.
Dari hasil analisis terhadap perbandingan
pertumbuhan Penerimaan Pembiayaan masing-masing
pemda, kecuali 2 pemda yang disebutkan di atas diketahui
yang memperoleh tingkat pertumbuhan Penerimaan
Pembiayaan tertinggi dan terendah untuk masing-masing
Pemda tahun 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai
berikut:
Tingkat Pertumbuhan Penerimaan Pembiayaan
Tahun Tertinggi Terendah
27
Seluruh kabupaten tingkat pertumbuhannya dapat
diukur kecuali pada TA 2011 untuk Kab Pelalawan karena
tidak ada pengeluaran pembiayaan pada TA 2011 di
Pemda yang bersangkutan, sedangkan TA 2010 untuk
Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Kepulauan Meranti
karena tidak ada pengeluaran pembiayaan pada TA 2009.
Tertinggi Terendah
28
Sedangkan Rumus Varians Belanja:
Anggaran Belanja – Realisasi
Varians Belanja Belanja
= X 100%
Total Anggaran Belanja
29