Anda di halaman 1dari 13

PROSES TIMBULNYA KESADARAN SEJARAH PADA MASA MODERN

Penyusun
Kelompok 3 :
Anggota : Sherly Armelia Eka Madina (1813033014)
Dimas Aditia (1813033020)
Erika Sukma Lestari (1813033021)
Christine Amelia Putri (1813033025)
Dea Nuci Adelia (1813033028)
Wulan Saputri (1813033030)
Mia Oktavia (1813033032)
Rahmad Dwi Sagita (1813033046)
Bayu Dion Susanto (1813033047)
Amalia Sari (1813033055)
Abil Fauzan (1813033057)
M. Najieb Ridho (1853033006)
Muhammad Rizkillah (1853033007)

Mata Kuliah : Manusia dan Sejarah


Dosen : Valensy Rachmedita, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Proses timbulnya kesadaran sejarah pada masa modern” sebagai salah satu tugas
mata kuliah Manusia dan Sejarah. Atas dukungan moral dan material yang
diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada orang tua, saudara, dan seluruh keluarga yang telah
mencurahkan doa dan semangat kepada kami. Tidak lupa pula kami mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Valensy Rachmedita, S.Pd., M.Pd. Selaku Dosen yang
membimbing sehingga makalah ini dapat diselasaikan. Serta teman-teman yang
telah banyak membantu dan memberi dukungan khususnya teman-teman dari
Program Studi Pendidikan Sejarah 2018.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari
semua pihak. Dan apabila kesalahan kata atau penulisan, penulis mohon maaf yang
sebesar besarnya.

Bandar Lampung, November 2018

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu kesadaran sejarah?
2. Bagaimana timbulnyanya kesadaran sejarah pada masa modern?
3. Apa yang dimasud dengan ilmu sejarah modern itu?

1.3 Tujuan
 Memberikan pengetahuan mengenai kesadaran sejarah.
 Memberikan pengetahuan tentang timbulnya kesadaran sejarah.
 Memberikan Pemahaman tentang ilmu sejarah modern.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertin Kesadaran Sejarah

Manusia memiliki memori. Memori berfungsi untuk menyimpan dan


memproduksi pengalaman hidup baik individual maupun kolektif. Karena
memiliki memori orang dapat menampilkan kembali pengalaman hidup yang
bersifat individual dan kolektif itu secara sadar. Artinya dalam menghayati
hidupnya senantiasa sadar mengenai apa yang dialami, yang dilihat dan yang
didengar, namun juga sadar akan proses dalam mengalaminya apa yang
dilihat dan didengar.
Melalui memori manusia memiliki kesadaran sejarah. Dengan kesadaran
sejarah manusia menyadari akan pengalaman masa lampaunya baik
individual maupun kolektif, dan yang lebih penting lagi menyadari bahwa
kehidupan sekarang ini, kehidupan individu dan masyarakat serta kebudayaan
senantiasa bersumber dan berakar pada masa lampau atau silam.
Kesadaran sejarah mencakup dua hal, ialah kesaran akan perubahan dan
kesadaran akan waktu. Yang pertama memberikan ciri utama apa yang
disebut sejarah. Hakikat sejarah adalah perubahan, history is a change. Setiap
perubahan akan mempersyaratkan adanya lama dan yang baru. Namun setiap
perubahan tak akan pernah lepas dari kekuasaan waktu.

2.2 Timbulnya kesadaran sejarah pada masa modern

Salah satu ciri khas zaman modern ialah diakuinya otonomi tahap profan
terhadap tahap sakral. Keyakinan itu tentu tidak tercapai dalam satu dua hari,
melainkan merupakan hasil suatu proses lama yang sudah berlangsung sejak
masa renaissance (abad ke-15 dan abad ke-16). Masa renaisscance, reformasi
dan pencerahan (aufklarung) ketiganya merupakan masa peralihan dan
permulaan menuju masa modern.
Proses profanisasi nampak di segala bidang. Salah satu bidang yang paling
menyolok aladah ilmu alam modern. Kalau pada abad pertengahan masih
terdapat kepercayaan bahwa benda-benda jagat raya diatur oleh malaikat,
maka pada zaman modern timbul keyakinan bahwa gerak planet-planet dan
benda-benda jagat raya lainnya tewrjadi menurut hukum-hukum tetap. Dan
apa yang berlaku bagi planet-planet berlaku juga bagi seluruh alam,sehingga
astronomi modern menjadi model bagi seluruh ilmu alam baru. Tetapi harus
disadari bahwa hal itu tercapai bukan tanpa kesulitan-kesulitan. Salah satu
contoh terkenal adalah kasus Galileo Galilei (1564-1642). Ilmuan italia itu
mengalami kesulitan-kesulitan dengan gereja karena pendapatnya bahwa
mataharilah yang menjadi pusat jagat raya dan bukannya bumi. Perlu tempo
cukup lama hingga akhirnya diakui secara umum (juga oleh agama) bahwa
ilmu pengetahuan memiliki otonomi sendiri yang tidak boleh dicampuri oleh
pihak lain.
Profanisasi terjadi pula dibidang filsafat. Dengan berfikir secara mandiri
Descartes (1596-1650) menciptakan filsafat baru untuk menggantikan filsafat
lama yang sangat mengutamakan otoritas (misalnya otoritas aristoteles dan
lain-lain). Filsafat Descartes ini merupakan suatu langkah baru yang penting
dalam memperjuangkan otonomi rasio.
Perubahan juga terjadi dibidang hukum. Hugo Grotius (abad ke-17)
merancang hukum internasional yang didasarkan atas kodrat manusia. Ia
menegaskan bahwa hukum berlaku “etsi Deus non daretur” (seakan allah
tidak ada). Maksudnya ialah hukum harus mengikat terlepas dari setiap
kepercayaan religius, karena dasarnya adalah kodrat yang dimiliki setiap
manusia.
Kesadaran akan otonomi rasio dan otonomi bidang profan pada umumnya
membuka kemungkinan untuk mengatasi fatalisme yang selama itu masih
menandai pandangan dunia.
Sementara itu sejumlah sejarawan amerika menyatakanbahwa pad abad ke-16
telah terdapat suatu kesadaran sejarah yang matang. D. Kelley dan J. Franklin
yang mengadakan penelitian mengenai tulisan sementara ahli sejarah hukum
pada abad ke-16, seperti Jacques Cujas (1522-1590), Francis Hotman (1524-
1590) dan terutama Franjois Beaudoin (1520-1573) menunjukkan bahwa para
ahli sejarah hukum telah menyadari bahwa setiap kurun waktu dalam sejarah
mempunyai norma-norma hukum tersendiri dan norma-norma tersebut selalu
tergantung pada bentuk masyarakat yang menjadi sasaran tata hukum itu.
Juga para ahli hukum dari mazhab hukum yuridis seperti Cari Savigny
(1779-1861) dan Kari Friendrich Eichhorn (1781-1854) menekankan sifat
historis dalam tata hukum. Karenanya, kedua ahli hukum itu merupakan
sumber ilham terpenting bagi historisme awal.
Secara nyata kesadaran sejarah dibangkitkan karena adanya perubahan-
perubahn sosial dan politik yang mendalam dieropa barat. Sehingga akibat
terjadinya revolusi prancis dan revolusi industri di inggris. Pendapat ini
didukung oleh kenyataan bahwa pada awal abad ke-19 bersama dengan
historisme, lahir pula pengkajian (studi) sejarah modern. Kesadaran sejarah
dan historisme dapat dijumpai dalam karya-karya Montesquieu, Moser dan
Harder, yang tak lama kemudian disusul oleh karya PH Reil (Ankersmit,
1957: 350-351).

2.3 Ilmu Sejarah Modern

Di akhir abad ke-19, sejarawan yang paling dipuja di barat adalah Leopold
Von Ranke (1795-1886). Ia dikenal sebagai bapak sejarah modern berkat
karyanya A Critique Of Modern Historical Writers. Sebagai penabuh
historiografi modern ia mengajurkan supaya sejarawan menulis apa yang
sebenarnya terjadi, sebab setiap priode sejarah itu akan dipengaruhi oleh
semangat jamannya.
Sejarah modern juga dikenal dengan istilah sejarh kritis, karena menekankan
peran kritis dalam penulisan sejarah. Hal ini berkaitan dengan revolusi dalam
aspek sumber sejarah dan metode sejarah, yaitu suatu perubahan dari
penggunaan sumber sejarah lama (kronik) ke pengguna arsip resmi
pemerintah. Sejarawan mulai secara teratur menggeluti arsip dan
mengembangkan teknik-teknik yang semakin canggih untuk menilai
keterandalan dokumen-dokumen arsip. Adapun hasil kerja sejarawan berupa
fakta-fakta yang obyektif. Mereka berpendapat bahwa penulisan sejarah ini
lebih obyektif dan lebih ilmiah dibandingkan sejarah yang dibuat oleh para
pendahulunya. Dengan demikian, tugas sejarawan adalah memaparkan fakta-
fakta sejarah secara kronologis dan logis, dengan meminimalkan interpretasi.
Lahirnya ilmu sejarah modern ada kaitannya denagn profesionalisasi disiplin
ilmu yang terjadi diabad ke-19, dimana lahir ilmu-ilmu
Sosial seperti sosiologi, antropologi, psikologi. Ilmu sejarah modern
dimaksudkan untuk menandaskan ilmu sejarah sebagai suatu disiplin ilmu
tersendiri, yang berbeda dengan disiplin ilmu lainnya.
Kemudian sejarah modern dikenal sebagai jenis sejarah konvensional, karena
obyek kajianya memfokuskan pada sejarah politik yang mementingkan
sejarah orang besar. Sejarh konvensional adalah jenis tulisan sejarah yang
sudah umum karena menceritakan sejarah orang-orang besar (sejarah para
hero). Pada masa sebelum Revolusi Amerika 1776, negara masih berdasarkan
pada sistem teokrasi, dimana tanah merupakan milik raja sebagai wakil tuhan
didunia. Pada priode inilah pemerintahan di eropa mulai memandang sejarah
sebagai alat untuk meningkatkan persatuan bangsa, pendidikan
kewarganegaraan, atau sebagai alat propaganda kaum nasionali. Sejarah yang
dibiayai pemerintah adalah sejarah negara.
Sejarah konvensional adalah tulisan sejarah yang menekankan pada proses
terjadinya suatu peristiwa. Biasanya orang ingin tahu tentang suatu kejadian,
umpamanya suatu kecelakaan atau musibah, dengan menanyakan bagaimana
proses terjadinya dari awal sampai akhir dan lazimnya informasi yang
diterimanya sudah cukup untuk memuaskan si penanya.
Sejarah konvensional bertolak dari pengertian sejarah sebagai cerita tentang
peristiwa dimasa lampau, yang mengungkapkan fakta-fakta mengenai siapa,
apa, kapan, dimana dan mengapa serta bagaimana sesuatu telah terjadi.
Revolusi kesejarahan Ranke membawa konsekuensi yang tak terduga,
tetapi amat penting . karena pendekatan dokumen yang baru itu membuat
sejarawan abad ke-19 menjadi lebib sempit dan lebih kuno dari
pendahulunya. Sebagian menolak sejarah sosial karena dianggap tidak dapat
dikaji secara ilmiah dan sebagian lagi menolak ilmu sosial seperti sosiologi
karena dianggapnya terlalu ilmiah, artinya sosiologi itu abstrak dan umum,
serta tidak memberi tempat bagi keunikan terhadap individu dan peristiwa.
Pada tahun 1911 Robinson menulis The New History yang memuat
dengan jelas program sejarah baru itu. Perlunya sejarah baru perlunya sejarah
baru itu dikemukakan kembali oleh Becker pada tahun 1925. Sejarah baru
menekankan pentingnya ilmu-ilmu sosial.sejarah baru dikenal juga dengan
sejarah Multidimensional, yang diambil dari konsep, paradigma, dan teori
ilmu-ilmu sosial.
Di jaman modern ada tiga tokoh yang memliki andil besar bagi
penggabungan ilmu sosial dengan sejarah, yaitu Alexis de Tocqueville, Karl
Marx, dan Gustav Schmoller. Buku Tocqueville The Old Regime and The
French Revolution (1856) adalah sebuah karya sejarah fundamental, yang
bersumber pada dokumen asli. Karyanya juga merupakan tongga bersejarah
dalam teori sosial dan politik. Karya Marx Das Capital (1867) seperti halnya
karya Adam Smith, The Wealth Of Narions merupakan sumbangan yang
memberi terobosan bagi sejarah ekonomi dan teori ekonomi. Buku marx
tersebut membahas undang-undang perburuan, pergeseran dari usaha
kerajinan ke manufaktur, perampasan lahan pertanian, dan lain-lain. Meski
hanya sedikit sekali menarik perhatian sejarawan abad ke-19, karya marx
tersebut sangat mempengaruhi praktik sejarah dimasa kini. Sama halnya
dengan Gustav Schmoller, tokoh terkemuka dalam “Mazhab sejarah” dari
ekonomi politik, Marx lebih baik dikenal sebagai sejarawan dari seorang
ekonom.
Ketiga sosiologiawan terkenal masa itu-pareto, Duerkheim dan Weber
menguasai sejarah dengan amat baik. Buku Vilfedo Pareto, Treatise On
General Sociology (1916) erbicara cukup panjang lebar tentang Athena,
Sparta dan Romawi klasik dan mengambil contoh-contoh dari sejarah italia
masa abad pertengahan.
Lahirnya sejarah baru atau sejarah Multidimensional adalah suatu yang sudah
seharusnya karena hakekat sejarah mencakup multidimensi. Hal ini semakin
jelas bila kita melihat tulisan sejarah pada abad sebelum lahirnya sejarah
modern. Pada abad ke-18, karena satu alasan yang sederhana dan jelas, tidak
ada perselisihan antara sosiologiwan dan sejarawan. Sosiologi waktu itu
belum merupakan disiplin ilmu tersendiri. Ahli teori hukum dari prancis,
Charles de Montesquieu, dan ahli filsafat moral dari skotlandia, Adam
Ferguson dan John Millar, pada masa itu amat dihormati oleh sosiologiawan
dan antropologiawan. Mereka bahkan adakalnya dianggap sebagi bapak
pendiri sosiologi. Bagaimanapun, pemberian nama seperti itu menimbulkan
kesan keliru, seakan-akan tokoh-tokoh tersebut telah membuat suatu disiplin
ilmu baru.

2.4 Zaman Modern Menuju Sejarah Kritis

Pada abad ke-19, perkembangan ilmu sejarah ditandai dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Penghargaan kembali pada zaman pertengahan
2) Munculnya filsafat sejarah
3) Munculnya teori “orang besar”
4) Timbulnya nasionalisme
5) Munculnya liberalisme
(Kuntowijoyo, 2005:53)
Menurut peter Burke terdapat empat pendekatan baru dalam ilmu sejarah,
yaitu :
1. History from below (sejarah dari bawah), merupakan peristilahan yang
agak kabur, meskipun makna dasarnya sangat penting. Sejarah dalam hal
ini tidak hanya menyoroti tokoh-tokoh besar, namun juga orang-orang
kebanyakan. Penulisannya tidak boleh terlalu diwarnai oleh wawasan
tokoh atau orang, melaikan juga harus bertolak dari sudut pandang orang-
orang kecil kebanyakan. Langkah ini merupakan perubahan paling penting
dalam ilmu sejarah sepanjang abad ke-20.
2. Microstoria (sejarah mikro), merupakan usaha mempelajari masa lalu pada
level komunitas kecil, baik itu sebuah desa, jalan, keluarga, dan bahkan
individu yang mengusahakan peninjauan terhadap wajah-wajah dalam
kemurungan yang memungkinkan pengalaman kongkret kembali
memasuki sejarah sosial.
3. Alltagsgeschichte (sejarah keseharian), merupakan pendekatan yang
berkembang atau paling tidak didefinisikan di jerman. Pendekatan ini
menarik garis tradisi filsafat dan sosiologis yang antara lain terlihat pada
karya Alfred Schutz (1899-1959) dan Erving Goffman (1922-82), Hendri
Lefebvre dan Michel de Certeau (1925-86). Seperti halnya sejaah mikro
yang memang tumpang-tindih, sejarah keseharian penting karena bisa
menembus pengalaman manusia dan membawnya ke sejarah sosial, yang
dipandang semakin abstrak dan tanpa wajah.
4. Historie de I’immaginaire (sejarah mentalitas), adalah sejarah kebiasaan
berfikir atau asumsi-asumsi yang tak terucapkan, dan sering tertutup oleh
gagasan-gagasan verbal yang dirumuskan secara sadar oleh para filsuf dan
ahli teori. Pendekatan ini berawal di Prancis pada 1920-an dan 1930-an
para sejarawan ini lebih berminat pada representasi-representasi (visual
atau mental) dari suatu peristiwa, dan juga pada apa yan disebut sejarawan
Prancis pengikut Jaques Lacan dan Michel Foucault sebagai unsur
immaginary.
Empat pendekatan tersebut memiliki kaitan tertentu dengan antropologi sosial,
karena para antropolog sejak lama memang berminat mempelaajari sesuatu
berdasarkan pendekatan emik dan bekerja dalam komunitas-komunitas kecil guna
mengadakan observasi atas kehidupan sehari-hari serta menyelidiki pola pikir dan
sitem nilai yang hidup dalam masyarakat.
Munculnya pendekatan-pendekata ini menguatkan kembali pada dua unsur
lama dalam sejarah, yakni :
1. Kebangkitan kembali politik
2. Kebangkitan kembali narasi
(kuper dan kuper, 2000:443).
Sejak lama sejumlah besar sejarawan memang menghendaki dimasukkannya
kembali tinjauan politik dalamm studi sejarah yang didukung oleh atmosfer
keilmuan pada 1980-an dan 1990-an. Sejarah politik berkembang dan bahkan
meluas pada hal-hal baru, termasuk apa yang oleh Michel Foucault disebut
mikropolitik. Strategi dan taktik politik yang dibahas bukan hanya yang berskala
besar, tetapi juga dalam komunitas lebih kecil seperti desa-desa.
Paparan naratif bentuk baku dimunculkan karena ada sejumlah sejarawan yang
menyadari perlunya penggunaan retorika, aksperimen literer, dan kombinasi
antara fakta dan fiksi untuk memperbesar daya tarik, layaknya novelis mutakhir.
Salah satu bentuk ialah narasi mengenai peristiwa berskala kecil, dengan memakai
sebuah teknik pemaparan yang lazimnya dipakai ahli sejarah mikro, dan
berlawanan dengan naratif besar yang menekankan peristiwa-peristiwa kunci dan
tanggal-tanggal baku.

ANALISIS ABIL
Sejarah menurut saya tidak cukup dihafalkan dan dimengerti secara
tekstual,namun perlu dihayati maknanya sehingga dapat mempengaruhi dan
membentuk sikap dan perilaku. Menumbuhkan kesadaran sejarah kepada
generasi millenial harus dilakukan dengan cara yang kreatif dan inovatif agar
mudah diterima. Cara penyampaian yang kreatif dengan memakai media-
media perumpamaan seperti karton yang dibuat semenarik mungkin sehingga
membentuk suatu peristiwa sejarah yang akan diajarkan. Dan kemudian
pengajar harus bisa mengaktifkan suasana kelas yang biasanya cenderung
pasif dengan cara diskusi agar siswa bisa memperhatikan dan tidak jenuh.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Daliman.A. 2012. Manusia dan Sejarah. Yogyakarta: Ombak.


Rochmat, Saefur. 2009. Ilmu Sejarah dalam Perseptif Ilmu
Sosial.Yogyakarta: Graha Ilmu
Hamid, Abd Rahman dan Muhammad Saleh Madjid. 2011. Pengantar
ilmu sejarah.Yogyakarta: Ombak.

Anda mungkin juga menyukai