Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH PENGANTAR EKONOMI SYARIAH

“MUDHARABAH”
KODE : ABKA3201

DOSEN PEMBIMBING : BASERAN NOOR, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 4 :


- AYU KHAYRUNNISA ( 1610113320003)
- FITRIANI ( 1610113320005)
- LINA RAHMADHANIYANTI (1610113320008)
- RINANDA PUSPA SARI ( 1610113320019)
- SITI NUR PAISAH ( 1610113320024)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2017

1
BIODATA KELOMPOK 4 :
1. AYU KHAYRUNNISA (1610113320003)

2. FITRIANI (1610113320005) 3. SITI NUR PAISAH


(1610113320024)

2
4. RINANDA PUSPA SARI (1610113320019)

5. LINA RAHMADHANIYANTI (1610113320008)

3
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya lah makalah ini dapat kami selesaikan. Shalawat
serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, berserta keluarga,
para sahabat dan pengikutnya yang selalu menjalankan sunahnya hingga akhir
Zaman.
Dengan tersusunnya tugas makalah ini yang bertema “Mudharabah” kami
ucapkan terimakasih kepada bapak selaku dosen pengajar karena telah memberi
masukan serta arahan-arahan yang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan tugas
ini. Kami minta maaf serta kritik dan saran apabila dalam makalah ini kami
mengalami kesalahan, yang mana kami ini hanya manusia yang lemah dan tidak
sempurna.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat menberikan manfaat kepada kita
semua, terutama bagi kami sendiri sebagai penyusun tugas ini, semoga Allah
menjadikan kita semua ahli surga. Amin.

Banjarmasin , 17 Februari 2017

4
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................3
BAB I ..............................................................................................................4
PENDAHULUAN..............................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................4,5
C. Tujuan.......................................................................................................... 5

BAB II..............................................................................................................6
PEMBAHASAN.................................................................................................6
A. Pengertian............................................................................................ ...........6
B. Rukun-Rukun Mudharabah.............................................................................6
C. Syarat-Syarat Mudharabah.............................................................................7
D. Perkara Yang membatalkan Mudharabah.........................................................8,7

A. Landasan Hukum Akad Bagi Hasil Dalam Praktik Perbankan Syariah..........9


1. Pembiayaan Mudharabah...................................................................10,11
2. Pembiayaan Dengan Prinsip Bagi Hasil................................................11
BAB III...........................................................................................................12
PENUTUP.......................................................................................................12
Kesimpulan......................................................................................................12

5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akad Mudharabah adalah akad antara pemilik modal dengan pengelola modal,
dengan ketentuan bahwa keuntungan diperoleh dua belah pihak sesuai dengan
kesepakatan. Didalam pembiayaan mudharabah pemilik dana (Shahibul Maal)
membiayai sepenuhnya suatu usaha tertentu. Sedangkan nasabah bertindak sebagai
pengelola usaha (Mudharib). Pada prinsipnya akad mudharabah diperbolehkan
dalam agama Islam, karena untuk saling membantu antara pemilik modal dengan
seorang yang pakar dalam mengelola uang. Dalam sejarah Islam banyak pemilik
modal yang tidak memiliki keahlian dalam mengelola uangnya. Sementara itu
banyak pula para pakar dalam perdagangan yang tidak memiliki modal untuk
berdagang. Oleh karena itu, atas dasar saling tolong menolong, Islam memberikan
kesempatan untuk saling berkerja sama antara pemilik modal dengan orang yang
terampil dalam mengelola dan memproduktifkan modal itu.
Akad mudharabah berbeda dengan akad pembiayaan yang ada pada perbankan
pada umumnya (perbankan konvensional). Perbankan konvensional pada umumya
menawarkan pembiayaan dengan menentukan suku bunga tertentu dan
pengembalian modal yang telah digunakan mudharib dalam jangka waktu tertentu.
Namun akad mudharabah tidak menentukan suku bunga tertentu pada mudharib
yang menggunakan pembiayaan mudharabah, melainkan mewajibkan mudharib
memberikan bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh mudharib. Pembiayaan
mudharabah pada dasarnya diperuntukan untuk jenis usaha tertentu atau bisnis
tertentu. Oleh karena itu, kami sebagai pemakalah akan mencoba membahas
tentang mudharabah ini serta permasalahan yang ada didalamnya.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini akan membahas , yaitu :
1. Pengertian Mudharabah
2. Rukun-rukun Mudharabah

6
3. Syarat-syarat Mudharabah
4. Perkara yang membatalkan Mudharabah
5. Landasan hukum akad bagi hasil dalam praktik perbankan syariah

C. Tujuan Penulisaan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu selain sebagai salah satu tugas
mata kuliah pengantar ekonomi syariah , kami berharap dengan makalah ini
dapat menambah ilmu bagi kita semua .

7
BAB II
PEMBAHASAN
MUDHARABAH
A. Pengertian
Mudharabah atau Qirad dalam penamaan dana dari pemilik dana
(shahibul mad) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan
kegiatan usaha tertentu , dengan pembagian menggunakan metode bagi
untung dan rugi ( prift and loss sharing ) atau metode bagi pendapatan (
revenue sharing ) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang
telah disepakati sebelumnya . Sedangkan jika terjadi kerugian , maka di
bebankan kepada pemilik harta saja . Sementara orang yang
mengusahakan menanggung kerugian dalam usaha nya , sehingga tidak
perlu diberi beban kerugian yang lain .

B. Rukun-Rukun Mudharabah
Rukun dari akad Mudharabah yang harus di penuhi dalam transaksi ada
beberapa , yaitu :
1. Pelaku akad yaitu shahibul mal ( pemodal ) adalah pihak yang
memiliki tetapi tidak bisa berbisnis , dan Mudharib ( pengelola )
adalah pihak yang pandai berbisnis tetap tidak memiliki modal .
2. Objek akad yaitu modal ( mal ) , kerja ( dharaba ) , dan keuntungan
( ribha ) .
3. Shighah yaitu ijab dan qobul .
Menurun Imam Syafi’I , rukun Mudharabah ada 6 yaitu :
1. Pemilik modal yang menyerahkan barang nya untuk modal
usaha .
2. Pengelola barang yang diterima dari pemilik barang .
3. Akad Mudharabah antara pemilik dan pengelola barang .

8
4. Harta pokok atau modal .

5. Pekerjaan pengelolaan harta sehingga menghasilkan keuntungan


.
6. Keuntungan .

C. Syarat-Syarat Mudharabah
1. Modal harus berbentuk tunai, seperti emas, perak batangan, dan
bukan merupakan barang komoditi (karena harganya berubah-ubah
yang akan membawa perselisihan antara kedua belah pihak). Ada
suatau perselisihan pendapat tentang penerimaan sebagai modal.
2. Modal haruslah ditentukan pada saat perjanjian diuat supaya tidak
menimbulkan perselisihan antara kedua belah pihak.
3. Modal haruslahditentukan, dan merupakan hak pemilik untuk
memungkinkannya terus memberinya kepada mudarib.
4. Modal haruslah diserahkan kepada mudarib supaya dia dapat
mengurusnya sendiri, dan sekiranya diisyaratkan bahwa agen juga
turut campur tangan sebagai pemilik, perjanjuan itu akan batal.
5. Bagian mudarib dalam keuntungan haruslah ditentukan dan
dijelaskan dalm bentuk, umpanya, ½ atau ¼ dari keuntungan.
Perjanjian akan batal sekiranya bagian mudari dijelaskan dalam
bentuk lain, umpanya $20 dari jumlah keuntungan, karena ada
resiko didalamnya (mungkin untung tidak sampai sebanyak itu).
6. Perlu dibuat suatu syarat bahwa mudarib akan menerima bagiannya
dari jumlah keuntungan dan tidak dari jumlah modal.
D. Perkara Yang Membatalkan Mudharabah
1. Pembatalan, Larangan Berusaha, dan Pemecatan

9
Mudharabah menjadi batal dengan adanya pembatalan
mudharabah, larangan untuk mengusahakan (Tasyaruf), dan
pemecatan. Semua ini jika memenuhi syarat pembatalan dan
larangan, yakni orang yang melakukan akad mengetahui
pembatalan dan pemecatan tersebut, serta modal telah diserahkan
ketika pembatalan atau larangan. Akan tetapi jika pengusaha tidak
mengetahui bahwa mudharabah telah dibatalkan, pengusaha
(mudharib) dibolehkan untuk tetap mengusahakannya.
2. Salah seorang akid meninggal dunia
Jumhur lama berpendapat bahwa mudharabah batal jika salah
seorang aqid meninggal dunia, baik pemilik modal maupun
pengusaha. Hal ini karena
mudharabah berhubungan dengan perwakilan yang akan batal
dengan meninggalnya wakil atau yang mewakilkan. Pembatalan
tersebut dipandang sempurna dan sah, baik diketahui salah seorang
yang melakukan akad atau tidak.
3. Salah seorang aqid gila
Jumhur ulama berpendapat bahwa gila membatalkan mudharabah,
sebab gila atau sejenisnya membatalkan keahlian dalam
mudharabah.
4. Pemilik modal murtad
Apabila pemilik modal murtad (keluar dari islam) atau terbunuh
dalam keadaan murtad, atau bergabung dengan musuh serta telah
diputuskan oleh hakim atas pembelotannya, menurut imam abu
hanifah, hal itu membatalkan mudharabah sebab bergabung dengan
musuh sama saja dengan mati. Hal itu menghilangkan keahlian
dalam kepemilikan harta, dengan dalil bahwa harta orang murtad
dibagikan diantara para ahli warisnya.
5. Modal rusak ditangan pengusaha

10
Jika harta rusak sebelum dibelanjakan, mudharabah menjadi batal.
Hal ini karena modal harus dipegang oleh pengusaha. Jika modal
rusak, mudharabah batal.

A. Landasan Hukum Akad Bagi Hasil Dalam Praktik Perbankan Syariah


1. Pembiayaan Mudharabah
Landasan hukum mengenai keberadaan akad mudharabah sebagai
salah satu produk perbanka syariah terdapat dalam Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yakni pada ketentuanpasal 1
ayat (13) yang mendefinisikan mengenai prinsip syariah dimana
mudharabah secara ekspisit merupakan salah satu akad yang dipakai
dalam produk pembiayaan perbankan syariah.
Pembiayaan berdasarkan akad mudharabah sebagai salah satu prodk
penyaluran dana juga mendapatkan dasar hukum dalam PBI No.
9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan
Penghimpunan Dana Dan Penyaluran Dana Erta Pelaanan Jasa Bank
Syariah, sebagaimana yang telah diubah dengan PBI No. 10/16/PBI/
2008. Pasal 3 PBI dimaksud menyebutkan antara lain pemenuhan
prinsip syariah sebagaimana dimaksud, dilakukan melalui kegiatan
penyaluran dana berupa pembiayaan dengan mempergunakan anara
lain akad mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istishna,
ijarah muntahiyah bittamlik dan qardh.
Berdasarkan fatwa tersebut perlu dikemukakan al-hal yang menjadi
rukun dan syarat dari pembiyaan mudharabah, yaitu :
1) Penyedia dana (shahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus
cakap hukum.
2) Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad)
dengan memperhatikan:

11
 Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan
tujuan kontrak (akad).
 Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak dan akad
dihitung secara tertulis, melalui korespondensi atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
3) Modal adalah sejumlah uang atau aset yang diberikan oleh
penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat:
 Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
 Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai (jika modal
diberikan dalam bentuk aset tersebut harus dinilai pada waktu
akad).
 Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada
mudharib, baik secara bertahap maupun ridak, sesuai dalam
kesepakatan dalam akad.
4) Keuntungan mudharib adalah jumlah yang didapat sebagai
kelebihan dari modal. Pembagian keuntungan antara shahibul maal
dengan mudharib juga harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
 Harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh
disyaratkan hanya untuk satu pihak.
 Bagian keuntungan proposional bagi setiap pihak dan harus
diketahui serta dinyatakan pada waktu konrak disepakati dalam
bentuk persentase/nisbah.
 Penyedia dana menangung semua kerugian atas usaha yang
dikelola oleh mudharib, dan pengelola tidak boleh menanggung
kerugian apapun. Kecuali terhadap kerugian yang diakibatkan
oleh kesalahan berupa kesengajaan, kelalaian atau pelanggaran
kesepakatan.

5.Kegiatan usaha oleh pengelola ( Mudharib ) , sebagai perimbagan


modal yang disediakan oleh penyedia juga harus memperhatikan :

12
 Kegiatan usaha adalah hak ekslusif mudharib, penyedia dana tidak
berhak melakukan invertensi. Akan tetapi,ia mempunyai hak untuk
melakukan pengawasan (monitoring) atau usaha yang dilakukan oleh
nasabah (mudharib).
 Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola
sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan
mudharib ,yaitu keuntungan.
 Pengelola tidak menyalahi hukum syariah islam dalam tindakannya
yang berhubungan dengan mudharabah dan harus mematuhi
kebijaksanaan yang berlaku dalam aktivitas itu.
2. Pembiayaan Dengan Prinsip Bagi Hasil
1) Pembiayaan Mudharabah
Adalah suatu perjanjian pembiayaan antara bank dan pengusaha, dimana
pihak bank menyediakan pembiayaan modal usaha atau proyek yang dikelola
oleh pengusaha atas dasar perjanjian bagi hasil.
2) Pembiayaan Muthaqalah
Mudharabah muthqalah pekerja bebas mengelola modal itu dengan usaha
apa saja yang menurut perhitungannya akan mendatangkan keuntungannya.

13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana
pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
(mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama
dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari
pengelola.
Ayat Al-Qur’an yang secara umum mengandung kebolehan akad Mudharabah
untuk bekerjasama mencari rezeki yang ditebarkan Allah di atas bumi adalah:
“Dan yang lain lagi, mereka bepergian di muka bumi mencari karunia dari Allah”.
(QS. Al-Muzammil: 20).
Menurut jumhur ulama’ ada tiga rukun dari Mudharabah yaitu:
1. Dua pihak yang berakad (pemilik modal/shahib al-mal dan pengelola
dana/pengusaha/mudharib)
2. Materi yang diperjanjikan atau objek yang diakadkan
3. Sighat (ijab-qabul)
Mudharabah menjadi batal karena hal-hal berikut:
1. Tidak terpenuhinya syarat sahnya Mudharabah
2. Pengelola atau mudharib sengaja tidak melakukan tugas sebagaimana
mestinya dalam memelihara modal
3. Pengelola meninggal dunia atau pemilik modalnya

14

Anda mungkin juga menyukai