Anda di halaman 1dari 19

MENTERI PERTANIAN

PERATURAN
MENTERI PERTANIAN
NOMOR 34/Permentan/OT.140/6/2011

TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH
BAGI PEJABAT FUNGSIONAL RUMPUN ILMU HAYAT LINGKUP PERTANIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengembangan karir pejabat fungsional


Rumpun Ilmu Hayat Lingkup Pertanian perlu menyusun karya tulis
ilmiah sebagai pengembangan profesi sesuai bidang jabatannya;

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, dan untuk memberikan


panduan bagi pejabat fungsional Rumpun Ilmu Hayat Lingkup
Pertanian serta tim penilai perlu ditetapkan Pedoman Penyusunan
Karya Tulis Ilmiah bagi Pejabat Fungsional Rumpun Ilmu Hayat
Lingkup Pertanian.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok


Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) juncto Undang-Undang
Nomor 43 tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan


Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor.3547);

3. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun


Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil;

4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan


dan Organisasi Kementerian Negara;
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II;

6. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,


Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta susunan organisasi,
tugas dan fungsi Eselon I Kementerian Negara;

7. Keputusan Menko Wasbangpan Nomor


59/KEP/MK.WASPAN/9/1999 tentang Jabatan Fungsional Medik
Veteriner dan Angka Kreditnya;

8. Keputusan Menko Wasbangpan Nomor


60/KEP/MK.WASPAN/9/1999 tentang Jabatan Fungsional
Paramedik Veteriner dan Angka Kreditnya;

9. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara


Nomor KEP/31/MENPAN/3/2004 tentang Jabatan Fungsional
Pengawas Mutu Pakan;

10. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor


PER/17/M.PAN/4/2006 tentang Pengawas Mutu Hasil Pertanian;

11. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor


PER/02/MENPAN/2/2008 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh
Pertanian dan Angka Kreditnya;

12. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor


PER/10/M.PAN/5/2008 tentang Jabatan Fungsional Pengendali
Organisme Pengganggu Tumbuhan;

13. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi Nomor 09 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional
Pengawas Benih Tanaman;

14. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi Nomor 02 Tahun 2011 tentang Jabatan Fungsional
Pengawas Bibit Ternak dan Angka Kreditnya;

15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010


tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara;
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN


PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH BAGI PEJABAT
FUNGSIONAL RUMPUN ILMU HAYAT PERTANIAN.

Pasal 1

Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah bagi Pejabat Fungsional


Rumpun Ilmu Hayat lingkup Pertanian seperti tercantum pada Lampiran
merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

Pasal 2

Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bagi Pejabat Fungsional


Rumpun Ilmu Hayat Lingkup Pertanian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 sebagai acuan bagu Pejabat Fungsional Rumpun Ilmu Hayat
Lingkup Pertanian dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah.

Pasal 3

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Pertanian ini


diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Lampiran Peraturan Menteri Pertanian
Nomor : 34/Permentan/OT.140/6/2011
Tanggal : 20 Juni 2011

PEDOMAN PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH

BAGI PEJABAT FUNGSIONAL


RUMPUN ILMU HAYAT LINGKUP PERTANIAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam Pedoman jabatan fungsional yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Karya Tulis
Ilmiah (KTI) merupakan salah satu unsur pengembangan profesi yang memperoleh
apresiasi cukup tinggi. Apresiasi tersebut ditunjukkan dengan adanya klausul
bahwa kenaikan pangkat pejabat fungsional jenjang Madya dan Utama wajib
mengumpulkan minimal 12 Angka Kredit yang berasal dari Karya Tulis Ilmiah
sebagai syarat untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi (Anonim, 2010).
Tujuan dari ketentuan tersebut adalah untuk mengembangkan pola pikir pejabat
fungsional agar tidak terjebak dalam rutinitas tugas pokok, dan senantiasa
berinovasi serta terus berupaya untuk mengembangkan keilmuannya sesuai bidang
tugas masing-masing.

Kondisi yang terjadi saat ini, sub unsur pengembangan profesi khususnya penulisan
karya tulis ilmiah merupakan bidang yang belum banyak diminati. Sebagian besar
pejabat fungsional rumpun ilmu hayat lingkup pertanian belum mampu
memanfaatkan sebagai sarana pengumpulan angka kredit. Hal ini disebabkan
belum adanya pedoman penulisan karya tulis ilmiah bagi pejabat fungsional rumpun
ilmu hayat lingkup pertanian yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian, sebagai
acuan dalam penulisan.

Mencermati pentingnya karya tulis ilmiah dalam pembinaan karir pejabat fungsional,
maka perlu disusun pedoman penulisan karya tulis ilmiah bagi pejabat fungsional
rumpun ilmu hayat lingkup pertanian. Melalui pedoman tersebut, diharapkan pejabat
fungsional akan termotivasi untuk menghasilkan karya tulis ilmiah yang berkualitas
dan sebagai panduan bagi pejabat fungsional serta tim penilai dalam mengapresiasi
ilmunya di bidang tugas pokok masing-masing sesuai standar yang telah
ditetapkan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud

Pedoman penyusunan karya tulis ilmiah dimaksudkan sebagai panduan


bagi pejabat fungsional rumpun ilmu hayat lingkup pertanian dalam
penyusunan karya tulis ilmiah sesuai standar, dan sebagai pedoman bagi
tim penilai, dalam memberikan penilaian yang obyektif.

2. Tujuan

Tujuan Pedoman penyusunan karya tulis ilmiah agar para pejabat


fungsional rumpun ilmu hayat lingkup pertanian termotivasi untuk
menyusun karya tulis ilmiah, sesuai standar yang ditetapkan.

C. PENGERTIAN
1. Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung
jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam satuan
organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian
dan/atau ketrampilan tertentu serta bersifat mandiri.

2. Rumpun Ilmu Hayat adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil
yang tugasnya adalah melakukan kegiatan yang berkaitan dengan
penelitian, pengembangan teori dan metode operasional, penerapan ilmu
pengetahuan di bidang biologi, mikrobiologi, botani, ilmu hewan, ekologi,
anatomi, bakteorologi, biokimia, fisiologi, citologi, genetika, agronomi,
fatologi, atau farmakologi, serta melaksanakan kegiatan teknis yang
berhubungan dengan pelaksanaan penelitian, penerapan konsep prinsip
dan metode operasional di bidang biologi, ilmu hewan, agronomi, dan
kehutanan.

3. Jabatan Fungsional Rumpun Ilmu Hayat Lingkup Pertanian yang


selanjutnya disingkat RIHP adalah jabatan fungsional dalam rumpun ilmu
hayat, dimana Kementerian Pertanian ditetapkan sebagai instansi pembina.

4. Karya Tulis Ilmiah yang selanjutnya disingkat KTI adalah tulisan hasil pokok
pikiran, pengembangan dan hasil kajian/penelitian yang disusun oleh
perorangan atau kelompok, yang membahas suatu pokok bahasan ilmiah

2
dengan menuangkan gagasan tertentu melalui identifikasi, tinjauan pustaka,
diskripsi, analisis permasalahan, kesimpulan dan saran-saran
pemecahannya.

5. Penelitian atau pengkajian adalah proses kegiatan yang dilakukan secara


sistematis mengikuti kaidah, prosedur dan metode ilmiah untuk memperoleh
data dan atau informasi (keterangan) tertentu yang diperlukan dalam
penguraian, pembahasan dan pembuktian asumsi atau pengujian hipotesis,
serta menarik kesimpulan bagi kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang tertentu atau penerapannya. (Sumber
: Pedoman Penyusunan KTI Widyaiswara, 2008)

6. Proceeding adalah kumpulan dari beberapa makalah yang dipresentasikan


dalam pertemuan ilmiah dan dibukukan. (Sumber : gagasan tim)

7. Makalah adalah sebuah karya akademis yang umumnya diterbitkan dalam


suatu jurnal ilmiah atau disampaikan dalam forum ilmiah, dapat berisi hasil
penelitian orisinil atau berupa telaah dari hasil-hasil yang telah ada
sebelumnya.

8. Naskah adalah karangan seseorang yang belum diterbitkan.

9. Survei adalah pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif. Dalam


penelitian kuantitatif, survei lebih merupakan pertanyaan tertutup,
sementara dalam penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dengan
pertanyaan terbuka.(Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Survei)

10. Evaluasi adalah proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu(tujuan,


kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, obyek, dll) berdasarkan
kriteria tertentu melalui penilaian.

11. Abstrak adalah deskripsi singkat atau kondensasi suatu karangan yang
memuat tema, maksud dan kesimpulan artikel asli. (Sumber :
Brotowidjoyo, Penulisan Karangan Ilmiah, 2010)

12. Pertemuan Ilmiah adalah forum/wadah kegiatan berupa diskusi panel,


seminar, lokakarya, konferensi, atau pertemuan sejenisnya yang
menyangkut persoalan ilmiah yang diselenggarakan oleh institusi
pemerintah atau non pemerintah. (Sumber : Pedoman Penyusunan KTI
Widyaiswara, 2008)

13. Metodologi adalah ilmu-ilmu yang digunakan untuk memperoleh


kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam

3
menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang
dikaji.(Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Metodologi)

14. Tinjauan merupakan pandangan/pendapat/apresiasi/pantauan (sesudah


menyelidiki, mempelajari, membaca, dsb) terhadap suatu masalah.

4
BAB II
JENIS DAN BENTUK KARYA TULIS ILMIAH

A. Jenis Karya Tulis Ilmiah


Terdapat beberapa jenis karya tulis ilmiah, namun mengacu pada Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang jabatan
fungsional RIHP dan angka kreditnya, pedoman ini mengkategorikan menjadi dua
jenis, yaitu :

1. Hasil penelitian/pengkajian/survei/evaluasi;
2. Makalah hasil tinjauan/telaahan/ulasan.

B. Bentuk Karya Tulis Ilmiah


Karya tulis ilmiah dapat berbentuk buku dan non buku. Jumlah minimal halaman
dalam pedoman ini dimaksudkan hanya untuk batang tubuh karya tulis ilmiah (tidak
termasuk halaman judul, kata pengantar, daftar isi/tabel/gambar), dengan
persyaratan sebagai berikut:

1. Karya tulis ilmiah dalam bentuk buku


Karya tulis ilmiah dalam bentuk buku terdiri atas karya tulis ilmiah yang
dipublikasikan dan karya tulis ilmiah yang tidak dipublikasikan.
a. Karya tulis ilmiah dalam bentuk buku dipublikasikan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) Diterbitkan oleh suatu lembaga/organisasi profesi atau penerbit yang
berbadan hukum dan diedarkan secara internasional/nasional;
2) Memiliki International Standard of Book Numbers (ISBN).
b. Karya tulis ilmiah dalam bentuk buku tidak dipublikasikan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) Didokumentasikan pada perpustakaan instansi/lembaga, yang dibuktikan
dengan nomor katalog buku perpustakaan dan surat keterangan dari
perpustakaan instansi.
2) Jumlah minimal 20 halaman atau minimal 5000 kata dengan spasi 1.5,
karakter huruf arial, dan ukuran huruf 12.
2. Karya tulis ilmiah dalam bentuk non buku
Karya tulis ilmiah dalam bentuk non buku terdiri atas karya tulis ilmiah yang
dipublikasikan dan karya tulis ilmiah yang tidak dipublikasikan.
a. Karya tulis ilmiah dalam bentuk non buku yang dipublikasikan, terdiri atas:
Karya tulis ilmiah dalam bentuk non buku yang dipublikasikan dapat berbentuk
jurnal/majalah, proceeding dan internet.

5
1) Jurnal dan majalah, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) diterbitkan oleh suatu lembaga/organisasi ilmiah/profesi atau penerbit
berbadan hukum, baik nasional maupun internasional;
b) memiliki International Standard of Serial Numbers (ISSN).
2) Proceeding yang diterbitkan oleh panitia/penyelenggara forum ilmiah tertentu
baik di dalam maupun luar negeri.
3) Internet yang diterbitkan melalui website lembaga/organisasi ilmiah.

b. Karya tulis ilmiah dalam bentuk non buku yang tidak dipublikasikan
Karya tulis ilmiah dalam bentuk non buku yang tidak dipublikasikan, dapat
berbentuk naskah ataupun makalah.
1) Naskah sebagai bahan/referensi di perpustakaan instansi/lembaga, dengan
kriteria:
a) Didokumentasi pada perpustakaan instansi/ lembaga, yang dibuktikan
dengan nomor katalog buku perpustakaan dan surat keterangan dari
perpustakaan instansi.
b) Jumlah minimal 5 halaman atau minimal 1500 kata, ukuran kertas A4
dengan spasi 1.5, karakter huruf arial, dengan ukuran huruf 12.
2) Makalah dalam pertemuan ilmiah, dengan kriteria:
a) Makalah yang dijilid dalam bentuk “buku”
(1) Didokumentasi pada perpustakaan instansi/lembaga, yang dibuktikan
dengan nomor katalog buku perpustakaan dan surat keterangan dari
perpustakaan instansi.
(2) Melampirkan sertifikat/surat keterangan dari instansi/lembaga
penyelenggara sebagai penyaji dalam pertemuan ilmiah.
(3) Jumlah minimal 10 halaman atau minimal 2500 kata, spasi 1.5, karakter
huruf arial, dengan ukuran huruf 12.
b) Majalah
(1) Didokumentasi pada perpustakaan instansi/ lembaga, yang dibuktikan
dengan nomor katalog buku perpustakaan dan surat keterangan dari
perpustakaan instansi.
(2) Melampirkan sertifikat/surat keterangan dari instansi/lembaga
penyelenggara sebagai penyaji dalam pertemuan ilmiah.
(3) Jumlah minimal 5 halaman atau minimal 1500 kata, spasi 1.5, karakter
huruf arial, dengan ukuran huruf 12.

6
BAB III
KAIDAH, TATA CARA, SISTEMATIKA PENULISAN, DAN
FORMAT PENYAJIAN KARYA TULIS ILMIAH

Pada umumnya hal-hal yang berkenaan dengan prosedur, metoda (tata cara) dan
sistematika penyusunan karya tulis ilmiah ditetapkan oleh lembaga penyelenggara
atau pengelola kegiatan tersebut. Namun pada dasarnya terdapat dua
aturan/ketentuan yang wajib dipatuhi dalam penyusunan karya tulis ilmiah, yaitu
ketentuan umum dan khusus. Ketentuan umum adalah kaidah-kaidah yang berlaku
dan digunakan secara umum di kalangan komunitas ilmiah dalam penyusunan
karya tulis ilmiah. Ketentuan khusus adalah kaidah-kaidah yang dibuat atau
ditetapkan oleh dan hanya berlaku pada suatu instansi atau lembaga tertentu.
Dalam kaitan dengan karya tulis ilmiah yang disusun oleh pejabat fungsional RIHP,
kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi dalam menyusun karya tulis ilmiah ditetapkan
oleh Kementerian Pertanian selaku instansi pembina jabatan fungsional RIHP
sebagaimana termuat dalam Pedoman ini.

A. Kaidah Penulisan
Dalam penyusunan KTI harus memperhatikan kaidah sebagai berikut:

1. Asli, yaitu karya tulis ilmiah merupakan hasil pemikiran penulis sendiri bukan
plagiasi, jiplakan atau disusun dengan tidak jujur.

2. Manfaat, yaitu karya tulis ilmiah memiliki urgensi karena diperlukan, dan
mempunyai nilai manfaat pada masing-masing bidang sesuai jenis jabatan
fungsionalnya.

3. Substansi, yaitu materi karya tulis ilmiah yang disajikan harus merupakan bagian
dari tugas utama masing-masing pejabat fungsional RIHP.

4. llmiah, yaitu karya tulis ilmiah didasari oleh kaidah keilmuan yang memiliki
struktur logika dan terbuka terhadap pengujian kebenaran.

5. Konsisten, yaitu karya tulis ilmiah relevan dengan lingkup tugas utama masing-
masing pejabat fungsional RIHP.

6. Objektif, yaitu penulis tidak boleh:

a. mengganti fakta dengan dugaan;

b. menyembunyikan kebenaran dengan menggunakan makna ganda


(ambiguitas);
7
c. berbohong dengan mengacu data statistik;

d. memasukkan dugaan pribadi dalam karya tulisnya.

B. Tata Cara Penulisan


Penulisan karya tulis ilmiah bagi pejabat fungsional RIHP pada dasarnya memuat
ketentuan atau tata cara penulisan yang berlaku umum dalam penyusunan karya
ilmiah. Agar lebih mudah dipahami, maka penulisan karya tulis ilmiah harus
memperhatikan tata cara penulisan, sebagai berikut:

a. Dalam bahasa Indonesia:

Menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

1) Untuk kata serapan bahasa asing, dipergunakan cara penulisan kata serapan
yang telah dibakukan.

2) Penggunaan peristilahan di bidang komputer mengikuti penggunaan istilah


sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Dalam bahasa Asing:

Menggunakan kaidah tata bahasa (gramatikal) dalam bahasa asing yang


bersangkutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum.

C. Sistematika Penulisan
Karya tulis ilmiah dibangun oleh kesatuan gagasan yang dapat diidentifikasi
berdasarkan pemaknaan tautan antar gagasan yang tertuang dalam setiap bagian
karangan. Sistematika atau kerangka karya tulis ilmiah umumnya terdiri atas 3 (tiga)
bagian utama yaitu bagian awal atau pembuka, bagian batang tubuh/isi tulisan, dan
bagian akhir.

1. Bagian awal atau pembuka menyajikan latar belakang masalah penulisan atau
kajian, diikuti bagian permasalahan atau rumusan masalah, dan menyajikan
maksud dan tujuan penulisan atau kajian.

2. Bagian batang tubuh tulisan merupakan bagian pembahasan tentang pokok


tulisan dan permasalahannya dengan sistematika yang didasarkan pada
kompleksitas suatu masalah yang disajikan.

3. Bagian akhir merupakan bagian simpulan yang harus mencakup gagasan utama
yang dituangkan dalam isi tulisan. Bagian akhir atau simpulan merupakan
jawaban atas masalah yang disertai saran atau rekomendasi dari hasil

8
pembahasan. Ketiga bagian tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam penulisan karya tulis ilmiah.

Sistematika atau kerangka karya tulis ilmiah terdiri atas judul, nama dan alamat
penulis, abstrak, pendahuluan, landasan teori/tinjauan pustaka, metodologi, hasil
dan pembahasan, kesimpulan, saran, ucapan terima kasih dan daftar pustaka.

1. Judul

Judul karya tulis ilmiah harus singkat, tepat, tidak multi tafsir, dan sesuai dengan
masalah yang ditulis. Judul sebaiknya tidak lebih dari 12 (dua belas) kata, diketik
dengan huruf kapital dicetak tebal (tidak termasuk kata sambung dan kata
depan) yang mengandung beberapa kata kunci untuk memudahkan pemayaran
(penelusuran) pustaka.

2. Nama dan Alamat Penulis

Nama penulis diketik lengkap di bawah judul beserta nama dan alamat instansi.
Bila nama dan alamat instansi lebih dari satu diberi tanda asteriks*) dan diikuti
alamat penulis sekarang. Jika penulis lebih dari 1 (satu) orang kata penghubung
digunakan kata ”dan”.

3. Abstrak

Bagian abstrak menggungkapkan hasil penelitian atau kajian secara singkat dan
pernyataan apa yang telah disimpulkan sehingga pembaca akan dapat
memahami inti sari dari tulisan hanya dengan membaca bagian ini.

Abstrak merupakan ulasan singkat/pernyataan apa yang telah dilakukan,


dihasilkan, dan disimpulkan, yang harus ditulis dalam bahasa indonesia atau
bahasa inggris, selain bahasa Indonesia ditulis huruf miring. Abstrak disusun
dalam 1 (satu) paragraf, panjangnya tidak lebih dari 1 (satu) halaman, dan
maksimal 150 kata, dengan huruf arial ukuran 12 serta diketik dengan 1 (satu)
spasi. Kata ”Abstrak” ditulis dalam huruf kapital dan diletakkan ditengah. Abstrak
dilengkapi dengan kata kunci yang terdiri atas 2 (dua) sampai dengan 5 (lima)
kata, ditulis miring.

Dalam menyusun abstrak, tempatkan diri Anda sebagai pembaca. Mereka ingin
mengetahui dengan cepat garis besar pekerjaan Anda. Jika sesudah membaca
bagian ini pembaca ingin mengetahui perincian lain, mereka akan membaca
karya Anda selengkapnya. Penyajian abstrak selalu informatif dan faktual. Untuk
meningkatkan informasi yang diberikan, tonjolkan temuan dan keterangan lain
yang baru bagi ilmu pengetahuan dan suguhkan angka-angka. Abstrak hanya
memuat teks, tidak ada pengacuan pada pustaka, gambar, dan tabel.
9
4. Pendahuluan

Bagian pendahuluan merupakan penjelasan secara umum, ringkas, dan padat


meliputi latar belakang, tujuan dan manfaat, dan hipotesis (jika ada). Bagian ini
mengungkapkan informasi dan deskripsi tentang permasalahan penelitian atau
kajian yang biasanya terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat, asumsi atau hipotesis dan kerangka pikir.

Latar belakang masalah dapat bersumberkan hasil penelitian terdahulu,


penemuan, fakta sehari-hari, teori atau hipotesis, status ilmiah terkini (state of the
art). Dengan menguraikan rumusan masalah dan tujuan penelitian, penulis
hendaknya dapat mengemukakan hipotesisnya dalam pendahuluan ini.

Latar belakang merupakan argumentasi yang menunjukan permasalahan serta


situasi yang melatarbelakangi penulisan. Penyajian bagian latar belakang
dilakukan dengan cara mengkonfrontasi antara teori atau konsep dengan hasil
yang diperoleh. Bagian rumusan masalah merupakan bagian yang menjelaskan
permasalahan yang akan dikaji atau diteliti. Rumusan ini biasanya disajikan
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Pertanyaan dalam rumusan masalah harus
dapat terukur oleh aktivitas kajian atau penelitian yang dilakukan.

Tujuan dan manfaat harus terkait dengan masalah yang akan ditulis, dan
merujuk pada hasil yang akan dicapai, serta mengungkapkan secara spesifik
manfaat yang akan diperoleh. Tujuan diarahkan pada pemecahan masalah-
masalah yang menjadi permasalahan. Manfaat dibagi menjadi manfaat teoritis
dan manfaat praktis. Manfaat teoritis diarahkan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, sedangkan manfaat praktis dimaksudkan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.

Bagian hipotesis dalam penulisan karya tulis ilmiah bergantung pada pendekatan
yang digunakan. Hipotesis diungkapkan secara lugas, singkat, dan padat
dengan pernyataan mendorong pembuktian dalam pengolahan data. Pembuktian
hipotesis menjadi dasar bagi pembahasan yang menghubungkan antara variabel
penelitian atau kajian dengan indikator dari setiap variabel tersebut.

5. Landasan Teori / Tinjauan Pustaka

Landasan teori merupakan deskripsi lengkap teori-teori yang digunakan dan


dirangkai sebagai argumen keilmuan yang dilandasi dengan serangkaian teori.
Landasan teori yang digunakan adalah untuk menjawab dan membahas
permasalahan.

10
Tinjauan Pustaka merupakan dasar pijak penelitian atau kajian secara teoritis.
Pijakan ini berdasarkan referensi atau temuan penelitian atau kajian lain sejenis
yang akan digunakan untuk membahas permasalahan yang akan diteliti atau
dikaji. Kerangka pikir merupakan dasar teoritis yang menjadi dasar berfikir dari
penulis dalam melakukan penelitian atau kajian serta disajikan dalam bentuk
deskripsi setiap teori yang digunakan.

6. Metodologi

Metodologi adalah kerangka pendekatan studi, yang digunakan sebagai analisis


suatu teori, metode percobaan, atau kombinasi keduanya. Metodologi yang
digunakan diuraikan secara terperinci (perubahan, model yang digunakan,
rancangan karya tulis ilmiah, teknik pengumpulan dan analisis data, serta cara
penafsiran). Aspek-aspek ini tidak seluruhnya ada pada bagian metode, tetapi
bergantung pada jenis dan pendekatan penelitian atau kajian yang dilakukan.

7. Hasil dan pembahasan

Hasil dan pembahasan memaparkan dan menganalisis data yang mencakup


uraian dengan mengungkapkan, menjelaskan, membahas, dan menganalisis
hasil tulisan yang mengacu pada tujuan penulisan. Hasil yang diperoleh harus
memperhatikan dan menyesuaikan dengan masalah, serta disajikan secara
sistematis, dengan menampilkan tabel, gambar, grafik, atau data dukung lainnya.
Tabel dan gambar harus dilengkapi nomor urut menggunakan angka, dan bila
diperlukan disertai keterangan tambahan, seperti acuan dan arti singkatan.
Pembahasan mengemukakan gagasan dan argumentasi secara bebas, singkat
dan logis. Pembahasan diberikan berdasarkan hasil, teori, dan hipotesis,
disampaikan secara jelas, padat, dan rasional.

Hasil penelitian, survei atau simulasi/pemodelan/rancang bangun beserta analisis


dan pembahasannya disajikan secara sistematis, bersama-sama atau secara
terpisah berupa uraian, tabel, atau gambar. Data yang dilaporkan sudah harus
berupa data yang telah diolah, bukan data mentah. Untuk karya tulis hasil kajian
dan hasil bahasan teoritis, informasi pustaka yang akan dipermasalahkan dan
pembahasannya dapat diuraikan secara bersama-sama atau secara terpisah
yang disajikan secara sistematis, rasional, dan lugas.

8. Simpulan

Simpulan merupakan hasil generalisasi atau keterkaitan dengan masalah, yang


memuat ringkasan hasil dan jawaban atas tujuan, serta konsisten dengan

11
masalah dan tujuan. Pada bagian simpulan diungkapkan makna yang
merupakan deskripsi jawaban dari rumusan masalah.

Simpulan tidak hanya mengemukakan fakta, tetapi juga harus menjawab


hipotesis yang disebutkan pada bab pendahuluan serta menjelaskan pencapaian
tujuan penelitian yang telah dilakukan. Simpulan ditulis secara ringkas dan padat.

9. Saran

Saran merupakan rekomendasi dari hasil penelitian atau kajian dan harus
berdasarkan simpulan, sehingga bukan merupakan pikiran atau pendapat
penulis. Saran merupakan tindak lanjut dari penyelesaian suatu permasalahan
yang disajikan berdasarkan hasil penelitian atau kajian.

Uraian saran dapat mengemukakan kelemahan atau kekekurangan pelaksanaan


penelitian/pengkajian/survei/evaluasi/telaahan, serta hal-hal yang perlu
disempurnakan pada tahap berikutnya.

10. Ucapan terima kasih (bila diperlukan)

Ucapan terima kasih ditujukan kepada para pihak yang telah membantu
pelaksanaan penelitian/pengkajian/survei/evaluasi/telaahan.

11. Daftar Pustaka

Daftar pustaka berupa daftar dari semua artikel jurnal dan pustaka lain yang
diacu secara langsung di dalam karya tulis ilmiah.Teknik penulisan dan
pengacuan dijelaskan secara terperinci pada daftar pustaka.

Pencantuman pustaka selain merupakan suatu bentuk penghargaan dan


pengakuan atas karya atau pendapat orang lain juga sebagai sopan santun
professional. Pencantuman pendapat orang lain tanpa merujuk ke sumbernya
akan mengesankan plagiarisme. Komunikasi pribadi tidak termasuk dalam
pustaka yang mudah diperoleh. Bila diperlukan, nyatakan hal ini dalam teks
atau catatan kaki.

D. Format Penyajian Karya Tulis Ilmiah


Dilihat dari sudut sistematika penulisan, setiap bentuk karya tulis ilmiah pejabat
fungsional RIHP mempunyai bagian dan tata urutan penyusunan dalam format
penyajian sebagai berikut:

1. Bentuk Buku dan Non Buku yang dipublikasikan

Format penyajian buku dan non buku yang dipublikasikan tidak terikat pada
sistematika penulisan hasil laporan penelitian/pengkajian. Hal ini ditentukan oleh

12
kebutuhan, antara lain media atau forum dimana karya tulis tersebut akan
dimuat, namun proses penyusunannya harus tetap melalui proses identifikasi,
deskripsi, analisis, dan memberikan konklusi ataupun rekomendasi.

2. Bentuk Buku dan Non Buku yang tidak dipublikasikan

Untuk dapat dinilai sebagai karya tulis ilmiah buku dan non buku yang tidak
dipublikasikan harus memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Bagian awal memuat:

1) Halaman judul;

2) Abstrak;

3) Kata Pengantar;

4) Daftar isi;

5) Daftar tabel (jika ada);

6) Daftar gambar/grafik (jika ada).

7) Daftar Lampiran (jika ada).

b. Bagian batang tubuh memuat:

1) Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan terdisi atas latar belakang, tujuan, manfaat, dan


hipotesis (bila ada). Proporsi bagian pendahuluan ini ± 15% dari isi karya
tulis ilmiah

2) Bagian Isi

Bagian isi terdiri atas landasan teori / tinjauan pustaka, metodologi, serta
hasil dan pembahasan. Proporsi bagian ini ± 70% dari isi karya tulis ilmiah.

3) Bagian Penutup

Bagian ini terdiri atas simpulan, saran dan daftar pustaka. Proporsi bagian
ini ± 15% dari isi karya tulis ilmiah.

13
BAB IV
PENILAIAN KARYA TULIS ILMIAH

Dalam penulisan karya tulis ilmiah, hal pokok yang perlu diingat adalah adanya
konsistensi dan pertautan yang erat antara permasalahan yang disampaikan, tujuan
dan simpulan.
Penilaian karya tulis ilmiah meliputi 2 aspek, yaitu: sistematika penulisan, dan isi
tulisan. Teknis penilaian menggunakan skala 100 dan masing-masing item yang
dinilai memiliki bobot, yaitu sistematika penulisan bobot 30, dan isi tulisan bobot 70.
Secara lengkap penilaian pada karya tulis ilmiah sebagai berikut:

1. Sistematika penulisan (bobot 30) meliputi:


a. Kesinambungan antar alinea, antar bab dalam naskah, ada tidaknya
pengulangan yang tidak perlu, bobot 15
b. Susunan kalimat/penggunaan bahasa, bobot 10
c. Cara penulisan kepustakaan/rujukan, bobot 5
2. Isi tulisan (bobot 70) meliputi:
a. Kejelasan rumusan, bobot 10
b. Ketajaman analisis/pembahasan, bobot 25
c. Kesesuaian pemecahan masalah, bobot 25
d. Saran bersifat operasional sesuai dengan isi tulisan, bobot 10.

14
BAB V
PENUTUP

1. Pedoman Penyusunan KTI merupakan penjabaran dari sub unsur


pengembangan profesi yang terdapat dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Jabatan
Fungsional RIHP dan Angka Kreditnya.
2. Pedoman Penyusunan KTI merupakan acuan bagi Pejabat Fungsional RIHP
dan Tim Penilai Jabatan Fungsional RIHP dalam melaksanakan tugas yang
berkaitan dengan KTI.
3. Hal-hal lain yang bersifat spesifik dalam penyusunan KTI untuk setiap
jabatan fungsional RIHP akan diatur lebih lanjut dalam Petunjuk Teknis.
4. Pedoman Penyusunan KTI bersifat dinamis dan akan ditinjau kembali sesuai
dengan perkembangan pengetahuan, teknologi dan perubahan peraturan
perundang-undangan yang mengatur Jabatan Fungsional RIHP.

MENTERI PERTANIAN,

SUSWONO

15
Lampiran Peraturan Menteri Pertanian
Nomor : 34/Permentan/OT.140/6/2011
Tanggal : 20 Juni 2011

PERNYATAAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH PEJABAT FUNGSIONAL


RUMPUN ILMU HAYAT LINGKUP PERTANIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama :

NIP :

Jabatan :

Instansi :

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah berjudul “…” benar-benar di susun oleh
Pejabat Fungsional di bawah ini :

Nama :

NIP :

Pangkat\Gol.Ruang\TMT :

Jabatan :

Unit Kerja :

Demikian pernyataan ini kami buat untuk digunakan sebagaimana mestinya


dengan penuh tanggung jawab

Tempat, (tgl, bulan, tahun)

Atasan Langsung

16

Anda mungkin juga menyukai