Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPARAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

PENCERNAAN : GASTRITIS DI PUSKESMAS PUSAT DAMAI TAHUN 2018

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Gastritis adalah merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronik difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang paling sering terjadi- gastritis
superfisial akut dan gastritis atrofik kronik.(Silvia A.Price dkk., 1994; 376).

Gastrits adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung,
Khususnya selaput lendir pada mukosa gaster yang sering diakibatkan oleh diet yang
sembrono (Smeltzer,2001 : 1062 ; Suyono, 2001 : 127 ; Hadi,, 1999: 181 ; Hinchliff,
1999 : 182).

Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selecta Kedokteran, Edisi
Ketiga hal 492)

Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis, difus atau local (Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422)

Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung
dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada
daerah tersebut. (Imu Penyakit Dalam Jilid II)

Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan
berkembang dipenuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal : 138).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas Jadi dapat disimpulkan gastritis itu adalah
Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi.
Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. bentuk berat dari gastritis ini
adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik. Perdarahan mukosa lambung dalam
berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung
pada beberapa tempat.

2. Klasifikasi
Gastritis diklasifikasikan menjadi dua yaitu gastitis akut dan gastritis kronik.
a. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut
erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi
tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.
b. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
menahun (Soeparman, 1999, hal : 101). Gastritis kronis adalah suatu peradangan
bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh
ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori. (Brunner
dan suddart)

Gastritis kronis diklasifikasikan lagi berdasarkan gambaran hispatologi dan distribusi


anatomi:
a. Gambaran hispatology
1) Gastritis kronik superficial
2) Gastritis kronik atropik
3) Atrofi lambung
4) Metaplasia intestinal
5) Perubahan histology kalenjar mukosa lambung menjadi kalenjar-kalenjar mukosa
usus halus yang mengandung sel goblet.

b. Distribusi anatomi
1) Gastritis kronis korpus (gastritis tipe A)Sering dihubungkan dengan proses
autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa karena terjadi gangguan
absorpsi vitamin B12 dimana gangguan absorpsi tersebut disebabkan oleh
kerusakan sel parietal yang menyebabkan sekresi asam lambung menurun.
2) Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B) Paling sering dijumpai dan berhubungan
dengan kuman Helicobacter pylori.

3. Anatomi dan Fisiologi


Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas perut
tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar antara
10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1
gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah
akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan – lipatan tersebut
secara bertahap membuka.
Lambung

Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya ke


dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus, sebuah cincin otot yang
berada pada sambungan antara esophagus dan lambung (esophageal sphincter) akan
membuka dan membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk ke lambung
cincin in menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan lapisan otot yang kuat. Ketika
makanan berada di lambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan
tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar – kelenjar yang berada di mukosa pada dinding
lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim – enzim dan asam
lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.

Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini sangat korosif
sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh
mukosa – mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion
bicarbonate secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung)
sehingga terhindar dari sifat korosif asam hidroklorida. Gastritis biasanya terjadi ketika
mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya
dinding lambung.

4. Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
a. Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang
dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung). Bahan kimia misal :
lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis. Gastritis juga dapat
disebabkan oleh obat-obatan terutama aspirin dan obat anti inflamasi non steroid
(AINS), juga dapat disebabkan oleh gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung
seperti trauma, luka bakar dan sepsis (Mansjoer, Arif, 1999, hal : 492).
b. Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini merupakan
kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.
Penyebab lain adalah :
a. Diet yang sombrono , makan terlau banyak, dan makan yang terlalu cepat dan
makan-makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme Faktor
psikologi Stress baik primer maupun sekunder dapat merangsang peningkatan
produksi asam-asam gerakan paristaltik lambung. Sterss juga akan mendorong
gerakan antara makanan dan dinding lambung menjadi tambah kuat. Hal ini dapat
menyebabkan luka pada lambung.
b. Stress berat (sekunder) akibat kebakaran, kecelakaan maupun pembedahan sering
pula menyebabkan tukak lambung akut. Infeksi bakteri Gastritis akibat infeksi
bakteri dari luar tubuh jarang terjadi sebab bakteri tersebut akan terbunuh oleh asam
lambung. Kuman penyakit atau infeksi bakteri penyebab gastritis, umumnya berasal
dari dalam tubuh penderita bersangkutan. Keadaan ini sebagai wujud komplikasi
penyakit yang telah ada sebelumnya

5. Patofisiologi
Perangsangan sel vagus yang berlebihan selama stress psikologis dapat menyebabkan
pelepasan atau sekresi gastrin yang menyebabkan dari nukleus motorik dorsalis nervus
vagus, setelah melewati nervus vagus menuju dinding lambung pada sistem saraf
enterik, kemudian kelenjar-kelenjar gaster atau getah lambung, sehingga mukosa dalam
antrum lambung mensekresikan hormon gastrin dan merangsang sel-sel parietal yang
nantinya produksi asam hidroklorinnya berlebihan sehingga terjadi iritasi pada mukosa
lambung (Guyton, 1997: 1021-1022).

Obat-obatan, alkohol, garam empedu, atau enzim pankreas dapat merusak mukosa
lambung, mengganggu barier mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam
dan pepsin ke dalam jaringan lambung. Maka terjadi iritasi dan peradangan pada
mukosa lambung dan nekrosis yang dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung
dan perdarahan dan peritonitis (Long, 1996 : 196).

Asam hidroklorida disekresi secara kontinyu sehingga sekresi meningkat karena


mekanisma neurogenik dan hormonal yang dimulai oleh rangsangan lambung. Jika
asam lambung atau hidroklorida tidak dinetralisir atau mukosa melemah akibatnya tidak
ada perlindungan, akhirnya asam hidroklorida dan pepsin akan merusak lambung, yang
lama-kelamaan barier mukosa lambung yaitu suplai darah, keseimbangan asam-basa,
integritas sel mukosal dan regenerasi epitel. Bahan-bahan seperti aspirin, alkohol dan
Anti Inflamasi Non Steroid dapat menurunkan produksi mukosa lambung.
Pada fase awal peradangan mukosa lambung akan merangsang ujung syaraf yang
terpajan yaitu syaraf hipotalamus untuk mengeluarkan asam lambung. Kontak antara
lesi dan asam juga merangsang mekanisme reflek lokal yang dimulai dengan kontraksi
otot halussekitarnya. Dan akhirnya terjadi nyeri yang biasanya dikeluhkan dengan
adanya nyeri tumpul, tertusuk, terbakar di epigastrium tengah dan punggung.

Dari masukan minuman yang mengandung kafein, stimulan sistem saraf pusat
parasimpatis dapat meningkatkan aktivitaas otot lambung dan sekresi pepsin. Selain itu
nikotin juga dapat mengurangi sekresi bikarbonat pankreas, karena menghambat
netralisasi asam lambung dalam duodenum yang lama-kelamaan dapat menimbulkan
mual dan muntah.

Peradangan akan menyebabkan terjadinya hiperemis atau peningkatan vaskularisasi,


sehingga mukosa lambung berwarna merah dan menebal yang lama-kelamaan
menyebabkan atropi gaster dan menipis, yang dapatberdampak pada gangguan sel chief
dan sel parietal, sel parietal ini berfungsi untuk mensekresikan faktor intrinsik, akan
tetapi karena adanya antibody maka faktor intrinsik tidak mampu untuk menyerap
vitamin B12 dalam makanan, dan akan terjadi anemia perniciosa (Horbo,2000: 9 ;
Smeltzer, 2001 : 1063 – 1066).

6. Tanda dan Gejala


Gejalanya bermacam – macam, tergantung kepada penyebab Gastritisnya. Biasanya
penderita Gastritis mengalami gangguan pencernaan ( Indigesti ) dan rasa tidak nyaman
diperut sebelah atas.
a. Gastritis Bakterialis
Dapat ditandai dengan adanya demam, sakit kepala dan kejang otot.
b. Gastritis Karena Stres Akut
Penyebabnya (misalnya penyakit berat, luka bakar atau cedera) biasanya menutupi
gejala – gejala lambung : tetapi perut sebelah atas terasa tidak enak. Segera setelah
cedera, timbul memar kecil dalam lapisan lambung, dalam beberapa jam memar ini
bisa berubah menjadi ulkus. Ulkus dan Gastritis bisa menghilang bila penderita
sembuh dengan cepat dari cederanya. Bila penderita tetap sakit, ulkus bisa
membesar dan mulai mengalami pendarahan, biasanya dalam waktu 2 – 5 hari
setelah terjadinya cedera. Perdarahan menyebabkan tinja berwarna kehitaman
seperti aspal, cairan lambung menjadi kemerahan dan jika sangat berat, tekanan
darah bisa turun. Perdarahan bisa meluas dan berakibat fatal.
c. Gastritis Erosif Kronis
Gejalanya berupa mual ringan dan nyeri diperut sebelah atas. Tetapi banyak
penderita ( misalnya pemakai Aspirin jangka panjang ) tidak merasakan nyeri.
Penderita lainnya merasakan gejala yang mirip ulkus, yaitu nyeri ketika perut
kosong. Jika gastritis menyebabkan perdarahan dari ulkus lambung, gejalanya
berupa tinja berwarna kehitaman seperti aspal ( Melena ), muntah darah (
Hematemesis ) atau makanan yang sudah dicerna yang menyerupai endapan kopi.
d. Gastritis Eosinofilik
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa disebabkan penyempitan atau
penyumbatan ujung saluran lambung yang menuju keusus dua belas jari.
e. Penyakit Meniere
Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri lambung. Hilangnya nafsu
makan, mual, muntah dan penurunan berat badan, lebih jarang terjadi. Tidak pernah
terjadi perdarahan lambung. Penimbunan cairan dan pembengkakan jaringan
(edema) bisa disebabkan karena hilangnya protein dari lapisan lambung yang
meradang. Protein yang hilang ini bercampur dengan isi lambung dan dibuang dari
tubuh.
f. Gastitis Sel Plasma
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan dengan timbulnya
ruam dikulit dan diare.
g. Gastritis Akibat Terapi Penyinaran
Menyebabkan nyeri, mual dan Heartburn (rasa hangat atau rasa terbakar dibelakang
tulang dada), yang terjadi karena adanya peradangan dan kadang karena adanya
tukak dilambung. Tukak bisa menembus dinding lambung sehingga isi lambung
tumpah kedalam rongga perut, menyebabkan peritonitis (peradangan lapisan perut)
dan nyeri yang luar biasa. Perut kaku dan keadaan ini memerlukan tindakan
pembedahan darurat. Kadang setelah terapi penyinaran, terbentuk jaringan parut
yang menyebabkan menyempitnya saluran lambung yang menuju keusus duabelas
jari, sehingga terjadi nyeri perut dan muntah. Penyinaran bisa merusak lapisan
pelindung lambung, sehingga bakteri dapat masuk kedalam dinding lambung dan
menyebabkan nyeri hebat yang muncul secara tiba – tiba.

Gejala Gastritis secara umum


a. Hilangnya nafsu makan.
b. Sering disertai rasa pedih atau kembung di ulu hati, mual dan muntah.
c. Perih atau sakit seperti rasa terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi
lebih baik atau lebih buruk ketika makan.
d. Perut terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan.
e. Kehilangan berat badan.

7. Pemeriksaan penunjang
Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan
penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan ini meliputi :
a. Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil
test yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada
suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut
terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang
terjadi akibat pendarahan lambung akibat Gastritis.
b. Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau tidak.
c. Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang
positif mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan pada lambung.
d. Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian
atas yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X. Test ini dilakukan dengan cara
memesukan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan
masuk kedalam Esopagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan
terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani test ini. Jika ada jaringan dalam
saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel
(biopsi) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa kelaboratorium
untuk diperiksa. Test ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien
biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika selesai test ini, tetapi harus
menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam.
Hampir tidak ada resiko akibat test ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa
tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.

e. Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas


Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cairan Barium terlebih dahulu
sebelum dilakukan Ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat
lebih jelas ketika dironsen.
8. Penatalaksanaan
Terapi Gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin
memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang jarang
pembedahan untuk mengobatinya.

a. Jika penyebabnya adalah infeksi oleh Helicobacter Pylori, maka diberikan Bismuth,
Antibiotik (misalnya Amoxicillin &Claritromycin) dan obat anti-tukak (misalnya
Omeprazole).
b. Penderita Gastritis karena stres akut banyak mengalami penyembuhan (penyakit
berat, cedera atau perdarahan) berhasil diatasi. Tetapi sekitar 2 % penderita
Gastritis karena stres akut mengalami perdarahan yang sering berakibat fatal.
Karena itu dilakukan pencegahan dengan memberikan Antasid (untuk menetralkan
asam lambung) dan obat anti-ulkus yang kuat (untuk mengurangi atau
menghentikan pembentukan asam lambung). Perdarahan hebat karena Gastritis
akibat stres akut bisa diatasi dengan menutup sumber perdarahan dengan tindakan
Endoskopi. Jika perdarahan masih berlanjut mungkin seluruh lambung harus
diangkat.
c. Penderita Gastritis Erosif Kronis bisa diobati dengan Antasid. Penderita sebaikanya
menghindari obat tertentu (misalnya Aspirin atau obat anti peradangan non-steroid
lainnya) dan makanan yang menyebabkan iritasi lambung. Misoprostol mungkin
bisa mengurangi resiko terbentuknya Ulkus karena obat anti peradangan non-
steroid.
d. Untuk meringankan penyumbatan disaluran keluar lambung pada Gastritis
Eosinofilik, bisa diberikan Kortikosteroid atau dilakukan pembedahan.
e. Gastritis Atrofik tidak dapat disembuhkan, sebagian besar penderita harus
mendapatkan suntikan tambahan vitamin B12.
f. Penyakit Meiner bisa disembuhkan dengan mengangkat sebagian atau seluruh
lambung.
g. Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti Ulkus yang menghalangi
pelepasan asam lambung.
h. Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan jumlah sedikit tapi sering.
i. Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan berlemak seperti
sambal, bumbu dapur dan gorengan.
j. Kedisiplinan dalam pemenuhan jam-jam makan juga sangat membantu pasien
dengan gastritis.

9. Komplikasi
a. Jika dibiarkan tidak terawat, Gastritis akan dapat mengakibatkan Peptic Ulcers dan
perdarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan
resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus – menerus pada
dinding lambung dan perubahan pada sel – sel dinding lambung.
b. Kebanyakan kanker lambung adalah Adenocarcinomas, yang bermula pada sel – sel
kelenjar dalam mucosa. Adenocarsinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi H.
Pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H. Pylori adalah MALT
(Mucosa associated Lymphoid Tissue) Lymphomas, kanker ini berkembang secara
perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini
dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Gastritis
1. Pengkajian
Metode yang dapat digunakan dalam pengkajian berupa wawancara, pemeriksaan fisik,
observasi umum, catatan tertulis dari pelayanan kesehatan profesional lain, hasil
pemeriksaan diagnostik, catat pada waktu masuk RS dan interaksi dengan perawat,
dokter, atau ahli yang lain (Long, 1996).

Pengkajian kesehatan meliputi waktu terjadinya masalah, durasi, faktor pencetus dan
manifestasi – manifestasi yang dirasakannya. Mulai dengan menanyakan mengapa ia
mencari bantuan kesehatan, kapan merasakan gejala, tanyakan pasien mengenai keluhan
utama dan penyakit saat ini berdasarkan: kapan masalah pertama kali dirasakan?
Apakah bertahap atau tiba – tiba? Apa yang dilakukan pasien bila masalah pertama kali
dihadapi? Apakah ini berhubungan dengan masukan makanan?

a. Durasi
1) Apakah masalah terjadi kadang – kadang atau menetap?
2) Bila masalah nyeri, perhatikan apakah masalah nyeri kontinyu atau
intermitten?
b. Kualitas dan Karakteristik
Minta pasien untuk menggambarkan masalah
c. Tingkat Keparahan
Apakah ini mempengaruhi kemampuannya melakukan aktivitas kehidupan sehari –
hari seperti biasanya.
d. Lokasi
1) Dimana pasien merasakan terjadinya masalah?
2) Apakah nyeri menyebar pada bagian tubuh yang lain?
3) Apa yang terjadi pada pasien bila terjadi manifestasi?
e. Faktor Pencetus
1) Adakah sesuatu yang tampaknya menimbulkan masalah?
2) Apakah hal itu membuat makin buruk / makin baik?
3) Kapan ini terjadi?
4) Apakah berhubungan dengan makanan, minuman atau aktivitas?
5) Apakah makanan mencetuskan / meningkatkan nyeri?
f. Faktor Penghilang
1) Adakah sesuatu yang dilakukan pasien untuk mengurangi masalah?
2) Sudahkah ia mencoba obat – obatan ?
3) Mengubah posisi atau hal lain yang dapat menghilangkan nyerinya?
g. Manifestasi yang berhubungan dengan gastritis
1) Adakah manifestasi lain yang menggganggu pasien bila masalahnya ada?
2) Apakah pasien kehilangan nafsu makan, mual, muntah atau diare?
Pengkajian selanjutnya ialah meliputi biodata pasien, keluhan utama, keluhan tambahan,
riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan pemeriksaan fisik pada
pasien dengan Gastritis:
2. Diagnosa keperawatan
Adapun Diagnosa Keperawatan menurut Suratun (2010. Hal: 63) adalah sebagai
berikut:
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output cairan yang berlebihan
(muntah, perdarahan), intake cairan yang tidak adekuat.
b. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa gaster.
c. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tindakan
pembatasan intake nutrisi, puasa.
3. Intervesi keperawatan
Diagnosa. 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output cairan yang
berlebihan (muntah, perdarahan), intake cairan yang tidak adekuat.
Tujuan : pemenuhan kebutuhan cairan adekuat.
Kriteria hasil : pengeluaran urine adekuat, tanda tanda vital dalam batas normal,
membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler kurang dari 3 detik.
Intervensi/Rasional
a. Catat karakteristik muntah dan drainase. Rasional : untuk membedakan distress
gaster.
b. Observasi tanda tanda vital setiap 2 jam. Rasional : perubahan tekan darah dan nadi
indicator dehidarasi.
c. Monitor tanda tanda dehidrasi (membrane mukosa, turgor kulit, pengisian kapiler).
Rasional : untuk mengidentifikasi terjadinya dehidrasi.
d. Obsarvasi masukan (intake) dan pengeluaran (output) cairan. Rasional : untuk
mengetahui keseimbangan cairan tubuh.
e. Pertahankan tirah baring. Rasional : untuk menurunkan kerja gaster sehingga
mencegah terjadinya muntah.
f. Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasid. Rasional : mencegah
refluks dan aspirasi antasid.
g. Berikan cairan peroral 2 liter/hari. Rasional : menetralisir asam lambung.
h. Jelaskan pada klien agar menghindari kafein. Rasional : kafein merangsang
produksi asam lambung.
i. Berikan cairan intravena sesuai pram terapi medik. Rasional : untuk pergantian
cairansesuai derajat hipovalemi dan kehilangan cairan
j. Pasang nasogastrik tube (NGT) pada klien yang mengalami pendarahan akut.
Rasional : untuk membersihkan lambung yang berisi darah supaya terbentuk
ammonia.
k. Pantau hasil pemeriksaan haemoglobin (HB). Rasional : untuk mengidentifikasi
adanya anemia.
l. Berikan terapi antibiotik, antasid, Vit K, sesuai program medik. Rasional : untuk
mengatasi masalah gastritis dan hematamisis.
Diagosa. 2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa gaster.
Tujuan : nyeri teratasi
Kriteria hasil : klien rileks, klien dapat tidur, skala nyeri 0-2.
Intervensi/Rasional
a. Kaji dan cata keluhan nyeri termasuk lokasi, lamanya instensitas skala nyeri (0-10).
Rasional : untuk menetukan intervensi dan mengetahui efek terapi.
b. Berikan makanan sedikit tapi sering. Rasional : makanan sebagai penetralisir asam
lambung.
c. Jelaskan agar klien menghindari makanan yang merangsang lambung, seperti
makanan pedas, asam dan mengandung gas. Rasional : makanan yang merangsang
dapat mengiritasi mukosa lambung.
d. Atur posisi tidur senyaman mungkin. Rasional : posisi yang nyaman dapat
menurunkan nyeri.
e. Anjurkan klien melakukan teknik relaksasi, seperti napas dalam, mendengarkan
music, menonton TV dan membaca. Rasional : teknik relaksasi dapat mengalihkan
perhatian klien sehingga dapat menurunkan nyeri.
f. Berikan terapi analgetik dan antasid. Rasional : untuk menghilangkan nyeri
lambung.

Diagnosa 3.Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tundakan
pembatasan intake nutrisi, puasa.
Tujuan : pemeuhan kebutuhan nutrisi adekuat.
Kriteria hasil : makan habis 1 porsi, berat badan meningkat, hasil Laboratorium :
alnumin, Hb normal.
Intervensi/Rasional
a. Kaji status nutrisi dan pola makan klien. Rasional : sebagai dasar untuk menetukan
intervensi.
b. Puasakan pasien selama fase akut. Rasional : menurunkan rangsangan lambung
sehingga mencegah muntah.
c. Berikan nutrisi enteral atau parental, jika klien dipuasakan. Rasional : Untuk
pemenuhan kebutuhan nutrisi.
d. Berikan minum peroral secara bertahap jika fase akut berkurang. Rasional : untuk
merangsang gaster secara bertahap.
e. Berikan makan peroral secara bertahap, mulai dari makanan saring. Rasional :
mencegah terjadinya iritasi pada mukosa lambung.
f. Jelaskan agar klien menghindari minuman yang mengandung kafein. Rasional :
kafeindapat merangsang aktivitas gaster.
g. Timbang berat badan klien setiap hari dengan alat ukur yang sama. Rasional : untuk
mengetahui status nutrisi klien.
h. Berikan terapi multivitamindan antasid sesuai program medik. Rasional : untuk
meningkatkan nafsu makan menghilangkan mual.
C. Patoflow Diagram

Fathway Gastritis
D. Daftar Pustaka
1. Brunner, A. Suddart, 2005, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,ed 8 vol.3, EGC,
Jakarta.
2. Ester, M, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Pendekatan Sistem Gastrointestinal, EGC,
Jakarta.
3. Johnson, Marion, 2000, Nursing Outcomes Classification (NOC), second edition,
Mosby, United State of American.
4. Hadi, Sujono, 1991, Gastroenterologi, ed 5, Alumni, Bandung.
5. Long, BC, 1996, Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan,
Yayasan Ikatan Pendidikan Keperawatan Pajajaran , Bandung.
6. Mansjoer, A, Suprohaita & Setyowulan, 1999, Kapita Selekta Kedokteran ed 3, Media
Aesculapius, Jakarta.
7. MC, Closkey, Joanne C, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC), second
edition, Mosby, United State of American.
8. Santosa, Budi, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006 Definisi dan
Klasifikasi, EGC, Jakarta.
9. Priharjo, R, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan, editor Gede Yasmin asih, EGC,
Jakarta.
10. Reeves, Charlene J, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika, Jakarta.
11. Suharyo, dkk, 1988, Gastroenterologi Anak Praktis, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai